Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, turun dari Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril bersamaan dengan diturunkannya Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam. Islam seperti inilah yang menurut Khadziq, (2009: 1) selalu didakwahkan dan disiarkan oleh setiap muslim kepada orang lain. Akan tetapi Islam dalam perkembangannya mengalami dinamika praktis di dalam diri manusia dan masyarakat. Dengan akalnya setiap manusia atau masyarakat mempunyai pandangan dan cara pengamalan agama Islam masing-masing. Fenomena tersebut bisa dengan mudah dilihat pada aneka ragam cara pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks seperti ini, muncul istilah Islam Normatif yang asli dan murni dari Allah, dan Islam Historis yang dipikirkan dan dipraktikkan orang sebagai simbul kebutuhan beragama seseorang yang terpengaruh oleh dimensi ruang dan waktu. Islam mengakui adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi yang dibawa sejak lahir, salah satunya adalah kecenderungan terhadap agama. Berkaitan dengan hal ini Arifin (1991: 96) menegaskan sesuai dengan fitrahnya, manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dan salah, kemampuan ini didapat dari proses kependidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan harus mendapat prioritas perhatian, karena sebagai sarana peningkatan kualitas suatu bangsa atau kualitas sumber daya manusia (SDM). Bahkan Islam juga menganjurkan umatnya melaksanakan pendidikan Islam. Rasulullah menekankan pentingnya pendidikan untuk bekal kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan dalam hadist yang berbunyi: “Mencari ilmu diwajibkan pada setiap Muslim laki-laki dan setiap Muslim perempuan.” (Bukhari, t.th.: 127). 1 Pendahuluan Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan pendidikan sekaligus mengupayakan perwujudan (Abdurrahman, 1995: 34). Aspek keimanan dan keyakinan menjadi landasan akidah yang mengakar dan integral serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan, optimis, sungguh-sungguh dan berkesadaran. Aspek syariat telah menyumbangkan berbagai kaidah dan norma aspek ini mengatur perilaku dan hubungan manusia, sehingga masyarakat memiliki suatu nilai yang tertanam dijiwanya. Nilai positif yang terdapat dijadikan pegangan sebagai pembangunan karakteristik pribadi. Masyarakat ikut pula memikul tanggung jawab pendidikan, karena masyarakat berfungsi sebagai penerus tradisi keagamaan dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan. Tangung jawab masyarakat terhadap pendidikan tersebut menurut Hasan Langgulung (1987: 5) disebabkan pendidikan apabila dilihat dari sudut pandang masyarakat merupakan pewarisan nilai-nilai oleh generasi tua kepada generasi berikutnya. Sejalan dengan pendapat di atas, Robert C. Monk, yang dikutip Jalaluddin (2010: 231) menjelaskan bahwa tradisi keagamaan merupakan isi dari pendidikan yang berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan Islam, tradisi keagamaan dalam masyarakat berfungsi sebagai media pendidikan yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai agama dan akhlak kepada masyarakat. Efektivitas keberhasilan pendidikan tersebut dalam konsep Metodologi Pendidikan Islam tidak bisa lepas dari strategi yang diterapkan. Strategi menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2010: 5) merupakan suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Melalui strategi inilah dipilih pendekatan atau metode yang tepat agar sasaran atau tujuan tercapai secara efektif. Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan penyebaran agama Islam di Indonesia disebabkan strategi pendidikan yang diterapkan Walisongo dengan menyisipkan nilai-nilai Islam melalui tradisi lokal masyarakat. 2 Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal Suatu tradisi yang sudah menjadi kebiasaan rutin di masyarakat akan sulit dihilangkan. Khusus pada masyarakat jawa, suatu tradisi dianggap sangat penting karena menurut mereka itu warisan dari nenek moyang. Selagi tradisi tersebut dari aspek historisitas tidak menyimpang dari syariat Islam khususnya bagi masyarakat pemeluk agama Islam maka tidak masalah tradisi tersebut dijalankan. Bisa jadi dalam tradisi tersebut juga terkandung adanya pendidikan yang Islami. Oleh karena itu Indra, (2005:190) menyatakan bahwa pendidikan Islam yang diselenggarakan umumnya hanya menyentuh qalbu atau hati, sementara sentuhan pada akal sangat tidak seimbang. Pelaksanaan tradisi tersebut ada yang rutin setiap satu bulan sekali juga ada yang satu tahun sekali. Seperti halnya suatu tradisi yang terdapat di desa Tetep, Randuacir, Agrimulyo, Salatiga setiap tahun sekali di desa ini diadakan tradisi saparan. Tradisi ini dilakukan di bulan Sapar (bulan Jawa), yang menurut sejarah, tradisi ini untuk mensyukuri desa Tetep supaya tetap makmur dan sejahtera untuk mengirim doa bagi para sesepuh yang dulunya membangun desa Tetep yang sekarang sudah meninggal. Tradisi saparan ini hampir mirip dengan tradisi Nyadran yang biasa terjadi di bulan Suro (Muharram). Keunikan tradisi saparan ini terletak pada bentuk tradisi yang dianggap sebagai ritual