BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi. Komunikasi bersasal dari dua bahasa, dalam bahasa Inggris yaitu communication dan dalam bahasa Latin yaitu communicatus, yang menjadi suatu arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Dikatakan sebagai proses sharing karena proses komunikasi terjadi karena adanya pertukaran pesan dari pelaku komunikasi yang nantinya akan terjadi feedback yang mengarah pada tujuan komunokasi. Dalam proses ini pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaannya, apabila pelaku komunikasi dapat dengan baik memahami makna pesan yang disampaikan, dapat dikatakan proses komunikasi yang terjadi sudah terlaksana dengan efektif. Komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian 1 disampaikan kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulangulang. Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerakgerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.1 Komunikasi adalah proses melalui seseorang komunikator menyampaikan stimulus dalam bentuk kata-kata (verbal) atau dengan bentuk simbol-simbol (non verbal) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang-orang lain (Hovland, jefkins, dan kelly : 1953) Dapat disimpulkan secara umum, komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. 1 http://meiliemma.wordpress.com/ 2 2.1.1 Hakekat Komunikasi. Menurut Anwar Arifin dalam buku Ilmu Komunikasi yang ditulis Oleh Deddy Mulyana mengungkapkan, komunikasi merupakan suatu konsep yang multi makna. Kalau kita memahami konunikasi itu apa, bagaimana bisa terjadi, untuk apa komunikasi dilakukan, apa yang didapatkan setelah melakukan komunikasi, apakah tujuan berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, apakah memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasilhasil dari kejadian tersebut. Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita harus mengenal konsep yang multi makna dengan lebih memahami makna komunikasi yang dibedakan yaitu: a. Komunikasi sebagai proses sosial. Proses sosial yang dimaksud dalam pembahasan penelitin ini adalah dimana individu, kelompok, dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan system-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktifitas-aktifitas sosial. Abraham Maslow2 menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar yaitu, kebutuhan fisiologis, kebutukan keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis dan keamanan bisa dikatakan sebagai kebutuhan dasar, karena kebutuhan tersebut dapat terpenuhi untuk kita bertahan hidup. b. Komunikasi sebagai ilmu. 2 Burhan Bungin. Sosiolog Komunikasi. Jkarta:kencana ,2008, hlm 43. 3 Dalam kehidupan manusia, seseorang tak pernah lepas dari berbagai macam pokok masalah. Baik dalam mencari kebahagiaan, dari sumber kebahagiaan atau mencari jati diri. Untuk memberikan informasi atau untuk mengutarakan isi hati atau pikiran saja diperlukan cara. Akal dan budi manusia bekerja dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk menjawab semua masalah yang dihadapinya mengenai usaha dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain. Dengan melakukan komunikasi yang baik seseorang dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain dan dapat diterima dengan baik. Maka dari itu komunikasi merupakan ilmu sosial yang patut dipelajari. Lain halnya dengan yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunyaIlmu Komunikasi dari John R. Wenbrurg dan Willian W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada 3 kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah, umumnya komunikasi didefinisikan suatu kegiatan penyampaian pesan dari seseorang atau suatu kelompok kepada orang lain atau kelompok lain baik secara verbal maupun nonverbal dan baik secara langsung ataupun melalui media. Seperti seorang penyiar radio menyiarkan suatu informasi melalui radio dan orang-orang lain menengarkan, itu sudah bisa dikatakan suatu kegiatan informasi. Jika diterapkan dlam komunikasi tatap muka proses komunikasi satu arah kurang sesuai kecuali 4 dalam komunikasi public (pidato). Karena jika diterapkan dalam komunikasi tatap muka pasti aka nada umpan balik yang terjadi. b. Komunikasi sebagai interaksi, dalam arti sempit interaksi adalah saling mempengaruhi. Komunikasi sebagai interaksi bisa dikatakan sebagai proses sebab akibat, aksi reaksi yang arahnya bergantian. Komunikator menyampaikan pesan dan komunikan menerima dan langsung merespon atau memberikan reaksi dengan menjawab, menyetujui atau menolak pesan. Komunikasi reaksi atau bisa dikatakan komunikasi dua arah ini dianggap sangat dinamis namun pandangan ini masih membedakan orang-orang sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun peran tersebut dilakukan secara bergantian. 