BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan teoritis 2.1.1 Anggaran

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan teoritis
2.1.1
Anggaran
2.1.1.1 Pengertian Anggaran
Menurut Garrison, Norren and Brewer (2007:4) Anggaran adalah rencana
terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya
lainnya selama suatu periode waktu tertentu. Dalam sebuah organisasi besar
penganggaran boleh jadi merupakan proses yang terus menerus bagi organisasi yang
besar dan telah matang (mature) dengan tingkat perasional yang relative stabil dalam
jangka panjang, anggaran merupakan dokumen formal yang sangat terperinci.
Anggaran dikaitkan dengan fungsi dasar manajemen yang meliputi fungsi
perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Jadi apabila anggaran dihubungkan dengan
fungsi dasar manajemen maka anggaran meliputi fungsi perencanaan, mengarahkan,
mengorganisasi dan mengawasi setiap satuan dalam bidang-bidang organisasional.
Untuk itu perlu waktu yang lama dalam menyiapkan suatu anggaran agar tersedia
tepat di periode tahun berikutnya dan disetujui semua pihak.
Peraturan pemerintah No.24 Tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman
tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut
klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode”. Sumber lain menyebutkan,
“Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk
jangka waktu tertentu .” M.Nafarin (2004:12)
2.1.1.2 Fungsi Anggaran
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama menurut
Mardiasmo (2004:122) antara lain sebagai : alat perencanaan, pengendalian,
kebijakan fiscal, alat politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kinerja, serta alat
motivasi.
a.
Anggaran sebagai Alat Perencanaan ( Planing tool )
Anggaran sebagai alat perencanaan berfungsi untuk merecanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
b.
Anggaran sebagai Alat Pengendalian ( Control tool )
Anggaran sebagai alat pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam
pengalokasian anggaran pada setiap kegiatan.
c.
Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal ( Fiscal tool )
Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
d.
Anggaran sebagai Alat Politik ( political tool )
Pada sector public, anggaran merupakan alat politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana public
untuk kepentingan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
e.
Anggaran sebagai Alat Koordinator dan Komunikasi ( Coordination and
communication tool )
Anggaran public merupakan alat koordinasi antar pegawai dalam organisasi
pemerintahan. Disamping itu, anggaran harus dikomunikasikan keseluruhan
bagian organisasi untuk dilaksanakan.
f.
Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja ( performance measurenment tool )
Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian
kinerja berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dikaitkan dengan anggaran
yang telah ditetapkan.
g.
Anggaran sebagai Alat Motivasi ( motivation tool )
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi pegawai-pegawai
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
h.
Anggaran sebagai Alat Menciptakan Ruang Publik (public sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan
DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik.
2.1.1.3 Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi anggaran adalah proses yang menggambarkan individu-individu
yang terlibat dalam penyusunan anggran dan mempunyai pengaruh terhadap target
anggaran tersebut (Falikhatun, 2007). Kenis dan Djalil (2006) medefinisikan
partisipasi sebagai “luasnya manajer yang terlibat dalam penyiapan anggran dan
Universitas Sumatera Utara
besarnya pengaruh manajer terhadap budget goals unit organisasi yang menjadi
tanggungjawabnya.” Berdasarkan definisi di atas, partisipasi anggran dapat diartikan
sebagai keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggran.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri
nomor 13 tahun 2006 membuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang
dilaksakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat
daerah atau unit kerja. Secara umum dapat diterangkan bahwa anggaran daerah
disusun berdasarkan rencana kerja daerah yang telah disusun baik rencana kerja
jangka panjang (RPJP), rencana kerja jangka menengah ((RPJM), rencana kerja
pembangunan daerah (RKPD). Pada tingkat SKPD, anggaran juga disusun
berdasarkan rencana jangka menengah SKPD yang sering disebut renstra SKPD.
