Studi Mekanisme Infeksi Salmonella spp. pada Manusia

advertisement
Studi Mekanisme Infeksi Salmonella spp. pada Manusia
Melalui Bahan Pangan serta Alternatif Pencegahannya
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Matakuliah Mikrobiologi Pangan
Oleh :
Detya Pitaloka Sari
105100501111016
Dzulvina Utami
105100107111001
Ellen Demi Winata
105100401111018
Luh Irma Irviani
105100101121005
Okkie Dhyantari
105100107111007
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................1
Daftar Isi ..........................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................3
1.1 Latar Belakang .....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................4
1.3 Tujuan ..................................................................................................4
BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................5
2.1 Karakteristik Mikroorganisme kelompok Salmonella .............................5
2.2 Media Perantara atau Media Pertumbuhan dari Salmonella ..................
2.3 Gejala Penyakit yang Diakibatkan oleh Salmonella ...............................
2.4 Mekanisme Infeksi oleh Salmonella ......................................................
2.5 Penanganan atau Pencegahan .............................................................
BAB III: PENUTUP ........................................................................................15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................15
3.2 Saran .................................................................................................15
Daftar Pustaka ...............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan dapat bertindak sebagai substrat atau perantara bagi
pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan menularkan penyakit seperti typus,
demam, sakit kepala, disentri, diare, hingga kematian. Salmonella merupakan
salah satu bakteri penyebab infeksi pada manusia yang dapat disebarkan melalui
pangan dimana disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui
makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat dari reaksi tubuh
terhadap bakteri atau hasil – hasil metabolismenya.
Salmonella ada di seluruh dunia dan dapat mencemari hampir segala tipe
makanan seperti pada telur mentah, daging mentah, sayur – sayur segar, cereal,
kacang-kacangan, dan air yang tercemar. Selain itu penyebarannya dapat
melalui hewan peliharaan hingga manusia, cara penularan yang paling sering
adalah melalui feses dari orang-orang yang terinfeksi sehingga mencemari
sumber air atau makanan dari orang – orang yang tidak terinfeksi (Lud W, 2004).
Salmonella dapat bertahan selama berminggu-minggu di luar tubuh yang hidup.
Salmonella juga tidak hancur dalam pembekuan. Salmonella yang pathogen
terhadap manusia antara lain Salmonella typhi, S.typhimurium, dan S.enteritidis.
Salmonella yang paling berperan adalah S.typhi karena masih menjadi masalah
kesehatan yang besar penyebab demam typhoid pada Negara berkembang.
WHO memperkirakan bahwa ada sekitar 16 juta kasus setiap tahun diseluruh
dunia dan sekitar 600.000 orang meninggal.
Di Oregon 1984 dilaksanakan pemilihan kepada daerah yang diikuti oleh
2 kandidat, salah satu kandidat meracuni dan menyebarkan makanan –
makanan di restoran terutama pada menu salad dengan Salmonella kejadian
tersebut menyababkan lebih dari 700 orang tiba – tiba sakit (Out Break), pada
saat itu para medis menemukan bahwa jenis Salmonella yang menyebabkan
outbreak adalah S. typhimurium dan menyalahkan para pengelola restoran dan
kokinya. Selain di Oregon, pada tahun 1932-1945 pernah terjadi perang biologi
(Bioteroris) di Jepang. Skala terbesar dari serangan bioterrorism pertama kali
terjadi di Amerika. Dari banyaknya kasus – kasus Bioterrorist Weapon
menggunakan Salmonella ini, WHO mencanangkan program pada Januari 2002
yang disebut Global Salm Surv (GSS) dengan tujuan menghindari korban yang
berjatuhan akibat kasus tersebut. Berdasarkan fakta di atas, kami menyusun
makalah yang membahas tentang Salmonella dengan harapan dapat bermanfaat
bagi pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella ?
