BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya tersebut telah digariskan dengan jelas (Soehato,1999). Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek tersebut telah ditentukan batasan – batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat berhasil perlu diperhatikan faktor- faktor spesifik yang penting yang disebut sebagai ciri – ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut (Dipohusodo,1996) 1. Tujuan, sasaran, harapan – harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat. 2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang realistis. 3. Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan organisasi dan individu yang terlibat didalamnya. 4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi. 5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek. 6. Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk melakukan kegiatan - kegiatan yang harus bergerak diluar kerangka 5 organisasi tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas. 7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar – dasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara–cara mengatasi kendala birokrasi. 2.2 Manajemen Proyek Dalam melaksanakan suatu manajemen dikenal kegiatan-kegiatan manajemen yang merupakan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan fungsi manajemen yang baik untuk mencapai sasaran organisasi atau perusahaan yang telah ditentukan. Langkah-langkah itu dikenal dengan fungsi-fungsi manajemen, yaitu (Soeharto, 1997) : 1. Merencanakan (Planning) 2. Mengorganisasi (Organizing) 3. Mengisi jabatan (Staffing) 4. Mengarahakan (Directing) 5. Mengendalikan (Controling) Berdasarkan fungsi-fugsi manajemen diatas, maka fungi perencanaan dan pengendalian merupakan dua fungsi utama dalam melaksanakan manajemen, karena kedua fungsi tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. 2.3 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena rencana anggaran biaya yang dibuat sebelum dimulainya pembangunan proyek, maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran biaya bukan biaya sebenarnya atau actual cost. Kegiatan estimasi/penaksiran adalah suatu proses utama dalam proyek konstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar dana yang harus disediakan untuk sebuah bangunan. Penyiapan dana dalam proyek konstruksi dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Apabila terjadi ketidaktepatan dalam penyediaan dana, maka akan menimbulkan dampak pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan 6 jadwal pelaksanaan konstruksi untuk meramalkan kejadian pada proses pelaksanaan serta memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut. Kegiatan estimasi dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat diketahui kebutuhan material yang nantinya akan digunakan. Perhitungan kebutuhan dapat dilakukan secara teliti dan kemudian ditentukan harganya. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut: a) Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinyu. b) Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek. c) Melakukan perhitungan analisis bahan dan upah dengan menggunakan analisis yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran. d) Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan. e) Membuat rekapitulasi. Adapun bagan tahap-tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) yang sudah dijelaskan sebelumya dapat dilihat pada gambar 2.1 DAFTAR HARGA DAFTAR HARGA SATUAN BAHAN SATUAN UPAH DAFTAR HARGA SATUAN BAHAN DAN UPAH DAFTAR VOLUME & HARGA SATUAN PEKERJAAN REKAPITULASI Gambar 2.1 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB), Sumber : Ervianto (2002) 7 2.4 Rencana Anggaran Pelaksanaan Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek, sebagai acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam pengelolahan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek, sehingga target minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai acuan untuk menyusun rencana cash-flow proyek. RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang dipelukan untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan memperhitungakan beberapa hal, yaitu : a. Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek–proyek yang lalu. b. Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan, alat, dan tenaga kerja), biaya transportasi dan lokasi/ median kerja proyek. 2.5 c. Kebijaksanaan perusahaan. d. Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan Perencanaan Waktu Proyek Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas dimulai, ditunda dan diselesaikan, sehingga pemiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Semua kegiatan dalam suatu proyek selanjutnya dihubungkan berdasarkan hubungan yang logis, sehingga membentuk suati jaringan pekeejaan (network diagram) yang berisi lintasanlintasan peristiwa dan kegiatan. 8 2.5.1 Metode Bagan Balok (Bar Chart) Metode bagan balok diperkenalkan oleh HL Gantt pada tahun 1917 dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek. Bagan balok disusun dengan maksud mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, dan waktu penyelesaian (Soeharto,1999). Dewasa ini metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri maupun dikombinasikan dengan metode lain, misalnya digunakan bersama-sama kurva-S sebagai alat pengendali. Bagan balok tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak Y, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal X, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan. Disini waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang bersangkutan. Pada waktu membuat bagan balok telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain.Pada bagan balok terdapat beberapa keterangan yang minimal harus dimiliki : 1. Jenis kegiatan Jenis kegiatan diletakkan sejajar sumbu vertical yang menjelaskan urutan-urutan pekerjaan. 