1 Pengaruh Distraksi pendengaran terhadap respon nyeri Post

advertisement
Pengaruh Distraksi pendengaran terhadap respon nyeri Post Sectio caesaria di
Rumah Sakit Umum Lasmi Kabupaten Batubara Tahun 2016
Esti rahayu Budi, S.Kep, Ns, Sp. Mat
Nurhasanah Rizki Sibarani
Sri wahyuni purba
ABSTRAK
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pasien postoperasi seringkali mengalami
nyeri hebat meskipun tersedia obat-obat analgesik yang efektif, namun nyeri pasca
bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien. Salah satu teknik non farmakologi
untuk mengatasi nyeri adalah distraksi pendengaran. Distraksi pendengaran
merupakan salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan, teknik distraksi
berfokus pada pengalihan perhatian pasien sesuatu hal yang lain selain nyeri. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh distraksi pendengaran terhadap respon
nyeri post section caesaria
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Lasmi Kabupaten Batu
bara pada Agustus 2016. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan desain
penelitian adalah praeksperimen (One group pre and post test design). Populasi
penelitian ini adalah seluruh pasien post section caesaria di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batu bara selama penelitian dilakukan. Teknik sampling yang
dipakai accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang kebetulan ada
atau tersedia di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Serdang Bedagai selama1 bulan
penelitian. Dalam hal ini sampel yang ditemukan sebanyak 30 orang. Uji statistic
yang dipakai adalah paired sample t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh distraksi pendengaran
terhadap respon nyeri post section caesaria di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubaradimana pvalue (= 0,04) <α (= 0,05). Distraksi dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi system control desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak begitu juga
dengan teknik relaksasi dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
Disarankan agar pasien menjadikan distraksi pendengaran sebagai
alternative pengobatan selain pengobatan medis untuk mengatasi rasa nyeri untuk
segala penyakit yang kemungkinan diderita olehp asien.
Kata Kunci
Referensi
: Distraksi Pendengaran, Nyeri, Post Sectio Caesaria
: 17 Buku (2010-2012) + 8 Jurnal (Internet)
1
sejumlah
negara
berkembang
melonjak pesat. Pada tahun 70-an
permintaan sectio caesarea adalah
sebesar 5%, kini lebih dari 50% ibu
hamil menginginkan operasi sectio
caesarea (Judhita, 2013).
Perkembangan operasi Sectio
Caesarea di Indonesia berdasarkan
hasil survei yang dilakukan oleh
Gulardi terhadap 64 rumah sakit di
Jakarta tahun 2011 tercatat 17.665
kelahiran,
sebanyak
35,7-55,3%
melahirkan dengan operasi Sectio
Caesarea.
Angka
kejadian
di
Indonesia menurut data survei
Nasional tahun 2011 adalah 921.000
dari 4.039.000 persalinan atau 22,8%.
Meskipun data ini tidak bisa
mencerminkan seluruh kondisi yang
ada di Indonesia, tetapi dapat
menggambarkan
bahwa
angka
persalinan dengan operasi Sectio
Caesarea cukup tinggi.
Pembedahan
dapat
menyebabkan trauma bagi penderita,
sedangkan
anestesi
dapat
menyebabkan kelainan yang dapat
menimbulkan berbagai keluhan gejala.
Keluhan harus didiagnosis agar dasar
patologinya dapat diobati. Keluhan
dan gejala yang sering dikemukakan
adalah nyeri, demam, takikardi, batuk
atau sesak nafas, kolaps, semakin
memburuknya keadaan umum, mual
atau muntah, serta penyembuhan luka
operasi (Jong, 2010).
Menurut
Walsh
dalam
Harnawati (2011) pada pasien post
operasi seringkali mengalami nyeri
hebat meskipun tersedia obat-obat
analgesik yang efektif, namun nyeri
pasca bedah tidak dapat diatasi
dengan baik, sekitar 50% pasien tetap
mengalami nyeri sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pasien.
Menurut The International
Association For the Study of Pain
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seksio
sesaria
termasuk
tindakan operasi besar pada bagian
perut (operasi besar abdominal).
Melahirkan secara sesar menguras
lebih banyak kemampuan tubuh dan
pemulihannya
lebih
sulit
dibandingkan jika melahirkan secara
normal. Setelah seksio sesaria, selain
rasa sakit dari insisi abdominal dan
efek samping anestesi, akan dirasakan
banyak
ketidaknyamanan.
Kebanyakan wanita membutuhkan
masa pemulihan beberapa minggu
sampai bulanan untuk memulihkan
kesehatannya (Nolan, 2010).
Sectio Caesaria adalah suatu
pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen
dan uterus. Akan tetapi, persalinan
melalui Sectio Caesaria bukanlah
alternatif yang lebih aman karena
diperlukan
pengawasan
khusus
terhadap indikasi dilakukannya Sectio
Caesaria maupun perawatan ibu
setelah tindakan Sectio Caesaria,
karena tanpa pengawasan yang baik
dan cermat akan berdampak pada
kematian ibu. Oleh karena itu
pemeriksaan
dan
monitoring
dilakukan beberapa kali sampai tubuh
ibu dinyatakan dalam keadaan sehat
(Manuaba, 2011).
Menurut
Word
Health
Organitation (WHO), standar rata-rata
sectio caesarea disebuah negara
adalah sekitar 5-15%. Di rumah sakit
pemerintah rata-rata 11%, sementara
di rumah sakit swasta bisa lebih dari
30%. Tahun 2010 angka kejadian
sectio caesarea di Inggris sekitar 20%
dan 29.1%. Sedang pada tahun 20112012, angka kejadian sectio caesarea
di Kanada adalah 22.5% (Dewi,
2012). Permintaan sectio caesarea di
47
(IASP). Nyeri didefinisikan sebagai
pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang
berhubungan
dengan
kerusakan
jaringan atau potensial sehingga akan
menyebabkan kerusakan jaringan.
Nyeri
dapat
mengakibatkan
impairment
dan
disabilitas.
