universitas indonesia pemenuhan nutrisi pada balita setelah lepas

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMENUHAN NUTRISI PADA BALITA SETELAH LEPAS DARI
ASI SEBAGAI INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA ANAK D DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI
KELURAHAN S, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
LAYYA NOTIVA DEWI
0906510981
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JULI 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMENUHAN NUTRISI PADA BALITA SETELAH LEPAS DARI
ASI SEBAGAI INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA ANAK D DENGAN MASALAH KESEHATAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI
KELURAHAN S, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
LAYYA NOTIVA DEWI
0906510981
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JULI 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini.
Penulisan karya ilmiah akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Ibu Henny Permatasari selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir Ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini.
(1) Ibu Fajar Tri Waluyanti selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak perhatiannya.
(2) Pihak Puskesmas Sukatani atas pemberian izin untuk berpraktik di daerah
binaan Sukatani.
(3) Orangtua dan kedua adik saya yang telah banyak memberikan doa dan
dukungan moral.
(4) Keluarga kelolaan yaitu bapak J dan ibu S, yang telah mempersilakan saya
untuk melakukan asuhan keperawatan kepada anak D selama 7 minggu.
(5) Sahabat, Angkatan regular 2009, dan ekstensi 2011 yang telah mendukung
untuk segera menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners.
iv
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
(6) Semua pihak yang telah menegur saya ataupun pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir Ners
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 11 Juli 2014
Penulis
v
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Layya Notiva Dewi
Program Studi : Profesi Ners
Judul Karya : Pemenuhan Nutrisi pada Balita Setelah Lepas dari ASI
sebagai Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga Anak D dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan S,
Depok
Salah satu bidang yang sangat diutamakan Indonesia dalam pencapaian
MDGs 2015 ialah kesehatan terutama masalah gizi. Upaya penanggulangan
masalah gizi kurang telah dilakukan oleh pemerintah melalui unit kesehatan
seperti Puskesmas. Peran perawat komunitas adalah memberikan asuhan
keperawatan keluarga berfokus pada fungsi kesehatan keluarga dengan
inovasi unggulan berdasarkan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.
Kunjungan keluarga dilakukan minimal sebanyak dua kali pertemuan dalam
seminggu. Inovasi unggulan yang telah diberikan berupa edukasi kesehatan
dan melatih psikomotor membuat makan ringan berbahan dasar susu. Hasil
analisa intervensi didapatkan terjadinya peningkatan status gizi balita dengan
peningkatan berat badan dua kg. Perawat dalam memberikan inovasi berupa
makanan ringan berbahan dasar susu sebaiknya memperhatikan efek jangka
pendek maupun jangka panjang. Pemberian makanan ringan berbahan dasar
susu ini dapat dihentikan setelah stats nutrisi balita optimal.
Kata kunci : balita, pemenuhan nutrisi setelah ASI, kurang gizi pada balita
vii
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Layya Notiva Dewi
Program of Study
: Ners
Title
: Nutrition Fulfilling on Toddlers after Breastfeeding
Period as Nursing Care Intervention on D that Imbalanced Nutrition Less
Than
Body
Requirement
at
S,
Depok.
One area that is highly preferred by Indonesia in achieving the MDGs in 2015
is health area primarily in nutrition problem. The efforts to solve the
malnutrition problem has been done by the government through health units
such as health centers. The role of community nurses provide nursing care
family is focusing on family health function with superior innovation based
health problems faced by the family. Family visits had been conducted at least
twice a week. Innovation had been given in a form of superior education and
training of health psychomotor to make a milk-based snacks. The results of
the intervention analysis found an increase in nutritional status of children
with a weight gain of two kilograms. Nurses in providing innovations in the
form of milk-based snacks should pay attention to the effects of short-term
and long-term. Giving milk-based snacks can be stopped after a toddler gain
optimal nutrition stats.
Keyword : toddler, nutrition fulfillment after breastfeeding, imbalanced
nutrition less than body requirement on toddler
viii
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xi
1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 8
2.1 Konsep at Risk ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian at Risk ............................................................ 8
2.1.2 Kelompok At Risk ............................................................ 8
2.1.3 Balita Sebagai Kelompok Risiko ...................................... 9
2.2 Status Gizi Balita ................................................................... 12
2.2.1Penilaian Status Gizi Balita ............................................... 12
2.2.2 Pemenuhan Status Gizi Balita dalam Konteks Keluarga ... 13
2.3 Peran Perawat Komunitas ...................................................... 20
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga .............................................. 23
2.4.1 Pengkajian ....................................................................... 23
2.4.2 Diagnosa .......................................................................... 24
2.4.3 Perencanaan ..................................................................... 24
2.4.4 Implementasi ................................................................... 25
2.4.5 Evaluasi .......................................................................... 25
3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN................................... 26
3.1 Pengkajian ............................................................................. 26
3.2 Diagnosa ............................................................................... 28
3.3 Perencanaan........................................................................... 28
3.4 Implementasi ......................................................................... 31
3.5 Evaluasi ................................................................................. 32
4. METODE PENELITIAN ......................................................... 35
4.1 Profil Lahan Praktik .............................................................. 35
4.2 Asuhan Keperawatan Keluarga .............................................. 36
ix
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
4.2.1 Tahap Pengkajian............................................................. 36
4.2.2 Tahap Perencanaan .......................................................... 39
4.2.3 Tahap Implementasi ......................................................... 40
4.2.4 Tahap Evaluasi ................................................................ 41
4.2.5 Rencana Tindak Lanjut ................................................... 42
5. PENUTUP ................................................................................. 43
5.1 Simpulan ............................................................................... 43
5.2 Saran ..................................................................................... 44
DAFTAR REFERENSI ................................................................ 45
x
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Bapak J
Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Anak D dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Lampiran 3 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga Anak D dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Lampiran 4 Tingkat Kemandirian Keluarga
Lampiran 5 Lembar Balik Gizi Seimbang
xi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebanyak 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada
bulan September 2000 berkomitmen untuk mengembangkan target pembangunan
global yang bernama Milennium Development Goals (MDGs) atau Tujuan
Pembangunan Milenium. MDGs ini berisi beberapa tujuan yang mencakup
kesehatan, pendidikan, keamanan, perdamaian, dan kebebasan hak asasi manusia.
Indonesia memiliki target optimal pencapaian MDGs di tahun 2015. Salah satu
bidang yang sangat diutamakan Indonesia ialah kesehatan terutama masalah gizi. Gizi
kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30% kematian pada
balita (Direktorat Anak, 2013). Beberapa kebijakan pemerintah khususnya Kemenkes
RI yang masih perlu dievaluasi antara lain, kebijakan pencapaian MDGs-1 tentang
menurunkan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi.
Kekurangan gizi pada masa balita akan berpengaruh besar terhadap kualitas
seseorang nantinya. Asupan gizi yang kurang pada dua tahun pertama pertumbuhan
dapat menyebabkan gangguan serius pada perkembangan otak yang mengakibatkan
tingkat kecerdasan anak terhambat (Siswono, 2009 dalam Saidah, 2010). Kurang gizi
pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik mapun mentalnya. Anak
kelihatan lebih pendek dan kurus dibandingkan teman sebayanya yang lebih sehat.
Ketika
memasuki
usia
sekolah tidak
dapat
berprestasi
menonjol karena
kecerdasannya terganggu (Khomsari, 2008 dalam Saidah, 2010).
Masalah gizi di Indonesia khususnya pada balita menjadi masalah besar karena
berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan
serta angka kematian bayi dan balita sehingga dengan melihat catatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia masih berada pada peringkat 108 dari 177
negara di dunia. Hingga pertengahan tahun 2008, jumlah balita yang mengalami
1
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
kekurangan gizi masih pada kisaran 4 juta jiwa dari 110 juta balita di Indonesia.
Departemen Kesehatan mengklasifikasikan angka tersebut dalam beberapa kategori
yaitu kurang gizi, risiko gizi buruk, dan gizi buruk.
Data Depkes awal Maret 2008, jumlah balita penderita malnutrisi pada tahun 2007
adalah 4.1 juta jiwa. Sebanyak 3.38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu
termasuk kategori risiko gizi buruk (Siswono, 2009 dalam Saidah, 2010). Secara
nasional, indikator status gizi kurang dan buruk berdasarkan Berat Badan/Umur
(BB/U) di tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya. Di tahun 2007 sebanyak
18.4 %, tahun 2010 sebanyak 17.9%, dan di tahun 2013 menjadi 19.6 % terdiri dari
5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang (Bappenas, 2012 dalam Riskesdas,
2013). Sedangkan diantara 33 provinsi di Indonesia, provinsi yang memiliki
prevalensi gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional yang tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur dengan kisaran 33.1 %. Untuk Jawa Barat sendiri, prevalensi
gizi buruk-kurang menempati urutan lima provinsi terbawah setelah Bangka Belitung
dan Riau dengan kisaran 15 % (Riskesdas, 2013).
