BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Kegiatan proyek

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Proyek
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan
untuk melaksanakan tugas yang sasaran dan tujuannya tersebut telah digariskan
dengan jelas (Soehato,1999). Dalam proses mencapai hasil akhir kegiatan proyek
tersebut telah ditentukan batasan – batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang
dialokasikan, jadwal dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut
dikenal dengan istilah tiga kendala (triple constrain). Jadi proyek harus
dilaksanakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran serta mutu yang telah ditentukan. Agar suatu proyek dapat
berhasil perlu diperhatikan faktor- faktor spesifik yang penting yang disebut
sebagai ciri – ciri umum manajemen proyek, sebagai berikut (Dipohusodo,1996)
1.
Tujuan, sasaran, harapan – harapan, dan strategi proyek hendaknya
dinyatakan secara jelas dan terperinci sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap individu dan
satuan organisasi yang terlibat.
2.
Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal, dan Anggaran Belanja yang
realistis.
3.
Diperlukan peran dan tanggung jawab di antara semua satuan
organisasi dan individu yang terlibat didalamnya.
4.
Diperlukan
mekanisme
untuk
memonitor,
mengendalikan,
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab pada berbagai strata organisasi.
5.
Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat
memberikan umpan balik bagi manajemen, yang digunakan sebagai
pedoman di dalam peningkatan produktivitas proyek.
6.
Sesuai dengan sifat dinamisnya suatu proyek, apabila diperlukan Tim
Proyek atau satuan organisasi proyek dapat dimungkinkan untuk
melakukan kegiatan - kegiatan yang harus bergerak diluar kerangka
5
organisasi tradisional atau rutin, akan tetapi dengan tetap berorientasi
pada tercapainya produktivitas.
7.
Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar –
dasar peraturan birokrasi, dan pengetahuan tentang cara–cara
mengatasi kendala birokrasi.
2.2
Manajemen Proyek
Dalam melaksanakan suatu manajemen dikenal kegiatan-kegiatan
manajemen yang merupakan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan fungsi
manajemen yang baik untuk mencapai sasaran organisasi atau perusahaan yang
telah ditentukan. Langkah-langkah itu dikenal dengan fungsi-fungsi manajemen,
yaitu (Soeharto, 1997) :
1.
Merencanakan (Planning)
2.
Mengorganisasi (Organizing)
3.
Mengisi jabatan (Staffing)
4.
Mengarahakan (Directing)
5.
Mengendalikan (Controling)
Berdasarkan fungsi-fugsi manajemen diatas, maka fungi perencanaan dan
pengendalian merupakan dua fungsi utama dalam melaksanakan manajemen,
karena kedua fungsi tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya.
2.3
Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan,
harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu
konstruksi. Karena rencana anggaran biaya yang dibuat sebelum dimulainya
pembangunan proyek, maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran biaya
bukan biaya sebenarnya atau actual cost.
Kegiatan estimasi/penaksiran adalah suatu proses utama dalam proyek
konstruksi untuk menjawab pertanyaan berapa besar dana yang harus disediakan
untuk sebuah bangunan. Penyiapan dana dalam proyek konstruksi dibutuhkan
dalam jumlah yang besar. Apabila terjadi ketidaktepatan dalam penyediaan dana,
maka akan menimbulkan dampak pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan
6
jadwal pelaksanaan konstruksi untuk meramalkan kejadian pada proses
pelaksanaan serta memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut.
Kegiatan estimasi dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar
rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat diketahui kebutuhan
material yang nantinya akan digunakan. Perhitungan kebutuhan dapat dilakukan
secara teliti dan kemudian ditentukan harganya. Tahap-tahap yang harus
dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan
pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinyu.
b) Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di
daerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja
didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.
c) Melakukan
perhitungan
analisis
bahan
dan
upah
dengan
menggunakan analisis yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.
d) Melakukan
perhitungan
harga
satuan
pekerjaan
dengan
memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas
pekerjaan.
e) Membuat rekapitulasi.
Adapun bagan tahap-tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) yang
sudah dijelaskan sebelumya dapat dilihat pada gambar 2.1
DAFTAR HARGA
DAFTAR HARGA
SATUAN BAHAN
SATUAN UPAH
DAFTAR HARGA
SATUAN BAHAN DAN
UPAH
DAFTAR VOLUME & HARGA
SATUAN PEKERJAAN
REKAPITULASI
Gambar 2.1 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB),
Sumber : Ervianto (2002)
7
2.4
Rencana Anggaran Pelaksanaan
Rencana Anggaran Pelaksanaa (RAP) adalah salah satu dokumen sebagai
kelengkapan yang dibutuhkan dalam suatu operasional pelaksanaan proyek,
sebagai acuan/pedoman operasional pelaksanaan proyek. Khususnya dalam
pengelolahan yang berhubungan dengan hasil usaha proyek yaitu sebagai
pedoman dalam mencapai pendapatan proyek dan mengendalikan biaya proyek,
sehingga target minimal yang direncanakan dapat tercapai dan diperlukan sebagai
acuan untuk menyusun rencana cash-flow proyek.
RAP disusun untuk memenuhi kebutuhan internal kontraktor berdasarkan
volume real dan harga pasar yang mekanisme penyusunannya sama seperti
penyusunan RAB. RAP proyek yang dibuat meliputi seluruh biaya yang
dipelukan untuk merealisasikan konstruksi yang direncanakan, disusun dengan
memperhitungakan beberapa hal, yaitu :
a.
Pengalaman atau referensi dari realisasi pengelolaan proyek–proyek yang
lalu.
b.
Hasil observasi ulang atas data sumber daya yang diperlukan (bahan,
alat, dan tenaga kerja), biaya transportasi dan lokasi/ median kerja
proyek.
2.5
c.
Kebijaksanaan perusahaan.
d.
Kesepakatan atau komitmen manajer proyek dengan direksi perusahaan
Perencanaan Waktu Proyek
Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas dimulai, ditunda dan
diselesaikan, sehingga pemiayaan dan pemakaian sumber daya akan disesuaikan
waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Semua kegiatan dalam suatu
proyek selanjutnya dihubungkan berdasarkan hubungan yang logis, sehingga
membentuk suati jaringan pekeejaan (network diagram) yang berisi lintasanlintasan peristiwa dan kegiatan.