Impairment adalah abnormalitas atau
hilangnya struktur atau fungsi
anatomik,
fisiologik
maupun
psikologik. Sedangkan disabilitas
adalah hasil dari impairment, yaitu
keterbatasan
atau
gangguan
kemampuan
untuk
melakukan
aktivitas yang normal (Sudoyo, 2010).
Rasa nyeri akan menimbulkan
berbagai masalah, salah satunya
masalah laktasi. Menurut Hillan
(1992) dalam Anggorowati (2011)
bahwa 68% ibu post SC mengalami
kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur
dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adanya nyeri.
Rasa nyeri akan menyebabkan pasien
menunda pemberian ASI sejak awal
pada bayinya, karena rasa tidak
nyaman
selama
proses
menyusuiberlangsung
atau
peningkatan intensitas nyeri setelah
operasi (Batubara dkk, 2012).
Secara garis besar ada dua
manajemen untuk mengatasi nyeri
yaitu manajemen farmakologi dan
manajemen non farmakologi. Secara
non farmakologi melalui distraksi,
relaksasi, kompres hangat atau dingin,
aromaterapi, hypnotis, dan lain-lain
(Rezkiyah, 2011). Penanganan nyeri
dengan teknik non farmakologi
merupakan modal utama menuju
kenyamanan
(Catur,
2012).
Dipandang dari segi biaya dan
manfaat, penggunaan manajemen non
farmakologi lebih ekonomis dan tidak
ada
efek
sampingnya
jika
dibandingkan dengan penggunaan
manajemen farmakologi. Selain juga
mengurangi ketergantungan pasien
terhadap obat-obatan (Burroughs,
2011).
Salah
satu
teknik
non
farmakologi untuk mengatasi nyeri
adalah distraksi. Tehnik distraksi
adalah pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri
berdasarkan teori bahwa aktivasi
retikuler menghambat stimulus nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi
system kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli
nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer and Bare, 2009). Teknik
distraksi dapat dilakukan dengan
distraksi
visual,
pendengaran,
pernafasan dan intelektual. Adapun
dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
teknik
distraksi
pendengaran.
Distraksi
pendengaran
merupakan salah satu teknik distraksi
yang dapat dilakukan, teknik distraksi
berfokus pada pengalihan perhatian
pasien sesuatu hal yang lain selain
nyeri.
Distraksi
diduga
dapat
menstimulasi system kontrol desenden
sehingga
mengeluarkan
opiate
endogen berupa erdorpin, dinorpin
dan nyeri yang dirasakan berkurang
(Delaune & Ladner, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh
Nurhayati (2011) tentang Pengaruh
Teknik Distraksi Relaksasi Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Laparatomi Di
Pku
Muhammadiyah
gombong
diperoleh hasil analisa sensasi nyeri
pre menunjukan mean= 6.84 dan
sensasi nyeri post mean= 6.19 sedang
beda mean pre test dan post test
adalah 0.651 dengan p-value = 0,000.
Oleh karena p value (0,000 < 0,05)
maka H0 ditolak, artinya ada
perbedaan antara pre dan post
perlakuan teknik distraksi relaksasi
terhadap penurunan intensitas nyeri
post operasi laparatomi di RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Dengan
distraksi relaksasi dapat menurunkan
intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi.
Berdasarkan
survei
pendahuluan di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara pada
tanggal 26 bulan Februari 2016
didapatkan jumlah pasien sectio
caesaria dalam 3 bulan terakhir
sebanyak 93 orang. Rata-rata pasien
sectio caesaria setiap bulan sebanyak
30 orang. Dari hasil wawancara pada
10 orang pasien sectio caesaria, semua
mengatakan bahwa jika mereka
mengalami rasa nyeri akibat luka
operasi, perawat memberikan obat
untuk pereda nyeri dan menyuruh
untuk menarik nafas dalam. Dari
wawancara pada 5 orang perawat,
mereka mengatakan bahwa mereka
tidak pernah memberikan intervensi
berupa teknik distraksi pendengaran
kepada
pasien.
Mereka
tidak
mengetahui
bahwa
distraksi
pendengaran
juga
dapat
mengurangkan rasa nyeri akibat luka
operasi.
Berdasarkan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh
distraksi
pendengaran
terhadap respon nyeri post sectio
caesaria di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara Tahun
2016.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
apakah ada pengaruh distraksi
pendengaran terhadap respon nyeri
post sectio caesaria di Rumah Sakit
Umum Lasmi Kabupaten Batubara
Tahun 2016 ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh
distraksi pendengaran terhadap
respon nyeri post sectio
caesaria di Rumah Sakit
Umum Lasmi Kabupaten
Batubara Tahun 2016.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui respon
nyeri post sectio caesaria
sebelum
dilakukan
distraksi pendengaran di
Rumah Sakit Umum
Lasmi
Kabupaten
Batubara Tahun 2016.
2. Untuk mengetahui respon
nyeri post sectio caesaria
sesudah
dilakukan
distraksi pendengaran di
Rumah Sakit Umum
Lasmi
Kabupaten
Batubara Tahun 2016.
3. Untuk
mengetahui
perbedaan respon nyeri
post
sectio
caesaria
sebelum dan sesudah
dilakukan
distraksi
pendengaran di Rumah
Sakit
Umum
Lasmi
Kabupaten
Batubara
Tahun 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
eksperimental. Desain penelitian
adalah pra eksperimen (One group pre
and post test design) yaitu penelitian
yang menggunakan satu kelompok
subyek,
pengukuran
dilakukan
sebelum dan setelah perlakuan
(Saryono, 2010), yaitu menganalisa
pengaruh
distraksi
pendengaran
terhadap respon nyeri post sectio
caesaria di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara Tahun
2016.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan
di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara.
3.2.2. Waktu Penelitian
Adapun pelaksanaan kegiatan
penelitian dilakukan pada tanggal 1018 November 2016.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi
yang akan diteliti atau
sebagian
jumlah
dari
karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Hidayat, 2012).
Sampel dalam penelitian ini
menggunakan
tehnik
accidental sampling yaitu
teknik pengambilan sampel
yang kebetulan ada atau
tersedia di Rumah Sakit
Umum Lasmi Kabupaten
Batubara selama 1 bulan
penelitian. Setelah dilakukan
penelitian selama 1 bulan
diperoleh
jumlah
sampel
sebanyak 30 orang.