2.1.2 Komunikasi Politik. Secara etmologis, politik berasal dari bahasa yunani, yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warga negara, politetia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara, dan politikos yang berarti kewarga negaraan. Aristoteles (322-384) dapat di anggap sebagai orang yang yang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon bagai kecenderungan politikon. Dengan istilah itu ia ingin mwnjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. 5 Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya. Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kesinmpulan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksiitu terjadi dalam suatu kelembagaan yang di rancang untuk memecahkan konfliksosial maupun bbentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukan suatu aspek kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian atau alokasi. Pada umumnya politik bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang proses menentukan proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi sistem politik itu mentyangkut sekeksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan itu perlu di tentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada. 6 2.2Prinsip Demokrasi. Perjalanan demokrasi sudah lama tumbuh sejak zaman Yunani Kuno, yang kemudian berkembang pada saat ini. Sejarah pertumbuhan demokrasi ini ditulis oleh Mahfud MD sebagai berikut : “Secara historis, demokrasi telah tumbuh sejak zaman Yunani Kuno. Demokrasi tumbuh pada mulanya, tumbuh di sebuah Negara Kota Athena Kuno, merupakan Negara demokrasi pertama di dunia yang mampu menjalankan demokrasi secara langsung majelis sekitar 5.000 sampai 6.000 orang. Ketika itu, rakyat secara langsung menjadi penentu kebijakan pemerintah. Mereka, dapat berkumpul di suatu tempat di dalam dewan sebagai forum penentu kebijakan. Namun semua itu dapat terlaksana karena jumlah penduduk Negara Kota di Athena ketika itu, baru sedikit.”3 Dalam demokrasi, semestinya, hak-hak rakyat dihormati dan dijunjung tinggi. Dalam demokrasi tidak dibenarkan adanya keputusan politik dari pejabat yang merugikan hak-hak rakyat, apalagi kebijakan yang bertujuan untuk menindas rakyat demi kepentingan penguasa. Demokrasi sesungguhnya bukan hanya seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan. Tetapi, demokrasi juga mencakup seperangkat praktik danprosedur yang terbentuk dalam sejarah panjang dan berliku. Demokrasi, seringkali disebut pelembagaan dan kebebasan.4 Dalam perkembangannya, demokrasi telah mengalami pasang surut sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdullah Yazid Berikut ini : 3 Moh. Mahfud, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Cet 2 (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2003) hlm. 20 4 http://www.cidesonline.org 7 “Pasang surut demokrasi ini ditandai antara lain dengan adanya istilah atau nama dari demokrasi yang menunjukan bentuk pelaksanaan sistem pemerintahan demokrasi di suatu negara dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Dalam demokrasi sering kali terjadi pertarungan nilai-nilai ideal, nilai instrumental, dengan konteks alam, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan agama serta kualitas psikososial para penelenggara negara.”5 Sebaliknya, demokrasi akan tumbuh kokoh bila di kalangan masyarakat tumbuh kultur dan nilai-nilai demokrasi, bebas mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam masyarakat, terbuka dalm berkomunikasi, serja menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan. Demokrasi juga harus memiliki nilai percaya diri dan tidak tergantung pada orang lain dan saling menghargai. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang disahkan oleh BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 pun telah memuat berbagai hak dan kewajiban warga negara serta pemerintah agar terwujud hubungan politik yang demokratis. Dewasa ini, di saat gagasan demokrasi semakin mendunia, bangsa indonesia didoong oleh semangat reformasi berusaha mewujudkan suatu sistem pemerintah yang demokratis pula.6 Karena kedaulatan berada ditangan rakyat, maka segala proses penyelenggaraan negara, termasuk pemilu, harus diserahkan kepada pemiliknya. Kalau pun terjadi perbedaan antara Undang-Undang Dasar Tahun 1945 asli 5 David Held, Demokrasi dan Tatanan Global dari Negara Modern hingga Pemerintahan Kosmopolitan, (Yogyakarta , Pustaka Pelajar, 2006) hlm 14 6 Abdullah Yazid et all, Demokrasi dan Hak Azasi Manusia, (Malang Avveroes Press, 2007), hlm 32 8 dengan yang telah diamandemen, teletak pada peran MPR. Di masa lau, lembaga ini