penegakan hukum lingkungan terhadap larangan buang air besar

advertisement
JURNAL BERAJA NITI
ISSN : 2337-4608
Volume 2 Nomor 9 (2013)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
© Copyright 2013
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP LARANGAN BUANG AIR BESAR (HAJAT
BESAR) DAN BUANG AIR KECIL(HAJAT KECIL) DI SUNGAI DITINJAU DARI PERATURAN
DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
(Studi Di Sungai Kelurahan Karang Anyar Kota Samarinda)
Topan Hermawan
[email protected]
Rosmini
[email protected]
Abstrak
Topan Hermawan, NIM 0810015158 : Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Larangan Buang
Air Besar (Hajat Besar) Dan Buang Air Kecil (Hajat Kecil) Di Sungai Di Tinjau Dari Peratuuran Daerah
Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, di bawah bimbingan Ibu Rosmini
selaku pembimbing utama dan Ibu Rika Erawaty selaku pembimbing pendamping.
Pasal 39 Ayat (1) Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampah menyatakan bahwa, “siapapun dilarang membuang sampah di jalan umum tempat-tempat
umum, selokan-selokan, sungai ataupun tempat-tempat lain yang bukan tempat untuk membuang
sampah.” Masyarakat kelurahan Karang Anyar yang tinggal di sekitar bantaran sungai Mahakam secara
umum sebenarnya mengetahui bahwa aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat
kecil) yang selama ini mereka lakukan sangat berbahaya untuk lingkungan yaitu pencemaran terhadap
organisme yang hidup di sungai Mahakam.
Dampak lingkungan terhadap aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat
kecil) di sungai adalah pencemaran air, gangguan Kesehatan. Pencemaran air dapat menimbulkan
berbagai penyakit menular dan tidak menular, sedangkan Penegakan hukum lingkungan terhadap
larangan buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai ditinjau dari Peraturan
Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Pemerintah Daerah Kota
Samarinda dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda sebaiknya lebih
tegas dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampah.
Kata Kunci : Penegakan hukum, pengelolaan sampah
IMPLEMENTATION OF PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NUMBER 1 IN 2008 ABOUT
PROCEDURE OF MEDIATION OF THE COURT
(STUDY OF DECISION MEDIATION THE COURT OF STATE IN SAMARINDA)
Topan Hermawan
[email protected]
Rosmini
[email protected]
Abstract
Topan Hermawan , NIM 0810015158 : Environmental Law Enforcement Against Prohibition defecation
(intent Large) and urinating ( Small intent) In River In Review Of Urban regulation Samarinda No. 02 of
2011 on Waste Management , under the guidance of Mrs. Rosmini as mentors major and Mrs. Rika Erawaty
as mentors companion .
Article 39 Paragraph ( 1 ) Regional Regulation No. 02 Year 2011 Samarinda on Waste Management
states that , " whoever is prohibited on public roads littering public places , sewers , streams or other
places that are not the place to dispose of trash . " Recent Karang village community living near the
Mahakam river banks in general actually know that the activity of bowel movements ( stools ) and urination
( urination small ) that so far they are doing very dangerous for the environment pollution to the organisms
that live in the river Mahakam .
The environmental impact of the activities of bowel movements ( stools ) and urination ( urination
small ) in the river is water pollution , health disorders . Water pollution can cause a variety of infectious
and non-infectious diseases , whereas environmental law enforcement against prohibition bowel
movements ( stools ) and urination ( urination small ) in the river in terms of Regulation No. 02 of
Samarinda City 2011 on Waste Management . Samarinda City Government in this regard through the
Department of Hygiene and Samarinda City Parks should be more assertive in implementing Samarinda
Regulation No. 02 Year 2011 on Waste Management .
Keywords : law enforcement , waste management
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
Pendahuluan
Lingkungan hidup merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada seluruh
mahkluk ciptaan-nya untuk di manfaatkan secara baik. Pemanfaatan lingkungan hidup
dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan mahkluk
hidup itu sendiri haruslah disertai tanggung jawab besar dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi, kita semua bergantung pada air.
