Responsible Person: Budi Hartono Head of Department: Dimas Pria Abdi Pratama Staff: Arini Utami Putri Gata Dila Edi Aluk Muhammad Afzalurrahman Putanda Rahmad Ramadhani Rina Paramita Utami Risma Imthihanul Safitri Syafitri Khadijah Kesuma Indra Wahyu Faturrahman Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Kesehatan merupakan salahsatu nikmat Tuhan yang selalu dicurahkan kepada setiap makhluk-Nya. Namun, sehat tidak akan selalu mendampingi perjalanan hidup kita seperti yang kita harapkan. Selalu saja ada kerikil yang menghalangi jalan kita. Penyakit, itulah sebutan bagi si kerikil. Berbagai cara dilakukan orang-orang untuk mempertahankan berkah tersebut. Pola makan, sosialisasi dan masih banyak lagi. Sedia payung sebelum hujan, begitulah peribahasa yang selalu terniang di telinga kita. Berbagai persiapan kita lakukan, namun apadaya hasil kadang tak sesuai harapan. Obat merupakan salahsatu cara mengembalikan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal kembali. Kemampuan obat ini disalahartikan oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa obatlah yang menyembuhkan. Pemahaman tersebut telah mengakar di masyarakat hingga saat ini. Sebagai orang yang nantinya akan menjadi ahli kesehatan, kita dituntut untuk meringankan penyakit yang diderita serta mengedukasi pasien. Oleh karena itu, kita dipersiapkan sejak duduk di bangku kuliah agar dapat mengembalikan keadaan fisiologis persepsi pasien tentang obat. Semoga buku ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca, khususnya Medical Evolution 2014, serta dapat menjadi modal bagi para calon dokter muda untuk menyonsong kesehatan yang lebih baik. Pontianak, April 2015 Tim Penyusun Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health INTERAKSI FARMAKOKINETIK, FARMAKODINAMIK DAN TARGET KERJA OBAT TERHADAP SEL Kuliah dari: dr. Pandu Indra Bangsawan, M.Kes Logika berfikir dalam pemberian terapi kepada pasien Apabila Obat A + Obat B, kemungkinannya adalah : Efek Obat B dapat menutupi Obat A Antara Obat A dan Obat B bekerja secara searah (sinergis) sehingga timbul efek semakin kuat Antara Obat A dan Obat B bekerja secara berlawanan (antagonis) 1. Antagonisme Obat Merupakan suatu keadaan dimana efek suatu obat dikurangi atau dihapus oleh efek obat lainnya. Terbagi menjadi beberapa bagian sbb : a. Chemical Antagonism Ex : antasid / susu dengan Tetrasiklin Antasid : obat asam lambung Note : Prinsip kerja antasid dan susu sama Yaitu (untuk menetralkan asam lambung) Mengandung CaOH, MgOH, AlOH Tetrasiklin : antibiotik, turunannya adalah Doksisiklin (Obat Jerawat) Susu : mengandung Kalsium Antara antasid atau susu tidak boleh diberikan secara bersamaan dengan Tetrasiklin, karena dapat mempengaruhi absorbsi tetrasiklin, sehingga akan terbentuk endapan Zelat (obat tidak bekerja “Antibiotiknya = dalam kasus ini Tetrasiklin”) oleh karena itu perhatikan waktu pemberian obat, sebaiknya mengkonsumsi Tetrasiklin 2 jam setelah mengkonsumsi Antasid atau susu. b. Farmakokinetik Antagonism Ex : Rifampisin & Obat Kontrasepsi Oral Rifampisin : antibiotik yang banyak dipakai untuk menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis (TBC). Mempercepat metabolisme di hepar (hati) Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Obat kontrasepsi Oral : obat pencegah kehamilan, digunakan dengan cara diminum. Contoh Kasus : seseorang yang terkena penyakit TBC, diberikann Rifampisin yang prinsipnya mempercepat metabolisme di hepar, karena metabolisme di hepar dipercepat akhirnya obat kontrasepsi oral dimetabolisme dengan cepat sehingga kadar obat kontrasepsi tidak stabil ditubuh, maka obat tersebut tidak dapat bekerja dengan baik dan menyebabkan KEHAMILAN karena EFEK ONTRASEPSI MENURUN. c. Competitive Antagonism Terjadi kompetisi pada 1 tempat yang sama Suatu reseptor sudah berpasangan dengan obat tapi ternyata jumlah obat yang masuk melebihi reseptor maka akan menimbulkan efek samping. Ex : 1. REVERSIBLE Ex : Hismatamin & Anti Histamin Antara histamin dan anti histamin berkompetisi meperebutkan ikatan dengan reseptor histamin sehingga akan mengurangi efek dari histamin. Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : - Antagonis-H1, digunakan terutama untuk pengobatan gejalagejala akibat reaksi alergi. - Antagonis-H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. - Antagonis-H3, pengobatan sampai masih sekarang dalam belum penelitian digunakan lebih lanjut untuk dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi dan kelainan mental. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Contoh kasus : 1. Ada pasien yang terbiasa minum obat antihistamin dengan level tinggi (misalnya Cetirizine), tapi dikasi obat dengan level paling rendah (misalnya CTM). Problemnya reseptor itu ada jumlah yang harus diikat sesuai kadar histamine didalam tubuh orang yang alergi tersebut, jadi jika kadar histaminnya tinggi tapi dikasi obat CTM yg kadar histaminnya rendah, maka reseptor Antagonis H-1 yang diperebutkan tadi tidak dapat diikat semua oleh CTM itu tadi. Jadi, ngantuk yang ada (efek antihistamin), gatalnya tetap ada. PERHATIKAN !!! Reseptor obat CTM Reseptor obat yang lebih Note : Kadar reseptor obat yang berlebih dapat menimbulkan efek samping, istilahnya Tolerens Jadi, kadar obat (CTM) harus lebih tinggi dari Histamin atau kadar reseptor yang seharusnya, agar Histamin dapat dikejar sehingga alergi terobati tidak hanya menimbilkan efek ngantuk yang berlebihan. 2. Seseorang yang mengalami alergi diberikan kadar obat lebih tinggi (CETEREZIN) dari reseptor obat, maka akan menimbulkan efek samping seperti ngantuk tapi setelah alerginya hilang. PERHATIKAN !!! Reseptor Obat Ceterezin Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Jadi, kadar obat (CETEREZIN) melebihi Histamin, maka alergi terobati tetapi tetap memiliki efek samping yaitu ngantuk setelah minum ceterezin. 2. IRREVERSIBLE Efeknya tahan lama (Tidak kembali) Ex : α Blocker & Adrenalin Mengatasi Hipertensi hebat akibat adrenaline Contoh kasus Terdapat tumor FEOkROMOSITOMA di kelenjar Adrenal, sehingga terjadi krisis Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan diberikanlah α Blocker yaitu “PHENOXYBENZAMINE”, menyebabkan tekanan darah turun dan efeknya tahan lama sesuai target yang diinginkan. d. Non Competitive Antagonism Kompetisi terjadi tidak pada reseptor Ex : Kalsium antagonism & Adrenalin Menghambat kerja Adrenalin Contoh kasus : Adrenalin bekerja pada reseptor β1 memacu fungsi Jantung yang akan menyebabkan keluarannya besar. Rumus dari Jantung : Cardiac output (keluaran Jantung) = Stroke Volume * Hardtret Struk volume = 1x pompa (cc) Heart rate = detak Ketika adrenalin memacu Jantung, maka kardiak output meningkat, maka isi (volume) banyak dan tekanan darah meningkat, kemudian diberikan kalsium antagonis yang bekerja di pembuluh darah perifer (yang ditepi), pembuluh darah dilebarkan maka tekanan darah turun. Jadi, prinsip kerja dari Kalsium Antagonis adalah melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health e. Antagonisme Physiological Note : Jadi fungsi dari Adrenalin atau Efineprin untuk memperbaiki FISIOLOGI JANTUNG Tidak bekerja pada reseptor Kerjanya memperbaiki fungsi dari tubuh (Fisiologi Tubuh) Ex : Adrenalin & Histamin pada Anafilatik Syok, keduanya saling bersifat antagonis sehingga tidak mempunyai efek. Contoh Kasus : Seseorang yang mengalami anafilatik syok mengalami alergi hebat sehingga terjadi penurunan tekanan darah sehingga Pompa Jantung turun, lalu diberikanlah obat yang memacu Pompa Jantung agar tekanan darah meningkat yaitu Adrenalin atau Efineprin, sehingga fisiologi Jantung kembali seperti semula. 