1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses penguapan dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di atmosfer, dan kemudian menjadi hujan. Siklus yang demikian ini disebut dengan siklus meteorik. Air hujan yang turun ke permukaan bumi, ada yang langsung mengalir di permukaan bumi (runn off) dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi ada yang mengalir ke sungai, ke danau, dan akhirnya sampai kembali ke laut. Air yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogelogi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang membentuk cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquiefer). Air yang telah mejalani siklus meteorik inilah yang kita gunakan sehari-hari (Hadian et al. 2006). Wahyudi (2009) mengemukakan bahwa air kalau dilihat dari letaknya dapat dibagi menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan-retakan dari batuan yang 2 dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas. Dewasa ini untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia. Pencemaran air adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Harmayani dan Konsukartha, 2007). Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia air tanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah aktivitas manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa industri, bengkel pertokoan, transportasi, kegiatan rumah tangga (mandi, cuci, kakus) ; kesemua itu akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah, sehingga air tanah akan terpengaruh sifat-sifat fisika, kimia dan biologinya (Suharjo et al. 2006). Penggunaan pestisida selain menopang peningkatan produk pertanian maupun perkebunan, juga memberikan dampak negatif, baik terhadap manusia, biota maupun lingkungan. Terjadinya pencemaran pestisida terhadap lingkungan disebabkan oleh beberapa hal seperti cara aplikasi, wujud pestisida saat diaplikasikan, sifat tanah dan tanaman, volatilitas dan solubilitas pestisida, serta iklim (Manuaba, 2009). Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi dan sebagian dari air hujan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan 3 permukaan. Air perkolasi bersama bahan padatan terlarut, tersuspensi dari partikel tanah dan residu pestisida mengalir menuju “ground water” atau sumur. Hasil penelitian yang ada membuktikan, bahwa paparan residu pestisida fenetrotion dari golongan organofosfat secara akut menghambat aktivitas enzim AchE plasma darah pada kelompok petani dibandingkan dengan kelompok bukan petani (Kusuma, 2009). Pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan pertanian adalah karena penggunaan pestisida yang tidak menurut aturan pemakainnya. Diperkirakan insektisida yang berasal dari atmosfer masuk ke dalam samudera sebesar 2,4 x 107 ton. Diantara penyebabnya adalah penggunaan pestisida jenis organoklorin yang banyak digunakan untuk pembasmi insektisida. Pestisida organoklorin yaitu pestisida jenis organoklorin yang berkaitan dengan klorin. Jenis senyawa yang terbentuk memiliki sifat sukar diurai di alam (persisten) dibandingkan pestisida jenis organofosfat dan karbamat. Pestisida organoklorin bersifat lipofilik yaitu senyawa ini mudah terikat dalam lemak dan cenderung meningkat dalam protein plasma begitu pula senyawa ini dapat mengalami bioakumulasi dalam mahluk hidup dan mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan (Connel et al. 1995, dalam Razak 2006). Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima, merupakan sungai dan sumur. Beberapa penelitian yang mengenai kualitas air yang menekankan pada aspek pestisida ditemukan residu pestisida di irigasi daerah Sukapura Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, pestisida golongan organofosfat jenis metamidofos, fenitrotion, dan satu jenis dari 4 golongan organoklorin yaitu alpha-BHC. Hal ini tentunya berbahaya karena residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tanaman pertanian misalnya padi yang menggunakan air irigasi tersebut. Disamping itu, juga dapat merusak ekosistem perairan. Dalam air baku air minum juga ditemukan residu organofosfat jenis klorpirifos di Surabaya Intake Kali Surabaya : 3,15 ppm, dibandung Intake Cikapundung: 0,29 ppm, di Jakarta Intake Ciliwung: 0,73 ppm dan di Tanggerang Intake Cisadane: 0,36 ppm. Air dari Intake PDAM ini tentunya akan diolah kemudian didistribusikan kepada masyarakat, yang dikhawatirkan adalah apabila unit pengolahan di PDAM tidak dapat mendegradasi insektisida, dan air tersebut akan digunakan sebagai air minum, tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia (Soemirat, 2005). Dari banyak hasil monitoring residu yang dilaksanakan oleh laboratoriumlaboratorium universitas, lembaga-lembaga penelitian, dan dinas-dinas pemerintah ditunjukkan bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat di lingkungan sekitar kita. Residu pestisida telah ada di dalam tanah, di air minum, air sungai, air sumur, udara dan yang berbahaya adalah di dalam buah-buahan. Meskipun kadar residu pestisida yang ditemukan masih belum membahayakan bagi kesehatan menurut ukuran baku WHO namun temuan-temuan tersebut merupakan indikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu dikendalikan ( Untung, 2001). Dari 46 jenis pestisida yang digunakan di lahanlahan pertanian di Amerika, ternyata semuanya terdeteksi dalam air tanah di 26 negara bagian (Williams et al., 1988, dalam Rahayuningsih 2009). 5 Umumnya penduduk suatu desa memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan bahan baku air minum serta kebutuhan sehari-hari lainnya, melalui sumur gali. Hal ini disebabkan, selain belum adannya sambungan pipa distribusi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke desa tersebut, juga karena pengeksplotasian air tanah mudah dilakukan dan biayanya relatif murah. Selain bersumber dari air tanah, untuk sumur gali yang letaknya di lahan terbuka, sumber airnya juga dari air hujan yang langsung jatuh ke dalam sumur tersebut. Pengertian air bersih dalam hal ini disamakan dengan yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ MEN.KES/ PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengamatan Kualitas Air, yaitu ; air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Dari pengertian ini, dapat juga diartikan bahwa air bersih itu adalah air yang digunakan sebagai bahan baku air minum. Untuk pengertian air minum, pengertiannya disamakan dengan yang diuraikan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air Minum, yaitu ; air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Letak perumahan penduduk dan sumur di beberapa desa di wilayah irigasi Kabupaten Deli Serdang sebagian besar berdekatan dengan sawah atau ladang penduduk. Letak sumur yang berdekatan ini berpeluang masuknya zat-zat pencemar masuk ke dalam air sumur tersebut termasuk residu pestisida. 