BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

advertisement
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No. 1055, 2016
KEMENKEU. SBSN. Pembiayaan Proyek/Kegiatan.
Tata Cara. Pencabutan.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 120/PMK.08/2016
TENTANG
TATA CARA PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
PEMBIAYAAN PROYEK/KEGIATAN MELALUI PENERBITAN
SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa
untuk
melaksanakan
ketentuan
Pasal
21
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang
Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara, Menteri Keuangan telah menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.08/2014
tentang Tata Cara Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara;
b.
bahwa berdasarkan hasil evaluasi atas pelaksanaan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.08/2014
tentang Tata Cara Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, dan dalam rangka mendukung pelaksanaan
monitoring
dan
Proyek/Kegiatan
evaluasi
melalui
pelaksanaan
penerbitan
pembiayaan
Surat
Berharga
Syariah Negara, perlu melakukan pengaturan kembali tata
cara
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembiayaan
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-2-
Proyek/Kegiatan melalui penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan
Menteri
Pemantauan,
Keuangan
Evaluasi
dan
tentang
Pelaporan
Tata
Cara
Pembiayaan
Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara;
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 70, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4852);
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang
Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5265);
3.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/ 2015
tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Kementerian
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1926);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PEMBIAYAAN
PROYEK/KEGIATAN
MELALUI
PENERBITAN
SURAT
BERHARGA SYARIAH NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Surat
Berharga
Syariah
Negara
yang
selanjutnya
disingkat SBSN atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-3-
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
2.
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
3.
Proyek adalah kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang
tentang
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja Negara yang merupakan bagian dari program
yang
dilaksanakan
oleh
Kementerian/Lembaga
yang
pembiayaannya bersumber dari penerbitan SBSN dalam
APBN.
4.
Pemrakarsa Proyek adalah Kementerian Negara/Lembaga
yang menyampaikan usulan Proyek.
5.
Kementerian
adalah
perangkat
pemerintah
yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
6.
Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi
lain
pengguna
melaksanakan
anggaran
tugas
yang
tertentu
dibentuk
berdasarkan
untuk
Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya.
7.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya
disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dan digunakan sebagai acuan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa
melaksanakan
Pengguna
kegiatan
Anggaran
pemerintahan
dalam
sebagai
pelaksanaan APBN.
8.
Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
9.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
yang
selanjutnya
disebut
Direktur
Jenderal
adalah
pimpinan unit eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan
yang
membidangi
urusan
pengelolaan
pembiayaan dan risiko.
10. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang
selanjutnya disingkat DJPPR adalah unit Eselon I di
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-4-
Kementerian Keuangan yang bertugas menyelenggarakan
perumusan
dan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
pengelolaan pinjaman, hibah, surat berharga negara, dan
risiko keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11. Rencana Penarikan Dana yang selanjutnya disingkat RPD
adalah dokumen yang memuat proyeksi penarikan dana
proyek selama masa pelaksanaan proyek yang disusun
oleh Pemrakarsa Proyek.
12. Kementerian
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasioanal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang selanjutnya disebut Kementerian PPN/Bappenas
adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada di
bawah dan bertanggung jawab pada presiden yang
bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
di
bidang
perencanaan
pembangunan
nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
BAB II
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ATAS
PEMBIAYAAN PROYEK MELALUI PENERBITAN SBSN
Bagian Kesatu
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan oleh
Kementerian/Lembaga
Pasal 2
(1)
Pemrakarsa Proyek melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap kinerja Proyek yang dibiayai melalui SBSN .
(2)
Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada tahapan:
a. pelaksanaan,
yang
meliputi
pemantauan
dan
evaluasi terhadap:
1)
perkembangan realisasi penyerapan dana;
2)
pencapaian fisik Proyek;
3)
permasalahan yang dihadapi; dan
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-5-
4)
tindak lanjut yang diperlukan;
b. penyelesaian pekerjaan proyek.
Pasal 3
Pemrakarsa Proyek menyusun laporan pemantauan dan
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dalam
bentuk:
a. laporan pelaksanaan; dan
b. laporan penyelesaian pekerjaan Proyek.
Pasal 4
(1) Laporan
pelaksanaan
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 3 huruf a, memuat rekapitulasi realisasi penyerapan
dana dan data pendukung berupa:
a. perkembangan pencapaian fisik Proyek; dan
b. permasalahan yang dihadapi serta tindak lanjut yang
diperlukan.
(2) Bentuk
laporan
pelaksanaan
sebagaimana
dimaksud
dalam ayat (1) mengacu pada format dalam Lampiran
huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Laporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1):
a. disusun untuk periode triwulanan;
b. disampaikan kepada Menteri u.p. Direktur Jenderal
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya atau
pada
hari
kerja
berikutnya,
apabila
tanggal
10
merupakan hari libur atau hari yang diliburkan.
Pasal 5
(1) Laporan
penyelesaian
pekerjaan
Proyek
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b memuat paling kurang:
a. salinan berita acara serah terima pekerjaan; dan
b. salinan
pengajuan
usulan
penetapan
status
penggunaan proyek yang mengacu pada ketentuan
perundang-undangan terkait pengelolaan Barang Milik
Negara.
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-6-
(2)
Laporan penyelesaian pekerjaan Proyek sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri u.p.
Direktur Jenderal paling lambat 12 (dua belas) bulan
setelah tahun anggaran pelaksanaan keseluruhan Proyek
berakhir.