Jawa Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki kota yang tingkat
urbanisasi tinggi yaitu Kota Depok. Dari hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat
sebanyak 1.736.565 penduduk yang mendiami, terdiri dari 879.325 penduduk lakilaki dan 857.240 penduduk perempuan. Kota Depok memiliki tiga kecamatan dengan
persentase penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Cimanggis, Sukmajaya, dan Tapos.
Menurut data Kota Depok tahun 2008, Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah balita
terbanyak dibandingkan kecamatan lain yang ada di Kota Depok yaitu berjumlah
49.184 balita. Salah satu puskesmas yang terdapat di Kecamatan Cimanggis adalah
Puskesmas Sukatani.
Daerah binaan Puskesmas Sukatani menurut data Kota Depok tahun 2008 memiliki
9.154 balita dengan 7.955 balita yang ditimbang, 6.726 memiliki berat badan yang
naik, 198 balita dengan hasil pengukuran Kartu Menuju Sehat berada di bawah garis
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
3
merah, dan 11 balita dengan status gizi buruk. Daerah binaan Puskesmas Sukatani ini
salah satunya adalah wilayah RW 02 Kelurahan Sukatani. Jumlah balita di RW 02
mencapai 144 balita dengan balita yang aktif mengikuti posyandu sebanyak 111
balita. Dari 111 balita yang aktif mengikuti posyandu tersebut didapatkan data bahwa
13 balita (11.7%) status gizi berada pada rentang garis merah, 25 balita (22.5%)
status gizi berada pada rentang garis kuning, 65 balita (58.6%) status gizi berada pada
rentang garis hijau, dan 8 balita (7.2%) status gizi berada pada rentang garis kuning
(risiko obesitas).
Untuk mengatasi permasalahan gizi yang ada di Indonesia, beberapa kebijakan
pemerintah mengenai cara menurunkan prevalensi balita dengan berat badan rendah
atau kekurangan gizi diantaranya melalui pemenuhan makanan yang aman dan
bergizi cukup, antara lain melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi
sasaran, suplementasi zat gizi mikro dan peningkatan akses layanan kesehatan, air
minum yang aman, sanitasi, dll (Depkes, 2013). Kebijakan tersebut juga dapat berupa
penyampaian pesan dasar gizi seimbang dalam bentuk pendidikan kesehatan berbasis
masyarakat. Prinsip dasar pedoman gizi seimbang
yaitu mengkonsumsi
keanekaragaman pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan mempertahankan
berat badan normal.
Selain kebijakan mengenai PMT, strategi yang dilakukan pemerintah yaitu
meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE
(Komunikasi, informasi, dan edukasi), memenuhi kebutuhan obat program gizi
terutama kapsul A, tablet Fe, mineral mix melalui optimalisasi sumber daya pusat dan
daerah, meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan
pertumbuhan, konseling menyusui dan MPASI, tatalaksana gizi buruk, surveilan,
pelayanan gizi pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan skrining ibu hamil
KEK (ibu hamil keluarga miskin) diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan ibu
(ANC), melaksanakan surveilans gizi di seluruh kabupaten/kota, surveilans sentinel,
dan surveilans gizi darurat, dan yang terakhir yaitu menguatkan kerjasama dan
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
4
kemitraan dengan lintas program dan lintas sector, organisasi profesi, dan Lembaga
Swadaya Masyarakat serta menyusun NSPK gizi
Salah satu kebijakan pemerintah yaitu mengenai pemberian makanan tambahan bagi
balita. Menurut Allen & Myers (2006), komponen kunci makan sehat untuk balita
adalah ketersediaan dan berbagai pilihan makanan sehat untuk makanan ringan dan
makanan berat. Seiring dengan tumbuh kembang balita, balita membutuhkan lebih
banyak energy yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsinya dalam satu kali
makan. Energy tersebut dapat diperoleh dari pemberian makanan ringan berbahan
dasar susu bagi balita setelah ASI berupa pudding sebagai salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Hal ini diharapkan mampu memperbaiki status gizi
balita mengingat pada tahap ini balita dapat menolak makanan tambahan yang dapat
menyebabkan balita tersebut mengalami defisiensi nutrisi.
Praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan mata ajar dari FIK
UI yang menjadikan wilayah Kota Depok sebagai lahan praktik. Salah satu bentuk
praktik profesi tersebut adalah bertanggungjawab terhadap kesehatan balita di
masyarakat. Praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (PK-KKMP)
dari mahasiswa program profesi Ners FIK UI diaplikasikan dengan praktik lapangan
di wilayah RW 02 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok selama 7 minggu
dengan pendekatan pelayanan keluarga khususnya pendekatan dengan balita dalam
keluarga dan orangtua dengan balita. Upaya yang dilakukan dalam melakukan
pendekatan pelayanan keluarga baik secara individual maupun kelompok dimulai
dengan tahapan proses keperawatan keluarga mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
Pendekatan pelayanan keluarga yang dilakukan kelompok diawali dengan tahap
pengkajian. Tahap pengkajian dilakukan dengan meminta data balita yang aktif
mengikuti posyandu. Data balita di posyandu ini merupakan data sekunder,
sedangkan data primer didapatkan melalui wawancara dengan kader setempat dan
keluarga dengan balita. Selain dengan wawancara langsung, data primer juga
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
5
diperoleh dengan cara meminta keluarga dengan balita untuk mengisi kuesioner
terkait gizi seimbang. Tahap selanjutnya yaitu penyusunan intervensi dan
implementasi. Dari hasil pengkajian yang didapatkan maka intervensi yang dilakukan
untuk mengatasi balita kurang gizi di wilayah RW 02 yaitu dengan penyuluhan
kesehatan bagi orangtua dengan balita yang pada saat itu mengunjungi posyandu dan
lomba penyusunan menu seimbang bagi balita.
Tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner yang sama saat dilakukan pengkajian terhadap keluarga
dengan balita setelah diberikan intervensi kelompok oleh mahasiswa. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan keluarga mengenai gizi
seimbang ditunjukkan dengan perolehan hasil persentase yang meningkat dari
pengkajian yang dilakukan sebelumnya.
Untuk pendekatan pelayanan keluarga yang dilakukan secara individual, dilakukan
dengan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga Bapak J khususnya pada anak
D dengan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tahap pengkajian dimulai
dengan melakukan wawancara non formal selama dua kali dalam semingggu. Selain
dengan melakukan wawancara, tahap pengkajian dilakukan dengan memeriksa
kembali hasil pengukuran menurut Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki anak D.
Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa status gizi anak D berada pada bawah
garis merah. Pada saat dilakukan pengkajian, berat badan anak D adalah 8 kg. Dalam
sehari, anak D hanya makan sekali yaitu di pagi hari, selingan di siang hari pukul
11.00 dan pukul 15.00 dengan mengkonsumsi satu biscuit.
Selain itu anak D masih diberikan ASI dengan frekuensi lebih dari 8 kali dan setiap
kali pemberian lamanya lebih dari 20 menit. Kemudian, dari hasil pengkajian tersebut
dilakukan rencana intervensi dan implementasi. Implementasi yang diberikan secara
individual adalah pendidikan kesehatan dengan fokus pemenuhan nutrisi yang
mengandung gizi seimbang pada balita sebagai makanan lanjutan setelah lepas dari
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
6
ASI. Keberhasilan intervensi diukur dengan melakukan evaluasi formatif dan evalusi
sumatif. Pada evaluasi sumatif didapatkan hasil bahwa anak D mengalami kenaikan
berat badan dari 8 kg menjadi 10 kg. Selama praktik klinik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan mahasiswa menempatkan keluarga sebagai mitra. Kemitraan
dilakukan baik dalam penyusunan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi, dan
juga evaluasi.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menggambarkan laporan hasil analisis praktik klinik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan pada keluarga oleh mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok.
