Studi Mekanisme Infeksi Salmonella spp. pada Manusia Melalui Bahan Pangan serta Alternatif Pencegahannya MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Mikrobiologi Pangan Oleh : Detya Pitaloka Sari 105100501111016 Dzulvina Utami 105100107111001 Ellen Demi Winata 105100401111018 Luh Irma Irviani 105100101121005 Okkie Dhyantari 105100107111007 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 DAFTAR ISI Halaman Judul.................................................................................................1 Daftar Isi ..........................................................................................................2 BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................3 1.1 Latar Belakang .....................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................4 1.3 Tujuan ..................................................................................................4 BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................5 2.1 Karakteristik Mikroorganisme kelompok Salmonella .............................5 2.2 Media Perantara atau Media Pertumbuhan dari Salmonella .................. 2.3 Gejala Penyakit yang Diakibatkan oleh Salmonella ............................... 2.4 Mekanisme Infeksi oleh Salmonella ...................................................... 2.5 Penanganan atau Pencegahan ............................................................. BAB III: PENUTUP ........................................................................................15 3.1 Kesimpulan ........................................................................................15 3.2 Saran .................................................................................................15 Daftar Pustaka ...............................................................................................16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan dapat bertindak sebagai substrat atau perantara bagi pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan menularkan penyakit seperti typus, demam, sakit kepala, disentri, diare, hingga kematian. Salmonella merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi pada manusia yang dapat disebarkan melalui pangan dimana disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat dari reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil – hasil metabolismenya. Salmonella ada di seluruh dunia dan dapat mencemari hampir segala tipe makanan seperti pada telur mentah, daging mentah, sayur – sayur segar, cereal, kacang-kacangan, dan air yang tercemar. Selain itu penyebarannya dapat melalui hewan peliharaan hingga manusia, cara penularan yang paling sering adalah melalui feses dari orang-orang yang terinfeksi sehingga mencemari sumber air atau makanan dari orang – orang yang tidak terinfeksi (Lud W, 2004). Salmonella dapat bertahan selama berminggu-minggu di luar tubuh yang hidup. Salmonella juga tidak hancur dalam pembekuan. Salmonella yang pathogen terhadap manusia antara lain Salmonella typhi, S.typhimurium, dan S.enteritidis. Salmonella yang paling berperan adalah S.typhi karena masih menjadi masalah kesehatan yang besar penyebab demam typhoid pada Negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa ada sekitar 16 juta kasus setiap tahun diseluruh dunia dan sekitar 600.000 orang meninggal. Di Oregon 1984 dilaksanakan pemilihan kepada daerah yang diikuti oleh 2 kandidat, salah satu kandidat meracuni dan menyebarkan makanan – makanan di restoran terutama pada menu salad dengan Salmonella kejadian tersebut menyababkan lebih dari 700 orang tiba – tiba sakit (Out Break), pada saat itu para medis menemukan bahwa jenis Salmonella yang menyebabkan outbreak adalah S. typhimurium dan menyalahkan para pengelola restoran dan kokinya. Selain di Oregon, pada tahun 1932-1945 pernah terjadi perang biologi (Bioteroris) di Jepang. Skala terbesar dari serangan bioterrorism pertama kali terjadi di Amerika. Dari banyaknya kasus – kasus Bioterrorist Weapon menggunakan Salmonella ini, WHO mencanangkan program pada Januari 2002 yang disebut Global Salm Surv (GSS) dengan tujuan menghindari korban yang berjatuhan akibat kasus tersebut. Berdasarkan fakta di atas, kami menyusun makalah yang membahas tentang Salmonella dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella ? 