3.3. Populasi dan Sampel
3.4. Definisi Operasional
3.3.1. Populasi Penelitian
Defenisi Operasional adalah
Populasi penelitian adalah
suatu definisi yang diberikan kepada
keseluruhan objek penelitian
suatu
variabel
dengan
cara
atau objek yang diteliti
memberikan
arti,
atau
(Notoatmodjo, 2010). Populasi
menspesifikasikan
kegiatan
atau
dalam hal ini adalah seluruh
memberikan suatu operasional yang
pasien post sectio caesaria di
diperlukan untuk mengukur variabel
Rumah Sakit Umum Lasmi
tersebut (Nursalam, 2012). Agar
Kabupaten Batubara dalam hal
variabel penelitian dapat diukur maka
ini diketahui rata-rata jumlah
perlu dibuat defenisi operasional
pasien perbulan sebanyak 30
berdasarkan kerangka konsep yaitu
orang.
seperti tabel dibawah ini :
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Alat ukur Skala
Hasil ukur
independen
ukur
Mengalihkan rasa
Tape
1. Distraksi
pendengaran
nyeri
pasien recorder
dengan
mendengarkan
suara
music
klasik
Skala
Rasio 1. 0 : Tidak nyeri
2. Respon nyeri Gambaran tentang
pasien
post seberapa
parah
nyeri
2. 1 - 3
: Nyeri
sectio caesaria perasaan
bourbonis
ringan :
menderita secara
3. 4 - 6
: Nyeri
fisik dan mental
sedang
dirasakan
oleh
4. 7 - 9
: Nyeri
pasien
operasi
caesaria
post
sectio
3.5. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian
khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka
peneliti harus memahami hak dasar
manusia.
Manusia
memiliki
kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga penelitian yang akan
dilaksanakan benar-benar menjunjung
tinggi kebebasan manusia (Hidayat,
2012). Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan
bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian
dengan
memberikan
lembar
persetujuan. Informed consent
tersebut
diberikan
sebelum
penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka
mereka
harus
menandatangani
lembar
persetujuan. Jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah
etika
keperawatan
merupakan
masalah
yang
memberikan
jaminan
dalam
penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan
atau
mencantumkan
nama
responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau
berat terkontrol
5. 10 : Nyeri berat
tidak terkontrol :
hasil penelitian yang akan
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah
etika
dengan
memberikan
jaminan
kerahasiaan
hasil
penelitian,
baik
informasi
maupun
masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
3.6.
Teknik Pengumpulan Data
dan Instrumen Penelitian
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan
tehnik
observasi.
Langkah-langkah pengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini
adalah :
3.6.1.1. Tahap persiapan
Pertama
sekali
yang
dilakukan peneliti adalah
memasukkan
surat
permohonan penelitian ke
direktur Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara,
dan setelah mendapatkan
balasan dari direktur, peneliti
mengajukan surat balasan
kepada bagian keperawatan
Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara, dan
setelah mendapat izin peneliti
mengajukan
surat
izin
penelitian kepada kepala
ruangan untuk melakukan
penelitian. Pada tahap ini
juga, peneliti melakukan
kolaborasi dengan tim medis
dan rekan sejawat perawat di
ruangan tempat penelitian.
3.6.1.2. Pemilihan responden
Semua responden diambil
sewaktu peneliti melakukan
penelitian sebagai sampel.
Selanjutnya
peneliti
memberikan
penjelasan
tentang maksud dan tujuan
dari
penelitian
pada
responden. Lalu peneliti
mengajukan surat persetujuan
untuk dilakukan penelitian
pada responden dalam bentuk
inform
consent.
Setelah
mengisi inform consent,
peneliti meminta persetujuan
kepada keluarga yang turut
bersama responden agar
dapat berpartisipasi dalam
penelitian ini. Pada penelitian
ini, pertama diamati respon
nyerinya tanpa memberikan
intervensi apa pun kemudian
setelah itu pasien tersebut
diberi distraksi pendengaran
dan diamati respon nyerinya
kembali
kemudian
membandingkan
dengan
membuat perbedaan antara
respon nyeri sebelum dan
sesudah intervensi.
3.6.1.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1. Pre Test
Pertama
dilakukan
pengukuran skala nyeri
yang dirasakan responden
setelah melahirkan dengan
menggunakan
lembar
observasi
yang
telah
disediakan
peneliti.
Kemudian
setelah
mengetahui skala nyeri
yang dirasakan responden,
peneliti mulai memberikan
informasi
untuk
menurunkan rasa nyeri
dengan
distraksi
pendengaran.
Setelah
responden setuju untuk
dilakukan
distraksi
pendengaran,
peneliti
mulai menyiapkan semua
peralatan
yang
telah
disediakan dan memulai
intervensi pada responden
selama 15 menit.
2. Post Test
Setelah dilakukan distraksi
pendengaran ± 15 menit,
dilakukan
pengukuran
kembali skala nyeri yang
dirasakan ibu. Kemudian
membuat
perbandingan
skala nyeri sebelum dan
sesudah
distraksi
pendengaran.
3.6.2. Instrumen Penelitian
3.6.2.1.
Respon Nyeri Post
Sectio Caesaria Sebelum dan
Sesudah
Distraksi
Pendengaran
Pengukuran
dilakukan
menggunakan
lembar
observasi
dengan
skala
intensitas nyeri bourbonis 0 –
10.
Keterangan :
1. 0 : Tidak nyeri
2. 1 – 3
: Nyeri ringan
3. 4 – 6
: Nyeri sedang
4. 7 – 9
: Nyeri berat
terkontrol
5. 10 : Nyeri berat tidak
terkontrol.
3.7. Teknik Pengolahan Data Dan
Analisa Data
3.7.1. Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpul
diolah
dengan
langkah-langkah
sebagai berikut
1. Proses Editing (Pengecekan Data)
Dilakukan pengecekan data yang
telah terkumpul, bila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam
pengumpulan
data
maka
diperbaiki dengan memeriksa
kembali dan dilakukan pendataan
ulang.