2. Interaksi Farmakokinetik & Farmakodinamik Farmakokinetik : reaksi tubuh terhadap obat Farmakodinamik : reaksi obat terhadap tubuh a. Farmakokinetik Merupakan kemampuan suatu efek obat yang dapat mengurangi/menambahkan efek obat lain dengan cara meningkatkan/menurunkan kadar obat ditempat kerjanya. Jadi dalam hal ini Kadar Obat yang diganggu. Misalnya : Obat A jumlahnya 10, sementara Obat B jumlahnya 30. Agar efek obat B dapat berkurang maka kadar obat B diturunkan. Harus diingat, Tubuh memiliki 4 fase : 1. Absorbsi 2. Metabolisme 3. Distribusi 4. Ekskresi Ex : 1. Fenilbutazon & Warfarin Fenilbutazon : obat NSAID (non-steroid anti inflammation drug/ obat anti inflamasi non-steroid) yang bekerja sebagai anti- Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health inflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase dan penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi. Obat anti nyeri pada anti radang usus. -Sudah tak beredarWarfarin : merupakan senyawa antagonis vitamin K. obat ini digunakan untuk anti pembekuan darah. Contoh Kasus : Pada Pasien Jantung yang dipasang RING wajib diberi obat anti Note : Semua obat yang masuk ke tubuh diikat oleh albumin dulu kemudian dilepas perlahan agar kadar stabil. Yang terikat albumin, disebut “Kadar Terikat”. Yang tidak terikat albumin, disebut “Kadar Bebas”. pembekuan darah. Pasien jantung koroner yang selalu mengkonsumsi warfarin, mengalami sakit kepala. kemudian beliau mengkonsumsi Fenilbutazon. Fenilbutazon memiliki afinited yang lebih besar pada albumin plasma daripada warfarin, sehingga warfarin yang awalnya berikatan dengan albumin menjadi terusir atau tergeser sehingga kadar ikat warfarin FREE dan kadar bebas meningkat didalam darah. Kemudian mengalami TOKSISITAS karena warfarin meningkat. Fenilbutazon kerjanya menghambat metabolisme Warfarin Obat yg bekerja ditubuh adalah yang kadar bebas, tapi sehingga beresiko meningkatkan pendarahan. apabila kadar bebas melebihi batas, akan mengalami toksisitas. Jadi, alternatifnya adalah mencari obat yang tidak terikat albumin atau tidak mengganggu albumin. Jadi pada pasien Jantung yang mengkonsumsi warfarin, JANGAN memberi Obat yang kerjanya mengikat albumin lebih kuat yang menyebabkan pasien meninggal karena pendarahan yang meningkat. Pasien Jantung yang dipasang RING dikarenakan aliran darahnya tersumbat, sehingga : Darah nyasar ke pembuluh darah koroner, menyebabkan Pasien “Jantung Koroner”. Darah nyasar ke otak menyebabkan pasien “STROKE”. 2. Ciprofloxacin & Theophyllin Ciprofloxacin Theophyllin : obat antibiotik, inhibitor makrosomal : obat anti asma (Ex : Asmasoho, Theosal mengandung “theophyllin dan salbutamol”) Theophyllin tidak boleh digabungkan dengan ciprofloxacin, karena didalam HEPAR terdapat metabolisme suatu obat yang terhubung Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Note : Contoh dari enzim sitokrom P450 : Laksoprazol : CYP2C19 Ciprofloxacin : CYP3A4 Rifampisin : CYP3A4 dengan enzim SITOKROM P450 yang berfungsi u/ mengolah suatu obat. Ciprofloxacin kerjanya menghambat enzim-enzim memetabolisme theophyllin. Ciprofloxacin bekerja pada sitokrom