Renstra SKPD dan RKPD menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun rencana kerja
(renja) SKPD. Renstra SKPD disusun dengan cara rapat para anggota SKPD serta
mengacu kepada RPJP dan RPJM baik nasional maupun daerah. Satuan kerja
perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. Menurut
Kepmendagri No. 13 Tahun 2006, pasal 10, Kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
mempunyai tugas, yaitu.
a) Menyusun RKA-SKPD,
b) Menyusun DPA-SKPD,
c) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja
Universitas Sumatera Utara
d) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
e) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
f) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
g) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan,
h) Menandatangani SPM
i) Mengelola utang dan piutang yang menjasi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya
j) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya
k) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
l) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
m) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dililpahkan oleh kepala daerah, dan
n) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Selanjutnya,
melaksanakan
pejabat
tugas-tugas
pengguna
sebagaimana
anggaran/pengguna
dimakksud
dalam
barang
pasal
10
dalam
dapat
melimpahkan sebagian/seluruh kewenangannya kepada unit kerja pada SKPD selaku
kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian kewenangan
sebagaimana tersebut sebelumnya berdasarkan pertimbanagan tingkatan daerah,
besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,lokasi, kompetensi
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Garrison et. al. (2000:347), menyatakan bahwa.
Arah aliran data anggaran suatu system partisipatif berawal dari level
tanggung jawab yang lebih rendah kepada level tanggung jawab yang lebih tingggi.
Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas pengendalian biaya harus menyusun
estimasi anggarannya sendiri dan kemudian menyerahkannya kepada level
manajemen
yang lebih tinggi. Estimasi tersebut kemudian direview dan
dikonsolidasikan dalam gerakannya kearah level manajemen yang lebih tinggi.
Dokumen pelaksanaan anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPASKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pendapatan yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. PPA adalah
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada
SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah
disepakati dengan DPRD. Rencana kerja dan anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Pengguna anggaran adalah pejabat
pemegang kewenanagan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi SKPD yang dipimpinnya.
2.1.1.4 Pengaruh Penganggaran Partisipasian Terhadap Kinerja SKPD
Partisipasi dalam penyusunan anggran pada awalnya dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari perilaku disfungsional yang mungkin timbul dari beban anggran
yang harus dipertanggungjawabkan oleh manajer. Oleh sebab itu, anggran partisipatif
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat mencegah perilaku disfungsional tersebut, sehingga harusnya
anggran partisipatif dapat memberikan pengaruh baik terhadap kinerja manajer.
Namun ternyata, anggaran partisipatif juga memiliki kelemahan. Ecker dan Green
menemukan bahwa jika pertisipasi tidak diterapkan secara benar, partisipasi dapat
merusak motivasi dan menemukan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi
(Siegel dan Marconi dalam Djalil, 2006).
Partisipasi dianggap sebagai sarana aktualisasi yang terbaik untuk para pekerja
dalam rangka meningkatkan diri mereka kepada masing-masing tanggung jawab atau
tugas yang diemban. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:87),
Partisipasi anggaran memilki dampak positif karena dua alasan yaitu :
a. Kemungkinan anggaran ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita
anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribafi pegawai
dibandingkan bila secara eksternal
b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi
yang efektif.
2.1.2
Motivasi
2.1.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi dalam arti umum adalah dorongan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Robbins (2006:214)
memberikan pengertian motivasi sebagai kecendrungan seseorang melibatkan
diri dalam kegiatan yang mengarah pada sasaran. Motivasi merupakan hal
vital bagi individu agar dapat melakukan yang terbaik. Pemberian motivasi
dengan tepat akan mendorong orang lebih bersemangat dalam mengerjakan
Universitas Sumatera Utara
pekrjaannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Selain itu
dengan motivasi yang tepat akan menimbulkan gairah dan keikhlasan kerja
dalam diri seseorang sehingga setiap pekerjaan, selain membutuhkan
keterampilan dan keahlian pribadi juga diperlukan yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaannya yang optimal.
Menurut Mahoney (1963) ada 3 hal dalam proses motivasi
yang saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya, yaitu:
kebutuhan,dorongan, dan insentif. Motivasi sebagaimana didefinisikan oleh
Robins (2002:179) merupakan kemauan untuk menggunakan usaha tingkat
tinggi untuk organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha untuk
memenuhi kebutuhan individu. Dalam definisi ini ada tiga elemen yang
penting: usaha,tujuan organisasi, dan kebutuhan.