agama Islam namun pelaksanaannya masih kental sekali dengan budaya lokal dan sisa-sisa tradisi agama Hindu seperti nyekar, puasa ngebleng, atau membawa keris pusaka.ke makam. Keunikan lainnya adalah adanya pranata-pranata khusus pada tradisi Saparan ini yang cukup menggelikan seperti keharusan makan Apem dan tidak tidur sehari semalam. Pelaksanaan tradisi Saparan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Atas usulan dari beberapa tokoh agama dan guru, pelaksanaan tradisi Saparan tahun ini digunakan sebagai strategi pendidikan dan dakwah dengan memasukkan atau mengganti pranata-pranata budaya berbau Hindu dengan pranata islami, sehingga tradisi Saparan tahun ini dan ke depan benar-benar merupakan tradisi lokal yang Islami. Reformasi tersebut merupakan keharusan untuk memfungsikan suatu tradisi budaya menjadi hidup dan menjadi cerminan bagi pengamalan keagamaan masyaraktanya Inilah yang diingatkan Marshall Hodgson bahwa hal itu bisa 3 Pendahuluan dilakukan apabila kaum muslimin mengenali dengan baik visi dan tradisi yang dimilikinya. Tradisi, menurut Hodgson, bukan sebagai ''seperangkat perilaku'' melainkan sebagai ''suatu dialog yang hidup dan berakar pada prefensi bersama atas peristiwa-peristiwa kreatif tertentu'' dari masa lampau. Tradisi itu ''bukan lawan dari kemajuan melainkan sarana baginya''. Maka tradisi itu sebenarnya adalah aktualisasi komulatif dari visi yang bersifat kontinu. (Pabotinggi, 1996: 193). Dalam konteks inilah, tradisi Saparan mempunyai posisi penting untuk dikaji pada penelitian ini. Tradisi Saparan selain merupakan basis tradisi lokal yang kuat yaitu kultur Jawa, juga berpeluang sebagai wahana yang efektif bagi pembinaan agama dan akhlak mulia. Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya strategi pendidikan Islam untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dalam masyarakat, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian kualitatif tentang “Strategi Pendidikan Islam dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang akan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal ? 2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal ? 3. Bagaimanakah strategi pendidikan Islam dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal ? C. Tujuan Penelitian Sinkron dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. 2. Untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. 4 Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal 3. Untuk mendeskripsikan strategi pendidikan Islam dalam tradisi saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat menggali nilai-nilai yang terkandung dalam kekayaan budaya Indonesia. Selain itu juga dapat menambah khazanah pendidikan Islam terkait dengan nilai-nilai budaya tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat Kaliwungu Kabupaten Kendal dalam rangka membumikan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Saparan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga bagi pendidik, nilai-nilai pendidikan Islam tersebut dapat dinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah dengan mengacu kepada budaya setempat. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi yang akurat bagi pengembangan jenis penelitian lainnya terkait dengan tema Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Agar peneliti dapat mendiskripsikan serta mendapat data yang akurat sesuai latar yang alami dari masalah penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research). Dalam hal ini penelitian dilakukan di suatu lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian untuk mencari data-data di lapangan yakni di Kaliwungu Kabupaten Kendal untuk mencarai data-data terkait dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam pelaksanaan tradisi saparan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan fenomenologis, untuk mengambarkan secara alami tentang fenomena keberagamaan dalam pelaksanaan tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. 5 Pendahuluan 2. Objek Penelitian Objek Penelitian ini pada tradisi Saparan ini adalah tokoh masyarakat, tokoh agama (ulama) dan masyarakat yang terlibat secara langsung dalam tradisi saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. Objek penelitian ini dipilih yang beragama Islam, dengan catatan 99 % penduduk Kaliwungu Kabupaten Kendal beragama Islam. 3. Prosedur Pengumpulan Data a. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tradisi saparan dan strategi pendidikan Islam pada tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. Sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data utama dan sumber data pendukung. Sumber data utama adalah para informan yaitu orangorang yang terlibat langsung dalam fokus penelitian ini. Para informan yang dimaksud adalah tokoh masyarakat, tokoh agama (ulama) dan masyarakat yang terlibat secara langsung dalam tradisi saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. Datanya berwujud transkip wawancara dengan informan dan catatan lapangan sebagai hasil wawancara tentang pelaksanaan tradisi saparan dan strategi pendidikan Islam pada tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. Sumber data pendukung berupa dokumen-dokumen yang berupa catatan, rekaman, gambar, dan bahan lain yang relevan dengan tema penelitian ini yakni tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. b. Metode Pengumpulan Data Adapun untuk mengumpulkan data akan digunakan tiga metode, yaitu: wawancara, observasi partisipasi, dan penelitian dokumen, sebab menurut Bungin, ketiga metode tersebut yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data. (Bungin, 2007: 107) 1) Metode Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2007: 186) wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu. 6 Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Melalui wawancara dapat digali pandangan responden tentang suatu permasalahan dari segi persfektifnya menurut pikiran dan perasaannya. Data dikumpulkan bersifat verbal dan non verbal yang dicatat atau direkam dengan tape recorder. Agar wawancara dapat dilaksanakan dengan baik, maka hubungan antara penulis dan subjek hendaknya merupakan suatu partnersip. Agar data dapat terkumpul dengan baik, penulis melakukan langkahlangkah seperti yang disarankan Lincoln dan Guba dalam Faisal (1990: 19) sebagai berikut: (1) menetapkan informan yang akan diajak wawancara yang terdiri dari; Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga masyarakat sendiri dimana isi pertanyaan yang diajukan ke informan disesuaikan dengan kedudukan atau posisinya serta kompetensinya, (2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan arus wawancara, (5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara, (6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 2) Metode Observasi Partisipasi Observasi partisipasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri pada kegiatan subjek yang sedang diteliti. Dengan observasi dan keterlibatan penulis terdapat beberapa kegiatan yang disesuaikan dengan data visual dalam proses pelaksanaan tradisi saparan dan sarana prasarana yang digunakan pelaksanaan tradisi saparan dan strategi pendidikan Islam pada tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. Adapun observasi partisipasi ini dilaksanakan selama kegiatan tradisi Saparan dilaksanakan, mulai dari persiapan sampai pembubaran panitia selama 15 hari. 7 Pendahuluan 3) Penelitian Dokumen Melengkapi data wawancara dan observasi, penulis menambahkan bahan-bahan dokumentasi antara lain berupa foto pelaksanaan tradisi saparan, buku tentang strategi pendidikan Islam dan dokumen lain yang berkaitan dengan fokus penulisan. 4. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatif” (2007: 320) adalah bahwa setiap keadaan harus dapat memenuhi beberapa hal antara lain (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. Untuk menyakinkan data yang diperoleh pada penelitian ini akan dilakukan uji keabsahan data dengan cara triangulasi sumber data. Teknis kegiatan triangulasi pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama mengadakan pengecekan secara silang dengan informan lain meliputi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh masyarakat yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan tradisi saparan. Cara kedua pengecekan dengan metode yang berbeda terhadap informasi yang diperoleh misalnya dari hasil wawancara dilakukan dengan metode observasi atau sebaliknya. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan. (Huberman dan Miles, 1992: 16) a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan berlangsung terus-menerus selama penulisan dilaksanakan. Pada penulisan ini reduksi data dilakukan dengan memilih data sesuai fokus dari kumpulan data yang ada, prosesnya dengan cara memberi kode-kode tertentu pada lembar catatan lapangan. 8 Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal b. Penyajian Data Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang dimiliki yang disusun secara baik dan runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk teks naratif. Pada penulisan ini penyajian data dilakukan dengan cara menyusun teks naratif dari kumpulan data yang kode fokusnya sama. c. Menarik Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber penulis mengambil simpulan yang masih bersifat sementara sambil mencari data pendukung atau penolak simpulan. Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Verifikasi/Penarikan Simpulan Gambar 1: Alur Proses Analisis Data Model Miles dan Huberman (1992: 16) F. Sistematika Penelitian Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis membagi menjadi beberapa bab yang tersusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Memuat tentang Nilai dan Strategi Pendidikan Islam yang meliputi: Pengertian dan penanaman nilai-nilai Pendidikan Islam. Saparan yang meliputi: Sejarah dan Pelaksanaan. 9 Pendahuluan BAB III HASIL PENELITIAN Memuat tentang Gambaran Umum Tempat Penelitian dan Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Memuat tentang Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan, Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam, dan Strategi Pendidikan Islam dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal. BAB V PENUTUP Memuat tentang simpulan, Saran, dan Penutup. 10