8
2.5.1 Metode Bagan Balok (Bar Chart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh HL Gantt pada tahun 1917
dianggap belum pernah ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek
perencanaan dan pengendalian proyek. Bagan balok disusun dengan maksud
mengidentifikasikan unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan
yang terdiri dari waktu mulai, dan waktu penyelesaian (Soeharto,1999). Dewasa
ini metode bagan balok masih digunakan secara luas, baik berdiri sendiri maupun
dikombinasikan dengan metode lain, misalnya digunakan bersama-sama kurva-S
sebagai alat pengendali.
Bagan balok tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak Y,
dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu
proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal X, tertulis
satuan waktu, misalnya hari, minggu, atau bulan. Disini waktu mulai dan waktu
akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang
bersangkutan. Pada waktu membuat bagan balok telah diperhatikan urutan
kegiatan, meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan
yang lain.Pada bagan balok terdapat beberapa keterangan yang minimal harus
dimiliki :
1. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan diletakkan sejajar sumbu vertical yang menjelaskan
urutan-urutan pekerjaan.
2. Durasi (Waktu)
Durasi atau rencana waktu kegiatan, diletakkan sejajar sumbu
horizontal dan digambarkan dengan garis tabel.
Contoh bagan balok (Bar Chart) terdapat pada Gambar 2.2.
No
Jenis Kegiatan
1
1
2
3
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Galian
Pekerjaan Pondasi
4
5
6
7
Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan Kayu
Pekerjaan Atap
2
3
Minggu
4
5
6
7
8
Gambar 2.2 Contoh Bar Chart
Sumber : Soeharto (1999)
9
Dari penelitian dan pengalaman pada industri konstruksi, terlihat bagan
balok mudah dibuat dan dikerjakan. Metode ini sangat berguna sebagai alat
perencanaan dan komunikasi. Meskipun memiliki segi-segi keuntungan tersebut,
namun penggunaan bagan balok terbatas karena beberapa hal berikut :
1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara
satu kegiatan dengan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui
dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap
jadwal seluruh proyek.
2. Sulit melakukan perbaikan, karena umumnya harus dilakukan dengan
membuat bagan baru.
3. Untuk proyek besar dan kompleks, penggunaan bagan balok akan
mengalami kesulitan. Hal ini karena dengan menyusun sedemikian
besar jumlah kegiatan memiliki keterkaitan tersendiri antar kegiatan.
2.5.2 Jaringan Kerja (Network)
Metode jaringan kerja adalah suatu metode penjadwalan kegiatan-kegiatan
dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian.
Jaringan kerja dipandang sebagai penyempurnaan metode bagan balok, karena
metode jaringan kerja memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
1. Mampu menunjukkan urutan kegiatan proyek yang memiliki banyak
komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.
2. Memperlihatkan kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis.
Metode jaringan kerja merupakan metode penjadwalan kegiatan dengan
menghubungkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam suatu rangkaian. Metode
jaringan kerja sering digambarkan dengan menggunakan anak panah dan
lingkaran atau kotak.
Metode jaringan kerja diperkenalkan pada akhir decade 1950-an, oleh
suatu tim insinyur dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerjasama
dengan Rand Cooperation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem control
manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan atau mengendalikan
sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks
dalam masalah desain eingeneering, konstruksi dan pemeliharaan. System tersebut
10
dikenal dengan Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM) (Soeharto,
1999). CPM memakai teknik penyajian dengan memakai diagram anak panah,
lingkaran, serta kaidah-kaidah dasar logika ketergantungan. CPM menggunakan
satu angka estimasi dan dalam prakteknya lebih banyak digunakan oleh kalangan
industry atau proyek-proyek engineering konstruksi.
Selanjutnya diperkenalkan pula konsep dasar Precedence Diagram
Method (PDM) oleh J.W.Fondhal dari Universitas Stanford-USA pada awal
dekade 1960-an. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan IBM
dalam rangka penggunaan komputer untuk memproses hitungan-hitungan yang
berkaitan dengan metode PDM. Bila CPM digambarkan sebagai kegiatan pada
anak panah atau Activity on Arrow (AOA), maka PDM adalah kegiatan pada node
Activity on Node (AON). Disini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya
berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan
antara kegiata yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy dalam CPM
merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan,
didalam PDM tidak diperlukan. Metode PDM menghasilkan jaringan kerja yang
lebih sederhana dibandingkan CPM (Soeharto, 1999).
2.5.3 Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM)
Metode Diagram Preseden / Precedence Diagram Method (PDM)
merupakan penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya
menggunakan satu jenis hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah
kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode
preseden diagram adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity
off Node).
Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node
yang berbentuk kotak segiempat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa
yaitu awal dan akhir.
Kotak-kotak segiempat dalam metode preseden diagram menjadi ruanganruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan peristiwa
11
yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor
dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang
dapat mempermudah dalam memonitor. Denah yang lazim pada node PDM dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
Nomor Urut
ID
Durasi
Tgl. Mulai
Tgl. Selesai
ID dan Nama Kegiatan
Tgl. Mulai : ES/LS
Durasi
Tgl. Selesai : EF/LF
Total Float
Progress penyelesaian %
Gambar 2.3 Denah yang lazim pada node PDM
Sumber : Soeharto (1999)
Keterangan :
ES
: waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila
waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka
waktu ini adalah hari paling awal kegiatan dimulai.
EF
: waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time).
Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan
terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.
LS
: waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start
Time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa
memperlambat proyek secara keseluruhan.
LF
: waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable
Finish Time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
ID
: nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja.
Durasi
: kurun waktu penyelesaian kegiatan. Dinyatakan dalam satuan
waktu seperti jam, hari, atau minggu.
12
Total Float : tenggang waktu total
Progress Penyelesaian : presentase kemajuan proyek
2.6
Pengertian Modal Kerja
Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini dan makin banyaknya
perusahaan-perusahaan yang berkembang hingga sukses dibidangnya, maka faktor
modal kerja mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Masalah modal kerja
dalam perusahaan merupakan permasalahan yang tidak akan pernah berakhir.
Setiap perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahan kecil akan selalu
memerlukan modal kerja yang dipergunakan untuk membiayai operasinya seharihari, misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan,
pembayaran upah buruh, serta biaya-biaya lainnya. Melalui hasil penjualan
produksinya perusahaan mengharapkan akan kembalinya modal kerja yang telah
dikeluarkan dalam waktu yang pendek, sebab uang tersebut akan dipergunakan
lagi untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian maka
dana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama perusahaan masih
beroperasi.