2.1.2.2 Tujuan Motivasi
Motivasi mempunyai beberapa tujuan yaitu:untuk mendorong gairah
dan
semangat
pegawai,
meningkatkan
moral
dan
kepuasan
kerja,
meningkatkan loyalitas dan kestabilan pegawai,meningkatkan kedisiplinan,
dan menurunkan tingkat absensi, serta menciptakan suasana dan hubungan
kerja yang baik. Pada pemerintah daerah, aparat yang memiliki motivasi yang
tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat anggaran
menjadi relative lebih tepat. Hal ini mengarah pada komitmen pribadi yang
lebih besar untuk mencapai target anggaran sehingga dapat meningkatkan
kinerja.
Universitas Sumatera Utara
a) Kebutuhan akan prestasi, dorongan untuk mengunggulu, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses
b) Kebutuhan atas kekuasaan, kebutuhan untuk membuat orang-orang lain
berprilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu/tanpa dipaksa, tidak akan
berperilaku demikian
c) Kebutuhan akan afiliasi, hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah
dan akrab
3) Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth) menganggap bahwa kebutuhan
manusia memiliki tiga hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan akan aksistensi
(existence needs). Kebutuhan akan keterkaitan (relatidness needs), dan
kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs).
4) Teori Harapan (Vroom)
Teori ini disebut juga dengan teori valensi ayau teori instrumentalis. Teori ini
memiliki ide dasar bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan
akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variable-variabel
kunci dalam teori harapan adalah : usaha (effort), hasil (income), harapan
(expectancy), instrument-instrumen yang berkaitan denagn hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua, hubungan antara prestasi dan
imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kadar
kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.
Kebanyakan teori-teori diatas telah dibuktikan secara empiris. Kita
mengetahui bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan akan teori-teori diatas membantu memahami bagaimana
individu-individu dapat termotivasi melakukan sesuatu.
2.1.2.3 Pengaruh Motivasi Pegawai terhadap kinerja SKPD
Pegawai pemerintah memerlukan motivasi
kerja yang kuat agar bersedia
untuk melaksanakan pekerjaan secara bersemangat, bergairah dan derdedikasi.
Apalagi jika pegawai tersebut termotivasi dalam berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran.
Motivasi
ini
akan
menimbulkan
inisiatif
bagi
mereka
untuk
menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan, dan merasa
memiliki, sehingga kerjasama diantara amggota dalam mencapai
tujuan juga
meningkatk sehingga tercipta komitmen yang kuat dalam pencapaian target anggaran.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena ada keyakinan bahwa
keyakinan visi dan misi pemerintah akan tercapai denagn sumbangsih mereka.
2.1.3
Kinerja SKPD Pemerintah Daerah
SKPD (satuan kerja perangkat daerah) merupakan pusat pertanggungjawaban
yang dipimpin oleh seorang kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas
enritasnya, misalnya : dinas kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas
pendidikan, dinas pemuda dan olah raga, bappeda, dan lainnya. Kumorotomo
(2005:103), mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah “ hasil akhir (output)
organisasi
yang
sesuai
dengan
tijuan
organisasi,
transparan
dalam
pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi
dan misi organisasi, berkualitas,adil,serta diselenggarakan dengan sarana dan
prasarana yang memadai”.
Universitas Sumatera Utara
Bastian (2006:267), “ indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang mrnggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhitungkan indicator masukan (inputs), keluaran (outputs),
hasil (outcome), manfaat (benefits), dan dampak (impact)”. Lebih lanjut Bastian
(2006:267) menjelaskan bahwa syarat-syarat indicator kinerja adalah sebagai berikut.
a. Spesifik,jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi,
b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan
relevan
c. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan
masukan, proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak
d. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubaha/penyesuaian pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan efektif
Whittaker
(1993)
dalam
Bastian
(2006:274)
mengungkapkan
“pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk mwningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian
(2006:276), “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah aspek finansial,
kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis internal, kepuasan pegawai, kepuasan
komunitas, dan stakeholders, serta waktu”. Berdasarkan UU no 17 tahun 2003, maka
penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan
masing-masing satuan kerja dilingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran
dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas
yang tinggi dalam menalokasikan sumberdaya yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang
beragam. Tabel berikut ini menyajikan peneliti-peneliti terdahulu.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Variable Penelitian
Batubara (2008)
Variabel
independen: 1. Tidak terdapat pengaruh
partisipasi Anggaran dan
antara partisipasi anggaran
Motivasi
terhadap
kinerja
Variabel
Dependen
:
manejerial.