2. Apa media perantara atau media pertumbuhan dari Salmonella ?
3. Bagaimana gejala penyakit yang diakibatkan oleh Salmonella ?
4. Bagaimana mekanisme infeksi oleh Salmonella ?
5. Bagaimana pencegahan dari infeksi Salmonella ?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella
2. Untuk mempelajari media perantara atau media pertumbuhan dari
Salmonella.
3. Untuk mengetahui gejala penyakit yang diakibatkan oleh Salmonella.
4. Untuk mendalami mekanisme infeksi oleh Salmonella.
5. Untuk
mengetahui
Salmonella
langkah-langkah
pencegahan
dari
infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Mikroorganisme kelompok Salmonella
Salmonella
adalah
jenis
Gram
negatif,
berbentuk
batang,
tidak
membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe
metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob. Termasuk kelompok bakteri
Enterobacteriacea. Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh hewan, terutama
unggas dan babi. Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini antara lain air,
tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran hewan, daging
mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah.
Gambar 1 : Salmonella typhimurium
Sumber : ??
Sejumlah 2000 tipe Salmonella telah dibedakan secara serologis dan
diberi nama khusus. Misalnya, Salmonella typhi (penyebab demam tipus) dan
Salmonella paratyphi. Salmonella typhimurium, S. agona, S. panama adalah
hanya sebagian kecil dari berbagai jenis mikroorganisme penyebab keracunan
bahan pangan tipe gastroenteritis yang sudah dikenal. Gejala-gejala demam
tipus akan Nampak setelah 7 sampai 14 hari infeksi dan umumnya ditandai oleh
perasaan kurang enak dan sakit kepala. Jenis mikroorganisme penyebab tipus
ini hanya terdapat pada manusia dan tidak dijumpai pada hewan lain. Klasifikasi
Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi
biokimia dan serotype yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi
yang spesifik. Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp. dapat diklasifikasikan
menjadi tiga spesies yaitu Gastroenteritis (S. typhimurium), Septicemia (S.
Choleraesius), Enteric Fevers (i.e. S. typhi – Typhoid Fever. Berdasarkan
serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S. paratyphy A
(Serotipe group A), S. parathyphi B (Serotipe group B), S. parathyphi group C,
dan S. typhi dari Serotipe group D. Perbedaan karakteristik dari masing-masing
spesies Salmonella sp. berdasarkan sifat-safat biokimianya dapat dilihata pada
tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Salmonella sp. (Sumber : )
No
Sifat Biokimia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indol
MR
Vp
Citrat
Motilitas
Urease
7.
TSIA
8.
9.
10.
Glukosa
Laktosa
Sukrosa
Salmonella
typhi
+
+
K/A G (-),
H2S (+)
A, G (-)
-
Salmonella
paratyphi A
+
+
K/A G (+),
H2S (-)
A, G (+)
-
Salmonella
paratyphi B
+
+
+
K/A G (+),
H2S (+)
A, G (+)
-
Salmonella
paratyphi C
+
+
K/A G (+),
H2S (+)
A, G (+)
-
2. 2. Media Perantara atau Media Pertumbuhan dari Salmonella
Jenis organisme Salmonella yang sehubungan dengan suplai bahan
pangan manusia banyak ditemukan pada sapi, domba, babi dan ayam.
Peternakan secara intensif untuk hewan ternak dan burung merupakan
penyebab bertambah meningkatnya kejadian akibat Salmonella dari sumbersumber tersebut. Kejadian yang terjadi pada peternakan ternak besar atau ayam
di negara-negara maju dapat berkisar antara 0-50% ternak atau ayam tertular
Salmonella dari padang rumput yang tercemar oleh kotoran yang tertular oleh
Salmonella atau tepung ikan, tepung daging, atau tepung tulang yang tercemar.
