abstract - IPB Repository

advertisement
ABSTRACT
MUHAIMIN HAMZAH. The Growth Performance and Viability Enhancement of
Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Fed on Selenium Supplementation.
Under direction of M. AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG PRIYO
UTOMO, and WASMEN MANALU.
This study was conducted to evaluate the effects of different levels and
sources of selenium (Se) on the growth performance and viability of juvenile
humpback grouper (Cromileptes altivelis). The experiments were arranged and
conducted in four stages. The first experiment was conducted to compare the
digestibility of dietary Se from sodium selenite and selenometionin. Two groups
of grouper were given the experimental diets for 14 days. The result of this
experiment showed that selenometionin was more digestible (68,68%) than
sodium selenite (60,36%). In experiment 2, two different sources of Se at varying
concentrations were added to the basal diet (sodium selenite at 0,5; 1; 2; and 4 mg
Se/kg diet, and selenometionin at 1; 2; and 4 mg Se/kg diet, respectively). Another
treatment was unsupplemented Se. Of the treatments, selenometionin
supplementation with dose of 4 mg Se/kg diet showed a better performance than
other diets. The addition of sodium selenite with dose of 0,5 mg Se/kg diet
showed a toxic effects. In experiment 3, pelleted diets with 0; 0,025; 0,05; 0,1;
0,2; and 0,4 mg Se/kg diet from sodium selenite were used to fed triplicate groups
of fish twice a day at satiation (mean initial length and weight: 5,83+0,28 cm and
3,47+0,43 g, respectively) in a 90x40x35 cm aquaria. The experimental fish were
reared for 42 days at a density of 15 ind./aquarium. At the end of the experiment,
fish were dipped in fresh water for 10 minutes and no aeration was added. The
addition of sodium selenite with dose of 0,05 mg Se/kg diet enhanced growth
performance and viability of juvenile humpback grouper. The last experiment was
conducted to evaluate the effects of different levels of selenometionin on the
growth and viability of juvenile humpback grouper. In this experiment, pelleted
diets with 0; 4; and 16 mg Se/kg diet from selenometionin were used to fed
triplicate groups of fish twice a day at satiation. The experimental fish were reared
for 42 days at a density of 15 ind./aquarium. At the end of the rearing period, fish
were transported for 13 hours and then reared again for 20 days. At the second
week of the continued rearing period, fish were dipped in fresh water for 10
minutes and no aeration was added. The studies showed that the addition of
selenometionin at a concentration of 4 mg Se/kg diet enhanced growth
performance and viability of juvenile humpback grouper.
Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper
RINGKASAN
MUHAIMIN HAMZAH. Peningkatan Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan
Tubuh Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) melalui Penambahan Selenium
dalam Pakan. Dibimbing oleh M. AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG
PRIYO UTOMO, dan WASMEN MANALU.
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan spesies ikan laut
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan.
Namun, budi daya kerapu bebek masih menyisakan masalah, di antaranya
pertumbuhannya yang lebih lambat dibandingkan dengan jenis kerapu lain. Selain
itu, dalam pemeliharaan di karamba jaring apung, ikan mudah mengalami stres
akibat perubahan kondisi lingkungan dan penanganan yang kurang baik, yang
berakibat pada rentannya ikan terserang penyakit, bahkan mengalami kematian.
Lambatnya pertumbuhan dan rendahnya kelangsungan hidup ikan dapat
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi ataupun ketidakmampuan
ikan untuk memanfaatkan materi dan energi yang ada dalam pakan. Komponen
pakan yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi pada
pertumbuhan adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Kajian
tentang kebutuhan nutrisi ikan kerapu bebek saat ini masih terbatas pada
makronutrien, sedangkan informasi tentang kebutuhan mikronutrien, terutama
mineral, masih sangat terbatas.