2. Coding (Pengkodean Data)
Coding merupakan kegiatan
pembagian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
3. Tabulating (Tabulasi Data)
Untuk memperoleh analisa data,
pengolahan
data
serta
pengambilan kesimpulan data
dimasukkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi.
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Apabila semua data dari setiap
sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek
kembali
untuk
melihat
kemungkinan – kemungkinan
adanya kesalahan – kesalahan
kode,
ketidaklengkapan,
dan
sebagainya, kemudian dilakukan
pembenahan atau koreksi.
3.7.2. Analisa Data
Data yang terkumpul diolah
secara manual dan dilanjutkan dengan
computer, melalui tahapan editing,
coding, entry data dan cleaning. Data
dianalisis dengan komputer, jenis data
yang dilakukan adalah :
1. Analisis univariat
Tujuan dari analisis univariat
adalah untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan
karakteristik
masing-masing variabel yang
diteliti secara sederhana yang
meliputi umur, pekerjaan, yang
disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat
Analisis ini diperlukan untuk
menjelaskan atau mengetahui
apakah ada pengaruh atau
perbedaan yang signifikan antara
variabel
independen dengan
variabel
dependen.
Analisis
bivariat
dilakukan
setelah
karakteristik
masing-masing
variabel diketahui. Data dianalisis
untuk perhitungan bivariat pada
penelitian
ini
menggunakan
Paired Samples t-test dengan
ketentuan α ≤ 0,05. Pengujian ini
dilakukan untuk membuktikan
hipotesa
pengaruh
distraksi
pendengaran terhadap respon
nyeri sectio caesaria di Rumah
Sakit Umum Lasmi Kabupaten
Batubara Tahun 2016.
Sakit Umum Lasmi Kabupaten
Batubara Tahun 2016 mengenai
pengaruh
distraksi
pendengaran
terhadap respon nyeri post sectio
caesaria maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
4.2.1. Data Demogafi
1. Demografi
Responden
Berdasarkan Umur Pasien
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Umur Pasien
di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara Tahun 2016
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Tempat Penelitian
Rumah Sakit Umum Lasmi
merupakan Rumah Sakit umum yang
beralamat di Jalan Pancasila Dusun X
Desa Tanah Tinggi. RSIA Keluarga
Lasmi adalah rumah sakit swasta
kelas D. Rumah sakit ini bersifat
transisi dengan kemampuan hanya
memberikan pelayanan kedokteran
umum dan gigi. Rumah sakit ini juga
menampung rujukan yang berasal dari
puskesmas.
Rumah sakit ini termasuk kecil.
Tempat ini tersedia 36 tempat tidur
inap, lebih sedikit dibanding setiap
rumah sakit di Sumatera Utara yang
tersedia rata-rata 80 tempat tidur inap.
Jumlah dokter yang tersedia ada 4
dokter, di rumah sakit ini dokter yang
tersedia lebih sedikit dibanding ratarata rumah sakit di Sumatera Utara.
Pelayanan inap termasuk kelas
ekonomis, 1 dari 36 tempat tidur di
rumah sakit ini berkelas VIP ke atas.
Dari 4 dokter di rumah sakit ini,
3 adalah spesialis. Dibandingkan
dengan rata-rata rumah sakit di
wilayah ini. Rumah sakit ini tersedia 2
dari 5 categori besar dokter. Yang
tidak ada di rumah sakit ini Dokter
Gigi, Spesialis Gigi dan Dokter
Bedah. Tenaga pendukung yang lain
seperti tenaga farmasi ada 1 orang dan
pegawai non kesehatan sebanyak 5
orang.
Umur
responde
n
20-25
tahun
26-30
tahun
31-35
tahun
Jumlah
Frekuens
i
Persentas
e (%)
9
30.0
8
26.7
13
43.3
30
100,0
Dari tabel 4.1 diatas dapat
dilihat bahwa distribusi frekuensi
responden
berdasarkan
umur
mayoritas responden berada pada
kelompok umur 31-35 tahun sebanyak
13 orang (43,3%).
2. Demografi
Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.2
Distribusi Frekwensi Pekerjaan
Pasien di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara Tahun
2016
Pekerjaan
IRT
Karyawan
Wiraswast
a
PNS
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap 30
pasien post sectio caesaria di Rumah
69
Frekuens
i
10
14
4
Persentas
e (%)
33.3
46.7
13.3
2
6.7
30
Jumlah
100,0
Dari tabel 4.2 diatas dapat
dilihat bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan pekerjaan
mayoritas responden adalah karyawan
sebanyak 14 orang (46,7%).
3. Demografi
Responden
Berdasarkan Paritas
Tabel 4.3
Distribusi Frekwensi Paritas Pasien
di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara Tahun 2016
Paritas
responden
Primigravida
Sekundigravida
Multigravida
Grandemultigr
avida
Jumlah
Frekue
nsi
13
6
8
3
Persent
ase (%)
43.3
20,0
26,7
10.0
30
100,0
Dari tabel 4.3 diatas dapat
dilihat bahwa distribusi frekuensi
responden
berdasarkan
paritas
mayoritas
responden
adalah
primigravida sebanyak 13 orang
(43,3%).
4. Demografi
Responden
Berdasarkan
Pengalaman
Melahirkan Sebelumnya
Tabel 4.4
Distribusi Frekwensi Pengalaman
Melahirkan Sebelumnya di Rumah
Sakit Umum Lasmi Kabupaten
Batubara Tahun 2016
Pengalama
n
Melahirka
n
Sebelumny
a
Bersalin
Frekuens
i
Persentas
e (%)
6
20,0
normal
Operasi
Belum
pernah
melahirkan
Jumlah
11
13
36.7
43,3
30
100,0
Dari tabel 4.4 diatas dapat
dilihat bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan pengalaman
melahirkan mayoritas responden
adalah belum pernah melahirkan
sebanyak 13 orang (43,3%).