P450 enzim CYP3A4. SEHARUSNYA theophyllin menyebabkan Semua obat akan diikat enzim tetapi ini bekerja dihambat kadar oleh Theophyllin mengolah/memetabolisme ciprofloxacin, dalam darah SEHINGGA Meningkat, AKHIRNYA terjadi efek TOKSIK, antaralain : baru 1. Cardiac Aritmia (Stimulasi Jantung) – jantung terhenti dilepas pelan2. Obat yang 2. Susah tidur/insomnia & kejang-kejang (Stimulasi Otak) oleh albumin dilepas dulu, secara yang perlahan oleh tubuh maka kerjanya lama. Tujuannya agar kadar Contoh kasus lain Terdapat pasien (cewek), lagi menstruasi, bebas tadi kadarnya tetap jangan diberkan antibiotic yang menyebabkan penekanan pada terjaga sesuai eksresikan dan yang di kerjanya juga bagus. sum-sum tulang. Contoh golongan Kloramfenicol. Efeknya bisa kejang. b. Farmakodinamik Merupakan interaksi 2 macam obat dimana efek obat pertama dapat dapat menurunkan atau meningkatkan efek obat kedua tanpa menurunkan atau meningkatkan kadar obat ditempat kerjanya. Tidak dipengaruhi oleh kadar obat. Pada tempat kejanya diganggu. Ex (+) : SULFONAMID & TRIMETROPIM KOTRIMOKSASOL merupakan antibiotik gabungan sulfonamid dan trimetropim. Sulfonamid menghambat enzim dehidrofosfat sintetase Trimetropim menghambat enzim dehidrofosfat reductase Keduanya saling menguatkan EFEK ANTI BAKTERI antara Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Sulfonamid menghambat Enzim dihidrofolat sintetase sedangkan trimetropim menghambat Enzim dihidrofolat reductase dimana kedua dapat saling menguatkan efek anti bakteri. Ex (-) : NSAID & ANTI HIPERTENSI Contoh Kasus : Seseorang yang sedang mengalami hipertensi mengeluh sakit kepala, sehingga sering diberikan obat anti sakit kepala & obat anti hipertensi. Problomenya adalah obat anti sakit kepala mengandung Non Steroid Anti Imflamatorida (NSAID). Drug Prinsip didalam tubuh terjadi nyeri karena ada sintesa prostaglandin, apabila sintesa prostaglandin diturunkan maka nyeri juga berkurang. Tidak semua prostaglandin berbahaya. Prostaglandin juga dibutuhkan tubuh teruatam di GINJAL untuk pelebaran pembuluh darah (VASODILATASI ARTERI RENALIS). NSAID (obat sakit kepala) menghambat sintesa prostaglandin, sementara diginjal dibutuhkan prostaglandin untuk vasodilatasi arteri renalis. Sehingga terjadilah vasokonstripsi arteri renalis (arteri ginjal menyempit) Sementara apabila arteri diginjal sempit, otomatis tekanan darah meningkat. Diberikan lah obat anti hipertensi artinya arteri dilebarkan, sehingga menyebabkan OBAT TIDAK BEKERJA. Pusing itu disebabkan karena sintesa prostaglandin, jika diberikan obat anti sakit kepala, prostaglandinnya akan menurun. Efeknya melebarkan pembuluh darah (untuk vasodilatasi arteri renalis). Namun, jika diberikan NSAID yang kerjanya melawan vasodilatasi (vasokonstriksi) arteri renalis. Efeknya menyempitkan pembuluh darah. Sehingga obat ini tidak bekerja dan tidak terjadi efek apa pun. Seacara teoritis NSAID tidak boleh digabungkan dengan obat anti hipertensi, tapi adakalanya kenyamanan pasien merupakan yang PRIORITAS. Terkadang orang yang sakit hipertensi akan merasa sakit kepala jadi diberikanlah obat anti hipertensi AMOLDIPIN dan obat anti nyeri untuk meredakan sakit kepalanya NSAID + CTM , Awalnya obat anti hipertensi tidak akan bekerja tetapi tidur nya nyenyak dan ketika bangun akan merasa segar. Nah setelah itu obatnya baru akan bekerja untuk menurunkan tekanan darahnya Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Interaksi Obat Berbahaya 1. Sildenafil ( Viagra ) dan Isosorbid dinitrat Sildenafil : dijual dengan nama Viagra, Revatio, dan berbagai nama lain, adalah obat