2. Durasi (Waktu) Durasi atau rencana waktu kegiatan, diletakkan sejajar sumbu horizontal dan digambarkan dengan garis tabel. Contoh bagan balok (Bar Chart) terdapat pada Gambar 2.2. No Jenis Kegiatan 1 1 2 3 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Galian Pekerjaan Pondasi 4 5 6 7 Pekerjaan Beton Bertulang Pekerjaan Pasangan Pekerjaan Kayu Pekerjaan Atap 2 3 Minggu 4 5 6 7 8 Gambar 2.2 Contoh Bar Chart Sumber : Soeharto (1999) 9 Dari penelitian dan pengalaman pada industri konstruksi, terlihat bagan balok mudah dibuat dan dikerjakan. Metode ini sangat berguna sebagai alat perencanaan dan komunikasi. Meskipun memiliki segi-segi keuntungan tersebut, namun penggunaan bagan balok terbatas karena beberapa hal berikut : 1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal seluruh proyek. 2. Sulit melakukan perbaikan, karena umumnya harus dilakukan dengan membuat bagan baru. 3. Untuk proyek besar dan kompleks, penggunaan bagan balok akan mengalami kesulitan. Hal ini karena dengan menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan memiliki keterkaitan tersendiri antar kegiatan. 2.5.2 Jaringan Kerja (Network) Metode jaringan kerja adalah suatu metode penjadwalan kegiatan-kegiatan dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian. Jaringan kerja dipandang sebagai penyempurnaan metode bagan balok, karena metode jaringan kerja memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : 1. Mampu menunjukkan urutan kegiatan proyek yang memiliki banyak komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks. 2. Memperlihatkan kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis. Metode jaringan kerja merupakan metode penjadwalan kegiatan dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian. Metode jaringan kerja sering digambarkan dengan menggunakan anak panah dan lingkaran atau kotak. Metode jaringan kerja diperkenalkan pada akhir decade 1950-an, oleh suatu tim insinyur dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerjasama dengan Rand Cooperation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem control manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan atau mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain eingeneering, konstruksi dan pemeliharaan. System tersebut 10 dikenal dengan Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM) (Soeharto, 1999). CPM memakai teknik penyajian dengan memakai diagram anak panah, lingkaran, serta kaidah-kaidah dasar logika ketergantungan. CPM menggunakan satu angka estimasi dan dalam prakteknya lebih banyak digunakan oleh kalangan industry atau proyek-proyek engineering konstruksi. Selanjutnya diperkenalkan pula konsep dasar Precedence Diagram Method (PDM) oleh J.W.Fondhal dari Universitas Stanford-USA pada awal dekade 1960-an. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan IBM dalam rangka penggunaan komputer untuk memproses hitungan-hitungan yang berkaitan dengan metode PDM. Bila CPM digambarkan sebagai kegiatan pada anak panah atau Activity on Arrow (AOA), maka PDM adalah kegiatan pada node Activity on Node (AON). Disini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiata yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy dalam CPM merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, didalam PDM tidak diperlukan. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang lebih sederhana dibandingkan CPM (Soeharto, 1999). 2.5.3 Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM) Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity off Node). Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node yang berbentuk kotak segiempat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa yaitu awal dan akhir. Kotak-kotak segiempat dalam metode preseden diagram menjadi ruanganruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa 11 yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang dapat mempermudah dalam memonitor. Denah yang lazim pada node PDM dapat dilihat pada Gambar 2.3. Nomor Urut ID Durasi Tgl. Mulai Tgl. Selesai ID dan Nama Kegiatan Tgl. Mulai : ES/LS Durasi Tgl. Selesai : EF/LF Total Float Progress penyelesaian % Gambar 2.3 Denah yang lazim pada node PDM Sumber : Soeharto (1999) Keterangan : ES : waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai. EF : waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. LS : waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. LF : waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek. ID : nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja. Durasi : kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam satuan waktu seperti jam, hari, atau minggu. 12 Total Float : tenggang waktu total Progress Penyelesaian : presentase kemajuan proyek 2.6 Pengertian Modal Kerja Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini dan makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang berkembang hingga sukses dibidangnya, maka faktor modal kerja mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Masalah modal kerja dalam perusahaan merupakan permasalahan yang tidak akan pernah berakhir. Setiap perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahan kecil akan selalu memerlukan modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasinya seharihari, misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembayaran upah buruh, serta biaya-biaya lainnya. Melalui hasil penjualan produksinya perusahaan mengharapkan akan kembalinya modal kerja yang telah dikeluarkan dalam waktu yang pendek, sebab uang tersebut akan dipergunakan