perancangan sistem akuntansi manajemen efisiensi proses

advertisement
PERANCANGAN SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN
EFISIENSI PROSES PRODUKSI, PENGELOLAAN PERSEDIAAN DAN
SISTEM PEMBIAYAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR BIDANG METAL PARTS DAN
AUTOMOTIVE COMPONENT
Penulis : Annisa Fitri Karmini
Pembimbing : Dr. Chaerul D. Djakman, S.E., Ak., MBA
ABSTRAK: Peranan akuntansi manajemen adalah untuk melengkapi fungsi dari
akuntansi keuangan yaitu menyediakan informasi keuangan mengenai biaya produksi
dan menyediakan informasi non keuangan mengenai produktivitas, kualitas dan faktor
lainnya agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. PT X sebuah perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang metal parts dan automotive component belum
memiliki sistem akuntansi manajemen yang terintegrasi. Oleh karena itu perancangan
sistem akuntansi manajemen di PT X sangat penting. Perancangan sistem akuntansi
manajemen yang terintegrasi meliputi perancangan sistem pembiayaan, pengelolaan
persediaan dan pengelolaan supply chain yang sesuai. Pendekatan yang digunakan
dalam merancang sistem akuntansi manajemen adalah supply chain management,
sistem persediaan just in time dan job order costing. Dengan dirancangnya sistem
akuntansi manajemen, PT X diharapkan dapat mencapai keefektifan dan keefisienan
dalam proses bisnis perusahaan.
Kata kunci: Akuntansi Manajemen, Job order costing, Sistem persediaan just in time,
Supply chain management.
PENDAHULUAN Dunia bisnis telah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini pelanggan
mengharapkan produk yang berkualitas tinggi, memiliki fungsionalitas yang luas serta
harga yang murah. Ekspektasi tersebut merupakan konsekuensi dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah berkembang pesat ditambah dengan semakin
banyaknya kompetitor yang mampu menerapkan harga dan kualitas bersaing atas
produknya (James A. Brimson, 1991).
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Seiring dengan meningkatnya persaingan tersebut, harga dan margin menurun
karena banyak perusahaan yang menyerah pada tekanan kompetitif yang besar
sehingga keputusan mengenai harga menjadi sangat penting. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah perusahaan dapat bekerjasama dengan perusahaan lainnya dengan
membentuk sebuah rantai pasokan atau yang bisa disebut dengan supply chain.
Supply chain management berarti secara proaktif bekerja dengan beberapa atau semua
perusahaan dalam supply chain untuk meningkatkan pelayanan dan untuk mengelola
atau mengurangi biaya (Raiborn, Barfield dan Kinney, 2007).
Namun menurut James A Brimson (1991), sebagian besar perusahaan saat ini
justru tidak menekankan pada peningkatan produktivitas ataupun fungsionalitas
produk yang dapat mengurangi biaya melainkan menggunakan indikator keberhasilan
berdasarkan profit yang diperoleh saat ini atau current-period profitability dan tidak
melakukan suatu perubahan mendasar hingga adanya tekanan kompetitif untuk
berubah.
Hal tersebut juga terjadi pada PT X yaitu sebuah perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang metal parts dan automotive component yang baru berdiri pada
tahun 2011. Saat ini PT X belum mementingkan produktivitas ataupun fungsionalitas
produk yang dapat mengurangi biaya melainkan lebih mementingkan pencapaian
profit yang diperoleh saat ini sebagai indikator keberhasilan perusahaan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merancang sistem akuntansi manajemen
sehingga diharapkan PT X dapat mencapai keefektifan dan keefisienan dalam proses
bisnis perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari betapa pentingnya perancangan
akuntansi manajemen khususnya bagi PT X sebuah perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang metal parts dan automotive component. Sehingga dengan
dirancangnya akuntansi manajemen dapat membantu manajemen perusahaan untuk
secara efektif mengelola aktivitas perusahaan dan mengelola baik informasi keuangan
tentang biaya dan pendapatan serta informasi non finansial yang relevan tentang
produktivitas, kualitas, dan faktor kunci lainnya untuk mencapai keberhasilan. Untuk
itu penulis ingin merancang suatu sistem akuntansi manajemen yang terintegrasi
mencakup sistem pembiayaan, pengelolaan persediaan dan pengelolaan supply chain
yang sesuai agar kegiatan produksi di PT X dapat berjalan dengan efektif dan efisien
sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
TINJAUAN TEORITIS Akuntansi manajemen berperan untuk memenuhi kebutuhan manajemen
dalam melaksanakan fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan, pengawasan,
memotivasi, pengendalian aktivitas perusahaan, dan penilaian kinerja. Akuntansi
manajemen ada untuk melengkapai fungsi daripada akuntansi keuangan yaitu selain
menyediakan informasi keuangan mengenai biaya produksi juga menyediakan
informasi non keuangan mengenai produktivitas, kualitas dan faktor lainnya agar
perusahaan dapat mencapai tujuannya. Jika sebuah perusahaan hanya mengandalkan
informasi keuangan saja maka dikhawatirkan terjadi kekeliruan karena hanya
berfokus pada strategi jangka pendek.
Informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi manajemen harus
mengintegrasikan semua bidang fungsional sebuah perusahaan. Dengan demikian
sistem akuntansi manajemen memiliki enam fungsi utama: (1) untuk mengembangkan
biaya produk yang akurat; (2) menilai profitabilitas produk; (3) meningkatkan
pemahaman terhadap proses internal dan aktivitas perusahaan; (4) mengendalikan
biaya; (5) mengukur kinerja; dan (6) untuk memungkinkan perusahaan mencapai
tujuannya. Berdasarkan hal tersebut, sistem akuntansi manajemen yang terintegrasi
mencakup
pengelolaan
supply chain management,
pengelolaan
persediaan,
pengedalian internal dan sistem pembiayaan.