Mineral, termasuk di dalamnya trace element, merupakan bahan-bahan
anorganik yang mempunyai fungsi fisiologis penting bagi tubuh. Selenium (Se)
adalah salah satu mikromineral penting bagi pertumbuhan dan kesehatan
organisme. Selenium ditemukan menjadi bagian integral dari enzim glutation
peroksidase. Glutation peroksidase (GPx) mengkatalisis reaksi-reaksi penting
untuk konversi hidrogen peroksida dan asam lemak hidroperoksida menjadi air
dan asam lemak alkohol dengan menggunakan glutation tereduksi, yang dengan
demikian melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif. Fungsi penting lain
mineral Se adalah peran sertanya dalam metabolisme hormon tiroid. Iodotironin
deiodinase (ID) adalah suatu selenoenzim yang mengkatalisis produksi bentuk
aktif hormon tiroid (3,5,3‟-triiodtironin, T3) dari tiroksin (T4).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah penambahan Se optimal
yang mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh, serta
membandingkan penggunaan Se anorganik (sodium selenite) dan Se organik
(selenometionin) dalam pakan juvenil ikan kerapu bebek. Penelitian didesain
dalam 4 seri percobaan yaitu : (1) Uji kecernaan Se; (2) Penentuan dosis optimal
dan sumber Se terbaik; (3) Kinerja pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan yang
diberi pakan dengan penambahan sodium selenite dosis berbeda; dan (4) Uji
ketahanan tubuh terhadap berbagai stressor lingkungan.
Percobaan I bertujuan untuk membandingkan kecernaan Se dari dua
sumber yang berbeda, yaitu Se anorganik (sodium selenite) dan Se organik
(selenometionin). Hewan uji yang digunakan adalah juvenil berapu bebek yang
dipelihara pada akuarium berukuran 90x40x35 cm dengan sistem resirkulasi.
Media percobaan adalah air laut bersalinitas 30-31 ppt dan suhu 28-29oC. Pakan
uji adalah pakan buatan berbentuk pelet yang ditambahkan dengan indikator
(Cr2O3) sebanyak 0,5%. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 14 hari dengan
pemberian pakan 2 kali sehari. Pengumpulan feses dilakukan pada pagi dan sore
hari selama percobaan. Feses yang terkumpul kemudian dikeringkan dan diukur
kadar Cr2O3 dan Se-nya. Hal yang sama dilakukan pada pakan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecernaan dan penyerapan Se yang berasal dari
selenometionin lebih tinggi dibandingkan dengan sodium selenite.
Pada percobaan II, hewan uji yang digunakan adalah juvenil kerapu bebek
berukuran panjang rata-rata 6,39+0,41 cm dan bobot rata-rata 4,49+0,65 g. Ikan
berjumlah 12 ekor dipelihara di akuarium berukuran 90x40x35 cm dengan sistem
resirkulasi. Media percobaan adalah air laut bersalinitas 30-31 ppt dan suhu 2829oC. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan delapan
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah tanpa penambahan
Se, 4 tingkatan dosis sodium selenite (0,5, 1, 2, dan 4 mg Se/kg pakan), dan 3
tingkatan dosis selenometionin (1, 2, dan 4 mg Se/kg pakan). Selama
pemeliharaan, ikan diberi pakan secara at satiation frekuensi dua kali sehari (pagi
dan sore). Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian selenometionin lebih baik dibandingkan dengan
sodium selenite. Pada penambahan sodium selenite, tingkat kelangsungan hidup
makin menurun dengan makin meningkatnya kadar Se di pakan, dan penambahan
0,5 mg Se/kg pakan adalah dosis yang sudah menyebabkan keracunan. Hasil
pengujian histopatologi menunjukkan adanya kerusakan pada organ hati, ginjal,
dan usus pada ikan yang diberi sodium selenite dosis 0,5–4 mg Se/kg pakan.