Kinerja Manejerial
2. Terdapat
pengaruh
motivasi terhadap kinerja
manejerial
Variabel
independen: 1. Tidak terdapat adanya
Partisipasi Anggaran dan
pengaruh
partisipasi
Komitmen
anggaran terhadap kinerja
Variabel Dependen :Kinerja
manejerial
Manejerial
2. Terdapat
pengaruh
komitmen
organisasi
terhadap
kinerja
manejerial
Variabel
independen: 1. Ada pengaruh positif
Partisipasi
dalam
signifikan
dalam
penganggaran dan peran
penganggaran
terhadap
manajerial
pengelola
kinerja pemerintah daerah
keuangan daerah
2. Ada pengaruh positif
Variabel Dependen :Kinerja
signifikan peran pengelola
Manejerial
keuangan daerah terhadap
kinerja
pemerintahan
daerah
Variabel
independen: 1. Partispasi
anggaran
Partisipasi
Anggaran
berpengaruh
terhadap
Octavia (2009)
Herminingsih
(2009)
Nurcahyani
(2010)
Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Variabel Dependen :Kinerja
kinerja manajerial
Manejerial
2. Partisipasi anggaran tidak
Variabel Antara :
berpengaruh
terhadap
Komitmen organisasi dan
kinerja manajerial melalui
komitmen organisasi
persepsi inovasi
3. Partisipasi anggaran tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja manajerial melalui
persepsi inovasi
Penelitian Riyadi (2000) menggunakan motivasi sebagai variabel moderating.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak tepatnya pengaruh partisipari anggaran
terhadap kinerja manejerial. Variabel motivasi sebagai variabel moderating dalam
penelitian ini menunjukkan tidak terdapatnya pengaruh motivasi terhadap kinerja.
Penelitian Batubara (2003) dilakukan pada PT. Siantar Top, Tbk. Penelitian
ini dilakukan berdasarkan jawaban 35 manajer dalam perusahaan tersebut. Metode
analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
Octavia (2009) melakukan penelitian pada PT Pos Indonesia Medan.
Penelitian ini mneggunakan variable independen yaitu partisipasi anggaran dan
komitmen organisasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisa regresi
berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan komitmen organisasi berpebgaruh terhadap
kinerja.
2.3.
Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep
teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Penelitian ini menggunakan dua
variable penelitian yaitu penganggaran partisipasian dan motivasi serta satu
variabel dependen yaitu kinerja SKPD. Berikut ini gambar kerangka konseptual
dari penelitian yang saya lakukan.
Penganggaran
partisipasian (X1)
Kinerja SKPD (Y)
Motivasi Pegawai
(X2)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Partisipasi pemerintah yang bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai
stakeholders daerah menjadi sangat penting sejak diberlakukannya anggaran daerah
yang berorientasi pada kinerja. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat di
pandang pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil yang telah dicapai. Aktivitas
pemerintah tidak hanya berorientasi pada tingkat pemerintah diatasnya melainkan
pada kepentingan dan pertanggungjawaban publik. Penganggaran partisipasian dapat
diartikan sebagai keikutsertaan bawahan dalam proses penyusunan anggaran.
Keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam penyusunan anggaran ini dapat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kinerja karena dapat menjadi sarana aktualitas yang terbaik bagi para
bawahan untuk meningkatkan diri mereka kepada masing-masing tanggungjawab
atau yang diemban.
Motivasi kerja yang kuat merupakan hal yang diperlukan oleh pegawai agar
bersedia melaksanakan pekerjaannya secara bersemangat, bergairah dan berdedikasi.
Motivasi seseorang didalam suatu organisasi akan dapat terlihat dari kinerjanya dalam
menyelesaikan seluruh tanggung jawabnya. Dengan demikian, kinerja (Y) itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh partisipasi anggaran (X1) dan motivasi pegawai (X2).
2.4.
Hipoteis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan. ( Sugiyono, 2005:51)
Berdasarkan perumusan masalah yang dilakukan di atas, hipotesi penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: pengaruh penganggaran partisipasian dan motivasi
pegawai terhadap kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Asahan.
Universitas Sumatera Utara
Download