dianggap sebagai lembaga tertinggi dan merupakan lembaga perwujudan suatu bangsa dan negara dimana tugas penyelenggara negara bertugas memfasilitasi terwujudnya masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.7 2.3 Konsep Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah. Konsep susunan negara yang berkaitan dengan bentuk bentuk negara modern saat ini dapat ditinjau dari susunannya. Negara, apabila ditinjau dari segi sususnan atau bentuk negara, maka akan ditemukan dua jenis bentuk negara, sebagai mana yang dikemukakan oleh Soehino berikut ini :8 a. Negara yang bersususn tunggal, yang disebut Negara Kesatuan. b. Negara yang bersusun jamak, yang disebut negara Federasi. Selanjutnya, Soehino memberikan definisi atau penjelasan mengenai negara kesatuan sebagai berikut : “Negara kesatuan itu adalah negara yang tidak tersususn dari beberapa negara, melainkan hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan demikian negara kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah-daerah.”9 7 Redi Penuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, cetakan I, ( Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009) hlm7 8 Soehini, Ilmu Negara, Ed 3, Cet 3 ( Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm 224 9 Ibid, hlm 224 9 Kekuasaan para penguasa pada abad XVII maupun abad XVIII masih bersifat absolutdan masih dilaksanakannya azas sentralisi (urusan pemerintahan milik pemerintah pusat) dan azas konsentrasi (segala kekuasaan serta urusan pemerintahan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat). Dalam perkembangannya yang dikarenakan perkembangan pesat yang terjadi dalam suatu negara, yaitu semakin luasnya terjadi dalam suatu negara, yaitu semakin luasnya wilayah, heterogen, maka diberbagai negara telah dilaksanakan azas dekonsentrasi (pelimpahan wewenag dari pemerintah pusat kepada pejabatpejabatnya di daerah) dalam ranka penyelenggaraan pemerintahan di daerah.10 Dalam perkembangannya lebih lanjut juga dibeberapa negara telah dilaksanakan azas desentralisasi (penyerahan urusan dari pemerintahan pusat ke daerah otonom) untuk menjadi urusan rumah daerah otonom itu. Pelaksanaan azas desentralisasi inilah yang melahirkan daerah-daerah otonom. Daerah otonom dapat mengatur rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.11 Penjelasan lebih lanjut mengenai negara kesatuan yang didesentralisasi tersebut dapat dilihat dari uraian yang dikemukakan oleh Zulfikaf Salahudin, Al Chaidar dan Herdi Sahrasad dalam Ni’matul Huda berikut ini : “Prinsip pada negara kesatuan ialah bahwa yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara ialah pemerintah pusat tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan pada pemerintah daerah (local governmant). Dalam negara kesatuan terdapat azas bahwa segenap urusan-urusan negara taidak dibagi antara pemerintah pusat 10 Ibid, hlm 224-225 Ibid, hlm 225-226 11 10 (central government) dan pemerintah lokal (local government) sehingga urusan-urusan negara dalam negara kesatuan tetap merupakan suatu kebulatan (enheid) dan pemegang tertinggi di negara itu ialah pemerintah pusat.”12 Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa kekuasaan yang sebenarnya tetap berada dalam genggaman pemerintah pusat dan tidak dibagi-bagi. Dalam rangka kesatuan, tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas pada dasarnya tetap berada di tangan pemerintah pusat. Adapun hubungan antara azas desentralisasi dengan sistem otonomi daerah sebagaimana dikemukakan oleh Benyamin Hossein yang kemudian diikuti oleh pendapat Philip Mowhod dan kemudian disimpulkan oleh jayadi N.K dalam Siswanto Sunarno adalah sebagai berikut : “Secara teoritis desentralisasi seperti yang dikemukakan oleh Benyamin Hossein adalah pembentuka daerah otonom atau penyerahan wewenang tertentu kepadanya oleh pemerintah pusat. Philip Mowhod menyatakan desentralisasi adalah pembagian dari sebagian kekuasaan pemerintah oleh kelompok yang berkuasa di pusat terhadap kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki otoritas di dalam wilayah tertentu di suatu negara. Dari definisi kedua pakar diatas, menurut Jayadi N.K bahwa mengandung empat pengertian : pertama, desentralisasi merupakan pembentukan daerah otonom; kedua, daerah otonom yang terbentuk diserahi wewenang oleh pemerintah pusat; ketiga, desentralisasi juga 12 Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta PT Rajagrafindo Persada, 2005), hlm 92 11 merupakan perencanaan kekuasaan oleh pemerintah pusat; keempat, kekuasaan yang dipencarkan diberikan kepada kelompok–kelompok masyarakat dalam wilayah tertentu.”13 Berikut ini penjelasan lanjut mengenai negara kesatuan dan otonomi