1.2.1 Tujuan Khusus
Menggambarkan hasil pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, serta
rencana tindak lanjut dari asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Aplikasi
1.3.1.1 Meningkatkan kemandirian keluarga untuk memperbaiki status gizi
balita
1.3.1.2 Meningkatkan kemampuan keluarga menjadi role model dalam upaya
memperbaiki status gizi balita
1.3.2 Manfaat Keilmuan
1.3.2.1 Hasil penulisan diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan wawasan
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang diberikan kepada
keluarga yang memiliki balita dengan status gizi kurang di RT 04 RW
02 Kelurahan S, Kecamatan Tapos, Depok. Upaya ini merupakan bagian
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
7
dari program perawatan kesehatan masyarakat dalam aspek promotif,
preventif, dan rehabilitatif.
1.3.2.2 Memberikan
kontribusi
terhadap
pengembangan
profesionalisme
perawat dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai bentuk aplikasi
program Perkesmas.
1.3.3 Manfaat untuk Puskesmas Sukatani
1.3.3.1 Memberikan role model kepada instansi Puskesmas Sukatani, terkait
pelaksanaan program Perkesmas dalam hal ini asuhan keperawatan
keluarga di RT 04 RW 02 Kelurahan S, Kecamatan Tapos, Depok.
1.3.3.3 Memberikan informasi dan data kepada instansi terkait prevalensi gizi
kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas S, Depok.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas mengenai kajian literatur sebagai landasan pemikiran yang
akan disimpulkan. Untuk mendukung penulisan karya ilmiah akhir ini, penulis
mengambil beberapa literatur yang sesuai judul karya ilmiah akhir. Pembahasan
konsep dalam bab ini meliputi konsep at risk, status gizi balita, peran perawat
komunitas, dan asuhan keperawatan keluarga.
2.1 Konsep at Risk
2.1.1 Pengertian
Association of State and Territorial Health Offices (ASTHO) 2008, mendefinisikan
at risk berhubungan dengan faktor-faktor yang meningkatkan seseorang terkena
penyakit. Risiko merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit (Stanhope
&Landcaster, 2004).
2.1.2 Kelompok At Risk
Kelompok at risk adalah sekelompok orang yang memiliki risiko terbesar terkena
penyakit karena berbagai faktor seperti masalah ekonomi, sosial budaya, mereka yang
cenderung mengalami cidera atau kematian akibat cacat fisik, gangguan kognitif dan
sensori/mencerita penyakit baik kronik maupun emergency, kemampuan bahasa
kurang, keterbatasan menjangkau pelayanan kesehatan karena diskriminasi, dan
kelompok yang menyendiri (tuna wisma, tinggal sendiri, pelancong) (Allender &
Spradley, 2005; Stanhope & Lancaster, 2004; Clark, 1999). Kelompok at risk ini
meliputi bayi, anak-anak, remaja dan dewasa muda, dewasa menengah, dan lanjut
usia (Stanhope & Lancaster, 2004). Balita dengan risiko tinggi mengalami kurang
gizi diantaranya karena sistem imun yang lemah, terkena penyakit, jumlah makanan
yang dikonsumsi kurang, berat bayi lahir rendah, dan yang lainnya. Karakteristik
kelompok at risk digambarkan menggunakan konsep epidemiologi faktor risiko yang
berhubungan dengan masalah kesehatan, yaitu perilaku atau gaya hidup, faktor
8
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
9
lingkungan, dan faktor genetic (Stone, McGuire, & Eigsti, 2002 dalam Bittikaka,
2011). Bittikaka (2011) menuliskan ketiga faktor risiko tersebut memiliki enam
karakteristik diantaranya kebiasaan kesehatan, usia, biologi, kesehatan individu, gaya
hidup, dan lingkungan (Pender 2001 dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Menurut
Hirtchcock, Schubert, dan Thomas (1999) dalam Fitriyani (2009), faktor biologis
yang mempengaruhi balita gizi kurang sebagai populasi rentan adalah karena faktor
usia dan ketergantungan pada orang lain (orang tua) dalam penyediaan makanan
balita.
2.1.3 Balita Sebagai Kelompok Risiko
Hitchcock (1999) dalam Mirayanti (2012) menjelaskan bahwa balita merupakan
kelompok risiko untuk mengalami kurang gizi karena faktor usia dan ketergantungan
seorang anak terhadap orangtua dalam pemenuhan nutrisinya. Usia disini
dihubungkan dengan karakteristik fisiologis dan perkembangan yang berpredisposisi
terhadap risiko mengalami masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
bisa muncul yaitu gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Whaley dan Wong
(2000) mengungkapkan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran,
sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara
bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks
melalui proses maturasi dan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak menurut Wong (2000) adalah faktor herediter, lingkungan,
dan internal. Faktor herediter tersebut diantaranya adalah jenis kelamin, ras, dan
kebangsaan (Marlow, 1988).
Faktor internal yang mempengaruhi diantaranya kecerdasan, pengaruh hormonal, dan
pengaruh emosi. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah lingkungan prenatal, pengaruh budaya lingkungan,
lingkungan eksternal, status sosial dan ekonomi keluarga, iklim atau cuaca,
olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, dan nutrisi. Selama masa
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa prenatal, usia bayi, atau
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
10
remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak dapat mengalami
hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan
zat gizi tersebut. Penyebab status nutrisi kurang pada anak diantaranya asupan nutrisi
yang tidak adekuat baik secara kuantitatif maupun kualitatif, hiperaktivitas fisik atau
istirahat yang kurang adekuat, adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan
kebutuhan nutrisi, dan stres emosi yang dapat menurunkan nafsu makan atau absorpsi
makanan yang tidak adekuat. (Supartini, 2004).
Menurut Alkon, et al (2006), balita berada pada kelompok at risk dikarenakan balita
masih tergantung pada pola pengasuhan orang tua untuk mengajarkan pada mereka
kebiasaan makan yang sehat dan pilihan makanan yang tepat. Jika balita mengamati
orangtua/dewasa/pengasuhnya mengkonsumsi makanan yang kurang akan nilai gizi,
maka balita akan meniru kebiasaan tersebut (Fisher & Birch, 1995). Balita dengan
masukan nutrisi yang tidak adekuat misalnya saja berlebihan dalam mengkonsumsi
makanan yang bernilai gizi rendah, maka dapat menyebabkan kegemukan dan
memiliki masalah kesehatanyang serius pada masa remaja dan dewasa. Yang kedua,
asupan makanan anak-anak harus dalam kaya nutrisi kalsium dan zat besi karena
balita seringkali makan dengan porsi sedikit.
Yang ketiga, beberapa orang tua memilih untuk menyiapkan makanan cepat
saji/kemasan daripada menyiapkan makanan dengan memperhatikan nilai gizinya.
Makanan kemasan tersebut cenderung tinggi zat aditif dan pengawet, dan nilai gizi
yang kurang dibandingkan dengan makanan yang disiapkan sendiri. Yang keempat,
balita menjadi sasaran pemasaran yang luas taktik oleh perusahaan makanan. Televisi
ynag menyiarkan program anak sering disponsori oleh pembuat makanan olahan dan
makanan ringan yang sangat manis. Balita rentan terhadap iklan ini karena mereka
tidak memiliki pengetahuan atau objektivitas untuk mengenali iklan yang mencoba
membujuk mereka untuk makan makanan yang tidak sehat.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
11
Sedangkan menurut Bittikaka (2010) yang mengacu pada penjelasan Stone, McGuire,
& Eigsti (2002) faktor risiko kelompok balita mengalami kekurangan gizi yaitu
riwayat keluarga, kebiasaan (gaya hidup) orangtua, dan faktor lainnya. Kebiasaan
orangtua yang berisiko menyebabkan terjadinya kekurangan gizi pada balita
diantaranya pemberian susu botol pada masa awal bayi (International Union of
Nutrition Scientist,
1997 dalam
Jellife
&
Jullife,
1989).
WHO (2007)
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dilanjutkan dengan
makanan pendamping ASI yang kaya zat gizi sejak anak berusia enam bulan disertai
dengan pemberian ASI sampai dengan usia dua tahun atau lebih. Anak yang
mendapatkan ASI kurang dua tahun cenderung mengalami berat badan rendah
(Lesiapeto et a, 2009), sedangkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif gizinya
lebih baik daripada anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Giashuddin, Kabir,
dan Rahman, 2003 dalam Muaz, et al, 2010).
Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak serta dapat
memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit (Depkes RI, 2005).
