BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2007:6) menyatakan: “ consumer behavior is the study if individuals, groups or organizations, and the processes they use to select, secure, use, and dispose of products, service, experiences or ideas to satisfy need and the impact that that these processes have on the consumer abd society.” Merujuk pada pendapat Hawkins dkk ini berarti prilaku konsumen berarti merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, dan menghentikan produk, jasa, pengalaman dan ideuntuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Dengan demikian studi prilakuku konsumen itu mencngkup bidang yang lebih luas, karena termasuk di dalamnya juga mempelajari dampak dari proses dan aktivitas yang dilakukan konsumen ke konsumen lain maupun masyarakat. Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk (2007) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan pembelanjaaan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan http://digilib.mercubuana.ac.id/ dikonsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana (berapa sering membeli) dan bagaimana mereka menggunakannya. Di dalam mempelajari perilaku konsumen ini pemasar tidak hanya berhenti pada perilaku konsumen semata saja namun juga perlu mengkaitkannya dengan strategi pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang diinginkan dan dibutukan konsumennya. Perusahaan yang mampu memahami perilaku konsumen akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar karena dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat yang dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dibandingkan pesaing. 2.2 Merek 2.2.1 Definisi Merek Pengertian merek (brand) menurut Asosiasi Pemasaran Amerika seperti dikutip dalam Kotler dan Keller (2007a:332) adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Sedangkan menurut Aaker dalam Rangkuti (2004:36), merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Stanton dalam Rangkuti menyebutkan merek sebagai nama, http://digilib.mercubuana.ac.id/ istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Sementara dalam UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1. Merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang ingin memiliki keunggulan bersaing untuk berusaha memenuhi karakteristik-karakteristik merek bagi produk yang dihasilkannya. Menurut Rangkuti (2004:37), karakteristik merek adalah sebagai berikut: a. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut. b. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. c. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas. d. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. e. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum. Menurut Knapp dalam Wilopo (2007:52), ada lima cara terbaik dalam membangun merek, yaitu: a. Differentiation: Perusahaan hendaknya berupaya memenangkan persaingan dalam merebut perhatian konsumen dengan membuat produk mereka tampak berbeda. b. Relevance: Perusahaan hendaknya membentuk relevansi antara produk mereka dengan kehidupan konsumen, dengan cara membangun kesan bahwa produk tersebut benar-benar bermanfaat bagi kehidupan konsumen. c. Esteem: Perusahaan hendaknya membangun penghargaan konsumen terhadap produk mereka. http://digilib.mercubuana.ac.id/ d. Awareness: Selanjutnya perusahaan hendaknya menciptakan kesadaran terhadap merek produk. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan keunikan merek produk perusahaan, sehingga mengurangi biaya periklanan di media massa. e. Mind’s eye: Benak konsumen adalah glory land yang harus menjadi tujuan akhir dari perlombaan merek ini. Pada akhirnya, perusahaan yang mampu memenangkan benak konsumen, maka ialah yang menjadi pemenangnya. 2.2.2 Manfaat Merek Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen, bagi produsen, merek berperan penting sebagai (Keller 2003) : a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan atau pencatatan akuntansi. b. Bentuk proteksi hokum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unikyang membedakan produk dari para pesaing. e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. f. Sumber financial return, terutama menyangkut pendapatan masa mendatang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Keller (2003) mengemukakan 7 manfaat pokok merek bagi konsumen, yaitu sebagai: a. Identifikasi sumber produk. b. Penetapan tanggung jawab pada pemanufakturan atau distributor tertentu. c. Pengurangan resiko. d. Penekanan biaya pencarian (search costs) internal dan eksternal. e. Janji atau ikatan khusus dengan produsen. f. Alat simbol yang memproyeksikan citra diri. g. Signal kualitas. 