lagi untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan masih beroperasi. Munawir S. (1979 : 114) mengemukakan tiga konsep modal kerja yang umum dipergunakan yaitu : 1. Konsep kwantitatif Konsep ini menitik-beratkan pada kwantum perusahaan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah aktiva lancar (Gross Working Capital) 2. Konsep kwalitatif Konsep kwalitatif menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kwalitatif karenamenunjukkan tersedianyan aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya 13 (hutang jangka pendek) dan menunjukan pula margin of protectionnya atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya. 3. Konsep fungsionalis Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk meghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana dipergunakan untuk menghasilkan laba pada periode ini (current income) ada sebagian dana yang dipergunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Berdasarkan bebrapa pengertian yang telah ditemukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan yang dapat digerakkan pada satu periode tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama perusahaan masih memerlukannya. 2.6.1 Pentingnya Modal Kerja Modal kerja erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada type atau sifat aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek, piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam artian harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari. Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah: 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajibankewajiban finansial atau hutang tepat pada waktunya. 14 3. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahayabahaya atau kesulitan keuangan persahaan yang terjadi. 4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi pelanggan. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa. Modal kerja yang diperlukan dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Besar kecilnya kegiatan usaha perusahaan, dimana semakin besar kegiatan perusahaan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. 2. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, misalnya pembelian bahan tunai kredit, penjualan barang atau jasa tunai atau kredit. 3. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan perusahaan. 4. Tingkat suku bunga yang berlaku. 5. Persediaan barang-barang di pasar. 2.6.2 Sumber Modal Kerja Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja dapat dengan mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal kerja itu sendiri. Menurut Farid Djahidin (1985) modal kerja perusahaan dapat bersumber dari: 1. Hasil kegiatan/Usaha Pokok. Yang dimaksudkan disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha atau operasi perusahaan sehari-hari ditambah dengan penyusutan atau amortisasi, sepanjang laba bersih dan penyusutan ini tidak diambil oleh pemilik. Penyusutan atau amortisasi ini dimaksudkan sebagai sumber modal kerja karena penyusutan dibebankan pada perhitungan rugi laba bersih, tapi tidak ada pengeluaran kas (penggunaan modal kerja) 15 2. Penjualan Aktiva Lancar. Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan uang kas adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan penjualan surat berharga ini berarti akan terjadi pergeseran/perubahan modal kerja dari surat menjadi uang kas. Penjualan surat berharga ini mempunyai tiga kemungkinan yang akan menyebabkan perubahan dari modal kerja yaitu: - Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan menambah modal kerja. - Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan mengurangi modal kerja. - Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal kerja tidak mengalami perubahan. 3. Penjualan Aktiva Tak Lancar. Walaupun aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan kompenen modal kerja, tetapi kalau terhadap aktiva-aktiva tetap dan investasi jangka panjang yang tak terpakai lagi dijual berarti akan menambah modal kerja. 4. Emisi Saham dan Penerbitan Obligasi. 5. Uang Muka yang Diterima dari Pelanggan. Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit juga merupakan modal kerja jangka pendek. 6. Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal kerja, perusahaan dapat mengeluarkan/menjual saham baru atau obligasi (hutang) jangka panjang. Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh penggunaan modal kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari misalnya: a. Pembayaran biaya-biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi. b. Pembayaran utang jangka panjang. c. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau insidentil. 16 d. Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan aktiva tetap. e. Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi aktiva lancar menjadi aktiva tak lancar. f. Pembelian kembali saham-saham yang telah dikeluarkan. 