Manusia memerlukan air untuk aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, terutama air
bersih. Air bersih sangat penting karena berhubungan langsung dengan proses
metabolisme di dalam tubuh manusia.
Masa sekarang ini semakin sulit untuk mendapatkan air bersih. Pencemaran air
terjadi diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Air menjadi masalah yang
perlu mendapat perhatian khusus. Bahkan saat ini air menjadi barang yang mahal
karena air sudah banyak tercemar.
Pencemaran lingkungan, khususnya sungai perlu mendapat penanganan secara
serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan pada sungai dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan, bahkan dapat berakibat
terhadap jiwa manusia.
Kota Samarinda adalah Ibu kota Provinsi Kalimantan Timur dan sebagian besar
dari penduduk kota yang hidup bermukim di sepanjang sungai Mahakam, dan semua
kegiatan yang dilakukan tergantung pada sungai seperti mandi, kakus disungai, yang
digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan mahkluk hidup apabila
keseimbangan kualitas air mulai terganggu maka akan terjadi permasalahan
2
Penegakan Hukum Lingkungan (Topan Hermawan)
lingkungan yang sangat merugikan bagi kelangsungan mahkluk hidup, baik yang
berada dalam sungai maupun yang berada di daerah sekitar sungai tersebut. Apabila
dari hulu sungai tercemar maka akan mengakibatkan daerah hilir juga akan ikut
tercemar. Oleh karena itu, sungai
sangat rentan terhadap pencemaran. Siapapun
dapat mengakibatkan Sungai tercemar, karena sungai merupakan tempat atau media
yang sangat efektif untuk melakukan pembuangan limbah (padat dan cair ).
Sungai di Indonesia berstatus sangat tercemar akibat pembuangan limbah rumah
tangga dan industri yang tidak mengikuti prosedur. Hal ini disebabkan meningkatnya
jumlah penduduk secara signifikan dan tingkat kesadaran terhadap lingkungan yang
sangat kurang.
Air dari sungai berstatus tercemar tidak bisa dimanfaatkan secara langsung
untuk dikonsumsi, jika masyarakat memaksakan diri memanfaatkan air tersebut, akan
berdampak buruk bagi kesehatan.
Sungai Mahakam merupakan nama sebuah Sungai terbesar di Provinsi Kalimantan
Timur yang bermuara diselat Makasar, Kondisi Sungai Mahakam dengan panjang total
920 km, yang selalu mengalir sepanjang tahunnya. Sungai ini mengalir dari
kabupaten-kabupaten, mulai dari Hulu Malinau, kemudian melintasi Kutai Barat
kemudian dua kabupaten lainya, yaitu Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, serta kota
Samarinda dan berakhir diselat Makasar di pantai timur Kalimantan.
Dahulu sebelum padatnya penduduk sungai Mahakam adalah sungai yang sangat
bersih, jernih dan aman di konsumsi oleh mayarakat untuk kehidupan sehari-hari,
namun dengan meningkatnya kepadatan penduduk, dan perkembangan kota
Samarinda, sungai mulai tercemar oleh berbagai kegiatan manusia seperti mandi,
kakus disungai, ataupun kegiatan rumah tangga lainya
3
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
Menurut Bapak Arif Rahman selaku Kasi Trantip Kelurahan Karang Anyar, anak
sungai Mahakam ini dimanfaatkan oleh masyarakat kelurahan Karang Anyar yang
tinggal di bantaran sungai untuk melakukan buang air besar (hajat besar) dan buang
air kecil (hajat kecil) sehari harinya, karena bagi masyarakat kelurahan Karang Anyar
hal tersebut adalah biasa mereka lakukan. Selain alasan kebiasan yang dari dulu
mereka lakukan, alasan ekonomi juga menjadi dasar warga Karang Anyar tetap
melakukan aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air (hajat kecil) di
sungai.1
Pasal 39 Ayat (1) Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa, “siapapun dilarang membuang
sampah di jalan umum tempat-tempat umum, selokan-selokan, sungai ataupun
tempat-tempat lain yang bukan tempat untuk membuang sampah.”