2.3 Kualitas Merek 2.3.1 Definisi Kualitas Merek Aaker dalam Tjiptono (2005:40) menyatakan bahwa persepsi kualitas merek adalah penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Sementara Durianto, Sugiarto & Sitinjak (2004:96) menerangkan bahwa persepsi kualitas merek adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Zeithaml dalam Killa (2008:417) menyebutkan persepsi kualitas merek sebagai penilaian subyektif konsumen tentang keunggulan atau kelebihan produk secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persepsi kualitas merek adalah persepsi atau penilaian pelanggan terkait dengan keunggulan suatu produk atau jasa secara keseluruhan. Zeithaml dalam Killa (2008:417) mengidentifikasi bahwa persepsi kualitas merek merupakan komponen dari nilai merek. Oleh karena itu, persepsi kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ merek yang tinggi akan mendorong pelanggan untuk memilih merek perusahaan dibanding dengan merek pesaing lainnya. Sementara itu Garvin dalam Durianto, Sugiarto & Sitinjak (2004:98) menyebutkan bahwa terdapat tujuh dimensi dari persepsi kualitas merek, meliputi: a. Kinerja: Melibatkan berbagai karakteristik operasional yang utama. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain, seringkali pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja ini. b. Pelayanan: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut. c. Ketahanan: Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. d. Keandalan: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya. e. Karakteristik produk: Bagian-bagian dari produk yang ditambahkan untuk membedakan dari produk pesaing. f. Kesesuaian dengan spesifikasi: Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. g. Hasil: Mengarah kepada kualitas yang dirasakan dan melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan output produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4 Citra Merek (Brand Image) 2.4.1 Definisi Citra Merek (Brand Image) Menurut Widjaja (2005:17) : “brand image adalah personalitas strategi merek atau reputasi merek secara keseluruhan.” Dapat dikatakan brand image adalah suatu reprisentasi isi dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Simamora (2004) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, muncullah posisi merek. Pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Komponen brand image terdiri atas 3 bagian, yaitu; 1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Brand image dapat meliputi: popularitas, kredibilitas serta jaringan perusahaan 2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Meliputi : pemakai itu sendiri, gaya hidup/ kepribadian, serta status sosialnya. 3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi artibut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta jaminan. (Simamora, 2004). Keller (2003) mendefenisikan brand image sebagai sekumpulan persepsi dan kepercayaan yang dimiliki konsumen seperti yang tercermin dalam asosiasiasosiasi yang diingat dalam benak konsumen. Variabel citra merek perusahaan (brand image), diproksi berdasarkan dimensi corporate image yang dikemukakan oleh Keller (2003) yang dikembangkan menjadi 5 dimensi sebagai berikut : 1. Profesionalisme yang mewakili pendekatan kualitas dari atribut, manfaat dan perilaku 2. Modern yang mewakili pendekatan inovasi dari atribut, manfaat dan perilaku 3. Melayani semua segmen masyarakat yang mewakili nilai dan program dari kepedulian terhadap lingkungan dan tanggung jawab social 4. Concern pada konsumen yang merupakan pendekatan dari orientasi pelanggan (customer orientation) 5. Aman merupakan pendekatan dari corporate credibility 2.4.2 Faktor-Faktor Pembentukan Brand Image Schiffman dan Kanuk (2006 : 135) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. b. Dapat dipercaya atau diandalkan. berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. c. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. d. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. e. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. f. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. 2.5 Sikap Konsumen 2.5.1 Definisi Sikap Konsumen Definisi sikap menurut Robbins (2006) adalah pernyataan-pernyataan atau penilaian evaluative berkaitan dengan obyek orang atau suatu peristiwa. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sikap merupakan respon yang konsisten baik itu responden positif maupun negative terhadap suatu objek sebagai hasil dari proses belajar (Schiffman & Kanuk, 2000). Dalam ungkapan yang lebih sederhana, sikap adalah bagaimana kita berfikir, merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam lingkungan misalkan took, iklan produk tertentu atau bahkan terhadap jasa. Sebagian konsumen cendrung memiliki keyakinan bahwa mereka akan berhadapan dengan situasi yang sama di masa yang akan datang. Sikap menjadi wujud dari antisipasi mereka ketika mereka harus berada dalam situasi tersebut, sikap merupakan suatu kondisi psikologis yang mendahului tindakan dan setiap orang dapat memiliki sikap yang berbeda untuk sebuah obyek yang sama. Hal ini disebabkan karena sikap merupakan fungsi dari (Salomon,2002:198) : 1. Utilitarian Function (Fungsi Utilitarian) Fungsi utilitarian merupakan fungsi sikap yang berhubungan erat dengan prinsip reward dan punishment. Pada beberapa kejadian, sering konsumen mengembangkan sikap terhadap produk hanya didasarkan pada apakah produk tersebut memberikan kenyamanan atau penderitaan. 