2.6.3 Unsur Modal Kerja Pada prinsipnya penggunaan modal kerja sangat penting karena selama perusahaan beroperasi modal kerja akan selalu dibutuhkan. Agar pengaturan modal kerja dapar berhasil dengan baik, pimpinan perusahaan seharusnya megatur unsur-unsur yang ada dalam modal kerja. Menurut Jhon Suprihanto (1987 : 28) unsur-unsur dari modal kerja adalah : 1. Uang kas Setiap perusahaan industri maupun jasa dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan uang kas. Uang kas adalah uang yang dimiliki atau dibawa kemana-manan baik lembran ribuan, lima ratusan atau recehan lima puluhan, dan sebagainya. Uang kas diperlukan untuk belanja sehari-hari atau untuk membangun toko, membeli kendaraan angkutan dan sebagainya. Semuam itu merupakan uang kas yang keluar, atau yang kita bayarkan. Selain uang kas yang keluar ada juga uang kas yang masuk atau kita terima, misalnya dari hasil penjualan barang/jasa dari hasil penagihan piutang sebagai akibat penjualan secara kredit. Uang masuk harus lebih besar dari kas yan dkeluarkan, karena dipakai untuk mengembangkan usaha. Kas yang masuk ada yang terus-menerus seperti yang diperoleh dari penjualan barang dan ada kas yang masuk hanya sekali saja seperti kalau menjual kendaraan angkutan yang sudah tua atau aktiva tetap lainnya yang sudah tidak tepakai. Kas keluar ada juga yang terus-menerus seperti untuk membeli barang dagangan atau bahan baku, membayar gaji pegawai dan ada yang sekali-kali seperti membayar bunga pinjaman. Antara besarnya kas masuk dan keluar akan ada selisih berupa kelebihan atau 17 kekurangan, atau bisa juga terjadi keseimbangan. Keseimbangan kas masuk dan keluar terjadi apabila terdapat kesesuaian atau pengaturan yang baik, atau pengaturan yang sesuai antara syarat pembelian dan syarat penjualan. Dengan pengaturan yang baik tersebut maka pengeluaran-pengeluaran kas untuk pembayaran hutang maupun kewajiban-kewajiban lain dpat ditutupi dari pengumpulan piutangnya. Seandainya terjadi kekurangan kas, maka harus dicairkan dana yang bisa berasal dari bebrapa alternatif sumber seperti setoran baru dari pemilik, kredit bank, penjualan aktiva tetap dan lain-lain. Kelebihan aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan dalam perusahaan. Saldo ini akan dapat dipergunakan untuk beberapa kepentingan pengembangan usaha. 2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas Pengaturan penanaman modal dalam surat-surat berharga dimaksudkan agar perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya atau saldo kasnya, dengan maksud untuk penjajakan likuiditas ataupun dengan tujuan mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga tersebut. Dalam tujuan penjajakan likuiditas, maka penanaman uang kas dalam surat-surat berharga, merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu dalam hal perusahaan yang membutuhkan uang tunai guna memenuhi kewajiban-kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat dengan segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut. 3. Piutang-piutang dagang Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual kredit. Penjualan kredit dilakukan dalam rangka memperbesar volume penjualan. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang, dan kemudian pada hari jatuh pembayaran piutang tersebut jadilah penerimaan kas. Dengan demikian piutang merupakan unsur modal kerja yang terus berputar. Pengaturan piutang ditujukan agar penerimaan kredit kita betul-betul dapat membayar 18 hutangnya, sehingga tidak ada jumlah hutang yang tidak tertagih karena penerimaan kredit ini tidak membayar. 4. Persediaan barang Persediaan barang dagangan merupakan persediaan yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan selalu dijual lagi tanpa mengalami proses lebih lanjut didalam perusahaan, yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Masalah penentuan/pengaturan dalam besarnya persediaan barang dagangan merupakan masalahan yang urgent karena mempunyai pengaruh langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan. Pengaturan persediaan barang dagang ini ditujukan untuk mengusahakan agar barang yang ada dalam perusahaan tidak berkurang dan tidak berlebih. 2.6.4 Besar Kecilnya Modal Kerja Untuk melaksanakan suatu proyek, memerlukan modal kerja yang cukup. Besar kecilnya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1. Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak Semakin banyak frekuensi pembayaran oleh konsumen maka modal kerja yang diperlukan semakin kecil, begitu juga sebaliknya bila frekuensi pembayaran sedikit maka memerlukan modal kerja yang besar. Misalnya sistem pembayaran dalam Turn Key (dibayar hanya sekali pada saat proyek sudah serah terima) memerlukan modal kerja sebesar 100% dari total biaya. 2. Kebijakan operasional (pelaksanaan kegiatan proyek) Kebijakan operasional disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek penerimaan dan aspek pembiayaan. Kebijaksanaan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek penerimaan dan pembiayaan yang terjadwal baik (efisien) akan memerlukan modal kerja yang besar. Dengan demikian pengendalian modal kerja proyek terjadi pada dua tahap penyusunan kontrak yaitu pada tahap penyusunan kontrak dan pada tahap pelaksanaan. 19 2.6.5 Penggunaan Modal Kerja Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan modal kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyeleasikan suatu proyek dapat dilihat pada persamaan akuntansi. Dalam persamaan akuntansi pencatatan suatu transaksi atau sekelompok transaksi yang sama, harus didasari oleh tanda bukti berupa dokumen–dokumen transaksi seperti : kwitansi dan sebagainya. Dimana pengertian transaksi adalah peristiwa–peristiwa atau kejadian–kejadian yang bersifat keuangan yang terjadi pada suatu pekerjaan. Menurut Haryono Jusup (2011:114) Persamaan akuntansi tediri dari: Transaksi – Jurnal - Buku besar - Neraca saldo – Laporan keuangan. 2.7 Biaya 2.7.1 Biaya Langsung (Direct Cost) Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/ bangunan. Biaya proyek terdiri dari : a. Bahan/Material Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai bahan/material ada beberapa hal yaitu bahan sisa/yang terbuang dan harga terbaik yang masih memenuhi syarat bestek. b. Upah Buruh / Man Power Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per unit volume, atau borong keseluruhan untuk daerah – daerah tertentu. Selain upah perlu diperhatikan faktor – faktor kemampuan dan kapasitas kerjanya. Perlu diketahui apakah buruh atau mandor dapat diperoleh dari daerah di sekitar lokasi proyek atau tidak. Kalau tidak, berarti harus didatangkan buruh dari daerah lain. Ini menyangkut ongkos transport, penginapan, gaji ekstra dan lain sebagainya. Undang-undang perburuhan yang berlaku juga perlu diperhatikan. 