Namun, ketika seorang balita menginjakkan umurnya yang ke 24 bulan, maka
kandungan ASI yang diberikan oleh ibunya hanya memberikan 30 % nutrisi yang
dibutuhkan balita tersebut. Sedangkan faktor lain sebagai risiko terjadinya kurang gizi
pada balita yaitu sosial ekonomi budaya mencakup pendidikan. Miller dan Rodgers
(2009) melaporkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi
balita, dimana 56 % balita memiliki risiko status gizi kurang pada ibu dengan tingkat
pendidikan rendah dan hanya 40 % pada ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, (n.d), 73 % ibu belum memperhatikan
faktor gizi dalam memberikan makanan kepada anak. Kondisi ekonomi keluarga dan
tingkat pengetahuan gizi ibu yang rendah diduga menjadi penyebab rendahnya
konsumsi pangan anak balita. Dengan demikian, pola asuh kesehatan ibu memiliki
peran langsung terhadap status gizi anak balita. Pemenuhan nutrisi pada batita oleh
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
12
seorang ibu dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki, dimana melalui pendidikan
maka seorang ibu dapat mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh
pengetahuan maupun ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
derajat kesehatannya.
2.2 Status Gizi Balita
2.2.1 Penilaian Status Gizi Balita
Keadaan atau kondisi status nutrisi pada suatu tempat atau masyarakat merupakan
gambaran umum dan cerminan dari status sosial ekonomi individu yang ada dalam
kelompok masyarakat itu. Prinsip utama penilaian status nurisi pada masyarakat
adalah bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keadaan, tempat dan kondisi
malnutrisi atau kekurangan zat makanan yang terjadi dan telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Selanjutnya untuk mencari dan menganalisis faktor-faktor
ekologis yang menjadi penyebab malnutrisi. Dan yang terakhir yaitu membuat
perencanaan dan penanggulangan untuk mengontrol, mencegah, dan memperbaiki
status gizi masyarakat. (Chandra, 2009)
Balita merupakan bagian dari agregat dalam masyarakat. Penulisan karya ilmiah ini
berfokus pada agregat balita, maka dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan
anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan diantaranya pengukuran
antopometri. Pengukuran antopometri ini meliputi pengukuran berat badan,
tinggi/panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran
antopometri terdapat dua cara dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia
dan pengukuran tidak berdasarkan usia. Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat
badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia. Sedangkan pengukuran yang
tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan,
lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan, dll.
Yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah pengukuran berat badan dan
pengukuran tinggi badan. Karena pengukuran lingkar kepala digunakan sebagai salah
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
13
satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Sedangkan pengukuran lingkar
lengan atas digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini
tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila dibandingkan berat
badan. Walaupun penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak,
termasuk balita.
Yang pertama yaitu pengukuran berat badan. Pengukuran berat badan digunakan
untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh
misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui
status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Penilaian berat badan berdasarkan
usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for Health Statistics)
yaitu menggunakan persentil. Selain penggunaan standar baku NCHS juga dapat
digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Sebagaimana penelitian Anwar (2003)
dengan adanya KMS perkembangan anak/balita dapat dipantau secara praktis,
sederhana, dan mudah.
Yang kedua yaitu pengukuran tinggi badan. Pengukuran ini digunakan untuk menilai
status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam
menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. (Hidayat, 2008). Penilaian
status gizi berdasarkan panjang badan dan berat badan juga dapat dilakukan denga
standar NCHS yaitu nilai standar deviasi lebih dari +2 maka status nutrisinya adalah
obesitas. Jika hasil pengukuran berada di rentang nilai standar deviasi antara -2
hingga +2, maka status nutrisi balita normal. Sedangkan hasil pengukuran berada di
rentang nilai standar deviasi dibawah -2, maka status nutrisi balita adalah kurus.
2.2.2 Pemenuhan Status Gizi Balita dalam Konteks Keluarga
Menurut WHO, pemberian ASI eksklusif dilakukan pada 6 bulan pertama kehidupan.
Kemudian dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI. Di atas usia setahun,
kandungan nutrisi dalam ASI hanya mampu memenuhi sepertiga dari kebutuhan
nutrisi
hariannya.
(kompas.com).
Menurut
artikel
yang
ditulis
dalam
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
14
ibudanbalita.com, beberapa hal yang menandakan balita sudah sudah siap menerima
makanan pendamping ASI yaitu kepalanya sudah tegak dan stabil, sudah bisa duduk
dengan baik, meski masih ditopang. Kemudian, balita harus bisa duduk tegak agar
mudah menelan makanannya dengan baik, berat badannya stabil. Kebanyakan bayi
siap makan makanan padat saat berat badannya kira-kira dua kali berat badannya saat
lahir. Yang ketiga yaitu bayi terlihat tetap lapar meski sudah banyak minum ASI
dan/atau susu formula sepanjang hari. Dan yang terakhir yaitu balita harus sudah bisa
mengunyah dan menelan. Perhatikan, saat ia belajar menelan, tidak banyak air liur
yang menetes (kecuali kalau ia mengeces karena sedang tumbuh gigi).
Toddlers merupakan usia atau masa transisi terutama usia antara 12 bulan hingga 24
bulan, dimana pada masa ini balita mulai belajar untuk makan sendiri dan menerima
berbagai macam rasa serta variasi makanan. ASI dan susu formula memberikan
nutrisi yang adekuat terutama saat usia infant, namun tidak lagi bagi toddler. Setelah
berusia 6 bulan, ASI bagi balita tidak dapat memenuhi semua mikronutrien yang
diperlukan untuk pertumbuhan bayi. Nutrisi dari ASI yang telah berkurang
kandungan gizinya diantaranya besi, seng (zink), vitamin A, dan vitamin B-6. Besi
dan seng (zink) sangat penting untuk fungsi kekebalan tubuh, perkembangan
neurokognitif, dan pertumbuhan postnatal. Bayi yang berusia setelah 6 bulan dan
masih diberi ASI sangat tergantung pada makanan pendamping yang mengandung zat
besi dan zink. Tanpa asupan konsisten mikronutrien tersebut dari makanan
pendamping atau sumber lain, bayi dapat mengembangkan manifestasi fisiologis
defisiensi mikronutrien (Krebs, 2007).
Menurut Dr.Yoga (2012) yang dikutip dalam artikel di kompas.com, setelah usia
setahun kandungan kalsium dalam ASI menurun, karena itu harus didapatkan dari
sumber lain, misalnya saja susu, ikan kecil yang dimakan dengan tulang, atau sayuran
berdaun hijau. Balita mengalami masa transisi mulai dari asupan makanan yang
bergantung pada orangtua hingga balita tersebut mampu makan sendiri. Masa ini
merupakan masa yang penting bagi balita untuk dilakukan pemantauan terkait
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
15
masalah pertumbuhan dan indeks masa tubuh sebagai bahan untuk membuat
rekomendasi pengaturan makanan sehat. Lemak dan pembatasan kolesterol harus
dihindari pada balita kurang dari dua tahun. Balita cukup mengkonsumsi susu atau
produk susu lainnya dua atau tiga kali sehari sedangkan pemenuhan nutrisi lainnya
seperti vitamin D, kalsium, dan zat besi juga harus dilengkapi. Pemberian asuhan dari
orangtua terhadap balita sangat penting dalam mengembangkan kebiasaan diet yang
baik. (Allen & Myers, 2006).
Susu sapi atau dikenal dengan susu formula tidak dianjurkan selama 12 bulan
pertama kehidupan bayi. Namun, susu formula ini merupakan komponen penting dari
diet makanan balita karena protein yang berkualitas tinggi, kalsium, dan vitamin A
dan D. Kalsium berguna dalam pertumbuhan tulang, perkembangan gigi, dan
kontraksi otot, dan mungkin memainkan peran dalam pengaturan tekanan darah dan
tubuh. Dua atau tiga porsi susu atau produk susu per hari dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita. Beberapa balita yang mengkonsumsi lebih banyak dari jumlah
yang direkomendasikan, memiliki jumlah kalori dan lemak yang tinggi serta zat besi
yang tidak memadai. (Allen & Myers, 2006).
Beberapa penelitian di Amerika Utara menunjukkan bahwa mensubstitusi susu
dengan minuman manis lainnya dapat memberikan dampak yang buruk bagi status
nutrisi balita. Berat badan yang berlebihan, gagal tumbuh, diare kronis, karies gigi,
dan asupan gizi yang buruk (terutama kalsium) berhubungan dengan asupan yang
tidak proporsional dari jus buah, soda, dan minuman manis lainnya. Balita
direkomendasikan untuk mengkonsumsi dua atau tiga porsi susu setiap hari dan
konsumsi air putih untuk kebutuhan cairan. Jika balita akan diberikan jus, berikan jus
buah tanpa tambahan gula, dan seluruh buah dan sayuran harus ditawarkan kepada
balita sebanyak mungkin sesuai kebutuhan. (Allen & Myers, 2006).