daerah di Indonesia : “Akan tetapi, sistem pemerintahan Indonesia yang salah satunya menganut azas negara kesatuan yang didesentralisasikan menyebabkan ada tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang melahirkan adanya hubungan kewenangan dan pengawasan.”14 Bahkan penjelasan tentang azas desentralisasi oleh Siswanto Sunarno diserupai dengan hak keperdataan, yakni penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima hak. Berikut ini penjelasan mengenai azas desentralisasi dan sistem otonomi daerah di Indonesia yang dikemukakan secara gamblang berikut ini : “Azas desentralisasi ini dapat ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, yakni penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima hak, dengan objek hak tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah ditangan pemerintah, dan hak berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan, namun masih tetap dipertanggung jawabkan kepada si pemilik hak dalam hal ini Presiden 13 Sunarno, Siswanto, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Cet 3 (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 13 14 Huda Ni’matul, Op,cit, hlm 93 12 melalui Mentri dalam Negeri dan DRRD sebagai kekuatan representatif rakyat di daerah.”15 Inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dari hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah dan kelangsungan pelayanan umum yang tidak diabaikan.16 2.4 Public Relations. Menurut survey yang telah diadakan di Amerika Serikat 2000 orang terkemuka dalam bidang Public Relations telah mengemukanakan definisi mereka tentang Public Relations. Dari definisi-definisi yang mereka sampaikan diantaranya terdapat anggapan-anggapan, bahwa Public Relations itu adalah suatu ilmu, suatu system, fungsi, proses, metode, kegiatan, dan sebagainya. Sebuah panitia yang anggotanya terdiri dari ahli Public Relations yang terkenal tenahmengmbil defininsi yang mereka anggap terbaik dari definisidefinisi itu: Definisi Scott M. Cultip, Allen H. Centerr & Glen m. Broom (200 : 5) dalam bukunya yang berjudul Effective Public Relations merupakan fungsi manajemen khusus yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan dan kerja sama antar organisasi dan masyarakatnya, yang melibatkan manajemen problem dan masalah, membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum, 15 Sunarno Siswanto, Op cit, hal 7 H.A.W. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), hlm 2 16 13 mendefinisi dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai system peringatan awal untuk membantu mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya. Selain definisi tersebut juga terdapat difinisi-definisi lainya, Public Relations menurut Jefkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara satu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berdasarkan saling pengertian. Public Relations yang ,modern adalah suatu rencana tentang kebijakanb dan kepemimpinan yang menanamkan kepercayaan public dan menambah pengertian mereka. Berdasarkan definisi-definisi tersebut terdapatlah didalam Public Relations itu suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari public sesyatu badab khususnya dan masyarakat umumnya. Dalam Public Relation terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, guna usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan sehingga akan timbul opini public yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu. 14 2.4.1 Empat peran Public Relations menurut Cutlip dalam konsepnya adalah sebagai berikut17 a. Teknisi Komunikasi (Communication Technician) Praktisi yang memegang peran ini biasanya tidak bisa ikut serta saat manajemen mendefiisikan masalah dan mencari jalan keluar, mereka baru dilibatkan untuk memproduksi materi komunikasi saat programditerapkan, yang terkadang tanpa bekal penetahuan yang utuh tentang motivasi awal atau hasil yang diinginkan. Meskipun mereka tidak diikut sertakan dalam diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen, mereka adalah pihak yang dilimpahkan tugas memberi penjelasan pada karyawan dan pers. Teknisi komunikasi dipekerjakan untuk menulis danmenyunting nawala ( newsletter) karyawan, menulis siaran pers,mengembangkan isi dari web, dan artikel mendalam, serta menagani kontak media. Praktisi ini baru bergabung saat komunikasi perlu dilakukan dan mengimpementasikan program serta menghabiskan banyak waktu mereka dalam aspek teknis komunikasi dimana mereka hanya melaksanakan (dikenal juga sebagai journalis organisasi). b. Pakar Perumus (expert Prescriber) Public Relations dianggap sebagai pakar ahli dan berwenang atas masalah oleh pihak lain. Memiliki pengalaman dan kemampuan yang