Munawir S. (1979 : 114) mengemukakan tiga konsep modal kerja yang
umum dipergunakan yaitu :
1. Konsep kwantitatif
Konsep ini menitik-beratkan pada kwantum perusahaan yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya
yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana yang tersedia untuk
operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja
adalah aktiva lancar (Gross Working Capital)
2. Konsep kwalitatif
Konsep kwalitatif menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam
konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan modal kerja terhadap
hutang jangka pendek (Net Working Capital), yaitu jumlah aktiva lancar
yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik
perusahaan.
Definisi
ini
bersifat
kwalitatif
karenamenunjukkan
tersedianyan aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya
13
(hutang jangka pendek) dan menunjukan pula margin of protectionnya
atau tingkat keamanan bagi para kreditor jangka pendek, serta menjamin
kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan
memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva
lancarnya.
3. Konsep fungsionalis
Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan seluruhnya
akan digunakan untuk meghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana dipergunakan untuk menghasilkan
laba pada periode ini (current income) ada sebagian dana yang
dipergunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang
akan datang.
Berdasarkan bebrapa pengertian yang telah ditemukan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya modal kerja adalah seluruh harta lancar
yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan yang dapat digerakkan pada
satu periode tertentu untuk menunjang operasi perusahaan selama
perusahaan masih memerlukannya.
2.6.1 Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja erat kaitannya dengan operasi perusahaan sehari-hari.
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada type atau sifat aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek,
piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam artian
harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-hari.
Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah:
1.
Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya
nilai dari aktiva lancar.
2.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajibankewajiban finansial atau hutang tepat pada waktunya.
14
3.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahayabahaya atau kesulitan keuangan persahaan yang terjadi.
4.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat kredit yang
lebih menguntungkan bagi pelanggan.
5.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa.
Modal kerja yang diperlukan dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1.
Besar kecilnya kegiatan usaha perusahaan, dimana semakin besar
kegiatan perusahaan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
2.
Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh perusahaan, misalnya pembelian
bahan tunai kredit, penjualan barang atau jasa tunai atau kredit.
3.
Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan
perusahaan.
4.
Tingkat suku bunga yang berlaku.
5.
Persediaan barang-barang di pasar.
2.6.2 Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja bersifat fleksibel, berarti bahwa modal kerja
dapat dengan mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Tetapi besar kecilnya modal kerja juga tergantung dari sumber modal
kerja itu sendiri. Menurut Farid Djahidin (1985) modal kerja perusahaan dapat
bersumber dari:
1.
Hasil kegiatan/Usaha Pokok.
Yang dimaksudkan disini adalah laba bersih yang diperoleh dari usaha
atau operasi perusahaan sehari-hari ditambah dengan penyusutan atau
amortisasi, sepanjang laba bersih dan penyusutan ini tidak diambil
oleh pemilik. Penyusutan atau amortisasi ini dimaksudkan sebagai
sumber modal kerja karena penyusutan dibebankan pada perhitungan
rugi laba bersih, tapi tidak ada pengeluaran kas (penggunaan modal
kerja)
15
2. Penjualan Aktiva Lancar.
Salah satu komponen aktiva lancar yang dapat dijual atau dijadikan
uang kas adalah surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dengan
penjualan surat berharga ini berarti akan terjadi pergeseran/perubahan
modal kerja dari surat menjadi uang kas. Penjualan surat berharga ini
mempunyai tiga kemungkinan yang akan menyebabkan perubahan
dari modal kerja yaitu:
- Kalau penjualan itu mendatangkan keuntungan berarti akan
menambah modal kerja.
- Kalau penjualan itu mendatangkan kerugian berarti akan
mengurangi modal kerja.
- Kalau penjualan itu tidak untung atau tidak rugi berarti modal
kerja tidak mengalami perubahan.
3.
Penjualan Aktiva Tak Lancar.
Walaupun aktiva dan investasi jangka panjang bukan merupakan
kompenen modal kerja, tetapi kalau terhadap aktiva-aktiva tetap dan
investasi jangka panjang yang tak terpakai lagi dijual berarti akan
menambah modal kerja.
4.
Emisi Saham dan Penerbitan Obligasi.
5.
Uang Muka yang Diterima dari Pelanggan.
Pemesanan barang atau pembelian barang dari supplier secara kredit
juga merupakan modal kerja jangka pendek.
6.
Apabila suatu waktu perusahaan memerlukan penambahan modal
kerja, perusahaan dapat mengeluarkan/menjual saham baru atau
obligasi (hutang) jangka panjang.
Sedangkan berkurangnya modal kerja disebabkan oleh penggunaan modal
kerja itu untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari misalnya:
a.
Pembayaran biaya-biaya dalam menjalankan operasi perusahaan baik
biaya penjualan ataupun biaya umum dan administrasi.
b.
Pembayaran utang jangka panjang.
c.
Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan dalam kegiatan rutin atau
insidentil.
16
d.
Pembelian aktiva tetap baik karena pelunasan usaha atau pelunasan
aktiva tetap.
e.
Adanya pembentukan dana yang menyebabkan perubahan posisi
aktiva lancar menjadi aktiva tak lancar.
f.
Pembelian kembali saham-saham yang telah dikeluarkan.
2.6.3 Unsur Modal Kerja
Pada prinsipnya penggunaan modal kerja sangat penting karena selama
perusahaan beroperasi modal kerja akan selalu dibutuhkan. Agar
pengaturan modal kerja dapar berhasil dengan baik, pimpinan perusahaan
seharusnya megatur unsur-unsur yang ada dalam modal kerja.
Menurut Jhon Suprihanto (1987 : 28) unsur-unsur dari modal kerja adalah
:
1. Uang kas
Setiap perusahaan industri maupun jasa dalam menjalankan usahanya
selalu membutuhkan uang kas. Uang kas adalah uang yang dimiliki
atau dibawa kemana-manan baik lembran ribuan, lima ratusan atau
recehan lima puluhan, dan sebagainya. Uang kas diperlukan untuk
belanja sehari-hari atau untuk membangun toko, membeli kendaraan
angkutan dan sebagainya. Semuam itu merupakan uang kas yang
keluar, atau yang kita bayarkan. Selain uang kas yang keluar ada juga
uang kas yang masuk atau kita terima, misalnya dari hasil penjualan
barang/jasa dari hasil penagihan piutang sebagai akibat penjualan
secara kredit. Uang masuk harus lebih besar dari kas yan dkeluarkan,
karena dipakai untuk mengembangkan usaha. Kas yang masuk ada
yang terus-menerus seperti yang diperoleh dari penjualan barang dan
ada kas yang masuk hanya sekali saja seperti kalau menjual kendaraan
angkutan yang sudah tua atau aktiva tetap lainnya yang sudah tidak
tepakai. Kas keluar ada juga yang terus-menerus seperti untuk
membeli barang dagangan atau bahan baku, membayar gaji pegawai
dan ada yang sekali-kali seperti membayar bunga pinjaman. Antara
besarnya kas masuk dan keluar akan ada selisih berupa kelebihan atau
17
kekurangan, atau bisa juga terjadi keseimbangan. Keseimbangan kas
masuk dan keluar terjadi apabila terdapat kesesuaian atau pengaturan
yang baik, atau pengaturan yang sesuai antara syarat pembelian dan
syarat penjualan. Dengan pengaturan yang baik tersebut maka
pengeluaran-pengeluaran kas untuk pembayaran hutang maupun
kewajiban-kewajiban lain dpat ditutupi dari pengumpulan piutangnya.