Lemak merupakan komponen penting bagi balita karena kapasitas lambung yang
terbatas. Bayi dan balita perlu jumlah energy yang tinggi dari lemak karena
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
16
meningkatnya kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang
cepat. Beberapa orang tua mungkin membatasi asupan lemak karena mereka khawatir
tentang obesitas dan aterosklerosis. Namun, pembatasan lemak telah dikaitkan
dengan pertumbuhan yang buruk pada balita (Pugliese, Weyman-Daum, Moses,
Lifshitz, 1987 dalam Allen & Myers, 2006). Lemak dan kolesterol tidak dibatasi pada
balita kurang dari dua tahun. Kekurangan asam lemak esensial diyakini
mempengaruhi pematangan sistem saraf pusat, dan pembatasan lemak dapat
menghambat pertumbuhan dan menghilangkan gizi balita seperti lemak dan vitamin.
Balita berusia lebih dari dua tahun harus mengkonsumsi 30 persen kalori dari lemak.
Orang tua yang ingin membatasi asupan lemak harus memperingatkan potensi
pertumbuhan tertunda ketika asupan lemak kurang dari 20 persen. (Allen & Myers,
2006). Perubahan penting dalam kebiasaan konsumsi gizi terjadi selama transisi dari
bayi sampai balita pada sekitar usia satu tahun. Selama waktu ini, balita mampu
mengembangkan keterampilan untuk makan sendiri dan memilih makanan. Masa
transisi ini disertai dengan peningkatan keterampilan motorik, perilaku, selera dan
pilihan, serta peningkatan kebutuhan energi dan gizi. Pengasuh untuk balita pada usia
ini bertanggung jawab untuk menyediakan makanan yang tepat dalam pengaturan
yang tepat, penataan waktu makan, dan menanggapi perilaku.
Balita di masa ini memiliki pilihan atas makanan yang mereka inginkan, banyak
orang tua menjadi khawatir tentang penolakan makan, dan juga selera menentu untuk
lebih memilih makanan manis. Tenaga kesehatan professional dapat memberikan
bimbingan antisipatif berupa pendidikan kesehatan bagi orangtua dengan balita yang
sedang dalam masa transisi. Pada tahun 2002, ditemukan 18-33 persen dari 3.022
balita di Amerika tidak mengkonsumsi buah-buahan atau sayuran dalam sehari-hari.
Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi yang tertunda karena berbagai faktor
misalnya saja faktor metabolisme atau lingkungan termasuk riwayat diet (pengaturan
makanan), kondisi keluarga, atau situasi ekonomi. Kandungan zat besi, zink, dan
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
17
kalsium dibutuhkan tubuh balita demi tercapainya status nutrisi yang optimal. (Allen
& Myers, 2006).
Menurut Allen & Myers (2006), komponen kunci makan sehat untuk balita adalah
ketersediaan dan berbagai pilihan makanan sehat untuk makanan ringan dan makanan
berat. Makanan seimbang memiliki porsi dari setidaknya tiga dari empat kelompok
makanan, dan makanan ringan yang seimbang memiliki porsi dua dari empat
kelompok makanan. Seperti yang telah dibahas diatas bahwa toddler sudah mampu
mengembangkan kemampuan fisik untuk makan sendiri (tanpa bantuan orang lain)
dan mempelajari harapan sosial, budaya, dan perilaku yang berhubungan dengan
makanan. Kemampuan makan sendiri bagi balita harus didorong terus menerus
karena akan membantu balita mengembangkan keterampilan motorik halus. Balita
akan belajar dari hasil interaksi dengan orang dewasa terkait kebiasaan makan
misalnya kebiasaan memakan sayuran dan cara menciptakan lingkungan sosial yang
diinginkan, misalnya dengan cara duduk di meja, mematikan televisi, dan makan
makanan yang sama seperti balita.
Balita dapat menolak penambahan makanan baru dalam kehidupan mereka. Hal ini
dapat menyebabkan balita mengalami defisiensi nutrisi, sebagai contoh adalah
kekurangan zat besi yang merupakan penyebab utama anemia (Dietz & Stern, 1999
dalam Alkon, et al. 2006). The Dietary Guidelines baru untuk Amerika (2005)
menyarankan balita sejak usia dua tahun atau lebih untuk mendapatkan gizi yang
maksimal. Adapun makanan yang dianjurkan yaitu menekankan buah-buahan,
sayuran, biji-bijian, dan produk susu bebas lemak atau rendah lemak. Termasuk
daging, unggas/ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Dan yang selanjutnya adalah
rendah lemak dan kolesterol, garam, dan tambahan gula.
Menurut The Dietary Guidelines for Americans (2005) yang dikutip dalam Alkon
(2006), jika balita tidak menyukai susu, maka gantikan dengan pemberian tinggi
protein, zat besi, dan vitamin B12, serta kalsium dan vitamin D. Untuk jenis sayuran,
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
18
pilih jenis kacang-kacangan, daging, atau telur. Sedangkan untuk balita dengan
intoleransi laktosa/menghindari produk susu, maka harus dipilih produk yang
memiliki sumber kaya nutrisi pengganti susu termasuk potasium, vitamin A, dan
magnesium selain kalsium dan vitamin D.
Menurut New Zealand Food and Nutrition Guidelines dalam Ministry of Health
(2008), terdapat 11 pedoman untuk pertumbuhan dan perkembangan toddler
diantaranya menjaga pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita dengan
menyediakan makanan yang tepat dan aktivitas fisik setiap hari. Yang kedua yaitu
memberikan ASI Eksklusif hingga enam bulan pertama kehidupan. Ketiga, ketika
bayi sudah siap, perkenalkan untuk makan makanan pendamping ASI yang sesuai
dan terus menyusui sampai setidaknya berusia satu tahun, atau lebih. Selanjutnya
meningkatkan tekstur, variasi, rasa dan jumlah makanan yang diberikan pada bayi
agar bayi mampu menerima asupan pelengkap nutrisi, terutama zat besi dan vitamin
C. Kemudian untuk bayi, persiapkan atau pilih makanan pelengkap dengan tidak ada
lemak yang ditambahkan, garam, gula, madu atau pemanis lainnya. Jika bayi tidak
diberi ASI, kemudian gunakan formula bayi sebagai sumber susu sampai bayi berusia
satu tahun.
Setiap hari, tawarkan balita dengan berbagai makanan bergizi dari masing-masing
empat kelompok makanan utama, yaitu: Sayuran dan buah, roti dan sereal, termasuk
beberapa gandum, susu dan produk susu atau alternatif yang sesuai. Kemudian
daging, unggas, makanan laut, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Untuk balita,
siapkan atau pilih makanan yang rendah garam, tetapi jika menggunakan garam
gunakan garam beryodium dan batasi asupan tinggi gula pada balita. Berikan balita
dengan banyak cairan setiap hari seperti air, ASI, atau susu sapi (tapi membatasi susu
sapi sekitar 500 mL per hari). Jangan memberikan bayi atau balita alkohol, kopi,
minuman ringan, teh (termasuk herbal teh), dan minuman lain yang mengandung
kafein. Yang terakhir yaitu memasak dan menyimpan makanan untuk menjamin
keamanan pangan.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
19
Seiring dengan tumbuh kembang balita, balita membutuhkan lebih banyak energy
yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsinya dalam satu kali makan. Salah
satunya adalah dengan pembuatan makanan ringan yang mengandung nutrisi yang
dibutuhkan balita. Kue dapat memberikan 20 % dari kebutuhan gizi dan untuk asupan
energy diantara waktu makan.
Berikan makanan selingan/ringan secara berkala
diantara waktu makan. Makanan ringan ini pada prinsipnya tidak menggantikan
makanan inti, melainkan memberikan tambahan nutrisi (suplemen). Pemilihan
pembuatan makanan ringan menggunakan sedikit perencanaan dimana makanan
ringan ini mampu membuat daya tarik balita meningkat dan tentunya mengandung
nilai gizi. Tekstur kenyal, lembut/renyah, tidak terlalu asin atau tidak terlalu pedas,
suhu tidak terlalu dingin atau terlalu panas, warna dan bentuk yang menarik.
Penyajian makanan harus sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan usia.