tinggi sehingga dapatmembantu mencari solusi dalam penyelesaian masalah antara perusahaan dengan publicnya. Dalam hal ini pihak manajemen bersifat pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar 17 Chutlif, Scott m, Center, Allen H, and Glen M, Bbroom, 2006, Effective Public Relations, Prenada Media Grup, Jakarta Hal 46-47 15 humas tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan humas karena dianggap mempunyai keterampilan yang tinggi. c. Fasilisator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving Process Facilitator) Dalam hal ini praktisi humas bertindak sebagai fasilitator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan oleh publicnya. Public relations juga dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publicnya. Praktisi menjadi fasilitator pemecahan masalah bekerja sama dengan manajer lainya dalam mendefinisikan dan menyelesaikan masalah. Merekan menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kerja sama dan konsultasi diawali dari pertanyaan awal dan berlanjut hingga evaluasi program akhir. Praktisi menggunakan proses manajemen dan langkah-langkah yang sama terhadap hubungan masyarakat dalam menyelesaikan masalah organisas lainnya. Fasilitator dilibatkan dalam tim manajemen pemecahan masalah karena telah mendemanstrasikan keterampilan dan dapat membantu manajer lainnya dalam mengatasi dan menghindari masalah. Dalam hal ini posisi PR terintregrasi dalam pengambilan keputusan manajemen. d. Fasilitator Komunikasi ( Communication Facillitator) Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator, antara organisasi dan public. Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun public, 16 sehingga mereka dapat membuat keputusan yang menguntukan. Sebagai fasilitator komunikasi praktisi bertindak sebagai sumber informasidan kontak resmi organisasi dengan publicnya. Mereka menjadi penengah interaksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan menaggulangi pandangan, memancing reaksi dan membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi. Fasilitator memegang peran tentang batas dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan public sehingga terjadi komunikasi dua arah yang dapat meningkatkan kualitas keputusan, kebijakan, prosedur dan tindakan kedua belah pihak yang dibuat oleh organisasi dan public. Dengan kata lain, PR berperan dalam menjembatani komunikasi antara public dengan perusahaan sebagai media dan penengah bila terjadi kesalah pahaman dalam komunikasi. Istilah manajer komunikasi kemudian diperkenalkan saat factor analisis dari survey-survey komunikasi menunjukan bahwa komunikator yang sama melaksanakan tiga peran sekaligus yaitu: penasihat ahli, fasilitator komunikasi, dan fasilitator penyelesaian masalah, secara bergantian. Hal ini berawal dari teori yang dikemukakan oleh Broom (1982). Riset-riset sejak 1985 secara konsisten menunjukan bahwa manajer komunikasi adalah penyederhanaan dalam merujuk pada peran-peran komunikasi dari pakar perumus, fasilitator komunikasi, dan fasilitator penyelesaian masalah. Komunikator professional yang sebelumnya secara dominan memerankan manajer cenderung mendapatkan gaji yang lebih 17 tinggi dari komunikator yang sebelumnya memerankan teknisi, walaupun dengan rujukan tahun pengalaman professional yang sama.18 2.4.2 Fungsi Public Relations Menurut pernyataan resmi dari Asosiasi Humas Amerika (Official Stattement of Pubkic from Public Relations Society of Amerika) Pubkic Relations membantu masyarakat kita yang kompleks dan pluralistic untuk membantu keputusan dan menjalankan fungsi secara lebih efektif dengan memberikan kontribusi pemahaman bersama diantara kelompok dan institusi.19 Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga arus komunikasi, pemahaman bersama, saling menerima, dan elemen-elemen konseptual dan oprasional berikut ini :20 a. Penelitian (research) Ini adalah tahap penelitian dalam PR, baik dalam memperoleh data primer dan skunder, maupun penelitian bersifat riset opini baik secara kualitatif dan kuantitatif. b. Perencanaan (planning) Penyusunan suatu program acara (event) atau agenda setting dan program kerja PR berdasarkan data dan fakta dilapangan, kibijakan, prosedur, tema dan kemampuan dana serta dukungan dari pihak terkait. 