Seandainya terjadi kekurangan kas, maka harus dicairkan dana yang
bisa berasal dari bebrapa alternatif sumber seperti setoran baru dari
pemilik, kredit bank, penjualan aktiva tetap dan lain-lain. Kelebihan
aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang
akan tertahan dalam perusahaan. Saldo ini akan dapat dipergunakan
untuk beberapa kepentingan pengembangan usaha.
2. Surat-surat berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas
Pengaturan
penanaman
modal
dalam
surat-surat
berharga
dimaksudkan agar perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya
atau saldo kasnya, dengan maksud untuk penjajakan likuiditas ataupun
dengan tujuan mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan
dalam surat-surat berharga tersebut. Dalam tujuan penjajakan
likuiditas, maka penanaman uang kas dalam surat-surat berharga,
merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu dalam hal
perusahaan
yang
membutuhkan
uang
tunai
guna
memenuhi
kewajiban-kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat dengan
segera menjual kembali surat-surat berharga tersebut.
3. Piutang-piutang dagang
Piutang dagang timbul karena perusahaan menjual kredit. Penjualan
kredit dilakukan dalam rangka memperbesar volume penjualan.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi
menimbulkan piutang, dan kemudian pada hari jatuh pembayaran
piutang tersebut jadilah penerimaan kas. Dengan demikian piutang
merupakan unsur modal kerja yang terus berputar. Pengaturan piutang
ditujukan agar penerimaan kredit kita betul-betul dapat membayar
18
hutangnya, sehingga tidak ada jumlah hutang yang tidak tertagih
karena penerimaan kredit ini tidak membayar.
4. Persediaan barang
Persediaan barang dagangan merupakan persediaan yang selalu dalam
perputaran, yang selalu dibeli dan selalu dijual lagi tanpa mengalami
proses lebih lanjut didalam perusahaan, yang mengakibatkan
perubahan
bentuk
dari
barang
yang
bersangkutan.
Masalah
penentuan/pengaturan dalam besarnya persediaan barang dagangan
merupakan masalahan yang urgent karena mempunyai pengaruh
langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan.
Pengaturan
persediaan
barang
dagang
ini
ditujukan
untuk
mengusahakan agar barang yang ada dalam perusahaan tidak
berkurang dan tidak berlebih.
2.6.4 Besar Kecilnya Modal Kerja
Untuk melaksanakan suatu proyek, memerlukan modal kerja yang cukup.
Besar kecilnya modal kerja yang diperlukan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
1.
Persyaratan pembayaran yang diatur dalam kontrak
Semakin banyak frekuensi pembayaran oleh konsumen maka modal
kerja yang diperlukan semakin kecil, begitu juga sebaliknya bila
frekuensi pembayaran sedikit maka memerlukan modal kerja yang
besar. Misalnya sistem pembayaran dalam Turn Key (dibayar hanya
sekali pada saat proyek sudah serah terima) memerlukan modal kerja
sebesar 100% dari total biaya.
2.
Kebijakan operasional (pelaksanaan kegiatan proyek)
Kebijakan operasional disini menyangkut dua aspek, yaitu aspek
penerimaan dan aspek pembiayaan.
Kebijaksanaan pelaksanaan yang tidak memikirkan aspek penerimaan dan
pembiayaan yang terjadwal baik (efisien) akan memerlukan modal kerja yang
besar. Dengan demikian pengendalian modal kerja proyek terjadi pada dua tahap
penyusunan kontrak yaitu pada tahap penyusunan kontrak dan pada tahap
pelaksanaan.
19
2.6.5 Penggunaan Modal Kerja
Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan modal kerja yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyeleasikan suatu proyek dapat dilihat pada
persamaan akuntansi. Dalam persamaan akuntansi pencatatan suatu transaksi atau
sekelompok transaksi yang sama, harus didasari oleh tanda bukti berupa
dokumen–dokumen transaksi seperti : kwitansi dan sebagainya. Dimana
pengertian transaksi adalah peristiwa–peristiwa atau kejadian–kejadian yang
bersifat keuangan yang terjadi pada suatu pekerjaan.
Menurut Haryono Jusup (2011:114) Persamaan akuntansi tediri dari:
Transaksi – Jurnal - Buku besar - Neraca saldo – Laporan keuangan.
2.7
Biaya
2.7.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi/
bangunan. Biaya proyek terdiri dari :
a. Bahan/Material
Yang mempengaruhi biaya langsung mengenai bahan/material ada
beberapa hal yaitu bahan sisa/yang terbuang dan harga terbaik yang
masih memenuhi syarat bestek.
b. Upah Buruh / Man Power
Untuk upah buruh dibedakan menjadi upah harian, borongan per
unit volume, atau borong keseluruhan untuk daerah – daerah
tertentu. Selain upah perlu diperhatikan faktor – faktor kemampuan
dan kapasitas kerjanya. Perlu diketahui apakah buruh atau mandor
dapat diperoleh dari daerah di sekitar lokasi proyek atau tidak.
Kalau tidak, berarti harus didatangkan buruh dari daerah lain. Ini
menyangkut ongkos transport, penginapan, gaji ekstra dan lain
sebagainya. Undang-undang perburuhan yang berlaku juga perlu
diperhatikan.
20
c. Biaya Peralatan/Equipments
Untuk peralatan yang disewa perlu diperhatikan ongkos keluar
masuk garasi, ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku
dan biaya reparasi kecil. Untuk alat yang disewa perlu diperhatikan
bunga investasi, depresiasi, reparasi besar, pemeliharaan dan ongkos
mobilisasi.