Sebaliknya, penambahan selenometionin sampai dengan 4 mg Se/kg pakan belum
menunjukkan tanda-tanda keracunan pada ikan, dengan tingkat kelangsungan
hidup 86,11–97,22%. Berdasarkan nilai efisiensi pakan, retensi protein, retensi
lemak, dan retensi Se terlihat bahwa penambahan selenometionin dosis 4 mg
Se/kg pakan adalah perlakuan terbaik.
Percobaan III bertujuan untuk menentukan jumlah penambahan Se
anorganik (sodium selenite) yang mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan
daya tahan tubuh juvenil kerapu bebek pada cekaman kondisi lingkungan.
Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah penambahan sodium
selenite pada berbagai tingkat dosis (0, 0,025, 0,05, 0,1, 0,2, dan 0,4 mg Se/kg
pakan). Juvenil kerapu bebek berukuran panjang rata-rata 5,83+0,28 cm dan bobot
rata-rata 3,47+0,43 g dipelihara dalam akuarium berukuran 90x40x35 cm dan
diberi pakan buatan berbentuk pellet frekuensi dua kali sehari (pagi dan sore)
secara at satiation. Media percobaan adalah air laut bersalinitas 30-31 ppt dan
suhu 28-29oC. Ikan dipelihara selama 42 hari dengan kepadatan 15 ekor setiap
akuarium. Pada akhir pemeliharaan, ikan direndam di dalam air tawar selama 10
menit tanpa aerasi untuk mengetahui respons stres. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, konsumsi pakan,
efisiensi pakan, retensi protein, aktivitas enzim GPx hati, dan semua parameter
gambaran darah tidak dipengaruhi oleh pakan uji. Sebaliknya, penambahan Se
memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada retensi lemak, rasio RNA/DNA,
aktivitas enzim GPx plasma, dan rasio T3/T4. Penambahan sodium selenite dosis
0,05 mg Se/kg pakan mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan daya tahan
tubuh juvenil kerapu bebek.
Percobaan IV bertujuan untuk menguji ketahanan tubuh juvenil kerapu
bebek yang diberi pakan dengan penambahan selenometionin dosis berbeda.
Stressor yang digunakan adalah uji transportasi (simulasi) dan uji perendaman di
air tawar. Percobaan didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah tanpa penambahan
Se, penambahan selenometionin dosis 4 mg Se/kg pakan (Se optimal), dan
penambahan 16 mg Se/kg pakan (Se berlebih). Hewan uji yang digunakan adalah
juvenil kerapu bebek berukuran panjang rata-rata 5,68+0,73 cm dan bobot ratarata 3,43+0,46 g. Ikan uji dipelihara selama 42 hari pada akuarium berukuran
90x40x35 cm dengan kepadatan 15 ekor/wadah. Media percobaan adalah air laut
bersalinitas 30-31 ppt dan suhu 28-29oC. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan
buatan berbentuk pellet sesuai perlakuan dengan frekuensi dua kali sehari (pagi
dan sore) secara at satiation. Pada akhir pemeliharaan, ikan uji ditransportasikan
selama 13 jam dan kemudian dipelihara kembali selama 20 hari. Pada minggu
kedua pemeliharaan lanjutan, dilakukan uji perendaman di air tawar selama 10
menit tanpa aerasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang diberi
selenometionin dosis 4 dan 16 mg Se/kg pakan memiliki stres yang lebih rendah
ketika uji transportasi dan uji perendaman di air tawar dibandingkan dengan
kelompok ikan tanpa penambahan Se. Pertumbuhan ikan juga menunjukkan hal
yang sama pada saat pemeliharaan lanjutan. Secara umum terlihat bahwa
penambahan selenometionin dosis 4 mg Se/kg pakan meningkatkan kinerja
pertumbuhan dan daya tahan tubuh juvenil ikan kerapu bebek.
Kata kunci: selenium, pertumbuhan, daya tahan tubuh, Cromileptes altivelis,
kerapu
Download