Menurut Bapak Suwardi sebagai Pejabat Pemerintahan kelurahan Karang Anyar,
masyarakat kelurahan Karang Anyar yang tinggal di sekitar bantaran sungai Mahakam
secara umum sebenarnya mengetahui bahwa aktifitas buang air besar (hajat besar)
dan buang air kecil (hajat kecil) yang selama ini mereka lakukan sangat berbahaya
untuk lingkungan yaitu pencemaran terhadap organisme yang hidup di sungai
Mahakam seperti ikan, yang meraka konsumsi secara langsung.2
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampah Pasal 38 Angka 6 menjelaskan bahwa: setiap orang atau pemilik/penghuni
bangunan dilarang buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di
jalan, jalur hijau, taman, sungai, saluran dan tempat umum.
1
Hasil Wawancara Penulis dengan Kepala Seksi Tata Tertib Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Sungai Kunjang Kota
Samarinda
2
Samarinda
4
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Karng Anyar Kecamatan Sungai Kunjang Kota
Penegakan Hukum Lingkungan (Topan Hermawan)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah dampak lingkungan terhadap aktifitas buang air besar (hajat besar)
dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai dan penegakan hukum lingkungan terhadap
larangan buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai
ditinjau dari Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sampah.
Pembahasan
1. Dampak Lingkungan Terhadap Aktifitas Buang Air Besar (Hajat Besar) Dan Buang Air
Kecil (Hajat Kecil) Di Sungai
Dampak lingkungan terhadap aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat
kecil) di sungai, adalah Air tercemar menimbulkan pemandangan dan bau yang tidak sedap, keruh dan
mungkin mengandung bahan beracun dan berbahaya, sehingga sangat mengganggu kehidupan biota
air.
Sebagian besar zat pencemar dihasilkan oleh kegiatan manusia seperti industri, rumah tangga,
pertanian, pertambangan, tinja, dan lain-lain. Bahan pencemar air bisa terdiri dari bahan organik
maupun anorganik3.
Contoh beberapa penyakit menular yang dapat tersebar melalui air tercemar dan gejalanya.
Penyakit menular yang tersebar melalui air tercemar kemudian masuk ketubuh manusia
disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa. Berikut ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri, dan protozoa.
1) Penyakit Menular4
a. Virus Hepatitis A gejalanya adalah demam, sakit kepala, sakit perut, kehilangan selera
makan, pembengkakan hati sehingga tubuh menjadi kuning
b.
Virus Polio Poliomyelitis Tenggorokan sakit, demam, diare, sakit pada tungkai dan
punggung, kelumpuhan dan kemunduran fungsi otot
3
Teddy, sani. Op.cit , Paragraf ketiga
Darmono, 2010, Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan Teksikologi Senyawa Logam, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, Halaman 29
4
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
c.
Bakteri Vibrio Cholerae Kolera Diare yang sangat parah, muntah-muntah, kehilangan cairan
yang sangat banyak sehingga menyebabkan kejang dan lemas
d. Escherichia coli (strain patogen) Diare Buang air besar (BAB) berkali-kali dalam sehari,
kotoran encer (mengandung banyak air), terkadang diikuti rasa mulas atau sakit perut.5
2) Penyakit Tidak Menular
Zat pencemar air yang menyebabkan penyakit adalah senyawa anorganik, seperti logam
berat, dan ada senyawa organik yang mengandung unsur klorin (Cl) seperti DDT dan PCB yang
bersifat beracun bagi makhluk hidup.
Zat-zat polutan yang dapat menyebabkan penyakit. Nama Zat Sumber Nama Penyakit
Kadmium (Cd) Cd adalah logam berat yang banyak digunakan oleh industri seperti: pabrik pipa
PVC, pabrik pengolahan karet, pabrik kaca Keracunan Cd dapat menyebabkan kerusakan organ
ginjal dan hati, mempengaruhi otot polos pembuluh darah, tekanan darah tinggi menyebabkan
gagal jantung.