2.7.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan
konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek
tersebut (Sutjipto R, dkk, 1985). Yang termasuk dalam biaya tak
langsung adalah:
a. Overhead
Biaya overhead dapat digolongkan menjadi 2 jenis biaya, yaitu
biaya overhead proyek di lapangan dan biaya overhead proyek di
kantor. Biaya overhead proyek di lapangan terdiri dari biaya
personil lapangan, fasilitas sementara di proyek (gudang, kantor,
penerangan, pagar, komunikasi, transportasi), peralatan kecil – kecil
yang umumnya habis terbuang setelah proyek selesai, kontrol
kwalitas (tes kubus beton, baja, sondir dsb), rapat – rapat lapangan,
dan lain lain. Sedangkan biaya overhead kantor adalah biaya untuk
menjalankan suatu usaha. Termasuk di dalamnya adalah biaya sewa
kantor, dan fasilitasnya, honor pegawai kantor, ijin-ijin usaha,
prakualifikasi, referensi bank, anggota asosiasi-asosiasi, dan
sebagainya.
b. Biaya tak terduga/Contigencies
Biaya Tak Terduga (Contigencies) adalah salah satu dari biaya tak
langsung.Contigencies adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang
mungkin biasa terjadi, ataupun tidak. Misalnya naiknya muka tanah,
banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada umumnya biaya ini
diperkirakan antara ½ sampai 5% dari biaya total. Yang termasuk
dalam Contigencies adalah :
21
-
Kesalahan, kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa
pos pekerjaan, gambar yang kurang lengkap
-
Ketidakpastian yang subyektif, timbul karena interprestasi
subyektif terhadap bestek, dan fluktuasi harga material dan
upah buruh yang tidak tepat diperkirakan
-
Ketidakpastian yang obyektif, yaitu ketidakpastian tentang
perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana
ketidakpastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan
manusia, misalnya: perlu tidaknya memasang Sheet pile untuk
pembuatan pondasi.
-
Variasi efisiensi (Chance Variation), adalah variasi efisiensi
dari sumber-sumber daya, yaitu efisiensi dari buruh, peralatan,
dan material.
c. Keuntungan/Profit
Untuk
inilah
seseorang
rekanan/kontraktor.
mau
Keuntungan
mengambil
tidak
resiko
sama
menjadi
dengan
gaji.
Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian, ditambah hasil
dari faktor resiko.
2.7.3 Sumber Pendanaan Proyek
Modal adalah dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang. Pada
dasarnya, secara potensial tersedia berbagai macam sumber pendanaan bagi suatu
perusahaan yang dikelompokkan sebagai berikut (Soeharto, 1999):
1.
Modal sendiri
Modal sendiri atau equity capital dapat berasal dari:
a.
Menerbitkan saham
Hasil penjualan dari saham yang baru diterbitkan akan merupakan dana
yang dapat dipakai untuk membiayai proyek. Harga pasar suatu saham
ditentukan oleh kinerja ekonomi perusahaan yang bersangkutan. Dalam
hal itu pembeli menjadi pemegang saham atau disebut share holder
atau stock holder.
22
b.
Laba ditahan
Dana dapat pula dihimpun dari laba ditahan atau retained earning dari
perusahaan. Seringkali ini merupakan sumber yang penting untuk
pendanaan proyek.
2.
Sumber dari luar/ utang
Sumber dari luar/ utang terjadi bila sejumlah uang (pinjaman pokok)
dipinjam dalam jangka waktu tertentu. Dalam pada itu kreditor
membebankan bunga dengan persentase tetap dan pembayaran kembali
utang pokok sesuai syarat perjanjian.
3.
Sumber dari proyek
Sumber dari proyek berasal dari proyek sendiri yaitu biasanya berupa
uang muka dan pembayaran oleh owner yaitu sesuai dengan prestasi proyek
dan berdasarkan waktu atau termin pembayaran.
2.8
Sistem Akuntansi
Akuntansi merupakan alat yang efektif untuk membantu pimpinan
perusahaan untuk menjalankan tugas sehari–hari. Untuk memimpin suatu
perusahaan dengan baik manager pada masing–masing tingkat membutuhkan
informasi yang dapat dipercaya, berdasarkan mana mereka harus membuat
keputusan–keputusan. Salah satu sumber yang paling penting untuk mendapatkan
informasi tersebut adalah laporan–laporan dan data–data yang disediakan oleh
petugas akuntansi. Akuntansi memberikan informasi tentang data–data yang dapat
dinyatakan dalam satuan uang. Informasi ini perlu, pertama agar uang yang ada
aman, kedua agar manajemen tidak dengan sengaja menulis check kosong dan
dapat menilai kemampuan perusahaan melakukan pembayaran–pembayaran tepat
pada waktunya.
Salah satu fungsi akuntansi adalah menyajikan laporan–laporan periodik
untuk manajemen ,pemilik dan pihak–pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan
utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba.
Selain itu fungsi dari laporan keuangan adalah :
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
23
b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap–tiap bagian, proses
atau produksi
untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
c. Untuk menentukan perlu atau tidaknya digunakan kebijakan baru
untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Adapun laporan keuangan tersebut diatas yaitu :
2.8.1 Jurnal
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan
secara kronologis (berdasarkan urutan waktu terjadinya) dengan menujukkan
rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masingmasing. Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan, sebelum dibukukan ke
buku besar, harus dicatat dahulu dalam jurnal.
Jurnal ini terdiri dari empat kolom yang mana pada kolom pertama
terdapat tanggal transaksi yang terjadi, kolom kedua terdapat keterangan tempat
perkiraan yang akan didebet dan diperkiraan yang akan dikredit, kolom ketiga
terdapat post reference atau nomor perkiraan, kolom keempat terdapat tempat
penjumlahan debet serta kolom kelima tempat penjumlahan kredit. Diakhir jurnal
pada kolom debet dan kredit sama–sama dijumlahkan dan hasil dari keduanya
harus sama, ini menunjukkan tidak adanya kesalahan dalam mencatat transaksi
yang terjadi. Contoh penjurnalan dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Contoh jurnal
`Tanggal
Perkiraan
Ref
Jumlah
Debet
2010
April
1 Kas
1
290,000.00
Piutang Usaha
10
65,000.00
Perlengapan
50
1,125,000.00
Mesin cetak
220
3,000,000.00
Gedung
230
9,000,000.00
Modal, Budi
600
Kredit
13,480,000.00
Sumber : Jusup (2011)
24
2.8.2 Buku Besar
Buku besar merupakan tahapan kedua dari persamaan akuntansi. Buku
besar ini berfungsi untuk mengumpulkan transaksi–transaksi yang bersifat sama.