Jika penyajian teruntuk balita, maka menghindari makanan yang menyebabkan
allergy atau intoleran dan membuat tersedak. Contoh menu makanan ringan bagi
balita yaitu makanan ringan yang berbahan dasar buah, es loli yang terbuat dari jus
alami yang dibekukan hingga padat kemudian dituangkan ke cangkir kecil, paduan
yogurt dan jus buah, serta makanan ringan jenis susu (berbahan dasar susu). Makanan
ringan berbahan dasar susu misalnya yogurt dengan saus apel, susu kedelai yang
dikombinasikan dengan keju/buah, pudding, yogurt susu yang dicampurkan jus alami,
dll. Selain itu, juga terdapat makanan ringan berbahan dasar roti dan daging.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan makanan ringan ini,
diantaranya jika membuat makanan ringan menggunakan bahan susu, produk kedelai
atau buah jeruk, maka pastikan balita tidak mengalami alergi atau intoleransi, hindari
penggunaan minuman bersoda atau minuman ringan yang mengandung kafein dan
selalu mendorong balita untuk banyak minum air putih. Hindari juga makanan yang
mengandung kandungan gula tinggi seperti donat, brownies, dan kue yang
dipanggang lainnya. Selain itu, hindari makanan ringan yang akan menempel pada
plak gigi balita/anak dan atap mulutnya, dan jangan terpengaruh iklan yang
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
20
menawarkan produk yang sebenarnya mengandung nilai gizi yang rendah. (Alkon, et
al. 2006). Produk susu yang yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan
ringan berbahan dasar susu adalah susu yang tidak mengandung kadar gula yang
terlalu tinggi karena hal tersebut dapat berpotensi membuat balita mengalami obesitas
dan memiliki penyakit diabetes.
2.3 Peran Perawat Komunitas
Peran perawat komunitas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta
pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan
dapat mendukung individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mencapai
tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Sebagai pendidik atau
penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah 1) Mengkaji kebutuhan klien
untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan
kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan
klien, informasi apa yang diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui klien.
Selanjutnya 2) Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan
atau pendidikan kesehatan. 3) melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
untuk pemulihan kesehatan klien antara lain tentang pengobatan, hygiene, perawatan,
serta gejala dan tanda-tanda bahaya. 4) menyusun program penyuluhan atau
pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat ataupun sakit seperti nutrisi, latihan,
penyakit, dan pengelolaan penyakit. 5) mengajarkan kepada klien informasi tentang
tahapan perkembangan. 6) membantu klien untuk memilih sumber informasi
kesehatan dari buku-buku, koran, TV, teman, dan lainnya.
Menurut Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas
adalah
pengembangan
kognisi
dan
kemampuan
merawat
dirinya
sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada daya guna
aktivitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
21
terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan
partisipasi aktif masyarakat. (Efendi & Makhfudli, 2009).
Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik
keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention).
Peran perawat komunitas di agregat balita dengan status kurang gizi diantaranya
dengan memperbaiki status nutrisi balita. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya
pencegahan, health-protecting, dan promosi kesehatan (Allender dan Spradley,
2005). Layanan preventive bertujuan mencegah terjadinya kondisi lebih buruk dengan
upaya meningkatkan kualitas perawatan anak, program imunisasi, dukungan terhadap
keluarga, dan program perencanaan keluarga.
Health protecting bertujuan melindungi kesehatan anak dari ancaman yang dapat
menyebabkan kondisi sakit dengan mengurangi bahaya lingkungan termasuk bahaya
makanan yang tidak aman dan sehat pada agregat balita serta mengontrol dari
penyakit infeksi yang akan menurunkan nafsu makan pada anak. Promosi kesehatan
bertujuan meningkatkan kondisi sehat pada anak dengan upaya program stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan, program nutrisi (Prasetyo, n.d) Perawat komunitas
menggunakan strategi pendidikan kesehatan ketika memberikan informasi kepada
keluarga/orangtua dengan balita yang memiliki status nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Strategi untuk membangun komunitas yang sehat meliputi tiga kategori yaitu
dimensi status, struktur, dan proses (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Strategi terbaik pada dimensi status adalah pada tingkat pencegahan primer dan
sekunder, sebab tujuannya adalah untuk mencegah penyakit atau ancaman pada tahap
awal. Strategi pada dimensi struktur adalah intervensi keperawatan langsung pada
sarana layanan kesehatan dan karakteristik demografi. Intervensi ditujukan untuk
mengubah karakteristik demografi meliputi pengembangan komunitas (community
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
22
development) melalui empowerment, coalition building (Helvie, 1998). Strategi pada
dimensi proses ditekankan pada upaya promosi kesehatan dan strategi pencegahan
primer. (Prasetyo, n.d).
Menurut Hitchcock, Scubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatan promosi kesehatan
adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dan kemitraan (partnership). Konsep
pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan
atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara
lain adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru. Sedangkan kemitraan didefinisikan hubungan atau
kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat
komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu
mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencaanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan msyarakat.
Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan
komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as a partner).
Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama
keperawatan komunitas yaitu lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model
yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan
dan yang kedua yaitu proses keperawatan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Keluarga
merupakan unit terkecil dari sebuah komunitas. Penerapan asuhan keperawatan
keluarga dengan pendekatan family centered nursing salah satunya menggunakan
Friedman Model. Pengkajian dengan model ini mengkaji beberapa subsistem dalam
keluarga. Sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
23
2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga
2.4.1 Pengkajian
Model pengkajian yang diterapkan dalam penulisan karya ilmiah akhir ini adalah
model asuhan keperawatan Friedman dengan menggunakan teori sistem umum, teori
perkembangan keluarga, teori struktural fungsional, dan teori lintas budaya sebagai
landasan teoretis primer model dan alat pengkajian keluarga (Freadman, Bowden, &
Jones, 2003). Tahap pengkajian yang pertama yaitu mengidetifikasi data, tahap dan
riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan
koping keluarga. Setelah dilakukan pengkajian keluarga yang meliputi enam
subsistem pengkajian, langkah selanjutnya adalah pengkajian berdasarkan lima tugas
kesehatan keluarga. Yang pertama yaitu tahapan mengenal masalah.
Pengkajian dilakukan dengan cara menilai pengetahuan keluarga terkait masalah
kesehatan yang sedang dialami oleh anggota keluarga terkait masalah nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pengetahuan tersebut diantaranya pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita masalah nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Yang kedua yaitu memutuskan untuk melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Pengetahuan
yang kurang mengenai pentingnya perawatan keluarga terhadap anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan dapat menyebabkan masalah yang dihadapi
keluarga semakin memburuk. Dalam hal ini perawat mengkaji kemampuan keluarga
untuk memutuskan memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
Yang ketiga yaitu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Dalam hal ini keluarga dikaji mengenai bagaimana cara keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit tersebut. Dan seorang tenaga kesehatan professional memberikan
layanan mengenai bagaimana cara perawatan terhadap anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Yang keempat
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
24
yaitu memodifikasi lingkungan. Sedangkan yang kelima yaitu memanfaatkan fasilitas
kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan disini dapat berfungsi sebagai sumber
untuk
berkonsultasi
dan perawatan/pemantauan keluarga
terhadap
anggota
keluarganya yang mengalami masalah kesehatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada balita dengan gizi kurang
berdasarkan rujukan NANDA 2014 yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gangguan tumbuh kembang, ketidakefektifan pola makan bayi,
gangguan menelan, dsb.
2.4.3 Perencanaan
a. Intervensi Umum
Intervensi umum yang dilakukan meliputi lima tugas perkembangan keluarga yaitu
mengenal masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, melakukan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Selanjutnya yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang aman dan
tenang, dan yang kelima adalah memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kriteria Hasil
Kriteria hasil dan kriteria evaluasi menurut Wilkinson & Ahern (2009) didasarkan
pada pertanyaan: Apakah anda menyatakan target waktu dan rentang evaluasi,
apakah kriteria hasil dapat diukur, apakah kriteria hasil realistis untuk dilakukan,
apakah pencapaian minimal satu kriteria hasil menunjukan penyelesaian dari
masalah yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
25
c. Intervensi Unggulan
Intervensi unggulan yang dilakukan pada keluarga adalah dengan edukasi
kesehatan tentang pemenuhan nutrisi pada balita dan melatih psikomotor keluarga
dengan membuat makanan ringan berbahan dasar susu.
2.4.4 Implementasi
Tahapan selanjutnya setelah penetapan perencanaan keperawatan yaitu implementasi.
Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah
ditetapkan. Strategi yang digunakan dapat berupa implementasi unggulan yang
diterapkan kepada individu atau keluarga dalam rentang waktu tertentu.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dilakukan untuk
menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk melaporkan
intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2009). Evaluasi dalam
asuhan keperawatan keluarga meliputi evaluasi sumatif dan formatif. Selain evaluasi
sumatif dan formatif, juga terdapat evaluasi tingkat kemandirian. Hal ini dilakukan
dalam upaya menilai sejauh mana kemandirian keluarga kelolaa setelah diberikan
asuhan keperawatan dalam periode tertentu.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
26
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengkajian keluarga bapak J khususnya anak D
dengan masalah kesehatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, meliputi pengkajian
data fokus, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil
terkait penyelesaian masalah keperawatan.
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Karakteristik Keluarga
Keluarga bapak J (41 tahun) bertempat tinggal di Kelurahan Sukatani RT 04 RW 02
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Keluarga bapak J merupakan tipe keluarga
nuclear family dengan tahap perkembangan remaja, dimana anak pertama keluarga
bapak J (anak A) adalah seorang perempuan berusia 18 tahun dan baru saja
menyelesaikan studinya di tingkat Sekolah Menengah Atas. Anak kedua bapak J
(anak A) merupakan seorang perempuan berusia 12 tahun yang juga baru saja
menyelesaikan pendidikannya di tingkat Sekolah Dasar. Anak ketiga bapak J (anak
A) seorang laki-laki yang saat ini berusia 9 tahun masih menempati bangku kelas 4
Sekolah Dasar. Anak keempat bapak J (anak D) seorang perempuan berusia 23 bulan,
setiap harinya tinggal bersama istri bapak J yaitu ibu S (40 tahun) di rumah.
Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja yang
pertama yaitu remaja terus mengembangkan autonominya. Yang kedua, orang tua
memfokuskan ulang pada masa pertengahan perkawinan dan masalah karier, dan
yang terakhir adalah orang tua menggeser perhatian ke arah generasi yang lebih tua.
Pada saat dilakukan pengkajian, didapatkan data bahwa keluarga bapak J tinggal istri
beserta empat orang anaknya. Bapak J memiliki latar belakang pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan. Saat ini bapak J bekerja sebagai pegawai pabrik panci yang ada
di dekat rumahnya. Jika sore hari tiba dan bapak J masih memiliki waktu luang serta
tidak lelah, bapak J melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang tukang ojek.
26
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
27
Ibu S sendiri memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Dasar. Saat ini Ibu S adalah
seorang ibu rumah tangga yang terkadang memiliki pekerjaan sampingan untuk
bekerja di laundry yang ada di dekat rumahnya. Pekerjaan sampingan ini
dilakukannya ketika anak D ada yang mengurus di rumah, misalnya anak pertama ibu
S yaitu anak A mampu mengurus anak D sehingga ibu S dapat bekerja di laundry.
Pada saat pengkajian kesehatan khususnya pada anak D didapatkan informasi bahwa
anak D memiliki berat badan yang tetap dan tidak kunjung naik selama 3 bulan
berturut-turut, yaitu 8 kg sedangkan panjang badan anak D yaitu 75 cm. Dari hasil
pengukuran Kartu Menuju Sehat yang dimiliki ibu S, didapatkan informasi bahwa
anak D memiliki status gizi berada di bawah garis merah.
Sejak 3 bulan yang lalu, Ibu S tidak mengunjungi posyandu untuk menimbang anak
D secara rutin. Dari hasil pemeriksaan fisik anak D didapatkan frekuensi napas 20x
per menit, nadi 90x per menit, dan suhu 36.6 derajat Celcius. Pengkajian nutrisi
didapatkan hasil antropometri : BB/PB yaitu 8kg/75 cm. Dari pengkajian secara klinis
didapatkan anak D terlihat kurus dan pucat. Pengkajian keluarga terkait 5 tugas fungsi
kesehatan keluarga didapatkan informasi bahwa keluarga belum mengenal masalah
kesehatan mengenai gizi. Fungsi kesehatan keluarga yang kedua yaitu didapatkan
informasi keluarga bapak J belum mampu membuat keputusan untuk merawat anak D
dengan masalah kesehatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pengkajian fungsi
kesehatan yang ketiga yaitu mengenai cara perawatan sederhana.
Dari hasil pengkajian didapatkan informasi bahwa keluarga belum mampu melakukan
perawatan sederhana terkait masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Hal ini diperkuat dengan adanya data yang menunjukkan dalam
sehari anak D hanya makan satu kali di pagi hari dengan menu nasi dan lauk tanpa
sayur, makan selingan 2 kali dalam sehari dengan masing-masing 1 biskuit untuk
setiap makanan selingan, dan masih mengkonsumsi ASI dengan frekuensi yang
sering dengan setiap menyusu durasinya lebih dari 10 menit. Pengkajian fungsi
kesehatan keluarga yang keempat mengenai modifikasi lingkungan, didapatkan
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
28
informasi keluarga belum mengetahui dan belum tahu cara memodifikasi lingkungan
dalam menunjang perawatan anak D dengan masalah kesehatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selanjutnya pengkajian kesehatan keluarga yang
kelima terkait pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan didapatkan data bahwa ibu
S jarang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti posyandu untuk
pemantauan status gizi anak D setiap bulannya. Pengkajian kesehatan pada karya
ilmiah ini difokuskan pada keluarga bapak J khususnya anak D. Sedangkan
pengkajian terhadap ibu S penulis masukan dalam lampiran pengkajian secara legkap
berdasarkan pengkajian Friedman.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data, diperoleh diagnosa keperawatan pada keluarga bapak J yaitu :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga
bapak J khususnya anak D
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak J khususnya
ibu S dengan hipertensi
3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN
3.3.1 Perencanaan keperawatan kurang gizi secara umum
Perencanaan intervensi keperawatan ditetapkan berdasarkan 5 fungsi keperawatan
keluarga terkait masalah kesehatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga
bapak J khususnya anak D.
3.3.1.1 Tujuan Umum
Meningkatnya status gizi anak D setelah diberikan intervensi keperawatan selama 7
minggu dengan 10 kali pertemuan.
3.3.1.2 Tujuan Khusus
a. Tujuan Khusus 1
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
29
1) Mengenal masalah gizi seimbang vagi balita dan kurang gizi : Pengertian,
penyebab, tanda dan gejala.
2) Mengidentifikasi anggota keluarga yang sakit
b. Tujuan Khusus 2
Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah akibat kurang gizi :
1) Menyebutkan akibat lanjut dari kurang gizi
2) Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan kurang gizi
c Tujuan Khusus 3
Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan kurang gizi
1) Pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan balita kurang gizi, cara pemilihan
bahan-bahan makanan yang mengandung triguna gizi seimbang, dan prinsip
menyajikan makanan.
2) Menjelaskan dan mendemonstrasikan (melatih psikomotor) keluarga mengenai
cara memilih bahan makanan dan cara mengolah makanan yang baik untuk
pemenuhan nutrisi balita setelah ASI, penyusunan menu seimbang sesuai dengan
kebutuhan balita setelah ASI dalam sehari-hari, dan cara memberi makan pada
anak yang susah makan.
d. Tujuan Khusus 4
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk anak dengan gizi kurang:
1) Menjelaskan cara memodifikasi lingkungan untuk anak dengan gizi kurang.