Selama
perjalanan kerumah potong
hewan,
ternak-ternak
(ayam-ayam)
ditempatkan secara berdesak-desakan dan mengalami tekanan, sehingga
mengakibatkan penyebaran mikroorgnisme lebih luas diantara ternak-ternak
tersebut. Demikian juga selama penyembelihan dan kemudian pemotongan
karkas terjadi pencemaran silang (cross – contamination) dari karkas yang
tercemar ke karkas yang masih bersih melalui pisau, alat - alat lainnya dan air
pencucian, sehingga keadaan karkas yang tercemar oleh Salmonella lebih
banyak sesudah proses penyembelihan daripada sebelumnya.
Tingkat pencemaran karkas, yaitu jumlah sel/karkas, umumnya rendah –
jumlahnya yang ada tidak cukup sebagai satu dosis infeksi yang biasanya sekitar
105 – 106 sel. Walaupun demikian, pencemaran dalam jumlah yang rendah ini
tetap memberikan bahaya yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat, karena
pemasakan yang kurang sempurna dari produk tersebut, kemudian akan
mengakibatkan perkembangan sel sel Salmonella sampai pada tingkat dapat
menjangkit penyakit pada pengelolaan yang salah. Selanjutnya, produk yang
tercemar ini dibawa ke dapur sebagai bahan baku dan ini akan menjadi sumber
kontaminasi silang pada permukaan – permukaan bahan – bahan, alat – alat
masak yang kemudian dapat mencemari bahan pangan lainnya.
Pembawa utama mikroorganisme kelompok Salmonella ini adalah
manusia. Organisme-organisme kelompok ini dikeluarkan ke dalam alam
sekeliling melalui kotoran (faeces) dimana bahan pangan dan air akan tercemar
olehnya. Rantai penularannya adalah : manusia-bahan pangan(air)-manusia.
Bakteri-bakteri ini sangat infektif, yaitu hanya dengan sejumlah kurang dari 100
sel cukup untuk menimbulkan penyakit. Oleh karena dosis infeksinya cukup
rendah, maka umumnya tidak diperlukan perkembangbiakan sel dalam bahan
pangan untuk menjadi berbahaya, walaupun perkembangbiakan dapat terjadi.
2. 3. Gejala Penyakit yang Diakibatkan oleh Salmonella
Salmonella penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang
umumnya Nampak 12-36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar.
Gejala-gejala tersebut adalah berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntahmuntah, pusing bagian bawah, demam dan kadang-kadang didahului sakit
kepala dan menggigil. Gejala ini
dapat berakhir selama 1-7 hari. Tingkat
kematian kurang dari 1%, tetapi jumlah ini meningkat pada anak-anak, orang tua
atau orang yang lemah. Tempat terdapatnya jenis mikroorganisme ini adalah
pada alat-alat pencernaan hewan dan burung, baik yang sudah diternakan atau
yang masih liar. Terdapat 2 jenis kelompok bakteri Salmonella yang sering
menjadi sumber penyakit, yaitu Salmonella nontyphoid dan Salmonella typhi.
Gambar 4:
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di
Amerika Serikat. Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan
penyebab awal penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti
dengan mual, muntah, dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi.
Lamanya berlangsung biasanya kurang dari 7 hari.
Terapi pada Salmonella nonthypoid tanpa komplikasi dengan hidrasi
adekuat.
Penggunaan
antibiotik
rutin
tidak
disarankan,
karena
dapat
meningkatan resistensi bakteri. Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi
salmonellosis, usia ekstrem ( bayi dan berusia > 50 tahun), immunodefisiensi,
tanda atau gejala sepsis, atau infeksi fokal (osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik
adalah trimetoprim-sulfametoksazole atau fluoroquinolone seperti ciprofloxacin
atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari atau Sephalosporin generasi
ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat diberi oral.
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam
tiphoid. Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali,
delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid
adalah suatu penyakit sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan
dengan traktus gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan
terkontaminasi.
Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari.
Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan
perbedaan peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan
defekasi normal. Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada
minggu ketiga timbul penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia,
keterlibatan usus halus terjadi pada minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan
berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada minggu ke empat terjadi perbaikan
klinis.
Jenis Salmonella yang tidak kalah berbahaya adalah S. choleraesius.
Jenis ini dapat menyebabkan penyakit septicemia atau bakterimia. Septicemia
atau bakterimia merupakan penyakit yang disebabkan akibat masuknya bakteri
ke pembuluh darah. Orang atau pasien yang masih dalam kondisi prapenanganan medis dan kekebalannya masih lemah, misalnya pasien yang akan
mengalami operasi adalah orang yang rentan terkena penyakit septicemia atau
bakterimia ini. Orang yang sedang menderita diabetes mellitus, sakit gigi akut,
penyakit jantung, gangguan hati dan yang lainnya yang menyebabkan orang itu
memiliki system imun yang rendah akan rentang terkena penyakit ini. Bakteri
penyebab penyakit ini biasanya masuk lewat oral (mulut), kulit dan saluran
pencernaan. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan dalam menangani
pasien dengan kekebalan yang lemah harus dipastikan benar-benar steril untuk
mencegah terjadinya septicemia atau bakterimia. Penyakit ini ditandai dengan
gejala-gejala seperti demam yang tiba-tiba dan berkepanjangan, lalu tiba-tiba
tubuh menjadi dingin, diare, detak jantung yang terlalu cepat, nafas yang pendek,
anorexia dan anemia. Penyakit ini dapat menyebabkan luka pada jaringan dan
infeksi menggumpal serta dapat mengakibatkan kematian. Bakteri jenis S.
choleraesius ini bersifat invasive (memecah jaringan sel) pada pembuluh darah.
Jenis infeksi yang dapat dilakukannya adalah menyebar. Bakteri ini mampu
masuk ke dalam pembuluh darah dan system lymphatic. Sehingga S.
choleraesius tergolong jenis utama dari kelompok Salmonella yang mampu
menyebabkan banyak kematian.
2. 4. Mekanisme Infeksi oleh Salmonella
Infeksi oleh Salmonella dapat terjadi akibat mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi baik dari sumber hewan selama pemotongan atau slaughter
atau kontaminasi silang selama penanganan dan preparasi bahan pangan.
Kehigienisan yang tidak tepat juga dapat menjadi sumber kontaminasi.
Pencucian tangan yang tepat dan sanitasi tempat yang digunakan selama
memasak atau proses pengolahan bahan pangan dapat mencegah kontaminasi
bakteri terutama dari individu yang menyiapkan makanan tersebut. Studi
terhadap manusia mengenai kontaminasi bakteri menunjukkan dosis yang
mampu menyebabkan infeksi adalah sejumlah 105 organisme (bakteri), namun,
infeksi dapat terjadi pula walaupun dosisnya lebih rendah, yaitu pada individu
yang system imun atau kekebalan tubuhnya kurang kuat seperti bayi, balita,
anak kecil dan orang tua.
Pola penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna (mulut,
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi, paratyphi A, B,
dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang
tercemar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman
mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus
halus kuman beraksi sehingga bisa ”menjebol” usus halus. Setelah berhasil
melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh
darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).
Sehingga feses dan urin penderita bias mengandung kuman S. typhi, S.
paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau
minuman yang tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kuman
Salmonella bias ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun.
Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan
pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri
tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri
juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang
dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organorgan ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus
menyerang aliran darah yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia
sekunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya demam dan
penyakit klinis.