Supply chain dari sebuah perusahaan mengacu pada aliran semua barang, jasa,
dan informasi ke dalam dan ke luar perusahaan. Supply cain management berarti
secara proaktif bekerja dengan beberapa atau semua perusahaan dalam supply chain
untuk meningkatkan pelayanan dan untuk mengelola atau mengurangi biaya (Raiborn,
Barfield dan Kinney, 2007). Dalam melakukan pengelolaan terhadap suppy chain,
terdapat 5 aktivitas utama yaitu aktivitas pembelian, aktivitas memproduksi, akivitas
mendistribusi, aktivitas penyimpanan dan aktivitas penjualan. Supply chain
management menghubungkan aktivitas yang dijelaskan sebelumnya, yang mengubah
bahan baku menjadi produk dan mengirim produk jadi kepada pelanggan pada waktu
dan tempat yang tepat dengan cara yang paling efisien.
Dalam proses bisnis perusahaan terkait supply chain, tentu tidak terlepas dari
risiko. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi aktivitas dalam supply chain karena
tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, dan produktivitas disebut dengan
risiko operasional. Menurut Bramantyo (2008), risiko operasional terdiri dari berbagai
macam risiko, yaitu risiko sumber daya manusia, risiko produktivitas, risiko
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
teknologi, risiko proses, risiko sistem dan risiko iovasi. Untuk memitigasi semua
risiko tersebut dibutuhkan sebuah pengendalian internal. Pengendalian internal
membantu perusahaan meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem yang terdapat
pada perusahaan. Selain itu untuk mencapai pengendalian internal yang efektif perlu
dilakukannya pengawasan secara terus-menerus terhadap proses bisnis perusahaan.
Selain memahami supply chainnya, perusahaan juga perlu untuk mengelola
persediaan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang. Dalam
melakukan kegiatan produksinya PT X hanya memproduksi apa yang dipesan oleh
pelanggannya, selain itu bahan baku dibeli ketika akan melakukan aktivitas produksi
oleh karena itu persediaannya hampir nihil. Hal ini sesuai dengan salah satu sistem
dalam akuntansi manajemen yaitu just-in-time inventory. Menurut Ronald W. Hilton
(2008) just-in-time inventory adalah sistem persediaan yang komprehensif dan sistem
kontrol manufaktur dimana tidak ada bahan yang dibeli dan tidak ada produk yang
diproduksi sampai mereka dibutuhkan selain itu, barang jadi yang diproduksi hanya
barang yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pelanggan.
Perusahaan yang menerapkan JIT pada aktivitas bisnisnya biasanya
menerapkan struktur organisasi matriks. Jeffrey K. Liker dalam bukunya yang
berjudul The Toyota Way (2005), menjelaskan bahwa struktur organisasi matriks
merupakan sebuah struktur organisai yang berkaitan dengan proses produksi
perusahaan dimana struktur organisasi tersebut melibatkan proses produksi yang
dipimpin oleh seorang Chief Engineer (CE).
Salah satu prinsip untuk mendukung sisem JIT adalah prisnisp 5S. Prinsip ini
digunakan untuk memfasilitasi kerja sama kelompok antara sesama karyawan. Prinsip
5S merupakan serangkaian akivitas untuk menghilangkan pemborosan yang
menyebabkan kesalahan, cacat, dan kecelakaan di tempat kerja.
Faktor penting lainnya untuk mencapai keberhasilan adalah melalui sistem
pembiayaan yang tepat. Aktivitas produksi PT X adalah menghasilkan sejumlah
barang secara custom made dan terbatas yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan oleh pembeli. Menurut Brewer, Garrison dan Noreen (2008), sistem joborder costing digunakan pada situasi dimana sebuah perusahaan memproduksi barang
yang bervarian sesuai pesanan dalam satu periode.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah merancang sistem akuntansi manajemen
khususnya pengelolaan supply chain, pengendalian internal, pengelolaan inventori
dan sistem pembiayaan yang sesuai bagi PT X.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer dan sekunder.
Data primer ialah segala jenis informasi yang didapatkan langsung dari narasumber,
sedangkan data sekunder berarti penggunaan informasi yang sudah ada dan tersedia
oleh pihak lain. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan
observasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan
data-data PT X.
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur.
Penulis melakukan studi literatur untuk memperoleh pendekatan yang berkaitan
dengan
tema
akuntansi
manajemen
khususnya
pengelolaan
supply chain,
pengendalian internal, pengelolaan inventori dan sistem pembiayaan. Dalam memilih
pendekatan yang digunakan untuk perancangan sistem akuntansi manajemen, penulis
menentukannya dengan memperhatikan proses bisnis dan karakteristik perusahaan
sehingga pendekatan yang digunakan berkaitan erat dengan aktivitas bisnis
perusahaan saat ini. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan yang diperoleh dari studi
literatur akan dijadikan sebagai dasar dalam mengkaji lebih lanjut inti dan esensi dari
tema penulisan tersebut yang nantinya akan dijadikan dasar dalam melakukan
wawancara, observasi lapangan, dan analisis penelitian. Studi literatur dilakukan
melalui pencarian buku-buku.
Metode wawancara dilakukan untuk menggali informasi dan pengetahuan
mengenai topik penulisan yang dibahas. Wawancara dilakukan kepada beberapa
responden di PT X, antara lain pemilik perusahaan, direktur, wakil direktur, staf
administrasi dan supervisor perusahaan yang bertanggung jawab atas produksi. Jenis
wawancara yang dilakukan penulis ialah wawancara terstruktur dimana penulis telah
menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden. Jenis
pertanyaan yang digunakan ialah pertanyaan terbuka sehingga responden dapat
memberikan jawaban yang lebih komprehensif dan memungkinkan penulis untuk
menggali informasi lebih mendalam.