4.2.2. Respon Nyeri Post Sectio
Caesaria Sebelum Dilakukan
Distraksi Pendengaran
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Respon Nyeri
Post Sectio Caesaria Sebelum
Dilakukan Distraksi Pendengaran
di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara Tahun 2016
Skala
nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
berat
terkontrol
Nyeri
berat
tidak
terkontrol
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
0
0.0
3
10.0
15
50.0
12
40.0
0
0,0
30
100,0
Tabel 4.4 menunjukan bahwa
mayoritas respon nyeri post sectio
caesaria sebelum dilakukan distraksi
pendengaran adalah nyeri sedang
sebanyak 15 orang (50%), nyeri berat
tidak terkontrol sebanyak 12 orang
(40%) dan minoritas respon nyeri
adalah nyeri ringan sebanyak 3 orang
(10%).
4.2.3. Respon Nyeri Post Sectio
Caesaria Sesudah Dilakukan
Distraksi Pendengaran
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Respon Nyeri
Post Sectio Caesaria Sesudah
Dilakukan Distraksi Pendengaran
di Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara Tahun 2016
Skala
nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
Frekuensi
0
Persentase
(%)
0.0
15
50.0
13
43.3
2
6.7
berat
terkontrol
Nyeri
berat
tidak
terkontrol
Jumlah
0
0,0
30
100,0
Tabel 4.6 menunjukan bahwa
mayoritas
respon
nyeri
pada
responden
setelah
dilakukan
intervensi adalah nyeri ringan
sebanyak 15 orang (50%), nyeri
sedang sebanyak 13 orang (43,3%)
dan minoritas intensitas nyeri adalah
nyeri berat terkontrol sebanyak 2
orang (6,7%).
4.2.4. Perbedaan Respon Nyeri
Post Sectio Caesaria Sebelum
Dan Sesudah Dilakukan
Distraksi Pendengaran
Tabel 4.7
Perbedaan Respon Nyeri Post Sectio Caesaria Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Distraksi Pendengaran di Rumah Sakit Umum Lasmi Kabupaten Batubara
Tahun 2016
Respon
Nyeri Post
Sectio
caesaria
Sebelum
intervensi
Sesudah
intervensi
N
Mean
SD
SE
30
5.8000
1.54026
0.28121
3
-
8
30
3.6333
1.79046
0.32689
1
-
7
Hasil analisis rata - rata respon
nyeri post sectio caesaria sebelum
dilakukan
distraksi
pendengaran
sebesar 5.8000 dengan standard
deviasi 1.54026 dan standard eror
0.28121dimana diketahui skala nyeri
minimal 3 yang skala nyeri maksimal
8. Rata - rata respon nyeri post sectio
caesaria sesudah dilakukan distraksi
pendengaran sebesar 3.6333 dengan
standard deviasi 1.79046 dan standard
Minimal - maksimal
P
value
0,04
eror 0.32689 dimana diketahui skala
nyeri minimal 1 yang skala nyeri
maksimal 7. Berdasarkan hitungan
matematis selisih penurunan rata –
rata respon nyeri post sectio caesaria
sebelum dan sesudah intervensi adalah
2,1667. Dengan menggunakan uji
statistik Paired Samples T Test
diperoleh nilai p = 0,04 (α < 0,05).
Dengan demikian penelitian ini
menemukan bahwa ada pengaruh
distraksi pendengaran terhadap respon
nyeri post sectio caesaria di Rumah
Sakit Umum Lasmi Kabupaten
Batubara.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Gambaran Karakteristik
Responden
1. Karakteristik
Ibu
Berdasarkan Umur
Pada variabel umur
didapatkan hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas kelompok umur
responden adalah kelompok
umur 26-30 tahun sebanyak
21 orang (70%). Hal ini
berarti sebagian besar ibu
hamil berada dalam umur
yang baik secara fisik maupun
psikologis diharapkan telah
siap dalam persalinan maupun
setelah persalinan (umur 2035 tahun). Baik secara fisik
maupun psikologis, ibu hamil
sudah siap menghadapinya
sehingga gangguan kesehatan
selama
kehamilan
bisa
dirasakan ringan (Tobing,
2013).
Menurut
asumsi
peneliti
bahwa
usia
berpengaruh pada respon
nyeri setelah melahirkan
sectio caesaria. Ibu yang
melahirkan dengan usia muda
biasanya tidak dapat menahan
nyeri yang terlalu berat paska
operasi, apalagi ditambah
belum pernah mempunyai
pengalaman
melahirkan
sebelumnya dengan operasi.
Tetapi ibu dengan usia di atas
25 tahun biasanya lebih dapat
menahan rasa nyeri paska
operasi apalagi ditambah
dengan
pengalaman
melahirkan sebelumnya, tentu
ibu sudah lebih siap dalam
menghadapi respon nyeri
yang timbul akibat luka
operasi.
2. Karakteristik
Ibu
Berdasarkan Pekerjaan
Hasil
penelitian
menunjukkan
mayoritas
responden adalah karyawan
sebanyak 14 orang (46,7%).
Pekerjaan dapat menghasilkan
penghasilan
yang
akan
menambah
keuangan
keluarga, sehingga ibu hamil
benar-benar
siap
untuk
menghadapi
persalinannya
nanti. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purwatmoko (2011),
bahwa dengan peningkatan
penghasilan
maka
pemeliharaan dan pelayanan
kesehatan dapat terjamin.
Seorang ibu dapat mengetahui
semua informasi kesehatan
mengenai dirinya dan bayi
yang
ada
dalam
kandungannya,
sehingga
dapat menjalani kehamilan
yang
aman
dan
menyenangkan,
serta
mencegah
timbulnya
kecemasan.
Pekerjaan ibu hamil
tidak hanya menunjukkan
tingkat
sosial
ekonomi,
melainkan juga menunjukkan
ada tidaknya interaksi ibu
hamil dalam masyarakat yang
luas dan keaktifan pada
organisasi tertentu, dengan
asumsi ibu yang bekerja akan
memiliki pengetahuan yang
lebih tinggi dan lebih cepat
untuk menerima informasi
daripada ibu yang tidak
bekerja.
