BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Desentralisasi dan Otonomi pendidikan dasar dalam sistem pendidikan nasional merupakan kajian yang menarik, mengingat makin tumbuhnya kesadaran masyarakat maupun pemerintah bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan bangsa, tidak heran dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang pendidikan sering kali jadi prioritas pembangunan. Dalam mebedah topik desentralisasi dan Otonomi pendidikan dasar peneliti membagi kedalam tiga bagian, Pertama, penyelenggara pendidikan dasar, Kedua, desentralisasi pendidikan dasar, dan Ketiga, otonomi pendidikan dasar. Pertama, pada bagian penyelenggara pendidikan dasar dapat disimpulkan sebagai berikut, 1. Aktor yang terlibat dalam penyelenggara pendidikan dasar secara umum adalah pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Sedangkan pada penyelenggara satuan pendidikan dasar jalur formal diselenggarakan oleh pemerintah, kementerian agama, dan masyarakat. 2. Pemerintah memiliki peran dominan dalam menentukan berbagai kebijakan pendidikan nasional baik dalam Kebijakan Nasional Pendidikan, Menetapkan Standar Nasional Pendidikan, Menetapkan Standar Pelayanan Minimal, Kebijakan Tata Kelola Pendidikan dan berbagai kebijakan terkait penyelenggaraan pendidikan nasional. Namun pada tahap 157 pelaksanaan proses pembelajaran, satuan pendidikan dasar memiliki peran yang cukup dominan dengan adanya Manajamen Berbasis Sekolah. 3. Tipe aktor dalam penyelenggara pendidikan dasar dikategorikan sebagai tipe Multi Actor, hal ini didasarkan pada berbagai pasal yang terangkum di dalam UU Sisdiknas yang mengakui aktor lainnya pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan pihak lainnya untuk berperan dalam penyelenggara pendidikan dasar. 4. Relasi aktor yang terjalin merupakan bentuk relasi yakni koordinatif, hal ini tercermin dari, Pertama, hubungan yang terjalin memungkinkan setiap aktor yang terlibat memiliki peran dan tanggung jawab masing – masing sesuai dengan kewenangannya, dan. Kedua, ada satu aktor yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional termasuk penyelenggaraan pendidikan dasar yakni pemerintah. Kedua, pada bagian desentralisasi pendidikan dasar dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Esensi desentralisasi pendidikan dasar, dapat dilihat dari dua sudut pandang, Pertama, bagaiamana sebenarnya pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dasar diserahkan oleh pemerintah kepada pemerintah dibawahnya (Pemerintah Daerah), dan Kedua, bagaimana cara penyerahan kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah kepada pemerintah dibawahnya (Pemerintah Daerah). Berikut temuan dan pembahasannya terkait dua sudut pandang tersebut. 158 2. Pengelolaan pendidikan dasar dan Penyelenggara pendidikan dasar dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan dasar. 3. Cara penyerahan kewenangan pemerintah kepada pemerintah daerah adalah menyerahkan kewenangan pemerintahan kepada daerah untuk menyelenggarakan kewenanngan berdasarkan kebutuhan dan inisiatifnya sendiri diluar dari kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat atau berdasarkan pada open end arrangment atau general competence. 4. Aspek desentralisasi dalam penyelenggara pendidikan dasar dapat dilihat dari 4 (empat) aspek, sistem pembelajaran, manajemen personalia, perencanaan dan strktur dan sumber daya. 5. Bentuk desentralisasi penyelenggara pendidikan dasar oleh pemerintah daerah dilakukan secara devolusi. Ketiga, pada bagian otonomi pendidikan dasar dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Esensi otonomi pendidikan dasar dilihat dari dua sudut pandang, Pertama, Dasar, hal ini dimaknai sebagai dasar pemerintah pusat memberikan pengakuan terhadap penyelenggara pendidikan dasar untuk menyelenggarakan kegiatan mengatur maupun mengelola pendidikan dasar, diantaranya yakni prinsip penyelenggaraan pendidikan demokratis, berkeadilan, menjunjung tinggi nilai – nilai keagamaan, kultural, kemajemukan yang diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat, manajemen berbasis 159 sekolah yang menimbulkan kemandirian sekolah, wajib belajar 9 tahun serta pendidikan berbasis masyarakat. 2. Kedua, Tujuan otonomi penyelenggaraan pendidikan dasar yang berfokus pada manfaat MBS, yakni memberikan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi serta dapat meningkatkan kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah. 3. Otonomi penyelenggaraan pendidikan dasar, dimaknai sebagai hak dan kewajiban yang dimiliki pemerintah daerah kabuapaten / kota dan satuan pendidikan dasar. Pemerintah daerah kabupaten / kota memiliki kewenangan untuk mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan dasar, sedangkan satuan pendidikan dasar memiliki kewenangan untuk menjalankan MBS dengan memberikan kewenangan kepada kepala sekolah / madrasah untuk menentukan secara mandiri manajemen pengelolaan satuan pendidikan yang meliputi, rencana strategis dan operasional, struktur organisasi dan tata kerja, sistem audit dan pengawasan internal dan sistem penjaminan mutu internal. 