BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polusi udara adalah

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Polusi udara adalah salah satu masalah utama di dunia. Di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia, polusi dari pabrik-pabrik perindustrian sudah tidak
terkontrol dan bahkan sekarang sudah digantikan oleh polutan yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor. Kondisi ini semakin diperburuk oleh peningkatan
industri yang disertai dengan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor
(Maynard, 2003).
Menurut WHO (2012), terdapat 5 kota besar di Indonesia yang termasuk
dalam hasil pemantauan polusi udara pada 1.082 kota di 91 negara. Hasilnya
polusi udara di kota Medan tercatat yang paling tinggi di Indonesia dan
menempati peringkat ke-59 di dunia dengan kadar PM10 sebesar 111 µg/m³.
Peringkat berikutnya adalah Surabaya pada peringkat ke-128 di dunia dengan
kadar PM10 sebesar 69 µg/m³. Selanjutnya diikuti oleh Bandung pada peringkat
ke-192 di dunia dengan kadar PM10 51 µg/m³. Jakarta menempati peringkat ke238 dengan kadar PM10 sebesar 43 µg/m³. Kota terakhir di Indonesia yang
disurvei WHO adalah Pekanbaru yang menempati peringkat ke-1001 dengan
kadar PM10 sebesar 11 µg/m³. Paparan ini mempengaruhi saluran pernafasan dan
organ-organ pernafasan yang salah satunya adalah hidung.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
konsentrasi polusi udara dengan gejala pada pernafasan, inflamasi saluran nafas,
dan angka penderita yang masuk ke rumah sakit. Peningkatan prevalensi rinitis
dan gejala pernafasan sejalan dengan penurunan pembersihan mukosiliar hidung
dilaporkan pada individu yang tinggal di daerah dengan konsentrasi NO2 yang
tinggi. Pengatur lalu lintas, supir taksi, dan supir bus yang bekerja pada daerah
dengan polusi udara yang tinggi juga mengalami inflamasi hidung dan penurunan
fungsi pembersihan mukosiliar (Brant et al., 2014).
Hidung berperan sebagai mekanisme pertahanan pertama terhadap
kontaminan udara pada sistem pernafasan, termasuk alergen dan iritan. Berbagai
Universitas Sumatera Utara
2
alergen dan iritan tersebut dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa
hidung. Masalah pernafasan yang paling sering muncul pertama kali adalah rinitis,
dan dapat juga meluas hingga ke saluran pernafasan bawah. Paparan alergen dan
iritan yang bervariasi di tempat kerja dapat menghasilkan gejala-gejala yang
berbeda (Papsin, McTavish, 2003).
Oleh karena itu, menjaga kesehatan hidung adalah salah satu hal yang
penting untuk dilakukan. Apabila hidung terganggu, maka hal tersebut akan
mengganggu fungsi utama dari hidung sebagai indra penciuman dan organ
pernafasan. Hidung yang tidak diberi pemeliharaan dan perawatan, dapat dengan
mudah terganggu fungsinya akibat paparan dari lingkungan. Sekret dan kotoran
yang tidak dibersihkan di dalam rongga hidung dapat mengakibatkan terjadinya
penyumbatan di rongga hidung dan dapat mengakibatkan kelainan di organ-organ
lain, seperti tenggorokan dan telinga, karena terdapat hubungan diantara ketiga
organ tersebut (Ballenger, 2003).
Korelasi antara beratnya gejala pada hidung dengan kualitas hidup
ditemukan hanya derajat ringan sampai sedang. Untuk mendapatkan gambaran
kesehatan pasien secara keseluruhan, dapat dinilai dengan menilai kualitas
hidupnya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan hidung tersebut dapat diukur
dengan mini-Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (mRQLQ) yang
telah tervalidasi (Airaksinen, 2010; Juniper, 2000).
Metode cuci hidung mampu meningkatkan kualitas hidup. Terlebih lagi
untuk orang-orang yang sering terpapar zat-zat tertentu yang mempengaruhi
fungsi transpor mukosiliar. Keseharian mereka berada di tempat kerja membuat
mereka sering terpapar zat-zat yang memungkinkan menurunnya fungsi transpor
mukosiliar dan menyebabkan timbulnya gangguan-gangguan pada hidung yang
menurunkan kualitas hidup. Gangguan yang terjadi umumnya mempengaruhi
tidur, kehidupan sosial, sekolah, dan pekerjaan seseorang (Hermelingmeier et al.,
2012).
Cuci hidung adalah suatu metode membilas rongga hidung menggunakan
larutan garam. Larutan garam yang digunakan umumnya adalah larutan isotonis,
seperti larutan NaCl 0,9% karena transpor mukosiliar bekerja optimal hanya pada
Universitas Sumatera Utara
3
pH yang netral. Metode tersebut adalah suatu cara sederhana dan murah yang
digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi sinus dan nasal selama beberapa
tahun. Kegunaannya adalah untuk memicu perbaikan pembersihan mukosiliar
dengan melembabkan rongga hidung dan mengangkat material-material yang
melekat pada membran mukosa, sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas
hidupnya (Papsin, McTavish, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh cuci
hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap penurunan rata-rata total skor kualitas
hidup pada pedagang kaki lima yang terpapar polutan setelah melakukan cuci
hidung selama 10 hari.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah:
“Apakah ada pengaruh cuci hidung dengan menggunakan NaCl 0,9%
terhadap penurunan rata-rata total skor kualitas hidup?”
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap
penurunan rata-rata total skor kualitas hidup.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui rata-rata total skor kualitas hidup pedagang kaki lima di
kawasan Universitas Sumatera Utara sebelum melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9%.
2. Mengetahui rata-rata total skor kualitas hidup pedagang kaki lima di
kawasan Universitas Sumatera Utara sesudah melakukan cuci hidung
menggunakan NaCl 0,9%.
Universitas Sumatera Utara
4
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Akademis
Sebagai tambahan pengetahuan dan tambahan kajian teori bagi peneliti
lain mengenai pengaruh cuci hidung menggunakan NaCl 0,9% terhadap
penurunan rata-rata total skor kualitas hidup.
1.4.2
Bagi Subjek Penelitian
a. Sebagai pengetahuan atau informasi tentang pengaruh cuci hidung
menggunakan
NaCl 0,9% terhadap kualitas hidup pada individu yang
terpapar polutan.
b. Sebagai dasar upaya pencegahan terjadinya terganggunya kualitas hidup
pada individu yang terpapar polutan.
1.4.2. Bagi Peneliti
Sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah di dapat di
perkuliahan dalam bentuk melakukan penelitian ilmiah secara mandiri.
Universitas Sumatera Utara
Download