2. Apa media perantara atau media pertumbuhan dari Salmonella ? 3. Bagaimana gejala penyakit yang diakibatkan oleh Salmonella ? 4. Bagaimana mekanisme infeksi oleh Salmonella ? 5. Bagaimana pencegahan dari infeksi Salmonella ? 1.3 Tujuan Makalah ini dibuat dengan beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakteristik mikroorganisme kelompok Salmonella 2. Untuk mempelajari media perantara atau media pertumbuhan dari Salmonella. 3. Untuk mengetahui gejala penyakit yang diakibatkan oleh Salmonella. 4. Untuk mendalami mekanisme infeksi oleh Salmonella. 5. Untuk mengetahui Salmonella langkah-langkah pencegahan dari infeksi BAB II PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Mikroorganisme kelompok Salmonella Salmonella adalah jenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob. Termasuk kelompok bakteri Enterobacteriacea. Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh hewan, terutama unggas dan babi. Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini antara lain air, tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran hewan, daging mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah. Gambar 1 : Salmonella typhimurium Sumber : ?? Sejumlah 2000 tipe Salmonella telah dibedakan secara serologis dan diberi nama khusus. Misalnya, Salmonella typhi (penyebab demam tipus) dan Salmonella paratyphi. Salmonella typhimurium, S. agona, S. panama adalah hanya sebagian kecil dari berbagai jenis mikroorganisme penyebab keracunan bahan pangan tipe gastroenteritis yang sudah dikenal. Gejala-gejala demam tipus akan Nampak setelah 7 sampai 14 hari infeksi dan umumnya ditandai oleh perasaan kurang enak dan sakit kepala. Jenis mikroorganisme penyebab tipus ini hanya terdapat pada manusia dan tidak dijumpai pada hewan lain. Klasifikasi Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia dan serotype yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik. Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu Gastroenteritis (S. typhimurium), Septicemia (S. Choleraesius), Enteric Fevers (i.e. S. typhi – Typhoid Fever. Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S. paratyphy A (Serotipe group A), S. parathyphi B (Serotipe group B), S. parathyphi group C, dan S. typhi dari Serotipe group D. Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesies Salmonella sp. berdasarkan sifat-safat biokimianya dapat dilihata pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Salmonella sp. (Sumber : ) No Sifat Biokimia 1. 2. 3. 4. 5. 6. Indol MR Vp Citrat Motilitas Urease 7. TSIA 8. 9. 10. Glukosa Laktosa Sukrosa Salmonella typhi + + K/A G (-), H2S (+) A, G (-) - Salmonella paratyphi A + + K/A G (+), H2S (-) A, G (+) - Salmonella paratyphi B + + + K/A G (+), H2S (+) A, G (+) - Salmonella paratyphi C + + K/A G (+), H2S (+) A, G (+) - 2. 2. Media Perantara atau Media Pertumbuhan dari Salmonella Jenis organisme Salmonella yang sehubungan dengan suplai bahan pangan manusia banyak ditemukan pada sapi, domba, babi dan ayam. Peternakan secara intensif untuk hewan ternak dan burung merupakan penyebab bertambah meningkatnya kejadian akibat Salmonella dari sumbersumber tersebut. Kejadian yang terjadi pada peternakan ternak besar atau ayam di negara-negara maju dapat berkisar antara 0-50% ternak atau ayam tertular Salmonella dari padang rumput yang tercemar oleh kotoran yang tertular oleh Salmonella atau tepung ikan, tepung daging, atau tepung tulang yang tercemar. Selama perjalanan kerumah potong hewan, ternak-ternak (ayam-ayam) ditempatkan secara berdesak-desakan dan mengalami tekanan, sehingga mengakibatkan penyebaran mikroorgnisme lebih luas diantara ternak-ternak tersebut. Demikian juga selama penyembelihan dan kemudian pemotongan karkas terjadi pencemaran silang (cross – contamination) dari karkas yang tercemar ke karkas yang masih bersih melalui pisau, alat - alat lainnya dan air pencucian, sehingga keadaan karkas yang tercemar oleh Salmonella lebih banyak sesudah proses penyembelihan daripada sebelumnya. Tingkat pencemaran karkas, yaitu jumlah sel/karkas, umumnya rendah – jumlahnya yang ada tidak cukup sebagai satu dosis infeksi yang biasanya sekitar 105 – 106 sel. Walaupun demikian, pencemaran dalam jumlah yang rendah ini tetap memberikan bahaya yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat, karena pemasakan yang kurang sempurna dari produk tersebut, kemudian