Metode observasi lapangan dilakukan penulis untuk menggali informasi dan
pengetahuan mengenai kegiatan operasional sehari-hari di PT X. Observasi lapangan
perlu dilakukan untuk memahami lebih mendalam proses bisnis dan kegiatan
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
operasional perusahaan serta mengamati kendala operasional yang terjadi secara
langsung. Hal ini bertujuan agar penulis mampu menganalisis lebih mendalam
permasalahan yang terjadi di lapangan.
Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan pada periode November 2012 – Mei
2013 dan berlokasi di Bitung, Banten. Pengumpulan data sekunder melalui studi
literatur dilakukan pada bulan Juli 2012 – Februari 2013.
PROFIL PERUSAHAAN
PT X yang berdiri pada bulan Juni tahun 2011 adalah perusahaan manufaktur
dengan bisnis utamanya bergerak di bidang metal parts dan automotive component
yaitu membuat komponen-komponen untuk kendarann bermotor seperti mobil, truk,
ataupun sepeda motor serta membuat komponen untuk alat-alat elektronik seperti
mesin cuci, kulkas, televisi dan lain-lain.
Struktur organisasi PT X terdiri dari Direktur, Wakil Direktur, Dvisi
Adminitrasi, Divisi Akuntansi dan Keuangan, Divisi Manufaktur yang terbagi lagi ke
dalam dua divisi yaitu Divsi Produksi dan Divisi Quality Control dan Penyimpanan.
Direktur sebagai pemimpin perusahaan bertanggung jawab untuk mengawasi seluruh
kegiatan perusahaan baik operasional maupun keuangan serta perekrutan pegawai.
Sedangkan wakil direktur bertugas membantu direktur dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya serta menggantikan peran direktur apabila direktur PT X sedang
berhalangan hadir.
Chain of command direktur adalah mensupervisi divisi Penjualan dan
Akuntansi dan Keuangan sedangkan wakil direkutr perusahaan mensupervisi bagian
manufaktur. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari PT X dibantu oleh seorang
administrator yang tugasnya berkaitan dengan fungsi-fungsi administrasi diantaranya
membuat surat jalan dan mendokumentasikan berkas-berkas penting perusahaan.
Selain itu administrator juga memiliki tugas lainnya yaitu membuat purchase order
serta mengontrol kapasitas produksi. Dalam hal ini terlihat adanya perangkapan tugas
yang dilakukan oleh administrator hal ini dikarenakan PT X belum mampu untuk
menambah karyawan dan lebih mementingkan penambahan karyawan di divisi lain.
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari-hari, PT X bekerja
berdasarkan job order dan mass customization. Untuk job order, biasanya para
pelanggan PT X mengirimkan purchase order berupa barang apa yang akan dipesan
beserta contoh barang dan detail ukuran. Selain purchase order, pelanggan juga
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
biasanya mengirimkan jadwal pengiriman kepada PT X hal ini dilakukan agar tidak
terjadi miss communication antara PT X dengan para pelanggannya.
PEMBAHASAN
Dalam merancang supply chain management, PT X harus memperhatikan
beberapa hal dalam setiap aktivitas perusahaan. Aktivitas utama yang berlangsung
dalam supply chain PT X antara lain aktivitas pembelian, aktivitas memproduksi,
akivitas mendistribusi, aktivitas penyimpanan dan aktivitas penjualan. Langkah
pertama dalam merancang supply chain management adalah melakukan analisis yang
komprehensif terhadap aktvitas membeli. Aktivitas membeli berfokus kepada
membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok agar terjalin kepercayaan
antara perusahaan dan pemasok sehingga memudahkan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan bahan baku dan memperoleh keyakinan yang memadai atas kualitas bahan
baku yang dibeli. Saat ini, PT X kurang memperhatikan hubungan jangka panjang
dengan para pemasoknya. PT X menghubungi pemasoknya hanya ketika
membutuhkan bahan baku dan tidak memiliki kontrak tertulis.
Aktivitas membeli dapat diidentifikasi melalui daftar bahan baku yang
dibutuhkan, daftar pemasok yang tersedia untuk bahan baku tersebut, dan waktu
pengiriman. Kebutuhan bahan baku PT X diketahui dari PO pelanggan sehingga PT X
dapat melakukan identfikasi terhadap bahan baku yang dibutuhkan. Setiap produk
membutuhkan bahan baku dengan ketebalan plat dan kangdungan zat kimia yang
berbeda-beda. Dalam memilih pemasok dan bahan baku, PT X memperhatikan harga
bahan baku dan kualitas barang yang dijual oleh pemasok. PT X cenderung menekan
harga bahan baku serendah mungkin dan memilih pemasok dengan harga produk
terendah.
Oleh karena itu, PT X selalu memilih pemasok yang sudah memiliki
sertifikasi mengenai kandungan yang terdapat pada barang yang mereka jual. Selain
itu untuk mendapatkan keyakinan yang memadai atas kualitas bahan baku yang dibeli
dengan harga yang rendah tersebut, biasanya PT X menggunakan jasa lembaga
pengujian untuk melakukan uji tarik dan uji kandungan untuk mengetahui kualitas
bahan baku. Selanjutnya adalah memilih pemasok yang dapat mengirimkan
barangnya dengan tepat waktu. Saat ini PT X memiliki beberapa pemasok untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakunya tersebut yaitu PT Buana Sejahtera, PT Bangun
Era SITR, PT Baja Naga Surya, dan PT Paramita.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Langkah selanjutnya dalam merancang supply chain management adalah
melakukan analisis yang komprehensif terhadap aktvitas produksi. Dalam melakukan
aktivitas produksi, PT X harus memperhatikan kestabilan produksi dalam jangka
panjang untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan. Saat ini kapasitas produksi PT
X tidak sebanding dengan pesanan yang masuk, hal ini terlihat dari jadwal produksi
yang menumpuk dan target pengiriman yang tidak terpenuhi. Selain kapasitas
produksi yang belum mencukupi, sumber daya PT X yakni mesin yang digunakan dan
tenaga kerja yang tersedia juga tidak sebanding dengan jumlah pesanan yang
diproduksi. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan terkait aktivitas produksi
adalah menyelaraskan sumber daya manufaktur yang dimiliki PT X dengan target
produksi.