18 David M Dozier, Larissa A Gruning, Manager’s Guide to Excellence in Public Relations and Communication magement 95 19 Ibid hlm 7 20 Ruslan Rosady, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 18 18 c. Pengkoordinasian (coordinating) Dimana satu tim kerja ditentukan kerja sama dan keterlibatannya dari instansi atau personol lainnya kedalam sutu kordinasi tim yang solid sebagai upaya pencapaian tujuan lembaga organisasi. d. Administrasi (administration) Menyangkut masalah administrasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dokumentasi, sistempengarsipan dan pencatatan keluar atau masuknya uang dan sekaligus merupakan suatu bukti tertulis atau tercatat dalam system administrasi yang baik. e. Partisipasi Komunitas ( community participation) Partisipasi PR dalam melakukan suatu komunikasi timbale balik dengan komunitas masyarakat atau public lingkungan tertentu akan mencapai saling pengertian dan citra positif terhadap lembaga yang diwakilinya. f. Nasihat (Advice) Memberikan sumbangan saran kepada manajemen dan pimpinan perusahaan berkenaan dengan kebijakan organisasi tentang penyesuaian berdasarkan kepentingan public eksternal atau internal, maupun hasil pengidentifikasian keinginan dan reaksi public terhadap tujuan organisasi. Singkatnya PR berefungsi untuk menyelaraskan kebijakan public dan organisasi. 19 2.4.3 Program Public Relations. Salah satu definisi dari Public Relations dari institute of Public Relations didalamnya termasuk upaya yang disengaja, terencana, dan berkesinambungan untuk selalu menciptakan dan memelihara pengertian bersama antara organisasiuntuk selalu menciptakan dan memelihara pengertian bersama antara organisasi dan publiknya. Henslow (1999) menyatakan bahwa program PR adalah upanya perencanaan strategis dalam menangani public ubtuk mencapai tujuan organisasi.21 Dalam program PR kata-kata berikut menjadi konsepnya.22 a. Disengaja, terencana, dan upaya yang berkesinambungan. b. Menciptakan dan memelihara. c. Pengertian bersama. Program PR harus direncanakan menggunakan konsep diatas sedeskriftif mungkin agar dapat mencapai hasil yang baik dan rinci (tajam) keberhasilan PR ditentukan dari programnya, program PRyang tidak direncanakan akan tercampur, dan terlepas dari rangkaian rencana dan hanya akan sedikit memberi kepuasan. Singkatnya kegiatan yang tidak terencana sulit dievaluasi.23 Program PR idealnya dirancang untuk berlangsung selama waktu tertentu, paling tidak 12 bulan atau lebih . program humas dalam keseluruhannya merupakan kegiatanYang kompleks dan harus dpat mengakomodasi aktifitas PR dari hari ke kari dalam kerangka strategi. 21 Henslowe, Phillip, Public Relations A Practical Guide to the Basic, Institute of Public Relations. 1999 22 Ibid 23 Ibid 20 Karena itulah wujud stategis PR merupakan program PR dan didalamnya setiap aktifitas ataupun acara menjadi “taktik”.24 PR merupakan proses manajemen yang mengarahkan organisasi kedalam tahap implementasi apa yang menjadi misi organisasi tersebut. Menurut Harold Busron (1990), PR memegang peran membantu organisasi menemukan (tdak saja ) apa yang dikatakan, tetapi juga apa yang dilakukan. Burson menghubungkan peran baru ini dengan pengawasan public yang makin mendetail dan tidak terhindarkan terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan organisasi.25 Hadirnya teknologi komunikasi yang memungkinkan public untuk merespon dengan cepat, akan suatu peristiwa, secara global. Teknologi komunikasi modern menutup jarak antara pesan dan prilaku sampai pada titik dimana keduanya hamper dianggap satu dan sama. 26 Ada pribahasa yang mengatakan “aksi berbicara lebih lantang ketimbang ucapan”. Menurut cutlip, sebagai PR rangkaian kata-kata saja tidak cukup, komunikasi saja tidak cukup untuk memecahkan semua masalah PR, karena umumnya PR berasal dari sesuatu yang telah dilakukan, bukan sesuatu yang telah dikatakan (kecuali pada kasus-kasus tertentu dimana melibatkan tokoh public). Program humas berupa tindakan, merupakan langkah korektif untuk melayani kepentingan bersama dari organisasi dan publiknya. 24 Ibid Harold Burson, 1990, October, 2, Beyond PR: Redefining the Role of Public Relations, 29 th Destingualished Lecture of the Institute of Public Relations Research and Education, Inc, New York 26 Ibid 25 21 2.4.4 Tujuan dan Fungsi Public Relations Dalam Politik dan pemerintahan. Public relations (PR) melekat pada tugas politik secara fungsional, yakni membantu pimpinan mengendalikan tugas-tugas organisasi-organisasi politik terhadap tuntutan public yang smakin berkembang agar mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat untuk mengemban misi menuju masa depan.Selama ada pemimpin di dalam masyarakat, selalu terdapat hubungan yang suka dan tidak suka antara pemerintah dan yang diperintah. Politisi terkadang menghabiskan banyak waktu dalam kariernya yang ditujukan untuk melayani masyarakat masyarakat yang menjadi pengikutnya agar tidak terdepak dari gedung dewan ketika terjadi perubahan lingkungan politik atau perubahan kebijakan editorial surat kabar lokal. Bersamaan dengan hal