BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku dalam Bentuk

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di
dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya
pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor penyebab masalah
kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hala-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya.
Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya :
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesehatan bagi
ibu hamil diperluklan pengetahuan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya, disamping itu kadang kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil
tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan
bisa menyebabkan anak cacat. Faktor – faktor ini terutama yang positif
mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemuda.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah Faktor – Faktor ini mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebaiknya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter dan bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk
berperilaku sehat, Masyarakat memerlukan sarana dana prasaran pendukung,
misalnya : perilaku pemeriksaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil
tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit.
fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor ini meliputi
sikap dan perilaku toko masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
perilaku para petugas kesehatan. termasuk juga disini undang – undang, peraturan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
– peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
para petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang
juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku
periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga
diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil
periksa hamil(Notoatmodjo, 2003).
2.3. Teori Health Believe Model (HBM)
Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering
digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun
1950 oleh sekelompok psikologi untuk membantu menjelaskan mengapa orang akan
menggunakan pelayanan kesehatan. sejak terbentuk teori HBM telah digunakan
untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. Yang dihipotesis oleh teori HBM
adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa kejadian
stimulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :
1.
Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada menjadi
relevan.
2.
Keyakinan bahwa seorang rentan atau serius mengalami masalah kesehatan dari
suatu penyakit atau kondisi. Hal ini sering dianggap sebagai ancaman yang
dirasakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.
Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu yang akan bermanfaat dalam
mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya
mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk
mengikuti rekomondasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pengeluaran keuangan
(Maiman, 1997).
2.4. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa yang mempunyai latar
belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. (Kresno, 2000).
Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang
berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi
ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002).
2.4.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua.
b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan
tinggi.
c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut
agama lain.
d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan.
(Sarifano, 2002).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah :
a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil.
b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman.
d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan
tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga meningkat.
e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan
kesehatan.
2.5. Persalinan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(Winknjosastro, 2007). Helen Varney mengatakan persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, H, 2007). Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006). Tanda-tanda
persalinan yaitu rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keluar darah lendir yang banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks,
terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks
yang mendatar dan pembukaan jalan sudah ada (Yeyeh, 2009).
Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling
berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat
komponen ini adalah passanger (janin), passage (pelvis ibu), power (kontraksi
uterus), dan Psikis (status emosi ibu). Bila persalinan dimulai, interaksi antara
passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran
pervaginam spontan (Wlash, 2007)
2.5.1. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut :
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :
a. Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di
luar kandungan).
b. Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu).
c. Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu).
d. Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42 minggu).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam).
2.5.2. Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his
(kontraksi otot rahim). Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat
hamil yaitu:
a. Estrogen yang berfungsi unrtuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
b. Progesteron yang berfungsi untuk menurunkan sensivisitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan juga menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi (Manuaba, 1998).
Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan
menjadi multifaktor. Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran
(induksi persalinan) dapat dilakukan dengan jalan:
1. Memecahkan ketuban
2. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
3. Induksi persalinan dengan mekanis
4. Persalinan dengan tindakan operasi (Manuaba, 1998).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.3. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu berupa pengeluaran lendir, dan
lendir bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, dapat berupa perlunakan,
pendataran maupun pembukaan serviks.
2.5.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu:
1. Power (his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum).
2. Passanger (janin dan plasenta).
3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang).
Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang memengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan (1) persalinan yang berlangsung
dengan kekuatan sendiri yang disebut dengan persalinan eutosia dan (2) persalinan
yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia.
Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak.
Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh tenaga
nonmedis yang disertai berbagai penyulit kelahiran sampai kematian. Penyebab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia (Manuaba,
1998).
Dalam upaya menurunkan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai
program yang dicanangkan secara internasional diantaranya adalah Safe Motherhood
dan Making Pregnancy Safer (MPS). Safe Motherhood dicanangkan di Nairobi
Kenya 1987 dan memiliki empat pilar yaitu:
1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki
informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa
komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara
benar.
3. Persalianan Aman untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang
bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi
baru lahir.
4. Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi untuk menjamin tersedianya
pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrik/GO,
pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrik/GDO dan komplikasi
persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya.
Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer
yang bertumpu pada pondasi keadilan (equity) bagi seluruh kaum perempuan. Safe
Motherhood merupakan upaya global untuk mencegah/menurunkan kematian ibu
dengan slogan ‘Making Pregnancy Safer’ (MPS).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3 pesan kunci yaitu: (1) setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetrik dan
neonatal ditangani secara adekuat, dan (3) setiap perempuan usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran. Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki empat strategi
utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru
lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong
keterlibatan
masyarakat
dalam
menjamin
penyediaan
dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009).
2.6. Penolong Persalinan
Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang
biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
nifas. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tenaga kesehatan (mereka yang mendapatkan pendidikan formal
seperti dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat bidan) dan bukan tenaga
kesehatan, yaitu dukun bayi yang terlatih dan tidak terlatih (Prawirihardjo, 2009).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan Depkes RI (1997), dalam program KIA dikenal beberapa jenis
tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga
tersebut adalah:
1. Tenaga Profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan, dan perawat lain.
2. Dukun bayi :
a. Terlatih : ialah dukun bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus.
b. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Manalu, 2007).
1. Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa sekitar
masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan
persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2001). Persalinan oleh
tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan sterilitas, selain itu bila mendadak
terjadi resiko tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat maka penanganan atau
pertolongan pertama serta rujukan dapat segera dilakukan. Dalam menolong
persalinan, teknik pertolongan persalinan dan prinsip sterilisasi alat kesehatan
diterapkan oleh tenaga kesehatan sehingga diharapkan persalinan aman dapat
diperoleh. Keterbatasan dari penolong persalinan ini adalah pelayanan hanya terbatas
pada pelayanan medis, tanpa terjangkau oleh faktor budaya sehingga rasa aman
secara psikologis kurang terpenuhi. Kadang-kadang pelayanan tidak terjangkau dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
segi keberadaan dan jarak. Umumnya imbalan jasa berupa uang sehingga
menyulitkan masyarakat miskin (Manuaba, 2006).
Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas
kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan.
Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan
yang tepat (Supartini, 2004).
Menurut Fatimah yang dikutip Manalu (2007), bidan adalah seseorang yang
telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Bidan desa yang
ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa dan
dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik didalam maupun diluar jam
kerjanya harus tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan desa adalah : (1) Melaksanakan kegiatan puskesmas di
desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, (2) Menggerakkan dan membina
masyarakat desa di Wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat
berperilaku hidup sehat.
Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara
pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak
situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus-kasus rujukan dukun bayi terlambat
yang dari sudut kompetensi dan kemampuan teknik yang mereka miliki. Mereka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi
sangat gawat.
2. Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun Beranak)
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting
dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin).
Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya. Dukun bayi adalah
seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang dapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan secara turun temurun belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas
kesehatan (Depkes RI, 2001).
Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak
berkaitan pula dengan sistim nilai budaya masyarakat sehingga dukun bayi pada
umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat potensi sumber daya manusia.
Pengetahuan tentang fisiologi dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas
sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya,
bahkan tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya (Prawirohardjo, 2009)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, dukun bersalin adalah
praktek pelayanan kesehatan alternatif yang dilakukan oleh dukun yang khusus
menangani masalah kehamilan/kelahiran baik yang sudah pernah mendapat pelatihan
dari Departemen Kesehatan maupun belum. Istilah dukun bersalin juga dikenal
dengan paraji (Jawa Barat), atau dukun beranak (DKI Jakarta). Dukun beranak di Bali
dikenal dengan istilah balian manak, profesi ini pada umumnya dilakukan oleh laki-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
laki yang berusia di atas 50 tahun yang menurut kepercayaan umat Hindu telah
mendapat wahyu atau petunjuk gaib (Swasono, 1998). Praktek tenaga kesehatan
(nakes) adalah praktek pribadi/per orangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,
posyandu, atau klinik.
Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa
kemampuan tenaga non profesional / dukun bersalin masih kurang, khususnya yang
berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta
rujukannya. Menurut Suprapto (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam
mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan
komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin.
Sedangkan dari hasil penelitian Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu
memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai
dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari
daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk
barang (Zalbawi, 2006).
Dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun,
belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan
tersebut serta melalui petugas kesehatan (Manalu, 2007). terjadi kejadian yang
membahayakan, sehingga memerlukan bantuan untuk memberikan pertolongan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tetap menuju persalinan aman. Penolong persalinan wajib menerapkan upaya
pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan yaitu (Depkes,2004) :
1. Sarung Tangan
Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam setiap
pemeriksaan dalam, membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit
laserasi, dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan harus diganti
apabila terkontaminasi atau berlubang.
2. Perlengkapan Pelindung Pribadi
Mengenakan penutup tubuh yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada
saat menolong persalinan, Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang
bersih. Semua perlengkapan tersebut harus dikenakan selama membantu kelahiran
bayi dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan
Ruangan bersalin harus memiliki sistem penerangan/pencahayaan yang
cukup, baik dari jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya
lainnya. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Harus tersedia perlengkapan dan obat-obatan esensial yang diperlukan untuk
persalinan, membantu kelahiran asuhan bayi baru lahir.
2.7.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Syahrial yang dikutip Simangunsong (2009), proses pemanfaatan
pelayanan kesehatan terbagi dalam beberapa tahap yaitu:
a. Keinginan dan kebutuhan apa yang mendorong pelanggan untuk menggunakan
suatu jasa (need arousal).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Apakah pelanggan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kebutuhan yang
dirasakan (information gathering).
c. Bagaimana pelanggan mengevaluasi alternatif (decision evaluation).
d. Bagaimana pelanggan memanfaatkan jasa pelayanan (decision execution).
e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan jasa pelayanan (post decision
assessment).
Pemanfaatan (utility) pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat terjadi pada
saat masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, dengan tujuan untuk
mencapai status kesehatan yang lebih baik. Alasan mengapa masyarakat memerlukan
status kesehatan yang lebih baik karena didorong oleh adanya keinginan untuk dapat
menikmati hidup sebaik mungkin (Simangunsong, 2009). Menurut Arrow yang
dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan
pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat
kompleks. Penyebab utamanya adalah karena persoalan kesenjangan informasi.
Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai
informasi, yaitu aspek yang menyangkut status kesehatan yang membaik, informasi
tentang macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektifitas pelayanan
tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
permintaan dan penggunaan (utility) pelayanan kesehatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8. Kerangka Konsep
Karakteristik :
− Umur
− Pendidika
− Pekerjaa
Pemanfaatan Pertolongan
− Pendapatan
Persalinan
− Paritas
Kepercayaan
Pengetahuan
Sikap
Keterangan :
Untuk mengungkap gambaran karakteristik ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan di Wilayah Kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012, maka kerangka konsep yang digunakan
adalah menurut teori Green (1980) yang menyatakan karakteristik (umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, paritas), kepercayaan, pengetahuan dan sikap termasuk dalam
faktor predisposing yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Download