Dalam pembahasan ini buku besar dibagi menjadi : Kas dengan no rek. 101,
Material dengan no rek. 102, Hutang Bank dengan no rek. 201, Modal dengan no
rek. 301, Pendapatan perusahaan dengan no rek. 401, Upah dengan no rek. 501,
Biaya bunga dengan no rek. 502, Overhead dengan no rek. 503, Pengembalian
uang muka dengan no rek. 504, Pengembalian Retensi dengn no rek. 505.
Pemindahan dari jurnal ke buku besar dilakukan dengan tidak mengubah bagian
yang masuk ke debet dan kredit. Untuk contoh buku besar dapat dilihat dalam
tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Contoh Buku Besar Kas
Tgl.
Ket
Ref
Jumlah
Tgl.
Ket Ref
Jumlah
2010 Apr.1
290,000,000.00
2010 Apr.2
60,000.00
2
2,000,000.00
6
15,000.00
3
90,000.00
10
100,000.00
30
200,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.8.3 Neraca Saldo
Fungsi dari neraca saldo ini adalah untuk mengetahui apakah debet sama
dengan jumlah kredit dan untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam posting
dan penjumlahan. Untuk contoh neraca saldo dapat dilihat dalam tabel 2.3 sebagai
berikut.
25
Tabel 2.3 Contoh Neraca Saldo
Perusahaan Percetakan “Rapih”
Neraca Saldo 30 April 2010
Debet
Kredit
Kas
2,145,000.00
Perlengkapan
1,475,000.00
Asuransi dibayar di muka
60,000.00
Utang usaha
-
1,700,000.00
Utang wesel
-
2,8150,000.00
Prive, Budi
50,000.00
Pendapatan percetakan
-
Beban advertensi
2,250,000.00
15,000.00
Gaji & upah pegawai
710,000.00
Beban macam- macam
300,000.00
4,740,000.00
4,740,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.8.4 Neraca Lajur
Neraca lajur/kertas kerja /worksheet digunakan sebagai alat bantu dalam
menyusun laporan keuangan. Neraca lajur tidak bersifat mutlak, artinya boleh
dibuat boleh tidak. Tetapi untuk memudahkan dan menghindari kesalahan,
sebaiknya neraca lajur selalu dibuat apabila menyusun laporan keuangan. Untuk
contoh neraca lajur dapat dilihat dalam tabel 2.4 sebagai berikut.
Tabel 2.4 Contoh Neraca Lajur
Neraca
Neraca
Ket
Penyesuaian
Saldo
Debet
Kredit
Setelah
Laporan LabaRugi
Disesuaikan
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Debet
Kredit
Neraca
Debet
`
Sumber : Jusup (2011)
26
Kredit
2.8.5 Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba ini menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang
waktu tertentu, yang terdiri dari pendapatan, biaya, laba atau rugi. Fungsi dari
laporan rugi laba ini adalah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan serta
media untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.5 sebagai berikut.
Tabel 2.5 Contoh Laporan Laba Rugi
Percetakan Rapih
Laporan Laba Rugi April 2010
Pendapatan :
Pendapatan Percetakan
2,400,000.00
Pendapatan Sewa
15,000.00
Jumlah pendapatan
Beban Usaha :
2,415,000.00
Beban advertensi
215,000.00
Gaji & Upah
710,000.00
Beban pemakaian perlengkapan
495,000.00
Beban macam- macam
300,000.00
Jumlah beban
1,740,000.00
Laba bersih (persediaan bahan)
675,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.8.6 Laporan Perubahan Modal
Setelah meyusun laporan laba rugi maka keuntungan atau kerugian yang
didapatkan oleh perusahaan akan dipindahkan kedalam laporan perubahan modal,
sehingga akan terlihat apakah modal perusahaan tersebut bertambah atau
bekurang.
Laporan
ini
memudahkan
perusahaan
dalam
merencanakan
peminjaman uang karena dari sini dapat dilihat seberapa besar modal yang
dimiliki perusahaan tersebut. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam
tabel 2.6 sebagai berikut.
27
Tabel 2.6 Contoh Laporan Perubahan Modal
Percetakan Rapih
Laporan Perubahan Modal April 2010
Modal , 1 April 2010
Ditambah :
Investasi awal
Laba Bersih
13,480,000.00
675,000.00
14,155,000.00
Dikurangi :
Pengambilan prive
500,000.00
Modal 30 April 2010
13,655,000.00
Sumber : Jusup (2011)
2.8.7 Neraca
Bagian akhir dari laporan keuangan adalah neraca, dari sini dapat dilihat
seberapa besar kekayaan yang dimiliki setelah proyek selesai seperti kas,
peralatan, modal maupun hutang yang terdiri dari aktiva dan pasiva yang mana
kedua kolom ini harus seimbang. Pada pembahasan ini telah seimbang total aktiva
dan total pasiva. Untuk contoh laporan rugi laba dapat dilihat dalam tabel 2.7
sebagai berikut
Tabel 2.7 Neraca Akhir
Neraca Akhir
Mei-10
Aktiva
Kas
Pasiva
174.688.780,00 Hutang
Persediaan bahan
Total
40.451.780,00 Modal Perusahaan
215.140.560,00 Total
0,00
215.140.560,00
215.140.560,00
Sumber : Jusup (2011)
2.9
Aliran Kas (Cash Flow)
Aliran kas dapat dilukiskan sebagai suatu realisasi atau taksiran dari
pemasukan uang (inflow) maupun pengeluaran (outflow) yang terjadi pada suatu
investasi dalam jangka waktu tertentu. Aliran kas terbentuk dari perkiraan biaya
pertama, modal kerja, biaya operasi, biaya produksi dan revenue (Soeharto,1999).
28
Aliran kas terdiri dari :
1. Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)
Adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi
kenyataan fisik, termasuk didalamnya adalah biaya pembebasan lahan,
penyiapan lahan, pembuatan bangunan sipil dan perlengkapannya,
pembayaran mesin-mesin, dan termasuk penyediaan modal kerja.
2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)
Pada aliran kas operasional, aliran kas yang masuk diperhitungkan dari
penjualan produk, sedangkan aliran kas keluar terdiri dari biaya produksi,
pemeliharaan, dan pajak. Untuk mengurangi pendapatan kena pajak (tax
deductible), depresiasi dikurangkan dari angka pendapatan sebelum pajak,
kemudian ditambahkan kembali untuk menghitung jumlah total aliran kas
periode operasi.
3. Aliran Kas Akhir (Terminal Cash Flow)
Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas padaakhir umur ekonomi proyek.