tersebut, politisi yang layak kehilangan standar etik yang tinggi atau mungkin melakukan kesalahan dan kejahatan yang serius dan kemudian terpilih kembali memasuki gedung dewan. Keadaan yang mengarah ada konflik yang berkelanjutan ini merupakan suatu permasalahan tersendiri bagi figur atau organisasi tertentu. Pada kenyataanya, poltik dan pemerintahan tidak dapat dipisahkan. Demikian juga peran dari PR dalam politik dan pemerintahan harus saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Secarapraktis, kedewasaan pemerintah dan untuk menjadikan pemerintahan yang profesional, bagaimana pun juga, perlu ditunjukan dengan kemampuannya untuk menjadikan pemerintahan lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan memberi perhatian atas usaha-usaha untuk meraih persetujuan masyarakat atas program-program yang diperlukan dan menciptakan suatu bentuk pelayanan yang tersedia secara luas kepada masyarakat 22 yang memerlukannya. Dapat dikatakan fungsi PR dalam pemerintahan disadari meningkat sebagai elemen yang penting untukmewujudkan suatu bentuk pemerintahan yang efektif. 2.4.5 Peran Public Relations Dalam Politik dan Pemerintahan. Bidang pemerintahan dan politik sangatlah bersentuhan dengan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, dan pada kenyataannya setiap bidang pemerintahan sangatlah terkait dan tergantung pada peran public relations. Peran public relations dalam politik dan pemerintahan mengarah sebagai penggerak pembaruan yang terus menerus tiada henti dengan pengembangan inovasi agar tetap terjaga ketepatan dan kesesuaian dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Dalam perannya public relations menghadirkan pemerintahan dalam berpolitik sebagai sosok yang pro aktif, tanggap, lembut,penuh perhatian dan keramahan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul ditengahtengah kehidupan masyarakat. Dalam menangani gejolak permasalahan yang muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat inilah public relations terus membantu pemerintah untuk menyelesaikan tugas politiknya dengan terusmengembangkan kemampuannya dengan komunikasi yang intensif dan efektif agar dapat menyelesaikan permasalahan-perasalann politik serta membantu memberikan pemerintah solusi. 23 2.4.6 Tanggung Jawab Public Relations Dalam Politik dan Pemerintahan. Tanggung jawab dari public relations dalam politik dan pemerintahan adalah untuk memberikan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Begitu banyak sekali tanggung jawab lain yang yang telah ditugaskan kepada praktisi public relations pemerintahan, tanggung jawab yang ada menyangkut bidang yang luas dan sangat penting, tetapi untuk memastikan berjalannya informasi secara cepat kepada individu yang berada di dalam maupun di luar pemerintahan merupakan tanggung jawab public relations dalam politik dan pemerintahan. 2.5 Citra. Citra (image) adalah kesan, perasan, gambaran dari publik terhadap perusahaan kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi. Teori citra di atas digunakan karena memiliki hubungan yang erat dengan iklan korporat itu sendiri. Telah diketahui bahwa iklan korporat memiliki tujuan untuk menciptakan citra yang positif bagi khalayak umum. Citra organisasi atau pemerintahan dari elemen visual, verbal dan prilaku yang menjadi cerminan aktualisasi dari visi pemimpin yang terintregrasi dengan misi dan rencana strategic organisasi (howard, 1998). Citra organisasi juga merupakan cerminan identitas organisasi yang akan membangun nama baik organisasi (Fomburn, 1996). Dari para pakar komunikasi diatas, sangat jelas bahwa citra harus dikelola melalui dialog dan hubungan baik dengan khalayak organisasi visi, misi organisasi yang menjadi arah berjalannya organisasi perlu dibuat dengan seksama mengingat pembentukan visi misi merupakan hal yang sangat strategis, diperlukan pemimpin yang jujur, bertanggung jawab dan 24 visioner. Dalam menyikapi suatu issue perlu ada tiga komponen yang saling berhubungan dan mempunyai kepentingan masing-masing, yaitu pemerintah, khalayak dan media masa. Interaksi oleh ketiga komponen perlu mendapat perhatian khusus bagi PRO. Pengelolaan citra juga dipengaruhi oleh budaya organisasi, yaitu system nilai atau pola prilaku kolektif sekumpulan orang yang saling mempengaruhi melalui komunikasi. Dalam budaya organisasi yang kuat prinsip, niali yang sama terinternalisasi dengan merata sehingga semua anggota mempunyai sikap terpadu dalam menghadapi tantangan organisasi. 