Senyawa Organik Berklorin Senyawa berklorin antara lain adalah dikloro-difeniltrikloroetana (DDT), aldrin, heptaklor dan klordan sebagai bahan pestisida. Senyawa ini biasa
diapakai untuk membasmi serangga dan hama. .6
3) Dampak Lingkungan Terhadap Estetika
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat,
disamping tumpukan sampah yang dapat mengurangi estetika lingkungan.7
Tabel 2. Daftar Nama Zat Yang Terkandung Didalam Air Sungai Karang Anyar Tahun
2012:
No
1
2
3
Nama
PH
Sulfat
Total
coli fr
4
Fecal
coli fr
Sumber data
5
6
7
6
Juli
Agst
sept
Oktb
Baku
mutu
satuan
6,82
116,49
1600000
6,87
40,797
350000
6,81
133,27
1600000
6,91
97,545
1600000
6-9
400
1000
Mg/L
Jml/100 ml
1600000
130000
1600000
540000
100
Jml/100 ml
: sub bagian pencemaran, Badan Lingkungan Hidup, tahun 2012 Kota Samarinda.
Melinda, Loc.cit, halaman 1
Melinda, Op.Cit, Halaman 3
Fifteen. Op.Cit. halaman 3
Penegakan Hukum Lingkungan (Topan Hermawan)
Menurut Tabel di atas maka dapat kita lihat bahwa bakteri eschericia coli berkembang
biak sangat cepat dan banyak. Bahkan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh badan
lingkungan hidup yaitu 1000.
Hasil penelitian Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda menunjukan bakteri E. Coli
yang ada di sungai Karang Anyar Kota Samarinda adalah 1600000.
Bakteri Coli berasal dari kotoran manusia, bakteri coli dapat masuk kedalam sumber air
yang dipakai oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, gosok gigi,
cuci pakaian, cuci piring kemudian masuk kedalam tubuh melalui mulut8.
Bakteri E.Coli dapat ditemukan pada usus pada manusia dan binatang berdarah panas.
Gejala penyakit yang di timbulkan oleh bakteri ini berupa sakit perut seperti keram dan diare.
2. Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Larangan Buang Air Besar (Hajat Besar) Dan
Buang Air Kecil (Hajat Kecil) Di Sungai Ditinjau Dari Peraturan Daerah Kota Samarinda
Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam melakukan pengelolaan sampah termasuk
menerapkan peraturan tentang larangan membuang air besar (hajat besar) dan buang air (kecil hajat
kecil) di sungai.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, menyebutkan bahwa,
pemerintah dan pemerintah daerah bertugas menjamin terselengaranya pengelolan sampah yang baik
dan berwawasan lingkungan sesuai tujuan sebagaimana dimaksud dalm undang-undang ini.
Siti Sundari Rangkuti menyebutkan bahwa: “instrument kebijaksanaan lingkungan perlu
ditetapkan dalam peratura perundang undangan lingkunga
demi kepastian hukum dan
mencermikan arti penting hukum bagi penyelesaian masalah lingkungan. Instrument hukum
kebijaksanaan lingkungan (juridische milieu beleidsinstrumen) ditetapkan oleh pemerintah
melalui berbagi sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai
tahap normal kualitas lingkungan”.9
Peraturan Daerah dalam hal ini sebagai instrument hukum dalam menetapkan kebijakan lingkungan.
Peraturan tersebut
sekaligus sebagai
media
dalam
penegakan
hukum
lingkungan
sekaligus
8
Melinda. Op.cit. halaman 2
Siti Sundari Rangkuti, 2003, Instrument Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Airlangga Universitas Press, Jakarta
Halaman 1.
9
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
mempertegas pelaksanaan peraturan sehubungan dengan prolema-problema lingkungan yang sering
terjadi belakangan ini.
Keberlakuan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah,
diharapkan dapat memberikan ketegasan terhadap masyarakat untuk mematuhi aturan terkait larangan
buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai di Kota Samarinda secara
umumnya dan Kelurahan Karang Anyar secara khususnya.
