Hilangnya CD4 tidak cukup untuk menyebabkan AIDS pada beberapa kera Oleh: Keith Alcorn, aidsmap.com, 13 September 2007 Kera jenis sooty mangebey yang ditulari dengan virus perusak kekebalan pada kera (SIV) asal mula virus HIV tidak terlihat mengembangkan AIDS walau sangat banyak kehilangan CD4 seperti terlihat pada manusia. Para peneliti AS sekarang berpendapat bahwa aktivasi kekebalan, yang tidak terjadi pada sooty mangebey, sangat menentang fungsi kekebalan sehingga menjadi AIDS pada manusia. Pandangan mereka diuraikan dalam tiga makalah dalam Journal of Immunology edisi September 2007, dan penulis setuju bahwa sejalan dengan terapi antiretroviral (ART), pendekatan pengobatan yang dapat menghentikan aktivasi kekebalan terkait HIV perlu diselidiki. Para peneliti, yang termasuk beberapa peneliti ternama yang meneliti bagaimana HIV menyebabkan penyakit, datang dari tiga kelompok peneliti yang berbeda. Tetapi mereka semua menghasilkan kesimpulan yang serupa dalam hal penelitian masalah infeksi SIV pada sooty mangebey, induk virus yang alami, dan pada kera jenis rhesus macaque. Sooty mangebey biasa hidup dengan SIV dan tidak mengalami penyakit, dan sudah seperti itu mungkin selama ratusan ribu tahun, tetapi uji coba infeksi SIV di laboratorium menghasilkan penuruan berat pada jumlah CD4 pada usus sepasang mangebey yang ditempatkan di Tulane Primate Research Center. Tetapi, kedua hewan ini tidak menjadi sakit akibat kehilangan CD4, dan juga tidak kehilangan CD4 dalam darahnya. Sebaliknya, kehilangan banyak CD4 pada spesies lain lama kelamaan akan berakhir dengan peningkatan infeksi oportunistik berat. Dan, apabila kera diberi obat antiretroviral (ARV), mereka segera mengalami aktivasi jumlah CD4 yang sangat baik dalam ususnya, sebuah fenomena yang terjadi jauh lebih lamban pada manusia. Apa yang membuat hewan ini berbeda, para peneliti berpendapat, adalah ketiadaan pergerakan kekebalan yang mengiringi hilangnya CD4. Aktivasi kekebalan terjadi apabila sistem kekebalan menemukan unsur asing atau unsur menular dan adalah fungsi tubuh manusia yang normal tetapi pada tingkat yang rendah. Aktivasi kekebalan menjadi bermasalah apabila menjadi terus-menerus, dengan tingkat tinggi, dan mengarah pada tingkat peradangan sehingga kondisi kesehatan memburuk. Lama kelamaan, hal ini juga menghabiskan beberapa subset sistem kekebalan dan akibatnya merusak kemampuan jangka panjang sistem kekebalan untuk mengendalikan infeksi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perpindahan bakteri melalui dinding usus, diyakini sebagai penyebab penting kegiatan kekebalan pada manusia dengan HIV, tidak terjadi pada sooty mangabey setelah minggu-minggu permulaan terinfeksi. Evolusi telah menolong sooty mangebey untuk menyesuaikan diri dengan SIV dengan mempertahankan surveilans kekebalan walau mengalami kehilangan banyak sel CD4 dan dengan membatasi aktivasi kekebalan, mereka menyimpulkan. Sebaliknya, kera jenis rhesus macaque menjadi sakit setelah terinfeksi SIV. Kelompok kedua dipimpin oleh Daniel Sodora dari Seattle Biomedical Research Institute melakukan penilaian yang lebih cermat terhadap sistem kekebalan pada dua ekor sooty mangebey. Mereka membandingkannya dengan rangkaian perubahan sistem kekebalan yang terlihat pada manusia dengan HIV, yang mengarahkan kelompok ini untuk menyimpulkan bahwa berbagai bentuk lain kerusakan fungsi kekebalan adalah penentu penting terhadap AIDS pada manusia yang sudah terlebih dulu kehilangan banyak CD4 di usus, yang berbagi tempat tinggal bagi 85% populasi CD4 pada manusia. Kera sooty mangebey tidak mengalami kerusakan jaringan struktur limpa, berbeda dengan manusia dengan HIV, dan ini mungkin satu faktor yang memungkinkan tanggapan kekebalan lain untuk berfungsi secara normal. Namun demikian, aktivasi kekebalanlah yang paling berdampak merusak tanggapan kekebalan yang dapat mengendalikan HIV dan infeksi oportunistik, dan hal ini harus menjadi sasaran penelitian Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Hilangnya CD4 tidak cukup untuk menyebabkan AIDS pada beberapa kera terapeutik yang akan datang. Akhirnya, pendekatan pengobatan yang dapat mengurangi aktivasi kekebalan yang disebabkan oleh HIV mungkin akan membiarkan orang untuk menghentikan ART-nya setelah mereka mengalami masa pemulihan kekebalan yang bertahan. Sebagai gantinya, orang dapat menerima pengobatan yang membatasi aktivasi kekebalan, mencegah hilangnya CD4 yang dipulihkan oleh ART jangka panjang. Ringkasan: CD4 cell loss not enough to cause AIDS in some monkeys Sumber: Milush JM et al. Virally induced CD4+ T cell depletion is not sufficient to induce AIDS in a natural host. J Immunol 179: 3047-3056, 2007. Gordon SN et al. Severe depletion of mucosal CD4+ T cells in AIDS-free simian immunodeficiency virus-infected sooty mangebeys. J Immunol 179: 3026-3034, 2007. Pandrea IV et al. Acute loss of intestinal CD4+ T cells is not predictive of simian immunodeficiency virus virulence.J Immunol 179: 3035-3046, 2007. –2–