Monopoli Perum Pegadaian Bakal Berakhir Jumat, 23 Oktober 2009 | 04:31 WIB Jakarta, Kompas - Monopoli Perum Pegadaian sejak tahun 1901 segera berakhir. Departemen Keuangan tengah menggodok Rancangan Undang-Undang Pegadaian, yang substansinya, antara lain, membuka kesempatan bagi swasta, perseorangan, ataupun badan usaha membentuk perusahaan berbasis usaha pegadaian. Demikian terungkap saat Sosialisasi Penyusunan RUU Pegadaian, Kamis (22/10) di Jakarta. Menurut Kepala Bagian Hukum untuk Jasa Keuangan Depkeu Arif Wibisono, saat ini satu-satunya aturan tentang pegadaian adalah peninggalan Belanda, yakni Pandhuis Reglement (Aturan Dasar Pegadaian) Staatsblad Tahun 1928 Nomor 81. Aturan ini hanya mengatur monopoli Perum Pegadaian, tidak mengatur industri pegadaian. ”Dalam RUU akan ada pengaturan lengkap,” ujar Arif. Direktur Keuangan Perum Pegadaian Budiyanto mengharapkan, RUU Pegadaian tidak menempatkan Perum Pegadaian pada posisi sulit. Selama ini Perum Pegadaian mengedepankan fungsi sosial ketimbang bisnis. Contohnya, Perum Pegadaian masih memberi pinjaman Rp 20.000 per nasabah dengan barang gadai seperti kain atau alat memasak. ”Untuk pinjaman Rp 20.000, kami hanya memperoleh penghasilan bunga 0,6 persen per 15 hari, atau sekitar Rp 1.200, padahal biaya untuk kertas bukti kredit saja Rp 2.000,” ujarnya. Menurut Budiyanto, Perum Pegadaian berkembang bila pemerintah menjaga ketat kompetisi antarperusahaan pegadaian, yakni, antara lain, memperjelas status bank syariah yang membuka unit gadai, yang sekaligus menghimpun dana dari masyarakat untuk permodalannya. ”Kami tidak boleh menarik dana dari masyarakat, sementara bank syariah bisa membuka usaha gadai sekaligus menarik dana masyarakat,” ujarnya. Penasihat Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Awet Abadi menolak masuknya investor asing ke industri pegadaian Indonesia. ”Kita sudah diserang di perbankan, jangan sampai mendapat tekanan di industri pegadaian,” ujarnya. Menurut Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) M Ihsanuddin, laju masuknya investor asing tidak bisa ditahan. Pemerintah hanya bisa mengatur agar investor asing dibatasi, yaitu hanya badan usaha dan harus bekerja sama dengan pengusaha dalam negeri. (OIN)