Menurut
asumsi
peneliti dari hasil penelitian
diperoleh bahwa tidak ada
perbedaan respon nyeri antara
ibu yang bekerja dan tidak
bekerja. Karena ibu bekerja
dan ibu yang tidak bekerja
sama-sama mengalami nyeri
akibat luka operasi. Respon
nyeri yang dirasakan ibu
terjadi karena faktor-faktor
lain seperti belum adanya
pengalaman
melahirkan
dengan sectio caesaria atau
umur yang telalu dan lain
sebagainya.
3. Karakteristik
Ibu
Berdasarkan Paritas
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas paritas responden
adalah primigravida sebanyak
13 orang (43,3%). Hal ini
berarti ibu responden belum
berpengalaman
dalam
melahirkan sehingga nyeri
yang
dirasakan
setelah
melahirkan akan lebih berat.
Menurut
asumsi
peneliti
pengalaman
melahirkan
mempunyai
hubungan dengan konsep
nyeri. Ibu yang belum pernah
melahirkan
mempunyai
respon nyeri yang berat
dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai pengalaman
melahirkan.
Bagi
primigravida, persainan yang
dialaminya
merupakan
pengalaman pertama kali dan
ketidaktahuan menjadi faktor
penunjang terjadinya cemas
dan nyeri sehingga ibu
merasakan nyeri yang berat
karena proses persalinan
terutama pada ibu yang
melahirkan
dengan
cara
operasi (Kartono, 2012).
4. Karakteristik
Ibu
Berdasarkan Pengalaman
Melahirkan Sebelumnya
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas
pengalaman
melahirkan
sebelumnya
responden adalah belum
pernah melahirkan sebanyak
12 orang (40%). Hal ini
berarti ibu responden belum
berpengalaman
dalam
melahirkan sehingga nyeri
yang
dirasakan
setelah
melahirkan akan lebih berat.
Notoatmodjo (2010)
mengatakan
pengalaman
merupakan guru yang baik,
yang
bermakna
bahwa
pengalamn itu merupakan
sumber pengetahuan untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan, dan pengalaman
pribadipun dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh
pengetahuan.
Pendidikan
berhubungan
dengan
transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, ketrampilan dan
aspek kelakuan yang lain, dan
merupakan proses belajar dan
mengajar. Pola kelakuan
manusia menurut apa yang
diharapkan
(Notoatmodjo,
2010).
4.3.2. Respon Nyeri Post Sectio
Caesaria Sebelum Dilakukan
Distraksi Pendengaran
Hasil penelitian menunjukan
bahwa mayoritas respon nyeri post
sectio caesaria sebelum dilakukan
distraksi pendengaran adalah nyeri
sedang sebanyak 15 orang (50%),
nyeri berat tidak terkontrol sebanyak
12 orang (40%) dan minoritas respon
nyeri adalah nyeri ringan sebanyak 3
orang (10%). Dari 30 responden rerata
pengukuran respon nyeri pada
responden sebelum intervensi adalah
5.8000, dengan standar deviasi.
Pengukuran nyeri terendah 3 dan
tertinggi 8. Dari hasil estimasi interval
dapat disimpulkan bahwa 95% CI
diyakini rerata pengukuran sebelum
intervensi adalah 5,2 sampai dengan
6,4.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, didapatkan respon nyeri
responden sebelum diberikan distraksi
pendengaran berkisar antara 4-6.
Sebagian besar responden mengeluh
nyeri berat dengan rata-rata skala 7.
Nyeri dipengaruhi oleh berbagai
faktor, Faktor-faktor tersebut antara
lain faktor usia, jenis kelamin,
kebudayaan, makna nyeri, lokasi dan
tingkat keparahan nyeri, perhatian,
ansietas,
keletihan,
pengalaman
sebelumnya, dan dukungan keluarga
dan sosial. Sebagian dari faktor
tersebut telah ditemukan pada lembar
observasi seperti usia, jenis kelamin,
suku dan pemberian obat penurun
nyeri.
Pembedahan
dapat
menyebabkan trauma bagi penderita,
sedangkan
anestesi
dapat
menyebabkan kelainan yang dapat
menimbulkan berbagai keluhan gejala.
Keluhan harus didiagnosis agar dasar
patologinya dapat diobati. Keluhan
dan gejala yang sering dikemukakan
adalah nyeri, demam, takikardi, batuk
atau sesak nafas, kolaps, semakin
memburuknya keadaan umum, mual
atau muntah, serta penyembuhan luka
operasi (Jong, 2010).
Nyeri merupakan pengalaman
sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri menjadi alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama
banyak
proses
penyakit
atau
bersamaan
dengan
beberapa
pemeriksaan
diagnostik
atau
pengobatan.
Nyeri
sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih
banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun (Brunner dan
Suddarth, 2010).
Namun dalam penelitian ini
faktor tersebut tidak dibahas lebih
mendalam, karena fokus utama
penelitian ini adalah untuk melihat
pengaruh
distraksi
pendengaran
terhadap respon nyeri. Namun tetap
peneliti tidak mengabaikan faktorfaktor tersebut, peneliti melakukan
analisis
untuk
melihat
kehomogenitasan
faktor-faktor
kounfounding
tersebut
antara
kelompok kontrol dengan kelompok
intervensi.
4.3.3. Respon Nyeri Post Sectio
Caesaria Sesudah Dilakukan
Distraksi Pendengaran
Hasil penelitian menunjukan
mayoritas
respon
nyeri
pada
responden
setelah
dilakukan
intervensi adalah nyeri ringan
sebanyak 15 orang (50%), nyeri
sedang sebanyak 13 orang (43,3%)
dan minoritas intensitas nyeri adalah
nyeri berat terkontrol sebanyak 2
orang (6,7%). Dari 30 responden
rerata pengukuran respon nyeri pada
responden sesudah intervensi adalah
3.6333, dengan standar deviasi (SD)
1.79046. Pengukuran nyeri terendah 1
dan tertinggi 7. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa
95% CI diyakini rerata pengukuran
sesudah intervensi adalah 2,97 sampai
dengan 4,3.