20 c. Biaya Peralatan/Equipments Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar masuk garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku dan biaya reparasi kecil. Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos mobilisasi. 2.7.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Sutjipto R, dkk, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah: a. Overhead Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya, yaitu biaya overhead proyek di lapangan dan biaya overhead proyek di kantor. Biaya overhead proyek di lapangan terdiri dari biaya personil lapangan, fasilitas sementara di proyek (gudang, kantor, penerangan, pagar, komunikasi, transportasi), peralatan kecil – kecil yang umumnya habis terbuang setelah proyek selesai, kontrol kwalitas (tes kubus beton, baja, sondir dsb), rapat – rapat lapangan, dan lain lain. Sedangkan biaya overhead kantor adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha. Termasuk di dalamnya adalah biaya sewa kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai kantor, ijin-ijin usaha, prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-asosiasi, dan sebagainya. b. Biaya tak terduga/Contigencies Biaya Tak Terduga (Contigencies) adalah salah satu dari biaya tak langsung.Contigencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang mungkin biasa terjadi, ataupun tidak. Misalnya naiknya muka tanah, banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini diperkirakan antara ½ sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk dalam Contigencies adalah : 21 - Kesalahan, kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan, gambar yang kurang lengkap - Ketidakpastian yang subyektif, timbul karena interprestasi subyektif terhadap bestek, dan fluktuasi harga material dan upah buruh yang tidak tepat diperkirakan - Ketidakpastian yang obyektif, yaitu ketidakpastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan manusia, misalnya: perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk pembuatan pondasi. - Variasi efisiensi (Chance Variation), adalah variasi efisiensi dari sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan, dan material. c. Keuntungan/Profit Untuk inilah seseorang rekanan/kontraktor. mau Keuntungan mengambil tidak resiko sama menjadi dengan gaji. Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil dari faktor resiko. 2.7.3 Sumber Pendanaan Proyek Modal adalah dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang. Pada dasarnya, secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendanaan bagi suatu perusahaan yang dikelompokkan sebagai berikut (Soeharto, 1999): 1. Modal sendiri Modal sendiri atau equity capital dapat berasal dari: a. Menerbitkan saham Hasil penjualan dari saham yang baru diterbitkan akan merupakan dana yang dapat dipakai untuk membiayai proyek. Harga pasar suatu saham ditentukan oleh kinerja ekonomi perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal itu pembeli menjadi pemegang saham atau disebut share holder atau stock holder. 22 b. Laba ditahan Dana dapat pula dihimpun dari laba ditahan atau retained earning dari perusahaan. Seringkali ini merupakan sumber yang penting untuk pendanaan proyek. 2. Sumber dari luar/ utang Sumber dari luar/ utang terjadi bila sejumlah uang (pinjaman pokok) dipinjam dalam jangka waktu tertentu. Dalam pada itu kreditor membebankan bunga dengan persentase tetap dan pembayaran kembali utang pokok sesuai syarat perjanjian. 3. Sumber dari proyek Sumber dari proyek berasal dari proyek sendiri yaitu biasanya berupa uang muka dan pembayaran oleh owner yaitu sesuai dengan prestasi proyek dan berdasarkan waktu atau termin pembayaran. 2.8 Sistem Akuntansi Akuntansi merupakan alat yang efektif untuk membantu pimpinan perusahaan untuk menjalankan tugas sehari–hari. Untuk memimpin suatu perusahaan dengan baik manager pada masing–masing tingkat membutuhkan informasi yang dapat dipercaya, berdasarkan mana mereka harus membuat keputusan–keputusan. Salah satu sumber yang paling penting untuk mendapatkan informasi tersebut adalah laporan–laporan dan data–data yang disediakan oleh petugas akuntansi. Akuntansi memberikan informasi tentang data–data yang dapat dinyatakan dalam satuan uang. Informasi ini perlu, pertama agar uang yang ada aman, kedua agar manajemen tidak dengan sengaja menulis check kosong dan dapat menilai kemampuan perusahaan melakukan pembayaran–pembayaran tepat pada waktunya. Salah satu fungsi akuntansi adalah menyajikan laporan–laporan periodik untuk manajemen ,pemilik dan pihak–pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Selain itu fungsi dari laporan keuangan adalah : a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. 23 b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap–tiap bagian, proses atau produksi untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. c. Untuk menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Adapun laporan keuangan tersebut diatas yaitu : 2.8.1 Jurnal Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menujukkan rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masingmasing. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke buku besar, harus dicatat dahulu dalam jurnal. Jurnal ini terdiri dari empat kolom yang mana pada kolom pertama terdapat tanggal transaksi yang terjadi, kolom kedua terdapat keterangan tempat perkiraan yang akan didebet dan diperkiraan yang akan dikredit, kolom ketiga terdapat post reference atau nomor perkiraan, kolom keempat terdapat tempat penjumlahan debet serta kolom kelima tempat penjumlahan kredit. Diakhir jurnal pada kolom debet dan kredit sama–sama dijumlahkan dan hasil dari keduanya harus sama, ini menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam mencatat transaksi yang terjadi. Contoh penjurnalan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Contoh jurnal `Tanggal Perkiraan Ref Jumlah Debet 2010 April 1 Kas 1 290,000.00 Piutang Usaha 10 65,000.00 Perlengapan 50 1,125,000.00 Mesin cetak 220 3,000,000.00 Gedung 230 9,000,000.00 Modal, Budi 600 Kredit 13,480,000.00 Sumber : Jusup (2011) 24 2.8.2 Buku Besar Buku besar merupakan tahapan kedua dari persamaan akuntansi. Buku besar ini berfungsi untuk mengumpulkan transaksi–transaksi yang bersifat sama. Dalam pembahasan ini buku besar dibagi menjadi : Kas dengan no rek. 101, Material dengan no rek. 102, Hutang Bank dengan no rek. 201, Modal dengan no rek. 301, Pendapatan perusahaan dengan no rek. 401, Upah dengan no rek. 501, Biaya bunga dengan no rek. 502, Overhead dengan no rek. 503, Pengembalian uang muka dengan no rek. 504, Pengembalian Retensi dengn no rek. 505. Pemindahan dari jurnal ke buku besar dilakukan dengan tidak mengubah bagian yang masuk ke debet dan kredit. Untuk contoh buku besar dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut. Tabel 2.2 Contoh Buku Besar Kas Tgl. Ket Ref Jumlah Tgl. Ket Ref Jumlah 2010 Apr.1 290,000,000.00 2010 Apr.2 60,000.00 2 2,000,000.00 6 15,000.00 3 90,000.00 10 100,000.00 30 200,000.00 Sumber : Jusup (2011) 2.8.3 Neraca Saldo Fungsi dari neraca saldo ini adalah untuk mengetahui apakah debet sama dengan jumlah kredit dan untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam posting dan penjumlahan. Untuk contoh neraca saldo dapat dilihat dalam tabel 2.3 sebagai berikut. 25 Tabel 2.3 Contoh Neraca Saldo Perusahaan Percetakan “Rapih” Neraca Saldo 30 April 2010 Debet Kredit Kas 2,145,000.00 Perlengkapan 1,475,000.00 Asuransi dibayar di muka 60,000.00 Utang usaha - 1,700,000.00 Utang wesel - 2,8150,000.00 Prive, Budi 50,000.00 Pendapatan percetakan - Beban advertensi 2,250,000.00 15,000.00 Gaji & upah pegawai 710,000.00 Beban macam- macam 300,000.00 4,740,000.00 4,740,000.00 Sumber : Jusup (2011) 2.8.4 Neraca Lajur Neraca lajur/kertas kerja /worksheet digunakan sebagai alat bantu dalam menyusun laporan keuangan. Neraca lajur tidak bersifat mutlak, artinya boleh dibuat boleh tidak. Tetapi untuk memudahkan dan menghindari kesalahan, sebaiknya neraca lajur selalu dibuat apabila menyusun laporan keuangan. Untuk contoh neraca lajur dapat dilihat dalam tabel 2.4 sebagai berikut. Tabel 2.4 Contoh Neraca Lajur Neraca Neraca Ket Penyesuaian Saldo Debet Kredit Setelah Laporan LabaRugi Disesuaikan Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Neraca Debet ` Sumber : Jusup (2011) 26 Kredit 2.8.5 Laporan Rugi Laba Laporan rugi laba ini menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu, yang terdiri dari pendapatan, biaya, laba atau rugi. Fungsi dari laporan rugi laba ini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan serta media untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.5 sebagai berikut. Tabel 2.5 Contoh Laporan Laba Rugi Percetakan Rapih Laporan Laba Rugi April 2010 Pendapatan : Pendapatan Percetakan 2,400,000.00 Pendapatan Sewa 15,000.00 Jumlah pendapatan Beban Usaha : 2,415,000.00 Beban advertensi 215,000.00 Gaji & Upah 710,000.00 Beban pemakaian perlengkapan 495,000.00 Beban macam- macam 300,000.00 Jumlah beban 1,740,000.00 Laba bersih (persediaan bahan) 675,000.00 Sumber : Jusup (2011) 2.8.6 Laporan Perubahan Modal Setelah meyusun laporan laba rugi maka keuntungan atau kerugian yang didapatkan oleh perusahaan akan dipindahkan kedalam laporan perubahan modal, sehingga akan terlihat apakah modal perusahaan tersebut bertambah atau bekurang. Laporan ini memudahkan perusahaan dalam merencanakan peminjaman uang karena dari sini dapat dilihat seberapa besar modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.6 sebagai berikut. 27 Tabel 2.6 Contoh Laporan Perubahan Modal Percetakan Rapih Laporan Perubahan Modal April 2010 Modal , 1 April 2010 Ditambah : Investasi awal Laba Bersih 13,480,000.00 675,000.00 14,155,000.00 Dikurangi : Pengambilan prive 500,000.00 Modal 30 April 2010 13,655,000.00 Sumber : Jusup (2011) 2.8.7 Neraca Bagian akhir dari laporan keuangan adalah neraca, dari sini dapat dilihat seberapa besar kekayaan yang dimiliki setelah proyek selesai seperti kas, peralatan, modal maupun hutang yang terdiri dari aktiva dan pasiva yang mana kedua kolom ini harus seimbang. Pada pembahasan ini telah seimbang total aktiva dan total pasiva. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.7 sebagai berikut Tabel 2.7 Neraca Akhir Neraca Akhir Mei-10 Aktiva Kas Pasiva 174.688.780,00 Hutang Persediaan bahan Total 40.451.780,00 Modal Perusahaan 215.140.560,00 Total 0,00 215.140.560,00 215.140.560,00 Sumber : Jusup (2011) 2.9 Aliran Kas (Cash Flow) Aliran kas dapat dilukiskan sebagai suatu realisasi atau taksiran dari pemasukan uang (inflow) maupun pengeluaran (outflow) yang terjadi pada suatu investasi dalam jangka waktu tertentu. Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan revenue (Soeharto,1999). 28 Aliran kas terdiri dari : 1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow) Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan, penyiapan lahan, pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya, pembayaran mesin-mesin, dan termasuk penyediaan modal kerja. 2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow) Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak, kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas periode operasi. 