Masyarakat masih saja melakukan aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat
kecil) di sungai. Jumlah masyarakat yang melakukan hal tersebut sangatlah banyak, menurut hasil
wawancara dengan ketua RT. 23, 24, 25, di kelurahan Karang Anyar dan warga di sekitaran sungai
karang Anyar. Warga yang masih melakukan aktifitas buang air besar dan buang air kecil di sungai
Mayoritas masyarakat yang memiliki ekonomi lemah atau keluarga tidak mampu.10
Pemerintah kota Samarinda melalui Bapak Noorsalim selaku Kepala Bidang Penyuluhan Dan
Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda pernah mempunyai
rencana untuk membuat Wc umum untuk masyarakat yang tidak mempunyai Wc, akan tetapi
terkendala biaya dan letak Wc tersebut akan dibuat. Sehingga sampai saat ini rencana tersebut belum
terlaksanakan.11
Pelaksanan peraturan tentang kewajiban dalam mengolah menjaga lingkungan hidup pada daerah
Sungai Karang Anyar Kota Samarinda, dirasa belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 38 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
menyebutkan larangan aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai,
di kenakan sanksi pada Pasal 47 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa :
1. Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);
2. Setiap orang yang melakukan kegiatan pembuangan sampah dilokasi yang tidak
diperuntukan sebagai tempat pembuangan sampah sesuai dengan peraturan perundang10
11
8
Hasil wawancara penulis dengan ketua RT 24, Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Norsalim selaku Kepala Bidang Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat DKP
Penegakan Hukum Lingkungan (Topan Hermawan)
undangan yang berlaku diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan
3. Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.
Berdasarkan peraturan diatas sebenarnya Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Kebersihan
Dan Pertamanan Kota Samarinda dapat menegakan peraturan hukum melalui sanksi administratif, yaitu
dengan menggunakan teguran tertulis12. Sehingga dapat menimbulkan efek jera terhadap warga yang
melakukan aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai.
Tinjauan penulis di lapangan menunjukan bahwa tidak semua masyarakat mengetahui adanya
aturan tersebut, dan sanksi yang diberikan apabila mereka melakukan pelanggaran, masyarakat hanya
mengetahui mengenai larangan buang sampah di sungai dan waktu pembuangan sampah yang telah
ditentukan yaitu dari jam 18:00 sampai dengan 06:00 pagi. Ini menunjukan minimnya sosialisasi dari
Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda tentang larangan aktifitas buang air besar (hajat
besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai . Sampai saat ini sanksi yang dimaksud belum ada
diterapkan bagi pelanggaran atau pelaku aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil
(hajat kecil) di sungai Karang Anyar kota Samarinda.
Menurut Bapak Norsalim selaku Kepala Bidang Penyuluhan Dan Pengawasan Dinas Kebersihan Dan
Pertamanan Kota Samarinda belum diterapkanya sanksi bagi masyarakat yang melanggar atau pelaku
aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai Karang Anyar kota
Samarinda, adalah karena faktor ekonomi (masyarakat tidak mampu) dan kurangya kesadaran
masyarakat tentang keberadaan peraturan daerah tersebut menyebabkan kurang efektifnya sanksi jika
diterapkan kepada masyarakat.
Kurangnya sumber daya manusia dan faktor biaya untuk mengawasi aktifitas buang air besar (hajat
besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal
dipinggiran sungai Karang Anyar. Adalah alasan yang dikemukakan Dinas Kebersihan Dan
Pertamananan Kota Samarinda.
Lemahnya pengawasan dan belum diterapkanya sanksi bagi masyarakat
yang melanggar
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah menyebabkan
persoalan mengenai pencemaran air di sungai Karang Anyar ini belum terselesaikan.
12
Loc. Cit Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelindungan Dan Pengelolaa Lingkungan
Hidup pasal pasal 76 ayat 2 huruf a
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
Penutup
Mengingat uraian pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dampak lingkungan terhadap aktifitas buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil)
di sungai adalah gangguan kesehatan, Pencemaran air dapat menimbulkan berbagai penyakit
menular dan tidak menular Penyakit menular Penyakit menular sebagai akibat dari pencemaran
dapat terjadi karena berbagai sebab antara lain:
a. Air yang tercemar dapat menjadi media bagi perkembang biakan dan pesebaran
mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.
b. Air yang telah tercemar tidak dapat lagi digunakan sebagai pembersih, sedangkan air bersih
mungkin jumlahnya sudah tidak mencukupi lagi.
c.