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya PT X memiliki beberapa mesin
dengan kapasitas produksi yang berbeda-beda. Waktu setup mesin yang dibutuhkan
untuk memproduksi adalah sekitar setengah jam sampai dengan 1 jam hal ini
dikarenakan PT X harus melakukan pengaturan mesin sebelum melakukan kegiatan
produksi tergantung produk apa yang akan dibuat. Akibatnya terlalu banyak waktu
yang hilang untuk melakukan setup mesin dalam satu hari padahal, waktu tersebut
bisa digunakan untuk menghasilkan produk sehingga terdapat opportunity lost yang
diderita oleh PT X.
Langkah selanjuntnya adalah menganalisis kendala yang muncul pada
aktivitas produksi. Kendala yang muncul pada aktivitas produksi adalah ketersediaan
tenaga kerja, sumber daya fisik yang tersedia dan waktu setup mesin untuk
memproduksi suatu produk. Apabila tenaga kerja yang ada tidak mencukupi maka hal
ini akan berpengaruh terhadap jalannya produksi. Sehingga strategi yang dapat
dilakukan adalah dengan memberlakukan dua shift waktu kerja atau bahkan
menambah jumlah tenaga kerja. Saat ini PT X sudah memberlakukan 2 shift waktu
kerja dimana waktu kerja untuk masing-masing shift adalah 7 jam. Selanjutnya adalah
ketersediaan sumber daya fisik selama periode produksi yaitu mesin. Mesin yang
digunakan oleh PT X dalam melakukan kegiatan produksi masih kurang. Oleh karena
itu, sebaiknya PT X menambah mesin dan tenaga kerja mengingat semakin
banyaknya order yang masuk.
Aktivitas distribusi berfokus pada transportasi bahan baku dan tenaga kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas distribusi adalah bagaimanakah cara
terbaik untuk mengkoordinasikan pengiriman antara lokasi yang berbeda. Dalam
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
kegiatan distribusinya, PT X harus merancang jaringan distribusi. Keputusan tentang
perancangan jaringan distribusi tersebut harus mempertimbangkan trade off antara
aspek biaya, fleksbilitas dan kecepatan respon terahadap pelanggan.
Sebelum melakukan pengiriman, PT X selalu melakukan quality control atas
produk yang akan dikirim. Quality control tersebut dilakukan dengan mengisi daftar
yang disediakan oleh pelanggan dan PT X sendiri dimana dalam daftar tersebut
terdapat detail ukuran dan spesifikasi atas produk tertentu. Daftar quality control
tersebut tertuang pada inspection result data.
Aktivitas distribusi dapat diidentifikasi melalui kapasitas yang berkaitan
dengan transportasi barang jadi antar titik produksi dan penjualan. PT X melakukan
penyimpanan barang WIP pada field produksi, hal ini dilakukan agar barang WIP bisa
langsung di produksi kembali. Sedangkan untuk barang jadi langsung di simpan di
tempat penyimpanan untuk kemudian di kemas. Dalam melakukan pengiriman barang
jadi, PT X menyesuaikannya dengan jadwal yang diberikan oleh pelanggan.
Hal penting lainnya adalah ketersediaan alat transportasi yang dimiliki oleh
PT X. Saat ini PT X hanya memiliki satu buah mobil untuk melakukan aktivitas
distribusinya. Hal ini dirasakan kurang mengingat banyaknya pesanan yang masuk
oleh karena itu sebaiknya PT X melakukan penyesuaian dengan menambah alat
transportasi agar tidak menghambat aktivitas distribusi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, PT X berfokus kepada kualitas dan
distribusi barang yang tepat waktu dan efisien namun tidak memperhatikan
penyimpanan yang baik pada bahan baku, WIP dan barang jadi. Bahan baku yang
sudah diperoleh di letakkan pada field atau tempat produksi. Hal tersebut dilakukan
untuk mempermudah kegiatan produksi namun di sisi lain hal tersebut meningkatkan
risiko kerusakan atau keamanan. Begitu pula dengan barang WIP dan barang jadi,
tidak dilakukan penyimpanan pada ruangan khusus. Seharusnya barang WIP dan
barang jadi tersebut disimpan di ruangan khusus dan diletakkan di tempat yang rapi
sesuai jenis produknya. Selain itu perlu juga diciptakan sebuah kontrol yang
memberikan akses terbatas kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap WIP
dan barang jadi sehingga risiko kerusakan atau keamanan dapat diminimalisir.
Aktivitas menyimpan bisa diidentifikasi dengan kapasitas penyimpanan
produk. Parameter lainnya adalah biaya persediaan rata-rata per unit produk dan per
unit waktu pada setiap tingkat penyimpanan. Tingkat persediaan PT X hampir nihil
dikarenakan barang jadi langsung dikirim ke pelanggan. Biasanya waktu
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
penyimpanan barang jadi maksimal selama 2 hari sehingga biaya yang dibutuhkan
untuk menyimpan produk tersebut tidaklah besar. Oleh karena itu strategi yang
ditetapkan sudah sesuai dengan teori yang ada.
Aktivitas menjual berfokus kepada semua aktivitas yang berorientasi pasar,
termasuk pemasaran dan penjualan. PT X kurang memperhatikan kegiatan pemasaran
karena hal tersebut dirasa kurang penting mengingat sudah banyaknya pesanan yang
masuk. Dalam jangka pendek hal ini memang dirasa kurang penting namun dalam
jangka panjang hal ini mengkhawatirkan karena mungkin saja pelanggan PT X akan
mencari perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan mereka atau menghentikan
pesanan karena faktor eksternal. Oleh karena itu, sebaiknya PT X memiliki rencana
pemasaran untuk kelangsungan bisnis pada jangka panjang.