Aliran kas ini berasal dari pengembalian modal kerja dan penjualan aktiva
tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Bila terjadi penjualan barang
sisa, harus pula diperhitungkan pajak penjualannya. Aliran kas ini akan
digabung dengan aliran kas operasional sebagai aliran kas masuk dalam
rangka penentuan kelayakan investasi.
Menurut Blank dan Tarquin (1998), rumus yang dipakai untuk
menghitung cash flow adalah :
NFC = pemasukan – pegeluaran
= pendapatan – biaya operasional – pinjaman – pajak ......(Pers 2.1)
Untuk contoh laporan Cash Flow atau Aliran Kas dalam bentuk tabel
dapat dilihat dalam tabel 2.8 dan untuk diagram Cash Flow sendiri dapat dilihat
dalam gambar 2.4 sebagai berikut.
29
Tabel 2.8 Contoh Cash Flow sistem Pembayaran turnkey
No.
Uraian
A
B
Kas Awal
Kas Masuk
Penerimaan Termin
TOTAL (A + B)
C
D
Kas Keluar
- Biaya Material
- Biaya Upah
TOTAL C
Bulan
1
2
266.885.978,25 232.115.780,47
3
32.524.824,73
0,00
0,00 745.682.300,00
266.885.978,25 232.115.780,47 778.207.124,73
20.083.881,55 120.760.987,72 201.060.922,90
14.686.316,24 78.829.968,02 94.154.671,63
34.770.197,78 199.590.955,74 295.215.594,52
Finansial
- Pinjaman
- Pengembalian
- Bunga Pinjaman
(11% p.a)
TOTAL D
0,00
0,00
0,00
0,00 262.690.769,79
0,00 262.690.769,79
0,00
2.407.998,72
0,00
0,00 265.098.768,52
E Kas Akhir
232.115.780,47
Sumber : Blank dan Tarquin (1998)
32.524.824,73 480.583.531,48
A1
0
1
2
Q1
Q2
Q3
Gambar 2.4 Diagram Cash Flow Sistem Pembayaran Turn Key
Sumber : Blank dan Tarquin (1998)
Keterangan :
A = Aliran Kas Masuk
 Penerimaan termin
Q = Aliran Kas Keluar
 Kas keluar dan biaya operasional
30
2.10
Finansial
Finansial adalah keputusan keuangan untuk mengatasi dan menyesuaikan
kondisi kas sesudah kas awal. Bila kondisi kas setelah selesai kas awal defisit
maka perlu dicarikan jalan keluar seperti memasukkan dana pinjaman dan bila
sudah surplus cukup besar dapat dipergunakan untuk mengembalikan pinjaman
(bila ada pinjaman). Tolak ukurnya jika melakukan keputusan untuk melakukan
dana pinjaman adalah tingkat/jumlah suku bunga pinjaman yang harus dibayarkan
(Asiyanto, 2010).
Untuk menghitung nilai pinjaman yang dibutuhkan adalah :
Jumlah pinjaman = Kas minimal + Besar defisit – Saldo awal – bunga…(Pers 2.2)
2.11
Bunga
Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan akibat
pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya. Penarikan bunga pada dasarnya
merupakan kompensasi dari penurunan nilai uang selama waktu peminjam
sehingga besarnya bunga relatif sama besarnya dengan penurunan nilai uang
tersebut. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah uang dengan utang semula.
1.
Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio antara bunga yang
dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal
periode dikalikan 100% atau:
2.
=
Bunga Sederhana
ℎ
× 100%...(Pers. 2.3)
Sistem bunga sederhana (simple interest), yaitu sistem perhitungan bunga
yang didasarkan atas besarnya pinjaman semula, dan bunga periode
sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga.
Secara formula sistem bunga sederhana dapat dihitung sebagai berikut:
Dimana:
=
......................... (Pers. 2.4)
i = suku bunga
P = pinjaman semula
n = jumlah periode pinjaman
31
3.
Bunga Majemuk
Sistem bunga majemuk (compound interest), yaitu sistem perhitungan
bunga di mana bunga tidak hanya dihitung terhadap pinjaman awal, tetapi
perhitungan
didasarkan
atas
besarnya
utang
awal
periode
yang
bersangkutan, dengan kata lain bunga berbunga (Giatman, 2006).
4.
Kredit Rekening Koran (KRK)
Kredit Rekening Koran merupakan fasilitas kredit modal kerja yang jangka
waktu kreditnya maksimal 1 tahun. Setelah waktu kredit jatuh tempo selama
1 tahun, fasilitas ini dapat diperpanjang kembali. Kredit Rekening Koran
digunakan untuk keperluan modal kerja yang bersifat fluktuatif dan variatif
yang diberikan dalam mata uang rupiah dengan saldo boleh minus sebesar
plafond.Bunga pinjaman dihitung secara harian dari saldo debet rekening
koran debitur dan dibebankan secara otomatis oleh sistem setiap periodenya.
Penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap saat dan pinjaman ini
bukan merupakan pinjaman yang bersifat angsuran. Kredit Rekening Koran
ini menguntungkan debitur. Penarikan dana pinjaman dapat dilakukan setiap
saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank dengan
mempergunakan cek, bilyet giro atau alat perintah pembayaran lainnya
selama baki kredit masih tersedia. Pembayaran rekening koran juga
dilakukan sewaktu-waktu dengan menyetorkan ke rekening giro debitur,
bank akan memotongnya dari rekening giro debitur tersebut. Keuntungan
yang diperoleh bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar
presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga
beban bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efesien. (Giatman, 2006).
Secara formula sistem bunga yang dkenakan sebagai berikut:
Bunga =
Saldo Pinjaman x % Bunga x Jumlah Hari Hutang ........ (Pers. 2.5)
365
32
2.12
Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money)
Pengertian bahwa suatu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari
waktu yang akan datang merupakan konsep dasar dalam membuat keputusan
investasi. Pada umumnya masalah finansial suatu investasi mencakup periode
waktu yang cukup lama, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap
nilai uang (Asiyanto, 2005).
Hubungan nilai uang yang akan datang (future value-FV) terhadap nilai
sekarang (present value-PV) ditulis dengan rumus:
FV = PV ( 1 + i ) n
Dimana:
……………………......…
FV
=
Nilai uang yang akan datang
PV
=
Nilai uang saat ini
i
=
Bunga(interest)
n
=
waktu
(Pers. 2.6)
Dengan demikian ( 1 + i ) n adalah faktor pengali, yang disebut
compounded factor, yaitu faktor yang dipergunakan untuk menghitung future
value (FV) terhadap present value (PV). Dari rumus di atas dapat diperoleh
hubungan, dimana (1 + i) n adalah faktor pembagi, yang disebut discounted
factor, yaitu faktor yang digunakan untuk menghitung present value (PV) dari
future value (FV) yang ada. Contoh tabel untuk compounded factor dan
discounted factor dapat dilihat pada tabel 2.9
Tabel 2.9 Compounded factor dan discounted factor i=8%
Tahun ke
Compounded factor ( 1 + i )n
Discounted factor 1/( 1 + i )n
1
1,0800
0,9260
2
1,1660
0,8580
3
1,2600
0,7940
4
1,3600
0,7350
Dst.
