BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan
oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
kemarahan yang tidak terkendali, tiba-tiba, bertenaga, kasar dan menghina.
Istilah kekerasan juga mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan
perilaku merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang. Perilaku kekerasan semakin hari
semakin nampak dan sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal
ini dibiarkan, tidak ada upaya untuk mencegahnya tidak mustahil kita sebagai bangsa
akan menderita rugi oleh karena kekerasan tersebut. Kita akan menuai akibat buruk
dari maraknya perilaku kekerasan di masyarakat baik dilihat dari kacamata nasional
maupun internasional.
Dalam kehidupan nyata di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai tindak
kekerasan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota
masyarakat lain. Misalnya pembunuhan, penganiayaan, intimidasi, pemukulan,
fitnah, pemerkosaan, dan lain-lain. Kekerasan ini berlaku untuk siapapun, baik anak
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
kecil maupun orang dewasa dan laki-laki maupun perempuan. Namun fenomena
kekerasan terhadap perempuan ini kerap terjadi dimanapun seolah tak ada cerita
akhirnya.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang berkaitan atau
mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual,
psikologis, ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan dan perampasan kebebasan baik
yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan rumah tangga (Depkes.
RI, 2006). Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya relasi atau
hubungan yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki, hal ini disebut
ketimpangan atau ketidakadilan gender.
Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan hak antara perempuan dan
laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari
laki-laki. Kekerasan berbasis gender dan segala bentuk penyerangan maupun
eksploitasi
seksual
termasuk
yang
merupakan
hasil
dari
olahan
dan
prasangka/anggapan budaya adalah pelanggaran terhadap harkat dan martabat
kemanusiaan dan oleh karenanya harus dihapuskan.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Depkes. RI, 2006).
Kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga. Pada umumnya, perilaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan
korbannya adalah istri dan/atau anak-anaknya. Korban kekerasan dalam rumah
tangga biasanya enggan/tidak melaporkan kejadian karena menanggap hal tersebut
biasa terjadi dalam rumah tangga atau tidak tahu kemana harus melapor, dan adanya
rasa ketakutan bila melapor.
Hal tersebut dibahas pada program Sudut Pandang di Metro TV mengenai
kekerasan perempuan dalam rumah tangga di episode “Ketika Rumah Tak Lagi
Aman” yang menjadi korbannya adalah istri dan anak. Program Sudut Pandang ini
dipandu oleh Fifi Aleyda Yahya yang mengangkat tema-tema tentang fenomena
sosial yang ada dikalangan masyarakat. Program ini terkadang menyesuaikan tema
dengan hari penting yang dianggap dan/atau ada sisi lain yang bisa diangkat menjadi
sebuah cerita, seperti pada tanggal 8 Maret 2014 merupakan hari perempuan
internasiona dan episode ini pun ditayangkan pada tanggal 8 Maret 2014.
Alasan memilih episode ini karena kasus kekerasan pada perempuan ini tidak
hanya meresahkan masyarakat, tetapi merupakan kasus yang menyangkut hak asasi
setiap manusia khususnya perempuan untuk hidup bebas dan pada episode ini
mendapatkan tanggapan positif dari publik dengan mendapatkan rating share yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
tinggi dibandingkan episode lainnya. “Ketika Rumah Tak Lagi Aman” itu sendiri
adalah bahwa rumah yang pada dasarnya sebagai istana bagi setiap penghuninya,
namun kini rumah beralih makna bagi sebagian orang menjadi suatu tempat
permasalahan di dalam sebuah keluarga.
Program ini menghadirkan beberapa narasumber yang memberikan opini
mengenai kekerasan perempuan dalam rumah tangga. Sebagian besar individu
memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat (opini), sedangkan media massa
memiliki kebebasan menyebarkan opini. Opini menurut Cutlip & Center adalah suatu
ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat controversial. Opini
timbul sebagai hasil pembicaraan tentang masalah yang controversial, yang
menimbulkan pendapat berbeda-beda.1
Pernyataan atau pengungkapan apa yang terjadi oleh narasumber dalam
sebuah program memang menjadi sebuah cerita yang menarik, bila hal yang
diungkapkan merupakan sebuah fakta dan program tersebut mengemasnya dengan
menarik. Dalam program Sudut Pandang yang ditayangkan setiap Minggu pukul
23.05 – 24.00 WIB di Metro TV ini mencoba mengungkapkan pengakuan dari setiap
narasumber. Alasan peneliti memilih media stasiun televisi Metro TV dikarenakan
Metro TV ini sebagai televisi berita di Indonesia yang tayangan hariannya
mengangkat berita-berita, namun di sisi lain Metro TV juga mengangkat program
hiburan yang tetap mengedepankan unsur berita atau informasi. Oleh karena itu,
1
Helena Olii. Opini Publik. Indeks. Jakarta. 2007. Hal 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
peneliti ingin melihat bagaimana Metro TV sebagai media mengemas kasus
kekerasan perempuan ini dalam tayangan programnya.