Hal penting lainnya adalah aktivitas setelah penjualan yaitu penyediaan
produk-produk pengganti ketika produk rusak atau cacat. Biasanya para pelanggan
menuntut kebijakan retur yang fleksibel. Oleh karena itu, PT X selalu melebihkan
barangnya sebanyak 10% dari jumlah barang yang dipesan agar apabila sewaktuwaktu ada barang yang cacat atau rusak dapat segera diganti. Hal ini juga dilakukan
untuk terus menjaga hubungan yang baik antara PT X dan pelanggangnya.
Kendala yang muncul pada aktivitas menjual adalah strategi yang harus
diterapkan untuk memenuhi target penjualan dan mendapatkan profit. Hal
dikarenakan aktivitas menjual diukur berdasarkan target penjualan yang sudah
ditentukan. Strategi penjualan yang dilakukan oleh PT X adalah dengan menerima
pesanan dari pelanggan namun tetap menjual produk andalan sehingga volume
penjualan tetap terjaga.
Proses bisnis PT X khususnya yang terkait dengan supply chain tentu tidak
terlepas dari risiko. Oleh karena itu pengedalian internal terhadap aktivitas supply
chain dibutukan agar PT X dapat mencapai tujuannya. Berikut adalah perancangan
aktivitas supply chain beserta pengendalian internal atas risiko-risiko yang muncul
pada setiap aktivitasnya. Proses bisnis PT X dimulai dari pemesanan produk dari
pelanggan yaitu dengan memberikan purchase order kepada PT X. Risiko yang
muncul pada proses ini adalah purchase order dari pelanggan melebihi kapasitas atau
dibawah minimum pemesanan. Risiko tersebut termasuk ke dalam risiko
produktivitas karena berhubungan dengan penyimpangan tingkat produktivitas yang
diharapkan. Sehingga pengendalian yang dapat dilakukan untuk risiko yang pertama
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
adalah memeriksa kembali kesesuaian purchase order pelanggan dengan syarat dan
kebijakan perusahaan yang dilakukan oleh kepala divisi penjualan.
Aktivitas selanjutnya adalah PO yang telah disetujui diberikan kepada divisi
produksi. Staf divisi produksi kemudian membuat material requisition form dan
mengestimasi bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi produk yang dipesan.
Risiko yang muncul adalah terdapat kesalahan estimasi bahan baku yang dibutuhkan
untuk melakukan proses produksi. Risiko ini termasuk ke dalam risiko SDM atau
yang disebut juga dengan human error. Pengendalian internal yang dapat dilakukan
untuk risiko tersebut adalah memeriksa dan menghitung kembali estimasi bahan baku
yang dibutuhkan pada purchase request yang dilakukan oleh kepala divisi produksi.
Aktivitas berikutnya material requisition form yang sudah sesuai diberikan
kepada staf dvisi material untuk pembuatan purchase order bahan baku kepada
pemasok. Sehingga risiko yang mungkin terjadi adalah terkait dengan aktivitas
membeli yaitu terdapat ketidaksesuaian antara purchase request yang diterima dengan
bahan baku yang dibutuhkan. Risiko ini termasuk ke dalam risiko SDM yang
disebabkan oleh human error atau indikasi adanya fraud yang dilakukan oleh
karyawan PT X. Pengendalian internal yang dilakukan adalah kepala divisi material
melakukan pemeriksaan kembali mengenai kesesuaian purchase request dengan
purchase order dari pelanggan.
Aktivitas selanjutnya adalah memberikan PO kepada Direktur untuk desetujui
dan ditandatangani. Pada aktivitas ini risiko yang muncul adalah purchase order
bahan baku kepada pemasok tidak sesuai dengan syarat pemesanan maksimum atau
minimum pemasok. Oleh karena itu sebelum menandatangani purchase order
pengendalian internal yang dilakukan adalah memeriksa kesesuaian purchase order
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemasok dan mencocokannya dengan
material requisition form. Kontrol atas risiko ini dilakukan oleh direktur PT X.
Aktivitas selanjutnya adalah mengirimkan PO yang telah diotorisasi kepada
pemasok. Risiko yang muncul pada aktivitas ini adalah terdapat ketidaksesuaian
antara bahan baku yang dipesan dengan bahan baku yang diterima serta terdapat
ketidaksesuaian antara invoice dengan PO. Dengan demikian pengendalian internal
yang dilakukan PT X adalah memeriksa kesesuaian invoice dengan purchase order
bahan baku yang sudah dibuat sebelumnya.
Aktivitas selanjutnya adalah penyerahan bahan baku kepada divisi produksi
disertai dengan form penyerahan baku. Kemudian divisi produksi menerima bahan
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
baku dan melakukan kegiatan produksi. Setelah itu divisi produksi menyerahkan time
ticket para karyawannya kepada divisi akuntansi untuk selanjutnya dilengkapi dan
diserahkan kepada divisi penjualan. Pada saat yang bersamaan divisi produksi juga
menyerahkan form penyerahan barang jadi kepada bagian quality control dan
penyimpanan untuk dilakukan pemeriksaan sebelum barang jadi dikirim ke pelanggan
dengan mengisi sebuah form yaitu inpection result data. Setelah melakukan
pemeriksaan tersebut divisi quality control dan penyimpanan memberikan surat jalan
kepada divisi penjualan sebagai perintah untuk melakukan pengiriman dan divisi
akuntansi memberikan job cost sheet kepada divisi penjualan.