2. Value Express (Ekspresi Nilai) Sikap juga dapat berfunsi sebagai alat untuk menunjukkan konsep dirinya. Konsumen dapat memiliki perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu produk bukan karena manfaat yang ditawarkan melainkan karena jawaban atas pertanyaan mereka “apa yang dapat dikatakan oleh produk ini tentang saya?” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Ego-Defensive Function (Fungsi Mempertahankan Ego) Sudah menjadi naluri manusia untuk bersikap bertahan ketika mereka merasa terancam dengan situasi atau obyek tertentu. Sikap yang terbentu untuk melindungi diri baik dari ancaman eksternal maupun internal (perasaan bersalah) menjalankan fungsi perlindungan diri. 4. Knowledge Function (Fungsi Pengetahuan) Sikap dapat terbentuk karena adanya kebutuhan akan keteraturan, struktur dan makna. Ketika konsumen berada dalam kondisi yang membingungkan, sering kali terjadi pada saat konsumen ditawari produk terbaru, maka sikap yang terbentuk berfungsi sebagai pengetahuan. Keempat fungsi diatas secara unik dapat terjadi secara bersamaan dalam suatu objek atau situasi yang dihadapi oleh konsumen. Meskipun demikian umumnya hanya ada satu fungsi saja yang dominan. 2.5.2 Komponen Sikap Menurut Erna Ferrinadewi (2008) Sikap memiliki beberapa komponen meyaitu kognitif, afektif dan konatif. Ketiga komponen tersebut akan berputar dan saling mendahului. Artinya untuk setiap konsumen titik awal terbentuknya sikap, seperti gambar 2.1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Affective Conative Cognitive Gambar 2.1 komponen sikap Sumber: Erna Ferrinadewi 1. Komponen Kognitif Dalam komponen kognitif terdiri dari keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang produk. Keyakinan dan pengetahuan tentang produk ini berada antara satu konsumen dengan konsumen yang lain. 2. Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi kita terhadap obyek tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau rasa tidak suka. Umumnya keyakinan konsumen akan suatu produk melekat erat dengan perasaannya. Ketika konsumen yakin bahwa harga dari suatu produk terlalu mahal, maka perasaan yang dihasilkan dapat berupa perasaan positif. perasaan yang merupakan hasilevaluasi dari atribut produk ini dapat juga mempengaruhi keyakinan konsumen bahwa bisa merubah keyakinannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Komponen Konatif Keyakinan dan rasa suka pada suatu produk akan mendorong konsumen melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya. 2.5.3 Pembentukan Sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap 1. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempenngaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social. 2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen social yang ikut yang mempengaruhi sikap kita. seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuan bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikapkita terhadap sesuatu. 3. Pengaruh Kebudayaan. Dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. 4. Media Masa. Sebagai sarana komunikasi, bebagai bentuk media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. adanya informasi baru mengenai sesuatu hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5. Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikaerenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu. 6. Pengaruh Faktor Emosional. Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di dasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Yuliana (2012) Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian Pengaruh brand image dan kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan dan dampaknya terhadap Eksogen: brand image dan kualitas produk Intervening: kepuasan pelanggan Endogen: keputusan untuk dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan dampaknya terhadap pembelian kembali produk H&L, perusahaan harus fokus kualitas produk untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ pembelian keputusan pembelian kembali produk H&L Nanda tirta Pengaruh merek saputri dan Negara asal (2012) (country of origin) terhadap sikap konsumen dalam memilih telepon seluler Madina (2010) Analisis konsumen Independent: merek (x1) dan Negara asal (x2) Dependent: sikap konsumen (y) sikap Independent: sikap konsumen mencapai tingkat kepuasan pelanggan agar tidak terlalu jauh dengan kualitas produk pesaing dan juga mempertahankan keunggulan dari citra merek. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif pengaruh merek dan Negara asal terhadap sikap konsumen dalam memilih produk telepon seluler. Terhadap hubungan yang kuat searah dan terhadap layanan Dependent: signifikan pengurusan sikap konsumen dan jasa layanan kepabean layanan anatara jasa. kecendrungan pelayanan umum secara tidak mengalami peningkata ataupun penurunan. Sumber: Data Yang Diolah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.7 Kerangka Pemikiran Berdasari teori diatas diperoleh kerangka teori sebagai berikut: Kualitas Merek (X1) Sikap Konsumen (Y) Citra Merek (X2) Gambar 2.2 kerangka pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/