Pasal 6
(1) Untuk Proyek yang belum dapat diselesaikan sampai
dengan
berakhirnya
berjalan
dan
kontrak
diberikan
pada
tahun
perpanjangan
anggaran
penyelesaian
pekerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan,
harus
pemantauan
dan
menyampaikan
evaluasi
laporan
hasil
sesuai
format
tambahan
tercantum dalam Lampiran huruf B yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Laporan
hasil
pemantauan
dan
evaluasi
tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan paling
lambat 15 (lima belas) hari kalender setelah berakhirnya
masa
perpanjangan
berikutnya
apabila
kontrak
batas
atau
waktu
pada
hari
kerja
penyampaian laporan
bertepatan dengan hari libur atau hari yang diliburkan.
Bagian Kedua
Pemantauan dan Evaluasi oleh Kementerian Keuangan
Pasal 7
(1) DJPPR
melakukan
pemantauan
terhadap
realisasi
penyerapan dana Proyek dengan:
a.
berdasarkan pada laporan hasil pemantauan dan
evaluasi
oleh
Pemrakarsa
Proyek
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 6; dan
b.
berpedoman pada RPD.
(2) Pemantauan
realisasi
penyerapan
dana
Proyek
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a.
membandingkan
antara
RPD
dengan
realisasi
penyerapan dana Proyek; dan
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-7-
b. melibatkan
unit-unit
Kementerian
terkait
Keuangan
di
dan
lingkungan
Kementerian
PPN/Bappenas, apabila diperlukan.
Pasal 8
(1)
DJPPR
melakukan
evaluasi
terhadap
realisasi
penyerapan dana Proyek, berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. ”baik” untuk Proyek dengan persentase kesenjangan
(gap) antara rencana dan realisasi kurang dari 25%
(dua puluh lima perseratus) yang berarti realisasi
penyerapan dana Proyek telah sesuai atau lebih cepat
dari jadwal yang direncanakan;
b. ”kurang” untuk Proyek dengan persentase gap antara
rencana dan realisasi mencapai 25% (dua puluh lima
perseratus) sampai dengan 75% (tujuh puluh lima
perseratus) yang berarti realisasi penyerapan dana
Proyek lebih lambat dari jadwal yang direncanakan;
dan
c.
”rendah” untuk Proyek dengan persentase gap antara
rencana dan realisasi sebesar lebih dari 75% (tujuh
puluh
lima
perseratus)
yang
berarti
realisasi
penyerapan dana Proyek sangat lambat dari jadwal
yang direncanakan.
(2)
Evaluasi terhadap realisasi penyerapan dana Proyek
dilakukan setiap triwulan atau dalam hal diperlukan.
(3)
Metode
penghitungan
terhadap
kesenjangan
(gap)
penyerapan dana Proyek mengacu pada penghitungan
tercantum dalam Lampiran huruf C yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
(1)
DJPPR menyusun hasil evaluasi realisasi penyerapan
dana Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1).
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-8-
(2)
Dalam rangka penyusunan hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan dokumen
yang bersumber, antara lain dari:
a.
data
realisasi
dari
Direktorat
Pengelolaan
Kas
Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
b.
laporan
hasil
pemantauan
dan
evaluasi
dari
Pemrakarsa Proyek; dan/atau
c.
hasil rapat antara DJPPR dengan Pemrakarsa Proyek
dan pihak terkait lainnya.
Pasal 10
(1)
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) dapat berupa:
(2)
a.
laporan hasil pemantauan; dan/atau
b.
rekomendasi terhadap hasil pemantauan.
Laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dilakukan untuk seluruh kriteria
penilaian Proyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1).
(3)
Rekomendasi terhadap hasil pemantauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, diberikan terhadap hasil
pemantauan dengan kriteria penilaian “kurang” dan
“rendah”.
BAB III
REKOMENDASI
Pasal 11
(1)
DJPPR menyusun rekomendasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (3).
(2)
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
a.
paling kurang memuat usulan kepada Pemrakarsa
Proyek
untuk
mengambil
langkah-langkah
percepatan pelaksanaan penyelesaian Proyek; dan
b.
disampaikan
kepada
Pemrakarsa
Proyek
oleh
Direktur Jenderal atas nama Menteri.
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-9-
BAB IV
PENGHENTIAN PEMBIAYAAN
Pasal 12
(1)
Menteri
dapat
menghentikan
pembiayaan
terhadap
sebagian atau seluruh dana Proyek.
(2)
Penghentian pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat dilakukan untuk Proyek yang:
a. memiliki permasalahan hukum; dan/atau
b. berada dalam kondisi kahar (force majeure).
Pasal 13
(1)
Penghentian pembiayaan Proyek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 dilakukan dengan mempertimbangkan
hasil rapat koordinasi antara DJPPR dengan Kementerian
PPN/Bappenas dan Pemrakarsa Proyek.
(2)
Penghentian pembiayaan Proyek ditetapkan dengan surat
Menteri, dan disampaikan kepada Pemrakarsa Proyek
dengan
tembusan
paling
kurang
kepada
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Perencanaan
Pembangunan
Nasional,
dan
Menteri
Badan
Direktur
Jenderal.
Pasal 14
(1)
Direktur
Jenderal
menyampaikan
penetapan
penghentian pembiayaan Proyek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan dan Direktur Jenderal Anggaran.
(2)
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
menindaklanjuti
penetapan penghentian pembiayaan Proyek sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan menyampaikan Surat
Permintaan Penghentian Pembayaran kepada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk menghentikan
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana Proyek sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-10-
Pasal 15
Berdasarkan surat Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2), Pemrakarsa proyek dapat mengajukan revisi
dokumen
anggaran
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan nomor 44/PMK.08/2014 tentang Tata Cara
Pemantauan,
Evaluasi
dan
Pelaporan
Pembiayaan
Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
265), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
www.peraturan.go.id
2016, No.1055
-11-
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Juli 2016
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P.S. BRODJONEGORO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juli 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.peraturan.go.id
Download