Selain memahami supply chainnya, perusahaan juga perlu untuk mengelola
persediaan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang. Dalam
melakukan kegiatan produksinya PT X hanya memproduksi apa yang dipesan oleh
pelanggannya, selain itu bahan baku dibeli ketika akan melakukan aktivitas produksi
oleh karena itu persediaannya hampir nihil. Menurut Ronald W. Hilton (2008) just-intime inventory adalah sistem persediaan yang komprehensif dan sistem kontrol
manufaktur yang mana tidak ada bahan yang dibeli dan tidak ada produk yang
diproduksi sampai mereka dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem JIT pada PT X
adalah pertama PT X memerlukan setup mesin lebih dari satu kali untuk melakukan
kegiatan produksinya. Oleh karena itu agar proses produksi dapat berjalan lancar dan
efisisien sebaiknya PT X membuat jadwal produksi yang lebih detail mencakup waktu
setup mesin yang dibutuhkan untuk setiap produk dan waktu yang dibutuhkan untuk
setiap proses produksi. Tahap selanjutnya dalam perancangan sistem JIT yang harus
diperhatikan adalah mengenai penyimpanan bahan baku dan barang jadi. sebaiknya
PT X memiliki ruangan khusus untuk menyimpan bahan baku dan barang jadi yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dilakukan untuk
mencegah risiko kerusakan dan keamanan terhadap bahan baku dan barang jadi
perusahaan. Pemeliharaan mesin yang digunakan juga harus diperhatikan untuk
menghindari kerusakan mesin dan biaya perbaikan mesin yang mahal. Oleh karena itu
sebaiknya PT X melakukan pemeliharaan mesin dengan menugaskan pekerja yang
sedang idle. Yang terkahir adalah sebaiknya PT X memberikan pelatihan-pelatihan
kepada para tenaga kerjanya untuk meningkatkan skill dan kompetensi mereka. Hal
ini dilakukan agar tenaga kerja PT X memiliki banyak skill untuk mendukung fasilitas
produksi yang fleksibel.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Untuk mendukung sistem JIT dan supply chain management perusahaan perlu
menerapkan struktur organisasi matriks. Perancangan struktur organisasi matriks
untuk PT X adalah sebagai berikut. Pada gambar di bawah ini terdapat matriks
organisasi yang disesuaikan dengan struktur organisasi PT X saat ini. Pada masingmasing divisi yaitu material, produksi, quality control dan penyimpanan, dan
penjualan dikepalai oleh satu orang general manager atau supervisor yang
bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing. Sedangkan untuk masing-masing
product line dikepalai oleh seorang project leader.
General manager pada masing-masing divisi harus memastikan bahwa
aktivitas yang dilakukan pada bidangnya masing-masing lancar dan tidak ada
informasi, dokumen atau barang yang menumpuk. Karena kesalahan atau
keterlamabatan pada satu divisi akan berdampak pada keseluruhan proses.
Selanjutnya project leader pada masing-masing product line bertanggungjawab pada
hasil akhir produknya serta seluruh divisi yang berada pada product linenya untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan memastikan pekerjaan dapat terselesaikan
dengan baik. Dan pada akhirnya project leader akan melaporkan progress serta hasil
pencapaian product linenya kepada manajemen PT X.
Salah satu prinsip untuk mendukung sisem JIT adalah prisnisp 5S. Prinsip ini
digunakan untuk memfasilitasi kerja sama kelompok antara sesama karyawan. Dalam
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
melakukan aktivitas produksinya PT X sudah mencoba menerapkan prinsip 5S yang
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi 5R yaitu :
1. Ringkas (memilah) : dalam melakukan aktivitas prduksi PT X sudah memilih
barang-barang dan menyimpan barang hanya yang diperlukan dan
menyingkirkan yang tidak diperlukan.
2. Rapi (menata) : PT X menata setiap barang di tempatnya masing-masing
untuk mempermudah karyawannya dalam melakukan aktivitas produksi.
Namun PT X telah salah pengertian dalam menerapkan prinsip ini karena PT
X tidak menyimpan bahan baku, barang WIP, dan barang jadi di tempat yang
aman dan sesuai.
3. Prinsip resik atau membersihkan tidak dilakukan PT X secara konsisten dan
berkelanjutan. Hal ini terbukti karena PT X tidak memperhatikan prosedur
keselamatan untuk para karyawannya.
4. Rawat (menciptakan sebuah aturan) : Untuk proses rawat PT X tidak
melakukannya secara berkelanjutan karena PT X tidak menerapkan dua R
sebelumnya dengan baik dalam melakukan aktivitas produksinya. Selain itu
PT X tidak melakukan perwatan secara berkala terhadap mesin-mesin
produksinya serta tidak melakukan pemeriksaan secara berkala terhada
aktivitas produksinya seperti pemeriksaan terhadap prosedur keselamatan
kerja karyawannya.
5. Rajin (mendisiplinkan diri) : dalam prinsip ini PT X dituntut untuk menjaga
keempat R sebelumnya untuk terus dilakukan secara konsisten dan
berkelanjutan.
Terakhir adalah perancangan sistem pembiayaan. Sistem prmbiayaan yang
paling sesuai untuk PT. X saat ini adalah sistem job-order costing karena perusahaan
memproduksi berbagai macam produk dalam satu periode. Dalam menentukan biaya
produksi untuk masing-masing job sebenarnya PT. X sudah melakukan identifikasi
setiap job secara terpisah hanya saja belum di-maintain secara serius dan belum
adanya format yang baku untuk setiap job.
Hal pertama yang dilakukan dalam merancang sistem job-order costing adalah
menyiapkan materials requisition form. Dalam melakukan proses produksinya, PT X
belum membuat sebuah formulir permintaan bahan baku hal ini disebabkan karena PT
X belum menganggap penting adanya proses dokumentasi atas pemesanan bahan
baku dalam internal perusahaan. Selanjutnya membuat time ticket untuk para
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
karyawan agar biaya tenaga kerja bisa dengan mudah ditelusuri ke pekerjaan tertentu.
Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh PT X, melainkan biaya tenaga kerja
langsung dan tidak langsung dimasukan ke dalam product costing yang sudah dibuat.
Tidak ada formulir khusus yang dibuat oleh PT X untuk setiap aktivitas yang
dilakukan para pekerjanya. Kemudian tahap selanjutnya adalah mnerapkan biay
aoverhead manufaktur. Dasar alokasi yang akan digunakan dalam menghitung biaya
overhead PT X adalah direct labor hour karena dianggap paling relevan dan lebih
mudah untuk diestimasi.
