Obat parasit menunjukkan kemampuan melawan HIV Oleh: aidsmeds.com, 1 Februari 2008 Obat yang biasa dipakai untuk mengobati infeksi parasit di negara berkembang mungkin berperan penting dalam melawan HIV apabila dipakai bersamaan dengan antiretroviral (ARV) yang baku. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Retrovirology edisi 31 Januari 2008. Ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa HIV menyembunyikan dirinya sendiri secara aman di dalam sel darah putih tipe tertentu, yang memungkinkan virus tersebut tersembunyi dari sistem kekebalan dan terhindar dari kegiatan terapi antiretroviral (ART). Sebaliknya, setelah ART dihentikan – bahkan setelah beberapa tahun mempertahankan viral load agar tidak terdeteksi – HIV dikeluarkan dari sel persembunyiannya, kemudian virus bereplikasi secara cepat dan menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang sistem kekebalan secara terus-menerus. Makrofag adalah tipe sel darah putih yang dapat dipakai oleh virus sebagai tempat persembunyian. Biasanya, makrofag mengatur ke seluruh tubuh mencari mikroorganismse asing. Apabila sel ini terinfeksi virus atau berhenti berfungsi, sel tersebut seharusnya menjalani sebuah proses yang disebut apoptosis – sel mati dengan sendirinya (bunuh diri). Tetapi, apabila makrofag terinfeksi HIV, sel tersebut tidak dapat menjalani apoptosis dan pada akhirnya menyediakan perlindungan pada virus, jauh melampaui siklus kehidupan normal mereka. Sebuah penelitian dari Baek Kim, PhD, lektor dari Universitas Rochester Medical Center, dan rekan mungkin dapat menjelaskan dampak perpanjangan hidup makrofag yang mengganggu ini. Menurut tim Dr. Kim, HIV berubah menjadi serangkaian sinyal ketahanan hidup sel – disebut jalur kinase PI3K/Akt – yang mencegah apoptosis dan memperpanjang siklus hidup makrofag. Virus melakukan hal ini dengan cara mendiami molekul yang disebut PTEN, mengakibatkan gangguan PI3K/Akt yang kadang-kadang memberi sinyal apabila terjadi gangguan atau kerusakan pada sel. Miltefosin diketahui sebagai penghambat jalur PI3K/Akt di Amerika Selatan dan Asia dipakai untuk mengobati leishmaniasis yaitu penyakit parasit yang mematikan. Sebetulnya pada mulanya miltefosin diteliti sebagai unsur kemoterapi dalam upaya agar mendorong sel kanker mematikan diri. Tim Dr. Kim membuktikan bahwa miltefosin menghambat jalur PI3K/Akt pada makrofag yang terinfeksi HIV sehingga mengimbangi dampak virus terhadap PTEN. “Miltefosin mengakhiri hidup yang panjang makrofag yang terinfeksi HIV,” Dr. Kim mengatakan. “Kenyataan bahwa miltefosin sudah dipakai pada manusia dapat mempercepat proses untuk mendapatkan persetujuan pemerintah untuk memakai miltefosin atau obat serupa sebagai obat anti-HIV yang baru. Pada fase berikutnya, kami akan melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa hambatan terhadap Akt akan mengakhiri ketahanan hidup makrofag yang terinfeksi HIV tempat persembunyian pada keadaan yang sesungguhnya.” Penelitian yang menilai strategi untuk menghilangkan HIV dari sel CD4 “ingatan”, sel darah putih tipe kedua yang dapat menyimpan HIV selama bertahun-tahun bahkan hingga puluhan tahun, sudah dilakukan sejak akhir 1990-an. Penghambat Akt sebagai ART khusus terhadap makrofag yang terinfeksi HIV. Ringkasan: Parasitic Drug Shows HIV-Fighting Promise Sumber: Pauline Chugh et al, Retrovirology 2008, 5:11doi:10.1186/1742-4690-5-11 Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/