4. Mekanisme penyelenggaraan pendidikan dasar dilihat dari ruang lingkup kewenangan yang dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan diantaranya pemerintah, pemerintah daerah kabupaten / kota dan satuan pendidikan dasar. 160 5. Pertama, pemerintah pusat, pada tingkatan ini pemerintah memiliki kewenangan untuk mengelola sistem pendidikan nasional, melalui pembentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan. 6. Kedua, pemerintah daerah, pada tingkatan ini pemerintah daerah menjabarkan serta merumuskan kebijakan pendidikan di tingkat daerah sesuai dengan keadaan kondisi masyarakat setempat, serta berdasarkan pada ketentuan yang telah dirumuskan maupun yang ditetapkan oleh pemerintah. 7. Ketiga, tingkat satuan pendidikan dasar, berdasarkan penyelenggaranya satuan pendidikan dasar dibedakan menjadi dua, a) satuan pendidikan dasar yang dilaksankanakan oleh pemerintah, dan b) satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat. Kedua satuan pendidikan dasar tersebut merupakan penyelenggara pembelajaran pendidikan dasar. 161 B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya, maka secara tekstual . dari hasil tersebut peneliti melihat masih ada bebrapa hal atau ketentuan yang perlu diperbaiki . untuk itu saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut : 1. Terkait dengan penyelenggara pendidikan dasar Dijelaskan di dalam UU Sisdiknas dan kedua peraturan pelaksana, bahwa penyelenggara pendidikan dasar dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui jalur formal, informal, dan nonformal. Akan tetapi penjelasan menganai peran pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada jalur pndidikan informal tidak dijelaskan secara rinci sehingga perlu menjelaskan lebih rinci mengenai peran pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan dan penyelenggara pendidikan informal jenjang pendidikan dasar. Perlunya merumuskan tuntutan governability terhadap penyelenggaraan pendidikan dasar dengan memperhatikan berbagai tuntutan baik secara umum, nasional, maupun daerah. 162 Peran aktor yang dirumuskan hendaknya dapat mewujudkan lingkungan pendidikan belajar yang bersifat makro dengan menggunakan pendayagunaan bersama sumber daya pendidikan. Dalam memaknai pendidikan relasi hendaknya koordinatif berbasis pada penyelenggaraan intergovernmental networks. 2. Terkait dengan desentralisasi pendidikan dasar Perumusan kewenangan dari pemerintah kepada pemerintah daerah di dasarkan pada keberagaman bukan keseragaman, pemerintah perlu memperhatikan daerah – daerah berdasarkan kemampuan dan kesiapan daerah dalam mewujudakan arah pendidikan nasional yakni perluasan dan pemerataan, peningkatan mutu serta upaya peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Keempat aspek yang didesentralisasikan pemerintah kepada pemerintah daerah hendaknya mengedepankan peserta didik sebagai objek penerima manfaat pendidikan, sehingga perlu merumuskan penetapakan kewenangan kepada pemerintah daerah sampai pada satuan pendidikan dasar untuk memahami kebutuhan pemupukan peserta didik retrainability dengan dan menjalankan diversifikasi program pelayanan pendidikan di sekolah. 163 Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang dilaksankan oleh pemerintah daerah yang menerapkan nilai – nilai devolusi hendaknya memperhatikan model berdimensi pada yakni manusia pembangunan equity, yang sustainability, productivity, dan empowernment. 3. Terkait dengan otonomi pendidikan dasar Dalam merumuskan hak dan kewajiban kewenangan pemerintah daerah kabupaten / kota hendaknya harus memperhatikan berbagai tuntutan pendidikan dasar baik secara umum, nasional, maupun daerah. Terkait dengan MBS yang dilaksankan oleh satuan pendidikan dasar, hendaknya MBS di maknai sebagai upaya untuk memaksimalkan otonomi, pemberdayaan, transparansi, kemandirian, dan fleksibilitas manajemen pada tingkat sekolah, hal ini bertujuan agar pendidikan dapat tercapai secara produktif, efektif, dan efisien. Mekanisme penyelenggaraan pendidikan dasar oleh pemerintah daerah dalam konteks otonomi daerah hendaknya dapat mewujudkan lingkungan – lingkungan pendidikan mikro yang saling berkaitan dengan menerapkan strategi pendayagunnaan bersama sumber daya pendidikan pada tataran mikro. 164 Tarakhir ada baiknya memperhatikan saran Winarno (2009: 170) yang menyatakan “ Senjata pamungkas di tangan daerah “, melalaui otonomi daerah, kita berketetapan mengubah sistem berNegara secara radikal. Konsekuensi dalam dunia pendidikan ialah kita tidak lagi harus terus mencoba membangun kekuatan pendidikan bangsa di atas keseragaman, tetapi mulai belajar membangun kekuatan baru diatas keberagaman. Kita harus segera mampu membuktikan bahwa kita dapat tetap menjadi satu, sekaligus menjadi kuat dalam keberagaman. Memang sudah terlalu lama kita melihat persoalan pendidikan nasional dari sudut pandang yang terbalik, sehingga mengubah persepsi kita menjadi soal yang tidak mudah. Bagaimanapun juga, kita harus menyadari bahwa Daerah memegang peran penting dan menentukan mengenai keberhasilan pendidikan nasional dari sekarang juga ! ! 165