akan mengakibatkan perkembangan sel sel Salmonella sampai pada tingkat dapat menjangkit penyakit pada pengelolaan yang salah. Selanjutnya, produk yang tercemar ini dibawa ke dapur sebagai bahan baku dan ini akan menjadi sumber kontaminasi silang pada permukaan – permukaan bahan – bahan, alat – alat masak yang kemudian dapat mencemari bahan pangan lainnya. Pembawa utama mikroorganisme kelompok Salmonella ini adalah manusia. Organisme-organisme kelompok ini dikeluarkan ke dalam alam sekeliling melalui kotoran (faeces) dimana bahan pangan dan air akan tercemar olehnya. Rantai penularannya adalah : manusia-bahan pangan(air)-manusia. Bakteri-bakteri ini sangat infektif, yaitu hanya dengan sejumlah kurang dari 100 sel cukup untuk menimbulkan penyakit. Oleh karena dosis infeksinya cukup rendah, maka umumnya tidak diperlukan perkembangbiakan sel dalam bahan pangan untuk menjadi berbahaya, walaupun perkembangbiakan dapat terjadi. 2. 3. Gejala Penyakit yang Diakibatkan oleh Salmonella Salmonella penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang umumnya Nampak 12-36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala-gejala tersebut adalah berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntahmuntah, pusing bagian bawah, demam dan kadang-kadang didahului sakit kepala dan menggigil. Gejala ini dapat berakhir selama 1-7 hari. Tingkat kematian kurang dari 1%, tetapi jumlah ini meningkat pada anak-anak, orang tua atau orang yang lemah. Tempat terdapatnya jenis mikroorganisme ini adalah pada alat-alat pencernaan hewan dan burung, baik yang sudah diternakan atau yang masih liar. Terdapat 2 jenis kelompok bakteri Salmonella yang sering menjadi sumber penyakit, yaitu Salmonella nontyphoid dan Salmonella typhi. Gambar 4: Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika Serikat. Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan penyebab awal penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah, dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung biasanya kurang dari 7 hari. Terapi pada Salmonella nonthypoid tanpa komplikasi dengan hidrasi adekuat. Penggunaan antibiotik rutin tidak disarankan, karena dapat meningkatan resistensi bakteri. Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi salmonellosis, usia ekstrem ( bayi dan berusia > 50 tahun), immunodefisiensi, tanda atau gejala sepsis, atau infeksi fokal (osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik adalah trimetoprim-sulfametoksazole atau fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari atau Sephalosporin generasi ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat diberi oral. Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid. Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal. Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada minggu ke empat terjadi perbaikan klinis. Jenis Salmonella yang tidak kalah berbahaya adalah S. choleraesius. Jenis ini dapat menyebabkan penyakit septicemia atau bakterimia. Septicemia atau bakterimia merupakan penyakit yang disebabkan akibat masuknya bakteri ke pembuluh darah. Orang atau pasien yang masih dalam kondisi prapenanganan medis dan kekebalannya masih lemah, misalnya pasien yang akan mengalami operasi adalah orang yang rentan terkena penyakit septicemia atau bakterimia ini. Orang yang sedang menderita diabetes mellitus, sakit gigi akut, penyakit jantung, gangguan hati dan yang lainnya yang menyebabkan orang itu memiliki system imun yang rendah akan rentang terkena penyakit ini. Bakteri penyebab penyakit ini biasanya masuk lewat oral (mulut), kulit dan saluran pencernaan. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan dalam menangani pasien dengan kekebalan yang lemah harus dipastikan benar-benar steril untuk mencegah terjadinya septicemia atau bakterimia. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala seperti demam yang tiba-tiba dan berkepanjangan, lalu tiba-tiba tubuh menjadi dingin, diare, detak jantung yang terlalu cepat, nafas yang pendek, anorexia dan anemia. Penyakit ini dapat menyebabkan luka pada jaringan dan infeksi menggumpal serta dapat mengakibatkan kematian. Bakteri jenis S. choleraesius ini bersifat invasive (memecah jaringan sel) pada pembuluh darah. Jenis infeksi yang dapat dilakukannya adalah menyebar. Bakteri ini mampu masuk ke dalam pembuluh darah dan system lymphatic. Sehingga S. choleraesius tergolong jenis utama dari kelompok Salmonella yang mampu menyebabkan banyak kematian. 