Gambar 5 :
Secara rinci, Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui media
perantara seperti bahan pangan maupun air yang telah terkontaminasi, hingga
sampai ke individu. Pada tubuh manusia, sel Salmonella akan menempel melalui
mucosa (mucus) pada flagella yang dimilikinya ke sel epitel pada usus. Hal ini
akan menyebabkan membrane sel mengkerut. Selanjutnya, sel bakteri ini akan
melepaskan protein effektor melalui system sekresi Tipe III. Dan terjadilah proses
endositosis. Endositosis adalah proses masuknya cairan atau mikro molekul ke
dalam sel. Sistem sekresi Tipe III atau Type III Scretion System (TTSS)
merupakan jalur utama dari Salmonella untuk mengantarkan factor virulensi ke
sel host (inang). Sistem ini terbentuk atas 20 protein, yang berkumpul dalam
tahap urutan yang benar. PrgI adalah struktur yang berbentuk seperti jarum yang
diperpanjang atau diperluas oleh basa protein sehingga membentuk jalan atau
jalur (channel) menuju sel inang (host). Maka, bakteri ini dapat melakukan
penetrasi ke dalam sel tubuh manusia.
2. 5. Pencegahan dari Infeksi Salmonella
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kontaminasi Salmonella
yang sangat efektif untuk meminimalisir resiko terkena infeksi dari Salmonella
antara lain:
1. Bahan pangan mentah harus disimpan di freezer dan di thawing di
refrigerator
2. Selalu mencuci tangan, semua mangkok dan peralatan masak serta
peralatan makan yang mengalami kontak permukaan setelah memroses
atau menangani bahan pangan mentah
3. Waktu
penyimpanan
bahan
pangan
dalam
suhu
ruang
selama
dikonsumsi harus dibatasi yaitu jangan lebih dari 2 jam dan makanan
yang tersimpan di suhu ruang selama lebih dari 2 jam sebaiknya dibuang
(hindari memilih metode prasmanan saat mengkonsumsi makanan sebab
makanan diletakakkan dan tersedia sepanjang waktu di luar pada suhu
ruang sehingga rentan terkontaminasi)
4. Setelah kontak dengan kotoran (feces) hewan, tangan harus dicuci
dengan air hangat dan sabun.
Sejumlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperi kelompok
Salmonella dapat ditularkan dari individu ke individu lainnya melalui makanan.
Oleh karena itu penanganan bahan pangan perlu dilakukan sebaik mungkin
terutama dalam hal sanitasi dari semua pihak yang terlibat dalam bahan pangan.
Penanganan bahan pangan yang baik dapat mencegah infeksi bakteri, antara
lain:
1. Jangan mencicipi makanan menggunakan jari tangan, gunakan sendok
dan usai mencicipi sendok tersebut langsung dicuci dengan air hangat
2. Bahan pangan yang tidak dikemas, jangan langsung diletakkan pada rak
refrigerator (kulkas)
3. Simpan bahan pangan mentah di bagian bawah rak kulkas, dan
sebaiknya dipisahkan dari bahan pangan yang sudah masak atau matang
4. Gunakan penyimpanan, preparasi dan area peletakkan yang masingmasing terpisah antara bahan pangan mentah dengan bahan pangan
yang sudah dimasak. Miliki peralatan masak yang berbeda seperti papan
pemotongan (talenan) untuk bahan pangan mentah dan yang sudah
dimasak.
5. Bahan-bahan yang didinginkan (dalam refrigerator) harus disebar dan
mendapatkan sirkulasi udara yang cukup dan pendinginan yang cepat
walaupun dalam periode puncak
6. Lakukan thawing pada bahan pangan beku pada refrigerator atau di
bawah air dingin yang mengalir
7. Jaga suhu makanan yang hangat agar di atas 600 C dan makanan dingin
di bawah 50C.
8. Makanan yang baru selesai dimasak dan masih panas, harus segera
didinginkan sejenak terlebih dahulu.Untuk mencegah spora pada bakteri
menjadi aktif, sebab spora suka hidup pada suhu yang ekstrem.