3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow) Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas padaakhir umur ekonomi proyek. Aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Bila terjadi penjualan barang sisa, harus pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan digabung dengan aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam rangka penentuan kelayakan investasi. Menurut Blank dan Tarquin (1998), rumus yang dipakai untuk menghitung cash flow adalah : NFC = pemasukan – pegeluaran = pendapatan – biaya operasional – pinjaman – pajak ......(Pers 2.1) Untuk contoh laporan Cash Flow atau Aliran Kas dalam bentuk tabel dapat dilihat dalam tabel 2.8 dan untuk diagram Cash Flow sendiri dapat dilihat dalam gambar 2.4 sebagai berikut. 29 Tabel 2.8 Contoh Cash Flow sistem Pembayaran turnkey No. Uraian A B Kas Awal Kas Masuk Penerimaan Termin TOTAL (A + B) C D Kas Keluar - Biaya Material - Biaya Upah TOTAL C Bulan 1 2 266.885.978,25 232.115.780,47 3 32.524.824,73 0,00 0,00 745.682.300,00 266.885.978,25 232.115.780,47 778.207.124,73 20.083.881,55 120.760.987,72 201.060.922,90 14.686.316,24 78.829.968,02 94.154.671,63 34.770.197,78 199.590.955,74 295.215.594,52 Finansial - Pinjaman - Pengembalian - Bunga Pinjaman (11% p.a) TOTAL D 0,00 0,00 0,00 0,00 262.690.769,79 0,00 262.690.769,79 0,00 2.407.998,72 0,00 0,00 265.098.768,52 E Kas Akhir 232.115.780,47 Sumber : Blank dan Tarquin (1998) 32.524.824,73 480.583.531,48 A1 0 1 2 Q1 Q2 Q3 Gambar 2.4 Diagram Cash Flow Sistem Pembayaran Turn Key Sumber : Blank dan Tarquin (1998) Keterangan : A = Aliran Kas Masuk Penerimaan termin Q = Aliran Kas Keluar Kas keluar dan biaya operasional 30 2.10 Finansial Finansial adalah keputusan keuangan untuk mengatasi dan menyesuaikan kondisi kas sesudah kas awal. Bila kondisi kas setelah selesai kas awal defisit maka perlu dicarikan jalan keluar seperti memasukkan dana pinjaman dan bila sudah surplus cukup besar dapat dipergunakan untuk mengembalikan pinjaman (bila ada pinjaman). Tolak ukurnya jika melakukan keputusan untuk melakukan dana pinjaman adalah tingkat/jumlah suku bunga pinjaman yang harus dibayarkan (Asiyanto, 2010). Untuk menghitung nilai pinjaman yang dibutuhkan adalah : Jumlah pinjaman = Kas minimal + Besar defisit – Saldo awal – bunga…(Pers 2.2) 2.11 Bunga Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan akibat pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya. Penarikan bunga pada dasarnya merupakan kompensasi dari penurunan nilai uang selama waktu peminjam sehingga besarnya bunga relatif sama besarnya dengan penurunan nilai uang tersebut. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah uang dengan utang semula. 1. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal periode dikalikan 100% atau: 2. = Bunga Sederhana ℎ × 100%...(Pers. 2.3) Sistem bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga yang didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga. Secara formula sistem bunga sederhana dapat dihitung sebagai berikut: Dimana: = ......................... (Pers. 2.4) i = suku bunga P = pinjaman semula n = jumlah periode pinjaman 31 3. Bunga Majemuk Sistem bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap pinjaman awal, tetapi perhitungan didasarkan atas besarnya utang awal periode yang bersangkutan, dengan kata lain bunga berbunga (Giatman, 2006). 4. Kredit Rekening Koran (KRK) Kredit Rekening Koran merupakan fasilitas kredit modal kerja yang jangka waktu kreditnya maksimal 1 tahun. Setelah waktu kredit jatuh tempo selama 1 tahun, fasilitas ini dapat diperpanjang kembali. Kredit Rekening Koran digunakan untuk keperluan modal kerja yang bersifat fluktuatif dan variatif yang diberikan dalam mata uang rupiah dengan saldo boleh minus sebesar plafond.Bunga pinjaman dihitung secara harian dari saldo debet rekening koran debitur dan dibebankan secara otomatis oleh sistem setiap periodenya. Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap saat dan pinjaman ini bukan merupakan pinjaman yang bersifat angsuran. Kredit Rekening Koran ini menguntungkan debitur. Penarikan dana pinjaman dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank dengan mempergunakan cek, bilyet giro atau alat perintah pembayaran lainnya selama baki kredit masih tersedia. Pembayaran rekening koran juga dilakukan sewaktu-waktu dengan menyetorkan ke rekening giro debitur, bank akan memotongnya dari rekening giro debitur tersebut. Keuntungan yang diperoleh bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efesien. (Giatman, 2006). Secara formula sistem bunga yang dkenakan sebagai berikut: Bunga = Saldo Pinjaman x % Bunga x Jumlah Hari Hutang ........ (Pers. 2.5) 365 32 2.12 Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money) Pengertian bahwa suatu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari waktu yang akan datang merupakan konsep dasar dalam membuat keputusan investasi. Pada umumnya masalah finansial suatu investasi mencakup periode waktu yang cukup lama, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai uang (Asiyanto, 2005). Hubungan nilai uang yang akan datang (future value-FV) terhadap nilai sekarang (present value-PV) ditulis dengan rumus: FV = PV ( 1 + i ) n Dimana: ……………………......