2. 4. Mekanisme Infeksi oleh Salmonella Infeksi oleh Salmonella dapat terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi baik dari sumber hewan selama pemotongan atau slaughter atau kontaminasi silang selama penanganan dan preparasi bahan pangan. Kehigienisan yang tidak tepat juga dapat menjadi sumber kontaminasi. Pencucian tangan yang tepat dan sanitasi tempat yang digunakan selama memasak atau proses pengolahan bahan pangan dapat mencegah kontaminasi bakteri terutama dari individu yang menyiapkan makanan tersebut. Studi terhadap manusia mengenai kontaminasi bakteri menunjukkan dosis yang mampu menyebabkan infeksi adalah sejumlah 105 organisme (bakteri), namun, infeksi dapat terjadi pula walaupun dosisnya lebih rendah, yaitu pada individu yang system imun atau kekebalan tubuhnya kurang kuat seperti bayi, balita, anak kecil dan orang tua. Pola penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi, paratyphi A, B, dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus kuman beraksi sehingga bisa ”menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bias mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kuman Salmonella bias ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun. Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organorgan ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini bertanggung jawab sebagai penyebab terjadinya demam dan penyakit klinis. Gambar 5 : Secara rinci, Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui media perantara seperti bahan pangan maupun air yang telah terkontaminasi, hingga sampai ke individu. Pada tubuh manusia, sel Salmonella akan menempel melalui mucosa (mucus) pada flagella yang dimilikinya ke sel epitel pada usus. Hal ini akan menyebabkan membrane sel mengkerut. Selanjutnya, sel bakteri ini akan melepaskan protein effektor melalui system sekresi Tipe III. Dan terjadilah proses endositosis. Endositosis adalah proses masuknya cairan atau mikro molekul ke dalam sel. Sistem sekresi Tipe III atau Type III Scretion System (TTSS) merupakan jalur utama dari Salmonella untuk mengantarkan factor virulensi ke sel host (inang). Sistem ini terbentuk atas 20 protein, yang berkumpul dalam tahap urutan yang benar. PrgI adalah struktur yang berbentuk seperti jarum yang diperpanjang atau diperluas oleh basa protein sehingga membentuk jalan atau jalur (channel) menuju sel inang (host). Maka, bakteri ini dapat melakukan penetrasi ke dalam sel tubuh manusia. 2. 5. Pencegahan dari Infeksi Salmonella Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kontaminasi Salmonella yang sangat efektif untuk meminimalisir resiko terkena infeksi dari Salmonella antara lain: 1. Bahan pangan mentah harus disimpan di freezer dan di thawing di refrigerator 2. Selalu mencuci tangan, semua mangkok dan peralatan masak serta peralatan makan yang mengalami kontak permukaan setelah memroses atau menangani bahan pangan mentah 3. Waktu penyimpanan bahan pangan dalam suhu ruang selama dikonsumsi harus dibatasi yaitu jangan lebih dari 2 jam dan makanan yang tersimpan di suhu ruang selama lebih dari 2 jam sebaiknya dibuang (hindari memilih metode prasmanan saat mengkonsumsi makanan sebab makanan diletakakkan dan tersedia sepanjang waktu di luar pada suhu ruang sehingga rentan terkontaminasi) 4. Setelah kontak dengan kotoran (feces) hewan, tangan harus dicuci dengan air hangat dan sabun. Sejumlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperi kelompok Salmonella dapat ditularkan dari individu ke individu lainnya melalui makanan. Oleh karena itu penanganan bahan pangan perlu dilakukan sebaik mungkin terutama dalam hal sanitasi dari semua pihak yang terlibat dalam bahan pangan. Penanganan bahan pangan yang baik dapat mencegah infeksi bakteri, antara lain: 1. Jangan mencicipi makanan menggunakan jari tangan, gunakan sendok dan usai mencicipi sendok tersebut langsung dicuci dengan air hangat 2. Bahan pangan yang tidak dikemas, jangan langsung diletakkan pada rak refrigerator (kulkas) 3. Simpan bahan pangan mentah di bagian bawah rak kulkas, dan sebaiknya dipisahkan dari bahan pangan yang sudah masak atau matang 4. Gunakan penyimpanan, preparasi dan area peletakkan yang masingmasing terpisah antara bahan pangan mentah dengan bahan pangan yang sudah dimasak. Miliki peralatan masak yang berbeda seperti papan pemotongan (talenan) untuk bahan pangan mentah dan yang sudah dimasak. 