Ketika
diperdengarkan
distraksi pendengaran berupa musik,
maka harmonisasi dalam musik yang
indah akan masuk telinga dalam
bentuk suara (audio), menggetarkan
genderang telinga, mengguncangkan
cairan
ditelinga
dalam
serta
menggetarkan sel-sel rambut di dalam
koklea untuk selanjutnya melalui saraf
koklearis
menuju
otak
dan
menciptakan imajinasi keindahan di
otak kanan dan otak kiri. Yang akan
memberikan
dampak
berupa
kenyamanan dan perubahan perasaan.
Perubahan perasaan ini diakibatkan
karena
musik
klasik
dapat
menjangkau wilayah kiri kortek
cerebri (Mindlin, 2012).
Dari korteks limbik, jarak
pendengaran
dilanjutkan
ke
hipokampus, dan meneruskan sinyal
musik ke Amigdala yang merupakan
area perilaku kesadaran yang bekerja
pada tingkat bawah sadar, sinyal
kemudian diteruskan ke hipotalamus.
Hipotalamus
merupakan
area
pengaturan sebagian fungsi vegetative
dan fungsi endokrin tubuh seperti
halnya banyak aspek perilaku
emosional,
jarak
pendengaran
diteruskan ke formatio retikularis
sebagai penyalur impuls menuju serat
otonom.
Serat
saraf
tersebut
mempunyai dua sistem saraf, yaitu
saraf simpatis dan para simpatis.
Kedua saraf ini dapat mempengaruhi
kontraksi dan relaksasi organ-organ.
Relaksasi dapat merangsang pusat
rasa ganjaran sehingga timbul
ketenangan (Ganong, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh
Hanifah (2010) juga mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Dimana Hanifah melakukan
penelitian tentang Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Intensitas Nyeri
akibat Perawatan Luka Bedah
Abdomen di Badan Pelaksana
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
Umum Ngudi Waluyo Wlingi
Kabupaten
Blitar.
Rancangan
penelitian
menggunakan
Pre
Eksperimental After Only Design
dengan
metode
Static
Group
Comparism. Sampel diambil dari
pasien yang menjalani perawatan
luka bedah abdomen dengan metode
non probability sampling teknik
purposive sampling, berjumlah 18
orang yang terdiri dari 9 orang
kelompok kontrol dan 9 orang
kelompok perlakuan. Pengumpulan
data menggunakan lembar observasi
pengkajian nyeri dengan skala
perilaku dari Margaret Campbell.
Sebagian besar (56%) intensitas nyeri
pada kelompok kontrol adalah nyeri
sedang, sedangkan yang terbanyak
pada kelompok perlakuan adalah
intensitas nyeri ringan (67%).
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa dengan
distraksi
pendengaran
dapat
menurunkan rasa nyeri akibat
pembedahan. Hal ini disebabkan
karena
mendengarkan
distraksi
pendengaran merupakan salah satu
teknik distraksi yang dapat dilakukan,
teknik distraksi berfokus pada
pengalihan perhatian pasien sesuatu
hal yang lain selain nyeri. Distraksi
diduga dapat menstimulasi system
kontrol
desenden
sehingga
mengeluarkan opiate endogen berupa
erdorpin, dinorpin dan nyeri yang
dirasakan berkurang
4.3.4. Perbedaan Respon Nyeri
Post Sectio Caesaria Sebelum
Dan Sesudah Dilakukan
Distraksi Pendengaran di
Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara Tahun
2016
Berdasarkan analisa data dapat
diketahui bahwa rata - rata respon
nyeri post sectio caesaria sebelum
dilakukan
distraksi
pendengaran
sebesar 5.8000. Rata - rata respon
nyeri post sectio caesaria sesudah
dilakukan
distraksi
pendengaran
sebesar 3.6333. Berdasarkan hitungan
matematis selisih penurunan rata –
rata respon nyeri post sectio caesaria
sebelum dan sesudah intervensi adalah
2,1667. Dengan menggunakan uji
statistik Paired Samples T Test
diperoleh nilai p = 0,04 (α < 0,05).
Dengan demikian penelitian ini
menemukan bahwa ada pengaruh
distraksi pendengaran terhadap respon
nyeri post sectio caesaria di Rumah
Sakit Umum Lasmi Kabupaten
Batubara.
Berdasarkan analisa data yang
dilakukan diketahui bahwa adanya
pengaruh
distraksi
pendengaran
terhadap respon nyeri post sectio
caesaria di Rumah Sakit Umum
Lasmi Kabupaten Batubara dengan
nilai (p = 0.04) pada tingkat
kepercayaan (p < 0.05). Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi
nyeri dengan menstimulasi system
kontrol
desenden,
yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli
nyeri yang ditransmisikan ke otak
begitu juga dengan teknik relaksasi
dipercaya
dapat
menurunkan
intensitas nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang
nyeri (Smeltzer and Bare, 2010).
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan responden mengalami
perubahan skala nyeri setelah
dilakukan distraksi relaksasi karena
responden merasa otot-otot tubuh
menjadi rileks dan nyaman apalagi
setelah nafas dalam nyeri semakin
berkurang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan teknik
distraksi relaksasi, nyeri pasien pasien
post
operasi
dapat berkurang.
Pemberian
distraksi
relaksasi
diberikan tidak hanya sekali tetapi
berkali-kali hingga responden merasa
nyeri berkurang.
Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Imami
(2012), yang menyatakan bahwa
distraksi
pendengaran
dapat
menurunkan intensitas nyeri yang
dialami pasien, hasilnya adalah
terdapat perubahan nyeri yang
signifikan (p=0.014). penelitian lain
yang dilakukan oleh Purwanto (2011),
yang menyatakan bahwa teknik
distraksi berupa musik mampu
meringankan perasaan pasien dari rasa
sakit, didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan nyeri yang signifikan pada
kelompok eksperimen (p=0,000).
Galuh (2010) telah melakukan
penelitian pada pasien pasca operasi
fraktur femur dengan teknik distraksi
didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan nyeri yang signifikan pada
kelompok eksperimen (p=0.006).