yang digunakan untuk terapi disfungsi ereksi (impotensi) dan hipertensi arteri paru-paru (pulmonary arterial hypertension, PAH). Isosorbid dinitrat : adalah nitrat yang digunakan dalam farmakologi sebagai vasodilator, EKG di angina pectoris, tetapi juga untuk fisura anus, kondisi yang dikenal untuk melibatkan penurunan suplai darah yang menuju ke penyembuhan kurang baik. Hal ini juga digunakan sebagai vasodilator langsung untuk mengobati gagal jantung kongestif. Langsung ke kasus!!!! Terdapat pasien yang mengidap sindroma koroner akut (suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke jantung secara mendadak), di berikan obat Isosorbid dinitrat yang cara penggunaan oralnya diletakkan dibawah lidah, obat ini mempunyai efek melebarkan pembuluh darah dan melebarkan arteri di jantung. Namun jika digunakan bersamaan dengan obat Viagra yang mempunyai cara kerja yang sama dengan Isosorbid dinitrat maka akan terjadi penurunan darah secara spesifik dan mengarah ke shock, sehingga tekanan darahnya jeblok dan bisa mengakibatkan kematian. 2. Beta-Blocker dan Verapamil Beta-blockers (β-blocker, agen memblokir beta-adrenergik, antagonis beta, antagonis beta-adrenergik, antagonis beta-adrenoreseptor, vs beta antagonis reseptor adrenergik) adalah kelas obat yang secara khusus digunakan untuk pengelolaan aritmia jantung, melindungi jantung dari serangan kedua jantung (infark miokard) setelah serangan jantung pertama (pencegahan sekunder), dan, dalam kasus tertentu, hipertensi. Verapamil : penghambat saluran kalsium. Ia bekerja dengan relaksasi otot-otot jantung dan pembuluh darah. Verapamil digunakan untuk mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi), angina (nyeri dada), dan gangguan irama jantung tertentu. Beta-Blocker berfungsi memblok fungsi kerja jantung (reseptor beta-1). Reseptor beta-1 jika diaktifkan maka dia akan memacu dari cardiac output sehingga terjadi hipertensi. Agar tidak terjadi hipertensi maka reseptor Beta-1 nya di hambat supaya tekanan darahnya turun. Sedangkan kerja dari verapamin juga menurunkan kinerja kontraksi dari jantung, sehingga pasien dapat mengalami henti jantung. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health 3. Ketokonazol (oral) dan Terfenadine Ketokonazole : Obat anti jamur. Terfenadine : Obat anti gatal. Mereka berdua merupakan obat golongan anti-histamin. Contoh kasus: Ada pasien yang jamuran, biasanyakan keluhannya gatal-gatal. Jadi jika diberikan ketokonazol dan terfenadine maka ketokonazol akan menghambat metabolisme dari terfenadine, yang pada akhirnya meningkatkan kadar dari terfenadine itu sendiri. Efeknya bisa terjadi kematian. 4. Ciprofloxacin dan teofilin Sudah dijelaskan di atas, sebelum Interaksi Farmakodinamik. Target Utama Kerja Obat Empat jenis utama protein regulator, umumnya terlibat sebagai target obat utama, yaitu: • reseptor • enzim • molekul pembawa/ protein carier (transporter) • saluran ion. 1. Obat yang bekerja pada Reseptor Contoh : Salbutamol (Agonis β2) Aktivasi perangsangan β2 pada paru sehingga menimbulkan bronkodilatasi th/ simptomatik bronkospasme β blocker ( Antagonis β2) Tidak mengaktifkan dan menghambat kerja agonis lain pada resptor tersebut. Prazosin (α-blocker/α1 antagonis) mengikat reseptor α1 tapi tidak mengaktifkannya vasodilatasi 2. Obat yang bekerja pada enzim-enzim Contoh : - Obat anti inflamasi (aspirin, diclofenac, aspirin) menghambat enzim cyclooksigenase (COX) sehingga menghambat terbentuknya prostaglandin. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health - Captopril dan Enalapril (ACE Inhibitor) menghambat kerja Angiotensin Converting Enzyme sehingga tidak terjadi perubahan dari angiotensin 1 angiotensin 2 VASODILATASI 3. Obat yang bekerja pada Carrier (Molekul Pembawa) Contoh : Amiptriptilin (Trisiklik Anti Depresan) menghambat carrier reuptake serotonin (5 hidroksi triptamin) dan nor adrenalin (nor epineprin) untuk kembali ke ujung syaraf sehingga terjadi akumulasi nor adrenalin dan serotonin (monoamine) nor adrenalin dan serotonin bisa bekerja lebih lama pada celah sinaptik di otak Keadaan ini sangat menguntungkan karena pada keadaan depresi monoamin berkurang di otak. 4. Obat yang bekerja pada Ion Channels Calsium Channel Blocker (nipedipin, verapamil) menghambat pembukaan Ca Channel jadi Ca ga bisa masuk ke intrasel otot polos pembuluh darah sehingga membran makin negatif hiperpolarisasi, terjadi relaksasi otot polos vaskuler dan menurunkan kontraksi otot jantung baik digunakan sebagai anti angina dan anti hipertensi. Perhatikan gambar di samping... Enzim ACE ini mengubah Angiotensin 1 menjadi Angiotensin 2. Sesuatu yang menghambat disebut inhibitor, makanya nama obat penghambat kinerja enzim ACE disebut ACE inhibitor. Angiostensin 2 ini akan mengarah pada pembentukan/produksi dari Aldosteron dan Vasokontriksi (penyempitan pada pembuluh darah di ginjal). Jika terjadi Vasokonstriksi renalis dan retensi garam maka dia akan naik tekanan darahnya. Maka diberikan obat yang menghambat enzim ACE ini (ACE inhibitor) untuk memutus pembentukan Angiotensin 2. Itu prinsip kerjanya. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Ini prinsip kerja dari Cerotonin di celah sinap... Noradrenalin ini jika kadarnya berkurang di dalam sinaps maka akan menyebabkan depresi. 5-Hidroksi triptamin/ Cerotonin ini harus keluar juga, jika tidak maka akan depresi. Jadi prinsip dari obat-obat antidepresi yaitu memacu pengeluaran Noradrenalin dan akan terjadi pengaktifan Beta dari Nor-reseptor, jadi jika diberikan dalam jangka panjang akan menyebabkan Hipertensi. Sehingga jika bertemu dengan pasien yang depresi, pantau tekanan darahnya. Kontraksi Otot Polos Kalsium masuk kedalam sel. Kalsium itu menyebabkan kontraksi pada otot polos. Jika terjadi kontraksi maka secara otomatis pembuluh darah menyempit dan tekanan darah meningkat. Maka kita blok/hambat di bagian ini. Supaya kalsium tidak masuk kita hambat dengan obat yang dimanakan Calsium channel blocker (obat antihipertensi), contohnya Amlodipin. Relaksasi Otot Polos Reseptor Beta-1: Jika diaktifkan maka akan menghasilkan adenilat siklase. Adenilat siklase akan menhasilkan cyclicAMP, jika dia menuju protein kinase A (PKA) namanya 5-cyclicAMP, jika pecah ke samping namanya 5-cyclicGMP. Kerjanya sama, yaitu samasama relaksasi otot polos. Pharmacology Department | Medivo 2014 per scientiam ad salute aegroti - with science for patient’s health Nah, di kasus lain agar cAMP ini tidak banyak di pecah menjadi 5-cAMP, cAMP dirubah menjadi 5-cAMP oleh enzim fosfodiesterasi. Jadi kita blok enzimnya, dengan menggunakan obat yang bekerja di PDE inhibitor. Contohnya adalah Theofillin (obat asma). Kalo Viagra dia juga bekerja di enzim fosfodiesterase, tetapi dia bekerjanya di bagian cGMP, menghambatnya menjadi 5-cGMP. Kalo reseptor Beta-1, PKA-nya tidak lari ke otot polos, dia akan membuka kanal kalsium, karena setiap otot berkontraksi butuh kalsium, sehingga kalsium masuk dan terjadilah kontraksi. Kalo reseptor PKA nya yang Beta-2, dia akan lari ke myosin lightchain kinase (MLCK), dengan terbentuknya MLCK maka akan menghambat pembentukan dari myosin ke myosin fosfat (baca lagi kontraksi otot aktin-myosin).