6 Penggunaan pestisida yang terus menerus dapat menimbulkan akumulasi residu di dalam tanah dan kemudian bersama air hujan akan memasuki profil tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi, kemudian mengalir ke sumur penduduk. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas air sumur ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Untuk mengetahui apakah kadar residu pestisida yang dimaksud, telah mempengaruhi kualitas air sumur, maka nilainya akan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan untuk kehidupan ikan, hewan, atau manusia. Penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang seluruhnya memanfaatkan air tanah yang sebagian besar melalui sumur gali sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, khusus untuk air minum, ada beberapa penduduk yang menggunakan air bersih berkemasan galon yang mereka beli di pasar atau di warung. Letak perumahan penduduk maupun sumur galinya sebagian berdekatan dengan sawah irigasi ataupun ladang dan sebagian kecil ada yang rumahnya dibangun di atas tanah ladang tersebut. Untuk menekan populasi hama pada tanaman, petani di dusun tersebut menggunakan pestisida dengan frekuensi tergantung intensitas serangan hama. Selama ini untuk tanaman padi di sawah irigasi, penduduk melakukan penyemprotan pestisida sebanyak 8 - 9 kali mulai dari umur 1 minggu padi telah ditanam sampai dengan panen ( selama 95 - 100 hari). Sebelum padi di tanam dilakukan penyemprotan lahan dengan pestisida untuk membasmi keong mas yang merupakan hama padi pada saat masih berumur 1 - 2 minggu. Pada usia 1 7 (satu) minggu telah ditanam, padi disemprot dengan menggunakan pestisida untuk membasmi hama wereng dan hama penggerek batang lainnya. Demikian seterusnya, dengan periode tertentu per minggu atau per 2 minggu tetap dilakukan penyemprotan untuk membasmi hama daun, batang maupun buah. Selain untuk tanaman padi, penyemprotan pestisida juga dilakukan untuk tanaman palawija yang ada di tanah darat di sekitar sawah irigasi, seperti tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, cabai, dan lainnya, dengan frekuensi penyemprotan lebih kecil dari frekuensi penyemprotan terhadap tanaman padi. Untuk kacang panjang dan cabai frekuensi penyemprotan lebih kurang 5 (lima) kali sampai dengan habis masa panennya, sedangkan untuk kacang tanah dan kacang hijau rata-rata sekali saja sampai dengan panen, terkecuali jika intensitas serangan hama daun tinggi, maka penyemprotan dilakukan 2 (dua) kali. Sewaktu dilakukan pengamatan di lapangan secara visualisasi, suatu petak sawah irigasi yang masukan airnya dihentikan sementara, maka terlihat permukaan tanahnya mudah kering, hal ini dapat diartikan di daerah ini kemampuan tanah meloloskan air ke dalam tanah tinggi atau laju infiltrasi dan perkolasinya tanah tinggi, dengan kata lain tanah tersebut memiliki permeabilitas tinggi. Dari data yang ada dalam Peta Tanah Tinjau Sumatera Utara (Balai Penelitian Perkebunan - RISPA Medan 1979), jenis macam/tanah di Desa Suka Maju adalah Aluvial, Regosol, dan Organosol. Bahan induk adalah endapan sungai, bahan organik, bentuk wilayah/fisiografi datar/dataran aluvial. Pada saat dilakukan wawancara terhadap beberapa penduduk terkait dengan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan pestisida terhadap 8 kualitas air sumur yang ada di sekitar sawah irigasi, umumnya mereka kurang mengetahuinya secara mendalam, terutama bila dikaitkan dengan jarak sumur ke sawah irigasi. Akan tetapi, penduduk yang sumurnya relatif dekat ke sawah irigasi, menyatakan khawatir kalau suatu saat air sumur tersebut dapat mengandung residu pestisida. Untuk memastikan apakah air sumur mengandung residu pestisida, mereka tahu kalau air sumur tersebut harus diperiksakan atau dianalisis ke laboratorium. Bila dikaitkan dengan bahaya langsung pestisida terhadap mahluk hidup, semua penduduk yang diwawancarai menyatakan berbahaya. Berdasarkan letak sumur penduduk yang jaraknya relatif dekat ke sawah, frekuensi penggunaan pestisida yang relatif tinggi terutama padi sawah irigasi serta laju infiltrasi dan perkolasi tanah yang tinggi, maka diduga penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman di Dusun Bandar Meriah mempengaruhi kualitas air sumur penduduk dari ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu : a. Bagaimana kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. 9 b. Sejauh mana pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi) terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. c. Bagaimana sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida untuk menekan populasi hama tanaman padi di sawah irigasi. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. b. Mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi ) terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. c. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya (sawah irigasi). 1.4. Hipotesis 10 Jarak sumur penduduk ke areal lahan pertanian (sawah irigasi) mempengaruhi kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Suka Maju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu: a. Untuk memperoleh hasil analisis kandungan residu pestisida dalam sumur penduduk di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. b. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang pengaruh jarak sumur ke sawah irigasi terhadap kualitas air sumur, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini, berguna sebagai bahan pertimbangan bagi penduduk untuk membuat sumur di sekitar lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari segi jaraknya dari lahan pertanian (sawah irigasi) tersebut. c. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, terkait dengan penelitian tentang dampak penggunaan pestisida terhadap lingkungan hidup. 11