Pada penelitian ini dapat
disimpulkan
bahwa
distraksi
pendengaran
terbukti
dapat
menurunkan respon nyeri pada pasien
post sectio caesaria. Hal ini
disebabkan karena mendengarkan
distraksi pendengaran merupakan
salah satu teknik distraksi yang dapat
dilakukan, teknik distraksi berfokus
pada pengalihan perhatian pasien
sesuatu hal yang lain selain nyeri
(Delaune & Ladner, 2010). Distraksi
diduga dapat menstimulasi system
kontrol
desenden
sehingga
mengeluarkan opiate endogen berupa
erdorpin, dinorpin dan nyeri yang
dirasakan berkurang.
4.3.5. Keterbatasan Penelitian
Dari penelitian yang telah
dilakukan,
terdapat
beberapa
kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan Penelitian ini. Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain :
1. Banyak responden yang menolak
untuk
menjadi
responden
dikarenakan kurang suka dengan
musik klasik. Hendaknya ketika
memberikan distraksi pendengaran
menanyakan kepada ibu terlebih
dahulu
musik
apa
yang
disukainya.
2. Responden yang diteliti sudah
mendapat obat penghilang rasa
nyeri ketika selesai operasi dan
saat meneliti reaksi obat masih
bekerja.
Hendaknya
ketika
melakukan distraksi pendengaran
tidak memberikan obat penghilang
rasa nyeri sehingga reaksi dari
distraksi
pendengaran
lebih
optimal.
3. Banyak responden yang diteliti
sudah memasuki hari ke 2 operasi
jadi respon nyeri yang dirasakan
sudah lebih ringan.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Respon nyeri post sectio
caesaria sebelum dilakukan
distraksi
pendengaran
di
Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara adalah
nyeri sedang.
2. Respon nyeri post sectio
caesaria sesudah dilakukan
distraksi
pendengaran
di
Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara adalah
nyeri ringan.
3. Ada
pengaruh
distraksi
pendengaran terhadap respon
nyeri post sectio caesaria di
Rumah Sakit Umum Lasmi
Kabupaten Batubara.
5.2. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Hendaknya
rumah
sakit
menerapkan terapi distraksi
pendengaran
dan
dapat
menyediakan media yang
dapat dipergunakan untuk
distraksi pendengaran dalam
penatalaksanaan pasien post
sectio caesaria dan pasien
paska operasi lainnya guna
membantu meringankan nyeri
setelah operasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
institusi
pendidikan
menambah
referensi tentang distraksi
pendengaran dan apendictomy
dengan literatur – literatur
yang baru.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hendaknya
peneliti
selanjutnya
menggunakan
metode atau terapi yang lain
dalam membantu menurunkan
respon nyeri paska operasi
misalnya
dengan
menggunakan teknik distraksi
seperti audio visual dan teknik
relaksasi.
Hidayat, 2012. Riset Keperawatan
Dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta : Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA
AHCPR,
2011.
Panduan
Penatalaksanaan
Nyeri.
Jakarta.
Pusdiknakes.
www.pusdiknakes.go.id.
Diakses pada tanggal 12
Februari 2016
Alatas,
Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2. Jakata : EGC
Judhita,
2013.
Pengalaman
Perempuan Yang Mengalami
Sectio Caesarea Atas Indikasi
Pre Eklampsia Berat Di RSUD
Prof.
Margono
Soekarjo
Purwokerto.
http://jurnalonline.unsoed.ac.id
. Diakses tanggal 05 Februari
2016
2011. Manajemen Nyeri
Dalam Suatu Tatanan Tim
Medis Multidisiplin Majalah
Kedokteran
Atma
Jaya.
Januari. Vol 3. No 1
Andreana, 2011. Terapi music pop
untuk menurunkan intensitas
nyeri pasien post opersi di
RSU
Haji
Surabaya.
http://.www.repository.unhas.a
c.id. Diperoleh tanggal 02
Maret 2016
Bloom
Mansjoer, 2011. Perawatan Klien Pre
dan Post Operasi. Jakarta :
EGC
Manuaba, 2011. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC
et al, 2010. Williams
Obstetrics. Norwalk, CT:
Appleton & Lange
Mc
Brunner
dan
Suddarth,
2010.
Keperawatan medical bedah.
Jakarta : Penerbit EGC
Burroughs,
2011.
Jakarta : EGC
Catur,
Caffery, 2011. Buku Saku
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mochtar, 2011. Sinopsis Obstetri. Bab
Janin (Passanger), Jalan
Lahir (Passage) dan Tenaga
(Power). Jakarta: EGC
Moeloek, 2012. Manajemen Nyeri
Dalam Suatu Tatanan Tim
Medis Multidisiplin Majalah
Kedokteran
Atma
Jaya,
Januari,Vol 3, No 1.
Patofisiologi.
2012. Teknik Distraksi.
http://www.library.unpvj.ac.id.
Diunduh 25 Februari 2016
Harnawati, 2011. Pengaruh terapi
musik terhadap penurunan
intrensitas nyeri pada pasien
post operasi di RS PKU
Muhammadiyah Gombong :
diterbitkan 24 Maret 2011.
Nolan,
69
2010.
Mobilisasi
Dini
Behubungan
Dengan
Peningkatan
Kesembuhan
Luka Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea.
http://www.unimus.ac.id.
Diakses tanggal 20 Februari
2016
Notoatmodjo,
2010.
Metodologi
Penelitian, Jakarta : Rineka
Cipta
Nursalam,
2012.
Konsep
&
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry, 2010. Buku ajar
fundamental
keperawatan.
Jakarta : EGC
Rezkiyah, 2011. Teknik konseling
individu
relaksasi,
http://www.unimus.ac.id.
Diambil 29 Februari 2016
Saryono, 2010. Statistika Bidang
Kesehatan,
Keperawatan,
Kebidanan,
Kedokteran.
Yogyakarta
:
Penerbit
Fitramaya
Smeltzer, S.C bare B.G, 2010.
Keperawatan Medikal bedah.
Jakarta : EGC Sudoyo, 2010
Suci, 2011. Efektifitas terapi music
Mozart terhadap penurunan
skala nyeri saat menstruasi
pada mahasiswi PSIK UR
program A 2007. Skripsi tidak
dipublikasikan
Tamsuri,
2012.
Konsep
dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta
: EGC
Widiyanto, 2012. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi IV,
Jilid II. Jakarta : FKUI
Download