Sumber: Asiyanto (2005)
33
2.12.1
Perhitungan Nilai Sekarang (Present Value)
Dalam metode ini kita menggunakan faktor diskon.Semua pengeluaran
dan penerimaan (dimana saat pengeluaran serta penerimaannya adalah dalam
waktu yang tidak bersamaan) harus diperbandingkan dengan nilai yang sebanding
dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus mendiskonkan nilai-nilai
pengeluaran dan penerimaan tersebut ke dalam penilaian yang sebanding (sama).
Pengeluaran dilakukan pada saat mula-mula (sekarang), sedangkan penerimaan
baru akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang sekarang
adalah tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang dikemudian hari. Oleh karena itu,
jumlah estimasi penerimaan itu harus kita diskonkan, kita jadikan jumlah-jumlah
nilai sekarang (penilaian yang sebanding dengan pengeluarannya).
Urutan-urutan perhitungan dalam metode ini adalah :
1.
Menghitung cash flow yang diharapkan dari investasi yang akan
dilaksanakan.
2.
Mencari nilai sekarang (present value) dari cash flow dengan
mengalikan tingkat diskont/discoutit rate tertentu yang ditetapkan.
3.
Kemudian jumlah sekarang/present value dari cash flow selama umur
investasi dikurangi dengan nilai investasi awal akan menghasilkan Net
Present Value (NPV) .
Net Present Value dari investasi dapat diperoleh dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
NPV = PWB – PWC
……..…….….....
(Pers. 2.7)
.………………........
(Pers. 2.8)
.…………..…….…
(Pers. 2.9)
n
PWB   Cbt ( FPB )
t 0
n
PWC   Cct ( FPB )
t 0
Di mana :
NPV = Net present value
PWB = Present Worth of Benefit
PWC = Present Worth of Cost
Cb
= Cash flow benefit
Cc
= Cash flow Cost
34
N
= Umur investasi
FBP = Faktor bunga present
T
= Periode waktu
Apabila didapat nilai NPV sebagai berikut:
NPV > 0, proyek menguntungkan
NPV < 0, proyek tidak layak diusahakan
NPV = 0, berarti netral atau berada pada break even point (BEP)
2.12.2 Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode menghitung perbandingan antara benefit terhadap cost dalam
suatu proyek investasi. Pada proyek-proyek swasta, benefit umumnya berupa
pandapatan minus diluar biaya pertama. Misalnya untuk operasi dan produksi
sedangkan cost adalah biaya pertama. (Soeharto, 1997) Adapun rumus yang
digunakan adalah:
Dimana:
=
(
)
..…….…….............
(Pers. 2.11)
BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (benefit cost ratio)
(PV)B = Present Worth of Benefit atau nilai sekarang benefit
Cf
= Biaya pertama
2.12.3 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat diskon (discount rate) yang
menjadikan sama antara present value dari penerimaan cash dan present value
dari nilai atau investasi. Pada metode ini informasi yang dihasilkan berkaitan
dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang
dijelaskan dalam bentuk % periode waktu.Logika sederhananya menjelaskan
seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa
besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut
dengan Internal Rate of Return (IRR), sedangkan kewajiban disebut Minimum
Atractive Rate of Return (MARR). Dengan demikian, suatu rencana investasi akan
dikatakan layak/menguntungkan jika IRR ≥ MARR.
35
Nilai MARR umumna ditetapkan secara subjektif melalui suatu
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari investasi, yaitu:
1.
Suku Bunga Investasi (i)
2.
Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi
(Cc)
3.
Faktor resiko investasi (α)
Dengan demikian, MARR = i + Cc + α, jika Cc dan α tidak ada atau nol,
maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR ≥ i (Giatman,2005)
Internal rate of return dapat dicari dengan sistem coba-coba (trial and
error) yaitu dengan mencari NPV pada discount rate/tingkat diskon yang kita
sukai atau yang diinginkan. Apabila dengan discount rate yang kita pilih
dihasilkan NPV positif (+), maka IRR yang akan dicari adalah di atas discount
rate/tingkat diskon tersebut, seterusnya kita cari dengan coba-coba sampai
menemukan discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Internal rate of return dapat dicari dengan menggunakan rumus :
IRR  iNPV  
NPV 
(iNPV   iNPV  )
( NPV   NPV  )
…….……... (Pers. 2.10)
Dimana :
IRR
= Internal Rate of Return yang akan dicari
iNPV- = suku bunga negative
iNPV+ = suku bunga positive
NPV- = Net Present Value dengan hasil negative
NPV+ = Net Present Value dengan hasil positive
Syarat rumus ini berlaku adalah NPV1 (+) dan NPV2 (-).
Untuk pengambilan keputusan kriteria IRR ini dengan cara dibandingkan
dengan Minimum Atractive Rate of Return atau dapat dibandingkan dengan biaya
Weighted Average Cost of Capital apabila
IRR > MARR , maka Investasi layak dilaksanakan.
IRR < MARR , maka Investasi tidak layak dilaksanakan.
36
Suatu cash flow investasi dihitung nilai NPV-nya pada tingkat suku
bunga
berubah/variabel pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV seperti Gambar
2.5 berikut :
Gambar 2.5
Grafik NPV dengan nilai IRR tunggal
Perlu juga diketahui tidak semua cash flow menghasilkan IRR, IRR yang
dihasilkan tidak selalu satu, ada kalanya IRR dapat ditentukan lebih dari satu.
Cash flow tanpa IRR biasanya dicirikan dengan terlalu besarnya rasio antara
aspek benefit dengan aspek cost pada umumnya akan menghasilkan grafik NPV
seperti Gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6
Grafik NPV tanpa IRR
37
Sedangkan cash flow dengan banyak IRR dicirikan net cash flownya bergantian
antara positif dan negatif, sehingga menghasilkan grafik NPV seperti Gambar 2.7
berikut :
Grafik 2.6
NPV tanpa IRR
Gambar 2.7
Grafik NPV dengan IRR lebih dari satu
38
Download