Vaksinasi MMR ulang aman dan efektif pada anak yang berhasil memakai ART Oleh: Michael Carter, aidsmap.com, 9 Agustus 2007 Anak HIV-positif yang mengalami pemulihan kekebalan karena pengobatan terapi anti-HIV (ART) menanggapi dengan baik vaksinasi ulang untuk campak, gondong dan rubela (MMR). Hal ini berdasarkan penelitian Thailand yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases edisi 1 September 2007. Para peneliti juga menemukan bahwa vaksinasi ulang adalah aman, tidak menyebabkan efek samping yang bermakna maupun penurunan persentase CD4 serta peningkatan viral load HIV. Pada 2006, UNAIDS memperkirakan bahwa ada 2,3 juta anak HIV-positif di seluruh dunia. Akses ART untuk anak HIV-positif membaik, dan di Thailand, pengobatan anti-HIV gratis sudah tersedia untuk orang dewasa dan anak sejak 2002. Berkat pengobatan HIV, sudah terjadi peningkatan yang bermakna dalam prognosis anak yang terinfeksi HIV di Thailand yang sekarang berkesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan normal, misalnya sekolah dan berharap untuk kelangsung hidup hingga dewasa. Penyakit anak yang umum, misalnya campak menjadi lebih berat pada anak HIV-positif. Walaupun 98% anak Thailand menerima vaksinasi campak, 88% - 95% di antaranya mengembangkan antibodi pelindung, kemanjuran vaksinasi serupa itu jauh lebih rendah pada anak dengan sistem kekebalan yang lemah. Penelitian sebelumnya di Thailand mengungkapkan bahwa hanya 42% anak HIV-positif yang menerima vaksin MMR mengembangkan antibodi pelindung terhadap campak. Anak yang memakai ART menanggapi vaksinasi campak dengan lebih baik. Tetapi masih ada pertanyaan yang belum terjawab tentang kemanjuran vaksinasi ulang pada anak tersebut. Pertanyaan juga masih belum terjawab tentang waktu yang paling tepat untuk vaksinasi ulang, kemanjuran vaksinasi ulang, risiko efek samping, dan kemungkinan dampak vaksinasi ulang terhadap tanda immunologi dan virologi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para peneliti di rumah sakit Universitas Chiang Mai di Thailand merancang penelitian prospektif yang melibatkan 51 anak HIV-positif yang memakai ART. Semua anak berusia di atas lima tahun, mempunyai nadir CD4 15% atau kurang, tetapi mengalami pemulihan kekebalan dengan peningkatan CD4 menjadi di atas 15% setelah tiga bulan memakai ART. Tidak ada anak yang mempunyai antibodi pelindung terhadap campak. Vaksinasi dengan vaksin MMR dosis tunggal disediakan pada Oktober 2005. Anak berusia rata-rata 10 tahun, 53% laki-laki, 76% diketahui pernah menerima vaksinasi MMR, dan pada saat vaksinasi, 55% anak mempunyai antibodi pelindung terhadap rubela dan 20% mempunyai antibodi pelindung terhadap gondong. Anak yang antibodinya menanggapi vaksinasi MMR diperiksa empat dan 24 minggu setelah menerima vaksinasi. Kira-kira separuh anak (51%) digolongkan mempunyai AIDS, dan nadir CD4 adalah 5%. ART dimulai ketika anak berusia rata-rata delapan tahun, dan masa terapi HIV rata-rata untuk vaksinasi ulang adalah 127 minggu. CD4 rata-rata pada saat vaksinasi ulang adalah 27% dan 92% anak mempunyai viral load di bawah 50. Empat minggu setelah vaksinasi MMR ulang, 90% anak yang mempunyai antibodi pelindung terhadap campak, 78% mempunyai antibodi pelindung terhadap rubela, dan semua anak mempunyai antibodi pelindung terhadap gondong. Setelah 24 minggu, persentase anak dengan pelindung terhadap setiap jenis infeksi yang tercakup dalam vaksin MMR mengalami penurunan 80% untuk campak, 61% untuk gondong, dan 94% untuk rubela. Tidak ada efek samping yang diamati, walaupun 45% anak melaporkan nyeri pada bekas suntikan antara satu dan tiga hari. Tidak ada efek samping vaksinasi MMR ulang yang mengarah pada perubahan CD4 atau viral load secara bermakna. “Mayoritas anak yang terinfeksi HIV dengan pemulihan kekebalan setelah ART mengembangkan Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Vaksinasi MMR ulang aman dan efektif pada anak yang berhasil memakai ART antibodi pelindung setelah vaksinasi MMR ulang”, komentar para peneliti. Para peneliti mencatat bahwa dalam penelitian sebelumnya di AS, hanya 64% anak pengguna ART yang menerima vaksinasi campak mengembangkan antibodi pelindung terhadap infeksi ini. Tetapi anak dalam penelitian ini sudah memakai ART untuk jangka waktu yang lebih pendek secara bermakna (rata-rata 40 minggu) dibandingkan dengan anak dalam penelitian di Thailand, dan secara bermakna lebih sedikit anak di AS mempunyai viral load tidak terdeteksi (64% banding 92%). Para peneliti didorong oleh tingkat tanggapan terhadap komponen vaksinasi rubela “yang sangat baik” terlihat dalam penelitian ini. Mereka menulis, “tanggapan yang sangat baik terhadap revaksinasi rubela yang ditunjukkan dalam penelitian kami memberi kesan bahwa vaksinasi ulang pada remaja perempuan terinfeksi HIV yang memasuki usia subur menurunkan riskio infeksi rubela pada kelamin selama masa suburnya.” Sehubungan dengan proporsi anak yang mengembangkan antibodi pelindung terhadap gondong setelah vaksinasi ulang, para peneliti mencatat bahwa hal ini tidak lebih rendah dibandingkan dengan proporsi anak HIV-negatif dalam penelitian lain. Tetapi, tiga sampai enam bulan setelah vaksinasi, proporsi anak yang sehat masih terlindungi terhadap gondong oleh vaksinasi adalah serupa dengan yang terlihat dalam penelitian di Thailand. Ringkasan: MMR revaccination safe and effective in children taking successful anti-HIV treatment Sumber: Aurpibul L et al. Response to measles, mumps, and rubella revaccination in HIV-infected children with immune recovery after highly active antiretroviral therapy. Clin Infect Dis 45: 637 – 642, 2007. –2–