5. Bahan-bahan yang didinginkan (dalam refrigerator) harus disebar dan mendapatkan sirkulasi udara yang cukup dan pendinginan yang cepat walaupun dalam periode puncak 6. Lakukan thawing pada bahan pangan beku pada refrigerator atau di bawah air dingin yang mengalir 7. Jaga suhu makanan yang hangat agar di atas 600 C dan makanan dingin di bawah 50C. 8. Makanan yang baru selesai dimasak dan masih panas, harus segera didinginkan sejenak terlebih dahulu.Untuk mencegah spora pada bakteri menjadi aktif, sebab spora suka hidup pada suhu yang ekstrem. 9. Jangan gunakan peralatan yang sama untuk bahan pangan mentah dan yang sudah dimasak atau unggas 10. Cuci sebaik-baiknya peralatan makan dan masak dengan air yang sangat panas dan deterjen 11. Besihkan dapur hingga sedetail-sedetailnya 12. Hindari penggunaan talenan berbahan kayu 13. Pelihara standar higienis yang tinggi pada tiap individu. Hindari kontak dengan bahan pangan menggunakan jari tangan, namun gunakan sarung tangan atau penjepit makanan (tongs) Untuk pencegahan dan pengobatan akibat infeksi Salmonella secara khusus, dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut: 1. Penggunaan antibiotic secara umum 2. Menyediakan vaksin untuk infeksi Salmonella 3. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat umum, terutama di Negara-negara berkembang, mengenai identifikasi atas semua pembawa atau media penularan, serta sumber kontaminasi dari ketersediaan air 4. Hindari makanan dan minuman yang berisiko terkontaminasi bakteri 5. Masak dan bersihkan makanan sebaik-baiknya, hindari bahan pangan mentah terutama buah dan sayuran 6. Selalu gunakan air dan sabun dalam mencuci tangan Jenis-jenis vaksin II yaitu Thypoid Vaccines yang tersedia bagi penderita terinfeksi oleh Salmonella, kini ada 3, yaitu: 1. Vaksin inactivated whole-cell (menginaktivasi seluruh sel pathogen). Tiap inividu, direkomendasikan dosis tunggal setiap 3 tahun. 2. Ty21: merupakan vaksin hidup untuk S. typhi. Dikonsumsi secara oral (melalui mulut) sejumlah 4 dosis. Efektif selama 7 tahun. 3. Vi polysaccharide vaccine: dari polisakarida Vi yang dimurnikan berasal dari S. typhi . Ditransfer ke dalam otot. Untuk memelihara pertahanan tubuh. Revaksinasi direkomendasikan setiap 3 tahun. Vaksin-vaksin tersebut di atas telah menunjukkan 70-90 % effektif mengobati infeksi oleh kelompok Salmonella BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan - menjawab tujuan (bukan menguraikan hasil atau data yg ada) Dari penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Salmonella telah dibedakan secara serologis dan diberi nama khusus. Klasfikasi Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotype yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik. Salmonella banyak ditemukan pada suplai bahan pangan manusia seperti sapi, domba, babi dan ayam. Penyebaran Salmonella pada hewan-hewan ternak tersebut dapat terjadi selama proses pengangkutan, penyembelihan, atau pengolahan dan melalui berbagai media mulai dari pakan sampai alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan dan penyembelihan. Pembawa utama mikroorganisme kelompok Salmonella ini adalah manusia. Organisme- organisme kelompok ini dikeluarkan ke dalam alam sekeliling melalui kotoran (faeces) dimana bahan pangan dan air akan tercemar olehnya. Kelompok bakteri Salmonella yang sering menjadi sumber penyakit, yaitu Salmonella nontyphoid dan Salmonella typhi. S. choleraesius adalah jenis bakteri lain yang tidak kalah penting,karena dapat menyebabkan penyakit septicemia atau bakterimia. Septicemia atau bakterimia merupakan penyakit yang disebabkan akibat masuknya bakteri ke pembuluh darah. Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui media perantara seperti bahan pangan maupun air yang telah terkontaminasi, hingga sampai ke individu. 3.2 Saran Dari pembuatan makalah ini diharapkan bahwa pembaca dapat mengerti dan memahami tentang mekanisme infeksi Salmonella spp. pada manusia serta cara pencegahannya. Pembaca juga diharapkan dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah kami susun. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki penulisan makalah yang selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Sesuaikan dengan Harvard Style