Terakhir membuat sebuah job cost sheet untuk setiap produk. Job cost sheet
adalah sebuah formulir yang mencatat bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead
yang dibebankan ke pekerjaan Asumsi yang digunakan penulis Dalam merancang
sistem job-order costing adalah :
• Produk yang dijadikan benchmark untuk perancangan sistem job order costing
adalah salah satu produk yang diproduksi paling banyak selama tahun 2013,
yaitu produk clip harness sejumlah 494.400 unit. Setiap harinya PT X dapat
memproduksi produk clip harness sebanyak 7000 unit.
• Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 unit produk adalah 5
detik.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Setelah mendapatkan biaya overhead untuk produk clip harness, langkah
selanjutnya adalah melengkapi job cost sheet untuk prdouk sebagai berikut.
Job Cost Sheet
Nomer Pekerjaan: xxx
Tanggal dimulai: xxx
Tanggal selesai: xxx
Divisi: Produksi
Unit selesai: 4320
Item: Clip Harness
Untuk stok: 20.000 unit
Bahan Baku
Nomer
Tenaga Kerja Langsung
Jumlah
Tiket
Perm.
Total
Overhead Pabrik
Wkt/ Jml
Wkt
Tingkat
jam
/jam
harga
6
27.680
21 kg
3
101.520
8500
3
101.520
178.500,
203.040
Rangkuman Biaya
Bahan baku langsung
Rp 354.167
Tenaga kerja langsung
Rp 329000
Overhead pabrik
Rp 230.667
Total biaya
Rp 547.620
Biaya per unit
Rp 127
Jumlah
166.080
166.080
Unit yang sudah dikirim
Tanggal
Nomer
Saldo
Berdasarkan sistem job order costing, harga produk per unitnya adalah sebesar
Rp 127,- sedangkan yang selama ini dijual oleh pabrik adalah sebesar Rp 201,-. dari
perhitungan tersebut dapat dismpulkan bahwa PT X sudah dapat menetapakan harga
jual produknya dengan baik.
KESIMPULAN
Perancangan supply chain management PT X mengacu kepada lima aktivitas
utama yaitu aktivitas pembelian, aktivitas memproduksi, aktivitas mendistribusi,
aktivitas penyimpanan, dan aktivitas penjualan. Pada aktivitas membeli hal yang
harus diperhatikan adalah membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Karena dengan membangun hubungan jangka panjang akan mempermudah aktivitas
membeli yakni terkait kualitas dan spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan. Pada
aktivitas produksi hal yang harus diperhatikan adalah kapasitas produksi yang tidak
sebanding dengan pesanan yang masuk. Dalam jangka panjang hal ini akan membawa
dampak negatif bagi perusahaan. Selanjutnya pada aktivitas distribusi, hal yang harus
diperhatikan adalah penambahan alat transportasi untuk melakukan pengiriman. Hal
ini dikarenakan PT X sering terlambat dalam melakukan pengiriman akibat
keterbatasan alat transportasi. Pada aktivitas menyimpan hal yang harus diperhatikan
adalah penyimpanan persediaan baik bahan baku, barang WIP maupun pada barang
jadi di tempat yang aman. Selama ini PT X tidak memperhatikan penyimpanan yang
baik pada persediaannya. Kemudian pada aktivtas menjual, hal yang harus
diperhatikan adalah membangun hubungan jangka panjang dengan para pelanggannya
dan memperhatikan kegiatan pemasaran. Dalam jangka panjang kegiatan pemasaran
harus diperhatikan karena terdapat kemungkinan pelanggan PT X mencari perusahaan
lain untuk memenuhi kebutuhan mereka atau menghentikan pesanan karena faktor
eksternal.
Dari kelima aktivitas utama perancangan supply chain, sebaiknya PT X
berfokus kepada satu aktivitas yaitu aktivitas menjual yang berfokus kepada
membangun hubungan jangka panjang dengan para pelanggannya. Hal ini dilakukan
karena saat ini pelanggan PT X semakin banyak dan dibutuhkan pelayanan yang baik.
Utnuk setiap pelanggan Sehingga diharapkan dapat terciptanya hubungan jangka
panjang dan going concern perusahaan.
Setelah melakukan perancangan supply chain yang baik, langkah selanjutnya
adalah melakukan pengendalian internal terhadap risiko-risiko yang muncul pada
setiap aktivitas supply chain. Tujuannya adalah agar PT X mendapatkan keyakinan
yang memadai atas pencapaian tujuan perusahaan.
Selain supply chain dan pengendalian internal, hal lain yang harus
diperhatikan adalah perancangan terhadap pengelolaan persediaan untuk membangun
keunggulan kompetitif jangka panjang. Pengelolaan persediaan yang sesuai untuk PT
X adalah sitem just-in-time. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem
JIT pada PT X adalah pertama agar proses produksi dapat berjalan lancar dan efisisien
sebaiknya PT X membuat jadwal produksi yang lebih detail mencakup waktu setup
mesin yang dibutuhkan untuk setiap produk dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
proses produksi. Tahap selanjutnya dalam perancangan sistem JIT yang harus
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
diperhatikan adalah mengenai penyimpanan bahan baku dan barang jadi. sebaiknya
PT X memiliki ruangan khusus untuk menyimpan bahan baku dan barang jadi yang
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Pemeliharaan mesin yang
digunakan juga harus diperhatikan untuk menghindari kerusakan mesin dan biaya
perbaikan mesin yang mahal. Oleh karena itu sebaiknya PT X melakukan
pemeliharaan mesin dengan menugaskan pekerja yang sedang idle. Yang terkahir
adalah sebaiknya PT X memberikan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerjanya
untuk meningkatkan skill dan kompetensi mereka. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja
PT X memiliki banyak skill untuk mendukung fasilitas produksi yang fleksibel.