9. Jangan gunakan peralatan yang sama untuk bahan pangan mentah dan
yang sudah dimasak atau unggas
10. Cuci sebaik-baiknya peralatan makan dan masak dengan air yang sangat
panas dan deterjen
11. Besihkan dapur hingga sedetail-sedetailnya
12. Hindari penggunaan talenan berbahan kayu
13. Pelihara standar higienis yang tinggi pada tiap individu. Hindari kontak
dengan bahan pangan menggunakan jari tangan, namun gunakan sarung
tangan atau penjepit makanan (tongs)
Untuk pencegahan dan pengobatan akibat infeksi Salmonella secara
khusus, dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut:
1. Penggunaan antibiotic secara umum
2. Menyediakan vaksin untuk infeksi Salmonella
3. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat umum, terutama di
Negara-negara berkembang, mengenai identifikasi atas semua
pembawa atau media penularan, serta sumber kontaminasi dari
ketersediaan air
4. Hindari makanan dan minuman yang berisiko terkontaminasi bakteri
5. Masak dan bersihkan makanan sebaik-baiknya, hindari bahan pangan
mentah terutama buah dan sayuran
6. Selalu gunakan air dan sabun dalam mencuci tangan
Jenis-jenis vaksin II yaitu Thypoid Vaccines yang tersedia bagi penderita
terinfeksi oleh Salmonella, kini ada 3, yaitu:
1.
Vaksin inactivated whole-cell (menginaktivasi seluruh sel pathogen).
Tiap inividu, direkomendasikan dosis tunggal setiap 3 tahun.
2.
Ty21: merupakan vaksin hidup untuk S. typhi. Dikonsumsi secara oral
(melalui mulut) sejumlah 4 dosis. Efektif selama 7 tahun.
3.
Vi polysaccharide vaccine: dari polisakarida Vi yang dimurnikan
berasal dari S. typhi . Ditransfer ke dalam otot. Untuk memelihara
pertahanan tubuh. Revaksinasi direkomendasikan setiap 3 tahun.
Vaksin-vaksin tersebut di atas telah menunjukkan 70-90 % effektif mengobati
infeksi oleh kelompok Salmonella
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan - menjawab tujuan (bukan menguraikan hasil atau data
yg ada)
Dari penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Salmonella
telah dibedakan secara serologis dan diberi nama khusus. Klasfikasi Salmonella
sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia,
serotype yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik.
Salmonella banyak ditemukan pada suplai bahan pangan manusia seperti sapi,
domba, babi dan ayam. Penyebaran Salmonella pada hewan-hewan ternak
tersebut dapat terjadi selama proses pengangkutan, penyembelihan, atau
pengolahan dan melalui berbagai media mulai dari pakan sampai alat-alat yang
digunakan pada proses pengolahan dan penyembelihan. Pembawa utama
mikroorganisme
kelompok
Salmonella
ini
adalah
manusia.
Organisme-
organisme kelompok ini dikeluarkan ke dalam alam sekeliling melalui kotoran
(faeces) dimana bahan pangan dan air akan tercemar olehnya.
Kelompok bakteri Salmonella yang sering menjadi sumber penyakit, yaitu
Salmonella nontyphoid dan Salmonella typhi. S. choleraesius adalah jenis bakteri
lain yang tidak kalah penting,karena dapat menyebabkan penyakit septicemia
atau bakterimia. Septicemia atau bakterimia merupakan penyakit yang
disebabkan akibat masuknya bakteri ke pembuluh darah. Salmonella masuk ke
tubuh manusia melalui media perantara seperti bahan pangan maupun air yang
telah terkontaminasi, hingga sampai ke individu.
3.2 Saran
Dari pembuatan makalah ini diharapkan bahwa pembaca dapat mengerti
dan memahami tentang mekanisme infeksi Salmonella spp. pada manusia serta
cara pencegahannya. Pembaca juga diharapkan dapat mengambil manfaat dari
makalah yang telah kami susun. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
memperbaiki penulisan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sesuaikan dengan Harvard Style
Download