BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 37.000 km dengan luasan 1.060.000 ha, secara umum termasuk lahan marjinal. Berjuta – juta hektar lahan marjinal tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya baik untuk pengembangan pertanian. Namun sekarang ini belum dikelola dengan baik. Lahan – lahan tersebut kondisi kesuburannya rendah (Yuwono, 2009). Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang terkena banjir, sinar matahari melimpah, dan permukaan air tanahnya dangkal. Persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit – parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah (Rajiman, 2009). Namun demikian, banyak lahan yang berpotensi memunculkan gulma baru dan menjadi masalah di dalam membudidayakan tanaman, utamanya tanaman yang rentan terjadap perlakuan penyiangan seperti tanaman bawang merah, sawi, kedelai, jagung, dan lain – lain. Sebagai contoh lahan di pasir pantai, yang semula hanya dikenali beberapa spesies gulma, kemudian ditemukan menjadi lebih banyak spesies gulma. Gulma baru ini diduga karena digunakannya lempung sawah, kerukan lumpur saluran irigasi, dan penambahan pupuk kandang utamanya pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Upaya pengelolaan gulma berupa pencegahan penyebaran propagule, terutama biji gulma, merupakan dasar utama, sementara strategi pengendalian diperlukan dengan suatu integrasi pengelolaan gulma yang efektif dan efisien (Aldrich, 1984). Gulma merupakan salah satu kendala di lahan tanaman budidaya yang mengakibatkan penurunan hasil 20 hingga 80 %. Gulma mengganggu tanaman budidaya karena berkompetisi dalam mendapatkan hara, air, cahaya dan ruang (Sukman dan Yakup, 2002). Seed bank adalah propagul dorman dari gulma yang berada di dalam tanah yaitu berupa biji, stolon dan rimpang, yang akan berkembang menjadi individu gulma jika kondisi lingkungan mendukung (Fenner,1995). Menurut Melinda dkk (1998) biji spesies gulma setahun (annual weed spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahuntahun sebagai cadangan benih hidup atau viable seeds. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, dan mengakibatkan penurunan hasil. Kedelai sebagai salah satu tanaman prioritas nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi sebagai sumber protein nabati oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga terus dikembangkan dalam peningkatan produksinya dalam berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Agenda Riset Nasional tahun 2010-2014 menyebutkan bahwa produksi dan produktivitas kedelai dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan varietas unggul spesifik lokasi tahan cekaman abiotik (Ahadiyat dan Soekotjo, 2013). Komponen hasil merupakan orientasi utama dalam produksi tanaman yang didukung oleh pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah dalam pengendalian gulma yang bisa menyebabkan rendahnya hasil bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Apabila gulma dikendalikan tidak pada waktu yang tepat atau terlambat bisa menurunkan hasil antara 15-40 persen (Ahadiyat dan Sardjito, 2011). Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk mengendalikan gulma dan hama yang menyerang tanaman atau untuk membantu mengendalikan erosi. (Mulyadi et al, 2001). Tanaman kedelai adalah tanaman lahan kering dan keberadaan gulma merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian. Gulma dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil kedelai dengan cara kompetisi unsur hara, cahaya, air, CO2, dan ruang tumbuh (Zimdhal, 2007). Belum diketahui secara pasti suatu upaya yang efisien untuk mengendalikan gulma di Lahan pasir pantai, oleh karena itu dilakukan penelitian apakan pengolahan tanah mampu mengendalikannya. Kemudian, tanaman yang akan digunakan adalah kedelai hitam jenis mallika yang akan diteliti pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut. 1.2. Tujuan 1.2.1. Untuk menentukan jenis gulma di Lahan pasir pantai setelah dilakukan perlakuan pengolahan tanah dan jarak tanam. 1.2.2. Untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan jarak tanam terhadap hasil kedelai dan pertumbuhan gulma. 1.3. Kegunaan 1.3.1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang budidaya tanaman pangan (kedelai) di lahan pasir pantai 1.3.2. Untuk mengetahui pengolahan tanah yang benar dan jarak tanam yang tepat untuk diterapkan pada budidaya tanaman pangan (kedelai) di lahan pasir pantai.