2.5.1 Jenis-Jenis Citra. Setelah menguraikan definisi citra, berkut dibawah ini adalah jenis-jenis citra yaitu : 1. Question Marks. Pada tahap ini perusahaan baru saja berdiri sehingga pertumbuhan produktivitasnya termasuk tinggi. Namun demikian, pangsa pasarnya masih rendah. Pada tahap ini citra harus dibentuk untuk memnberikan edukasi kepada public mengenai visi perusahaan serta manfaafnya. Jika perusahaan memiliki produk-produk baru, maka penggalangan citra harus di konsentrasikan pada edukasi konsumen tentang pemahaman produk, termasuk fungsi produk, baik secara sosial ataupun personal. Jadi, begitu produk diluncurkan, kebutuhan konsumen di pasar sudah terbentuk terlebih dahulu. 25 2. Stars. Pada tahap stars, perusahaan mengalami pertumbuhan paar yang baik yang ditandai dengan pertumbuhan produk serta penguasaan pasar yang semakin baik. Pada tahap ini citra harus dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab publik yang kuat. Citra produk juga diarahkan pada aspek-aspek yang menyangkut keamanan dan kenyamanan konsumen dalam menggnakan produk dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tugas pencitraan disini adalah memperkuat baik itu brand awerenessataupun ekuitas merek. Perusahaan harus mampu mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa merek mereka akan lebih mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara signifikan dibandingkan dengan merek-merek pesaing. Pola komunikasi pada tahap ini juga mengembangkan loyalitas konsumen terhadap merek. 3. Cash Cow. Kejenuhan mulai masuk ke perusahaan. Sekalipun perusahaan masih memiliki market share tinggi tapi pasar yang dikuasainya mulai sulit dikembangkan. Dalam tahap ini, sering kali merek produk disebut oleh konsumen hanya untuk mengsosialisasikan dengan kategori produk itu sendiri. Merek sering disebut, tapi produknya tidak pernah dibeli. Merek Aqua pernah mengalami tahap ini, dimana nama mereknya identik dengan air minum dalam kemasan. Sehingga tidak 26 jarang, banyak konsumen yang menyebut merek Aqua, tapi bergeming ketika disodorkan merek lain. Pada tahap ini, citra harus disegarkan kembali. Loyalitas konsumen terhadap merek juga harus terus dibangun. Publik harus disadarkan bahwa merek produk memiliki perbedaan yang signifikan dengan merek-merek lain. Untuk merevitalisasi mereknya, Aqua membangun positioning Sehatnya Nyata, dan membuat kampanye iklan yang menegaskan bahwa Aqua adalah merek pilihan. Jadi jangan memilih merek lain, sekalipun produknya sama. 4. Dog. Dalam tahap ini, tidak mudah untuk membentuk citra perusahaan karena perusahaan pada posisi di mana baik pangsa pasar maupun pertumbuhan pasarnya beada pada titik terendah. Pada tahap ini, citra harus mampu mengawal manajemen dalam melakukan revitalisasi usaha. Merek-merek harus dilahirkan kembali sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini. Salah sau contoh sukses merekyang pernah bangkit dari tahap ini adalah permen vicks. Dengan mengubah positioning produk dari yang semula dianggap obat batuk menjadi permen pelega tenggorokan, permen Vicks mampu melesat hingga menguasai pangsa pasar permen pelega tenggorokan. 27 Jenis-Jenis Citra Menurut Jefkins. Jenis-jenis citra menurut Jefkins (2003) : a. Citra bayangan (mirror image) citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya penimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. b. Citra yang berlaku (curren image) adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. c. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan pihak manajemen. d. Citra perusahaan (corporate image) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanan. e. Citra majemuk (multiple image) banyaknya jumlah pegawai (individu), cabangatau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebutsecara keseluruhan. Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan- pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak- Secara langsung menimbulkan prilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Public relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan output adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau prilaku tertentu. 28 2.5.3 Peran Public Relations Dalam Pembentukan Citra. Efektifitas PR di dalam pembentukan citra (nyata, cermin, dan aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi (job design, reward sistem, dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu atau perubahan dalam mengelola sumber daya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian, perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaanidentitas diri yang mencakup aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respond an mentalitas pengguna (hubeis, 2001). Praktisi PR senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Citra PR yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya” karena hal itu justru dapat mengacaukan (anggoro 2002). 29