… FV = Nilai uang yang akan datang PV = Nilai uang saat ini i = Bunga(interest) n = waktu (Pers. 2.6) Dengan demikian ( 1 + i ) n adalah faktor pengali, yang disebut compounded factor, yaitu faktor yang dipergunakan untuk menghitung future value (FV) terhadap present value (PV). Dari rumus di atas dapat diperoleh hubungan, dimana (1 + i) n adalah faktor pembagi, yang disebut discounted factor, yaitu faktor yang digunakan untuk menghitung present value (PV) dari future value (FV) yang ada. Contoh tabel untuk compounded factor dan discounted factor dapat dilihat pada tabel 2.9 Tabel 2.9 Compounded factor dan discounted factor i=8% Tahun ke Compounded factor ( 1 + i )n Discounted factor 1/( 1 + i )n 1 1,0800 0,9260 2 1,1660 0,8580 3 1,2600 0,7940 4 1,3600 0,7350 Dst. Sumber: Asiyanto (2005) 33 2.12.1 Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value) Dalam metode ini kita menggunakan faktor diskon.Semua pengeluaran dan penerimaan (dimana saat pengeluaran serta penerimaannya adalah dalam waktu yang tidak bersamaan) harus diperbandingkan dengan nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus mendiskonkan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan tersebut ke dalam penilaian yang sebanding (sama). Pengeluaran dilakukan pada saat mula-mula (sekarang), sedangkan penerimaan baru akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang sekarang adalah tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang dikemudian hari. Oleh karena itu, jumlah estimasi penerimaan itu harus kita diskonkan, kita jadikan jumlah-jumlah nilai sekarang (penilaian yang sebanding dengan pengeluarannya). Urutan-urutan perhitungan dalam metode ini adalah : 1. Menghitung cash flow yang diharapkan dari investasi yang akan dilaksanakan. 2. Mencari nilai sekarang (present value) dari cash flow dengan mengalikan tingkat diskont/discoutit rate tertentu yang ditetapkan. 3. Kemudian jumlah sekarang/present value dari cash flow selama umur investasi dikurangi dengan nilai investasi awal akan menghasilkan Net Present Value (NPV) . Net Present Value dari investasi dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut : NPV = PWB – PWC ……..…….…..... (Pers. 2.7) .………………........ (Pers. 2.8) .…………..…….… (Pers. 2.9) n PWB Cbt ( FPB ) t 0 n PWC Cct ( FPB ) t 0 Di mana : NPV = Net present value PWB = Present Worth of Benefit PWC = Present Worth of Cost Cb = Cash flow benefit Cc = Cash flow Cost 34 N = Umur investasi FBP = Faktor bunga present T = Periode waktu Apabila didapat nilai NPV sebagai berikut: NPV > 0, proyek menguntungkan NPV < 0, proyek tidak layak diusahakan NPV = 0, berarti netral atau berada pada break even point (BEP) 2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR) Metode menghitung perbandingan antara benefit terhadap cost dalam suatu proyek investasi. Pada proyek-proyek swasta, benefit umumnya berupa pandapatan minus diluar biaya pertama. Misalnya untuk operasi dan produksi sedangkan cost adalah biaya pertama. (Soeharto, 1997) Adapun rumus yang digunakan adalah: Dimana: = ( ) ..…….……............. (Pers. 2.11) BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (benefit cost ratio) (PV)B = Present Worth of Benefit atau nilai sekarang benefit Cf = Biaya pertama 2.12.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return adalah tingkat diskon (discount rate) yang menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value dari nilai atau investasi. Pada metode ini informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu.Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut dengan Internal Rate of Return (IRR), sedangkan kewajiban disebut Minimum Atractive Rate of Return (MARR). Dengan demikian, suatu rencana investasi akan dikatakan layak/menguntungkan jika IRR ≥ MARR. 35 Nilai MARR umumna ditetapkan secara subjektif melalui suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investasi, yaitu: 1. Suku Bunga Investasi (i) 2. Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc) 3. Faktor resiko investasi (α) Dengan demikian, MARR = i + Cc + α, jika Cc dan α tidak ada atau nol, maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR ≥ i (Giatman,2005) Internal rate of return dapat dicari dengan sistem coba-coba (trial and error) yaitu dengan mencari NPV pada discount rate/tingkat diskon yang kita sukai atau yang diinginkan. Apabila dengan discount rate yang kita pilih dihasilkan NPV positif (+), maka IRR yang akan dicari adalah di atas discount rate/tingkat diskon tersebut, seterusnya kita cari dengan coba-coba sampai menemukan discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol). Internal rate of return dapat dicari dengan menggunakan rumus : IRR iNPV NPV (iNPV iNPV ) ( NPV NPV ) …….……... (Pers. 2.10) Dimana : IRR = Internal Rate of Return yang akan dicari iNPV- = suku bunga negative iNPV+ = suku bunga positive NPV- = Net Present Value dengan hasil negative NPV+ = Net Present Value dengan hasil positive Syarat rumus ini berlaku adalah NPV1 (+) dan NPV2 (-). Untuk pengambilan keputusan kriteria IRR ini dengan cara dibandingkan dengan Minimum Atractive Rate of Return atau dapat dibandingkan dengan biaya Weighted Average Cost of Capital apabila IRR > MARR , maka Investasi layak dilaksanakan. IRR < MARR , maka Investasi tidak layak dilaksanakan. 36 Suatu cash flow investasi dihitung nilai NPV-nya pada tingkat suku bunga berubah/variabel pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV seperti Gambar 2.5 berikut : Gambar 2.5 Grafik NPV dengan nilai IRR tunggal Perlu juga diketahui tidak semua cash flow menghasilkan IRR, IRR yang dihasilkan tidak selalu satu, ada kalanya IRR dapat ditentukan lebih dari satu. Cash flow tanpa IRR biasanya dicirikan dengan terlalu besarnya rasio antara aspek benefit dengan aspek cost pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV seperti Gambar 2.6 berikut : Gambar 2.6 Grafik NPV tanpa IRR 37 Sedangkan cash flow dengan banyak IRR dicirikan net cash flownya bergantian antara positif dan negatif, sehingga menghasilkan grafik NPV seperti Gambar 2.7 berikut : Grafik 2.6 NPV tanpa IRR Gambar 2.7 Grafik NPV dengan IRR lebih dari satu 38