Antonio Gramci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi
direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran
ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain,
media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. 2
Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan
berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Media sebagai
suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang
banyak hal, media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang
dapat membentuk opini publik, karena media juga dapat berkembang menjadi
kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan yang
media representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.
Menurut Althusser dan Gramsci, bahwa media massa bukan sesuatu yang
bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial. Jelasnya, ada
berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa. Di samping kepentingan
ideologi antara masyarakat dan negara, dalam diri media massa juga berselubung
kepentingan yang lain.3
2
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan
Analisis Framing. RosdaKarya. Bandung. 2004. Hal 30
3
Ibid, Hal 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Oleh karena sifat dan kenyataan bahwa pekerjaan media massa adalah
menceritakan
peristiwa-peristiwa,
maka
kesibukan
utamanya
adalah
mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan diberitakan. Media menyusun realitas
dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang
bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah
dikonstruksikan dalam bentuk yang bermakna.
Bahasa merupakan unsur utama di dalam proses realitas. Peter L. Berger dan
Thomas Luckman mengatakan bahwa proses konstruksi realitas dimulai ketika
seorang konstruktor melakukan objektivikasi terhadap suatu kenyataan, yakni
melakukan persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui
persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor. Dalam tahap itulah
dilakukan konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir
adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses perenungan secara internal tadi
melalui pernyataan-pernyataan. Alat untuk membuat pernyataan tersebut tiada lain
adalah kata-kata suatu konsep atau bahasa. 4
Bahasa menjadi begitu penting dalam sebuah media massa dikarenakan
peranannya sebagai suatu alat penyampaian makna mengenai apa yang diungkapkan
atau diceritakan. Maka dari itu tidak ada berita, cerita ataupun ilmu pengetahuan yang
ada di media massa tanpa kata-kata atau bahasa.
4
Aris Badara. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Kencana.
Jakarta. 2012. Hal 8-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, lebih-lebih atas
hasilnya, dalam hal ini makna atau citra, hal tersebut disebabkan bahasa mengandung
makna. Penggunaan bahasa tertentu dapat berimplikasi pada bentuk konstruksi
realitas dan makna yang dikandungnya. Pilih-pilihan kata dan cara penyajian suatu
realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya.
Dari perspektif tersebut, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas,
melainkan juga sekaligus dapat meciptakan realitas. 5
Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik meneliti dengan judul, “Konstruksi Wacana Teks Pemberitaan Kekerasan
Perempuan Pada Program Talkshow Sudut Pandang Di Metro TV Episode ‘Ketika
Rumah Tak Lagi Aman’”.
1.2.
Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini adalah:
“Bagaimana konstruksi wacana kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga
pada program Sudut Pandang episode ‘Ketika Rumah Tak Lagi Aman’ Di Metro TV
bila dianalisis dengan pendekatan analisis wacana teks versi Teun A. Van Dijk?”
5
Ibid. Hal 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
1.3.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui secara mendalam tentang sebagai berikut:
1. Wacana kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang dikonstruksi
teks oleh Metro TV dalam program Sudut Pandang episode “Ketika Rumah Tak
Lagi Aman” pada struktur makro (tematik) jika dianalisis dengan pendekatan
analisis wacana teks versi Teun A. Van Dijk?
2. Wacana kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang dikonstruksi
teks oleh Metro TV dalam program Sudut Pandang episode “Ketika Rumah Tak
Lagi Aman” pada superstruktur (skematik) jika dianalisis dengan pendekatan
analisis wacana teks versi Teun A. Van Dijk?
3. Wacana kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yang dikonstruksi
teks oleh Metro TV dalam program Sudut Pandang episode “Ketika Rumah Tak
Lagi Aman” pada struktur mikro (sematik, sintaksis, stilstik, retoris) jika
dianalisis dengan pendekatan analisis wacana teks versi Teun A. Van Dijk?
1.4.
1.4.1.
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan
dan kemajuan dari ilmu komunikasi, khususnya dalam pembahasannya mengenai
fenomena-fenomena dengan pandangan kritis dari segi analisis secara akademis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
terhadap perubahan perilaku dan sikap masyarakat yang kiranya dipandang perlu dan
penting untuk diamati.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan perubahan akan pandangan dari
beberapa tayangan lain sekaligus memberikan contoh-contoh yang sekiranya bersifat
agar lebih mendidik bagi masyarakat, khususnya untuk generasi muda yang masih
sangat rentan terhadap budaya-budaya baru dan asing dan bisa memberikan pengaruh
bagi perilaku dan pandangan masyarakat.
1.4.3.
Manfaat Sosial
Manfaat sosial yang bisa didapat adalah kiranya dalam penelitian wacana
tersebut mampu memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat luas
terhadap kehidupan nyata atau realita yang terjadi di lingkungan, terutama bagi para
perempuan untuk lebih menjaga diri dan kuat agar tidak mudah terjadi pada hal-hal
yang telah diungkapkan oleh tayangan dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download