Air yang tercemar limbah organik merupakan tempat yang subur untuk perkembang biakan
mikroorganisme.
d. Mikroorganisme patogen yang berkembang biak dalam air dapat menyebabkan timbulnya
berbagai macam penyakit menular.
e. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
f.
Jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri
g. Air sebagai media untuk hidup vector penyakit.
Hasil penelitian penulis, sungai Karang Anyar telah mengalami penurunan kualitas airnya,
hal ini dibuktikan dengan ditemukan banyaknya bakteri E.Coli disungai tersebut, Bakteri Coli berasal
dari kotoran manusia, bakteri coli dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, gosok gigi, cuci pakaian, cuci piring kemudian
masuk kedalam tubuh melalui mulut. Sehingga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat yang
mengkonsumsi air tercemar di sungai tersebut.
2. Penegakan hukum lingkungan terhadap larangan buang air besar (hajat Besar) dan buang air kecil
(hajat kecil) di sungai ditinjau dari Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sampah:
10
Penegakan Hukum Lingkungan (Topan Hermawan)
a. Belum diterapkanya sanksi bagi masyarakat yang melanggar atau pelaku aktifitas buang air
besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai Karang Anyar kota Samarinda,
adalah karena faktor ekonomi (masyarakat tidak mampu) dan kurangya kesadaran
masyarakat tentang keberadaan peraturan daerah tersebut menyebabkan kurang efektifnya
sanksi jika diterapkan kepada masyarakat.
b. Kurangnya sumber daya manusia dan faktor biaya untuk mengawasi aktifitas buang air besar
(hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai yang dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal dipinggiran sungai Karang Anyar. Adalah alasan yang dikemukakan Dinas Kebersihan
Dan Pertamananan Kota Samarinda.
c.
Lemahnya pengawasan dan belum diterapan sanksi bagi masyarakat yang melanggar
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah,
menyebabkan persoalan mengenai pencemaran air di sungai Karang Anyar ini belum
terselesaikan.
d.
Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda dapat menegakan peraturan hukum
melalui sanksi administratif, yaitu dengan menggunakan teguran tertulis.
Adapun saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Kota Samarinda dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota
Samarinda sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah.
2. Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Samarinda sebaiknya memberikan sosialisasi larangan
tentang buang air besar, melakukan pemasangan baleho atau striker tentang larangan buang air
besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai beserta sanksi.
3. Pemerintah Kota Samarinda sebaiknya melakukan kunjungan secara berkala ke sungai-sungai yang
ada di Samarinda untuk melihat pelanggaran yang terjadi.
4. Sebaiknya pemerintah menyediakan sarana pengaduan untuk mengetahui pelanggaran terhadap
larangan buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di sungai.
Sebaiknya pemerintah memberikan solusi dari larangan buang Air besar (hajat besar) dan buang
air kecil (hajat kecil) di sungai yaitu menyediakan Wc umum yang pembiayaanya di tanggung oleh
Pemerintah Kota Samarinda.
11
Jurnal Beraja Niti, Volume 2 Nomor 9
Daftar Pustaka
A. Buku
Darmono, 2010, Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungan dengan Teksikologi
Senyawa Logam, Universitas Indonesia, Jakarta
Koesnandi Harjdasoemantri, 2005, Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya
Bakti,
Bandung.
Munadjat Danusaputro, 1987, Hukum Lingkungan, Bina Cipta, Bandung.
Marzuki Mahmud Peter, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Poerwadiyono, 2001, Dampak Pencemaran Dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan, Sinar
Grafika, Jakarta
Sundari Rangkuti Siti, 2003, Instrument Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta
Sundari Rangkuti Siti, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional,
Airlangga universitas press, Jakarta. (Edisi Ketiga)
Sunggono, Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Thombang Siahaan Nommy Horas, 2004, Hukum Lingkungan Dan Ekologi
Pembangunan, Erlangga, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah
12
Download