Untuk mendukung sistem JIT, PT X perlu menerapkan sistem matriks pada
struktur organisasi perusahaan. Namun tidak dalam waktu dekat karena saat ini PT X
tidak memiliki tenaga kerja yang cukup untuk menerapkan sistem tersebut mengingat
jumlah tenaga kerja yang dimiliki hanya mencapai 20 orang. Tujuan penerapan sistem
matriks adalah agar informasi antara divisi terdistribusi secara merata, cepat dalam
merespon perubahan dan penyesuaian terhadap pekerjaan yang ada.
Kemudian selain matriks organisasi PT X juga perlu untuk menerapkan
prinsip 5R dalam melakukan aktivitas produksinya. Namun PT X telah
menyalahartikan prinsip 5R. Field produksi PT X memang menjadi lebih baik dan
lebih rapi meskipun demikian PT X tidak melakukan pemeriksaan teratur setiap
bulannya yang mencakup pemeriksaan terhadap prosedur keselamatan karyawan,
penyimpanan bahan baku dan barang jadi, dan pemeriksaan terhadap mesin produksi.
Untuk dapat menerapkan prinsip 5R dibutuhkan dukungan dari para karyawannya
karena mereka yang secara langsung terlibat dalam aktivitas produksi PT X selain itu
manajemen PT X juga harus memelihara program 5R dengan cara melakukan
pemeriksaan dan evaluasi secara teratur terhadap aktivitas produksinya.
Faktor penting lainnya untuk mencapai keberhasilan adalah merancang sistem
pembiayaan yang tepat. Sistem pembiayaan yang sesuai dengan kegiatan bisnis PT X
adalah sistem job order costing. Dalam merancang sistem job order costing, hal yang
harus dilakukan adalah mengukur biaya bahan baku langsung yang didukung oleh
dokumen berupa materials requisition form. Selanjutnya adalah mengukur biaya
tenaga kerja langsung yang dilakukan dengan membuat time ticket. yaitu sebuah
dokumen yang digunakan untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan
tidak langsung. Langkah berikutnya adalah menerapkan biaya overhead manufaktur.
Dasar alokasi yang digunakan dalam menghitung biaya overhead PT X adalah direct
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
labor hour karena dianggap paling relevan dan lebih mudah untuk diestimasi.
Langkah
terakhir adalah melengkapi job cost sheet yaitu menggabungkan biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead PT X sehingga
diketahui bahwa biaya per unit yang dikenakan untuk setiap produk yang diproduksi
PT X sudah sesuai.
SARAN
Berdasarakan analisis yang telah dilakukan, diberikan saran sebagai berikut :
•
Membuat jadwal produksi secara detail mencakup setup mesin dan waktu
yang dibutuhkan pada masing-masing tahapan produksi. Dengan melakukan
hal tersebut maka diharapkan PT X dapat mencapai efisiensi atas kegiatan
produksinya dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
• Memperluas divisi-divisi yang mendukung proses bisnis yaitu penambahan
divisi penelitian dan pengembangan. Tugas dari divisi ini adalah melakukan
riset pasar mengenai produk, rancangan produk harus mencerminkan aspirasi
atau keinginan pelanggan.
• Melakukan penyimpanan bahan baku, barang WIP dan barang jadi dengan
baik dan rapih. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko kerusakan dan
keamanan. Selain itu untuk memberikan keyakinan yang memadai kepada
para pelanggannya mengenai penyimpanan.
Membuat material requisition form, time ticket dan job cost sheet untuk setiap
pesanan
pelanggan.
Hal
ini
dilakukan
untuk
meningkatkan
fungsi
pengendalian internal PT X selain itu juga agar PT X memiliki dokumentasi
atas aktivitas operasionalnya.
KETERBATASAN
Adapun keterbatasan dari analisis yang dilakukan yaitu :
•
PT X memiliki produk tetap yang sedikit sehingga tidak dapat diketahui secara
pasti berapa jumlah produk yang menggunakan process costing sebagai
metode perhitungannya. Sehingga metode hybrid costing yaitu sitem
pembiayaan yang menggabungkan antara process costing dan job-order
costing tidak dapat diterapkan
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
•
Tidak diperolehnya laporan keuangan periode 2013 secara utuh untuk satu
tahun penuh. Oleh karena itu data yang digunakan adalah proyeksi laporan
keuangan berdasarkan data laporan keuangan periode 2012.
DAFTAR REFERENSI
Brewer, Garison and Noreen. (2008). Introduction to Managerial Accounting, 4th
edition. New York: McGraw Hill.
Djohanputro, Bramantyo. (2008). Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM.
Govil, Manish and Proth, Jean Marie. (2002). Supply Chain Design and Management.
California: Academic Press.
Hammer, Carter and Usry. (2004). Cost Accounting, 11th edition. South-Westerns
Publishing Company.
Hansen, D. R., and M. M. Mowen. (2007). Managerial Accounting, 8th edition.
South-Westerns Publishing Company.
Hilton, Ronald W. (2008). Managerial Accounting, 7th edition. New York: McGraw
Hill.
Hongren, Datar, and Rajan. (2011). Cost Accounting : A Managerial Emphasis, 14th
edition. Prentice Hall.
Islahuzzaman. (2011). Activity Based Costing : teori dan aplikasi. Jakarta: Alfabeta.
Jackson, Sawyers and Jenkins. (2009). Management Accounting. New York: McGraw
Hill.
James A. Brimson (1991). Activity Accounting : An Activity Based Costing
Approach. New Jersey :Wiley.
Liker K. Jeffrey (2006). The Toyota Way ; 14 Prinsip Manajemen dari perusahaan
Manufaktur Terhebat di Dunia. Jakarta : Erlangga.
Raiborn, Barfield and Kinney. (1999). Managerial Accounting, 3rd edition. United
States of America: South western College Publishing.
Perancangan sistem …, Annisa Fitri Karmini, FE UI, 2013
Download