2) Keluarga mampu menunjukkan perubahan lingkungan yang sehat untuk anak
dengan gizi kurang.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi anak dengan gizi kurang :
1) Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya
2) Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeriksakan dan peningkatan
status gizi balita
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
30
3.3. 2 Intervensi Keperawatan Unggulan
Intervensi keperawatan unggulan didasarkan pada hasil pengkajian tahapan fungsi
perawatan keluarga, dimana masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak
D adalah kurangnya pemenuhan nutrisi setelah ASI pada balita. Intervensi
keperawatan unggulan didasarkan pada bentuk intervensi yang mudah dipraktikkan
dan memberikan efek yang signifikan terhadap pencapaian nutrisi seimbang bagi
balita. Dari sekian bentuk intervensi keperawatan, penulis menetapkan intervensi
keperawatan berupa pemenuhan nutrisi seimbang bagi balita setelah ASI menjadi
bentuk intervensi unggulan yang diterapkan kepada anak D yaitu pembuatan
makanan ringan berbahan dasar susu : pudding. Alasan pemilihan makanan ringan
berbahan dasar susu kental manis yaitu karena susu kental manis mudah didapatkan,
harga yang terjangkau, dan bernilai karbohidrat tinggi.
a. Tujuan khusus intervensi pemenuhan nutrisi seimbang bagi balita setelah ASI
berupa pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu : pudding
Keluarga bapak J khususnya anak D mampu mencapai status gizi yang optimal
berupa peningkatan berat badan, secara klinis tidak terlihat pucat dan kurus.
b. Kriteria dan standar evaluasi
1.) Verbal
Keluarga bapak J mampu menyebutkan nutrisi/gizi seimbang bagi balita :
 Pengertian gizi seimbang
 Menyebutkan 2 dari 3 pentingnya nutrisi seimbang bagi balita setelah
lepas dari ASI
 Menyebutkan pentingnya makanan selingan berbahan susu bagi balita
setelah lepas dari ASI
2.) Psikomotor
 Keluarga mampu mengikuti tahapan dalam pembuatan makanan ringan
berbahan dasar susu
 Keluarga mampu membuat makanan selingan/ringan berbahan dasar
susu : pudding tanpa bantuan perawat
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
31
3.) Afektif
 Keluarga bapak J khususnya anak D terlibat dalam pembuatan makanan
ringan berbahan dasar susu yang mengandung nutrisi sesuai dengan
kebutuhan balita setelah lepas dari ASI
 Keluarga bapak J mampu mengikuti jadwal pembuatan makanan
selingan berbahan dasar susu 3 kali per minggu.
c. Rencana Intervensi
Dengan menggunakan lembar balik, leaflet, dan demonstrasi langsung
1.) Jelaskan kepada keluarga bapak J mengenai :
-
pengertian gizi seimbang bagi balita setelah lepas dari ASI
-
manfaat/pentingnya gizi seimbang bagi balita setelah lepas dari ASI
-
menjelaskan pentingnya makanan selingan/ringan pada balita/toddler setelah
lepas ASI
2.) Demonstrasikan pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu kepada
keluarga Bapak J.
3.) Berikan motivasi kepada keluarga bapak J untuk mendemonstrasikan
kembali cara pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu (pudding)
4.) Buat jadwal rutin untuk membuat makanan selingan berbahan dasar susu 3
kali dalam seminggu
5.) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga dalam upaya pemenuhan
nutrisi yang diperlukan anak D
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi 1 : Senin, 9 Juni 2014 pukul 11.00 WIB-12.00 WIB
a. Dengan menggunakan lembar balik menjelaskan kepada keluarga bapak J :
1.) Pengertian gizi seimbang bagi balita
Gizi seimbang adalah terpenuhinya berbagai zat gizi (zat pembangun, zat
pengatur, dan zat energi) dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi.
2.) Manfaat/pentingnya gizi seimbang bagi balita setelah lepas dari ASI diantaranya
BB dan TB anak akan naik, anak tampak semangat (aktif), anak mengalami
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
32
pertumbuhan dan perkembangan dengan baik, tidak mudah terkena penyakit, dan
mampu meningkatkan daya pikir/konsentrasi.
b. Menjelaskan kepada keluarga bapak J terkait pemberian makanan selingan kepada
anak D untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan tubuh balita setelah lepas dari
ASI. Di atas usia setahun, kandungan nutrisi dalam ASI hanya mampu memenuhi
sepertiga dari kebutuhan nutrisi hariannya. Selain itu, kandungan kalsium dalam
ASI juga sudah menurun, oleh karena itu harus didapatkan dari sumber lain,
misalnya susu, ikan, atau sayuran berdaun hijau. Pemberian makanan tambahan
yang mengandung banyak kalsium ini dapat diperoleh dari pembuatan pudding
yang berbahan dasar susu.
c. Memberikan motivasi kepada keluarga bapak J untuk tetap memberikan makanan
selingan/rigan kepada anak D untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan tubuh
balita setelah lepas dari ASI
Implementasi 2 : Rabu, 11 Juni 2014 pukul 11.00 WIB-12.00 WIB
a. Melibatkan keluarga dalam demonstrasi pembuatan makanan ringan yang
mengandung nutrisi yang dibutuhkan anak D : membuat cemilan berbahan dasar
susu (pudding)
b. Membuat jadwal bersama untuk mengolah cemilan berbahan dasar susu lainnya
atau bahan dasar sayur dan buah
c. Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga dalam upaya pemenuhan
nutrisi yang diperlukan anak D
3.5 EVALUASI
3.5.1 Evaluasi Formatif
Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2014, pukul 11.00 WIB
Data Subjektif :
Keluarga
mengatakan
mengerti
mengenai
pengertian
gizi
seimbang,
manfaat/pentingnya gizi seimbang bagi balita setelah lepas dari ASI, dan pemberian
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
33
makanan selingan kepada anak D untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan tubuh
balita setelah lepas dari ASI.
Data Objektif :
Keluarga mampu menyebutkan pengertian gizi seimbang, 2 dari 3 pentingnya gizi
seimbang bagi balita, mampu menyebutkan pentingnya makanan selingan berbahan
susu bagi balita setelah lepas dari ASI
Analisa :
Implementasi TUK 3 ke-1 tercapai
Planning :
a.
Motivasi keluarga bapak J untuk terus mengaplikasikan pemberian nutrisi
yang diperlukan anak D setelah lepas dari ASI berupa makanan ringan berbahan
dasar susu atau nutrisi lainnya
b.
Rencana tindak lanjut keluarga bapak J untuk membuat makanan ringan 3 x
seminggu untuk anak D dengan bahan dasar susu
c.
Lanjutkan intervensi TUK 3 ke-2 tentang demonstrasi pembuatan cemilan
sehat berbahan dasar susu bagi anak D
3.5.1 Evaluasi Sumatif
Hari /Tanggal : Rabu , 11 Juni 2013, Jam : 11.00 WIB.
Data Subyektif :
Keluarga bapak J menyatakan akan mendemonstrasikan/membuat makanan selingan
bagi anak D dengan bahan dasar susu, berat badan anak D meningkat dan anak D
terlihat lebih aktif.
Data Objektif :
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
34
Keluarga mampu mendemonstrasikan pembuatan makanan selingan yang memenuhi
nutrisi yang diperlukan anak D setelah lepas dari ASI, dan terjadwal untuk membuat
cemilan/makanan selingan seminggu 3 kali berbahan dasar susu, berat badan anak D
meningkat menjadi 10 kg, keluarga mampu mengikuti tahapan dalam pembuatan
makanan ringan berbahan dasar susu dan mampu membuat makanan selingan/ringan
berbahan dasar susu : pudding tanpa bantuan perawat
Analisa :
Intervensi TUK 3 : demonstrasi pembuatan makanan yang memenuhi nutrisi yang
diperlukan anak D tercapai
Planning :
a. Rencana tindak lanjut untuk kader kesehatan tentang kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yaitu dengan memantau balita dengan kurang gizi dan memberikan
penyuluhan secara langsung.
b. Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten membuat makanan
selingan berbahan dasar susu atau bahan dasar buah dan sayur untuk anak D demi
tercapainya status nutrisi yang maksimal
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
35
BAB 4
ANALISA SITUASI
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa pembahasan dari proses asuhan
keperawatan pada keluarga bapak J khususnya anak D dengan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani, Tapos,
Depok, meliputi profil lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep
terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep
dan penelitian terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan
4.1 PROFIL LAHAN PRAKTIK
Sebagai kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok
menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan.
Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2008 adalah sebanyak 1.503.677 jiwa, terdiri
dari 780.092 penduduk laki-laki dan 723.585 penduduk perempuan. Sedangkan luas
wilayah adalah 200.29 km2. Kota Depok memiliki beberapa kelurahan dimana salah
satu kelurahan tersebut adalah kelurahan Sukatani. Jumlah penduduk di wilayah
kelurahan Sukatani tahun 2009 adalah 42.631 jiwa terdiri dari 22.219 penduduk lakilaki dan 20.412 penduduk perempuan. Sedangkan luas wilayahnya adalah 508.60
km2. Dari data di atas maka dapat disimpulkan kelurahan ini memiliki tingkat
kepadatan yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stanhope (2004) yang
mendefinisikan kota secara geografi memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per
mil2, kota dengan populasi kurang lebih 20.000 jiwa tetapi kurang dari 50.000 jiwa.
Kelurahan Sukatani memiliki satu puskesmas yang bertanggungjawab atas status
kesehatan masyarakat Sukatani. Puskesmas tersebut bernama Puskesmas Sukatani.
Fasilitas yang ada di Puskesmas Sukatani lengkap, terdiri dari enam poli, yaitu poli
gigi, poli umum, poli KIA, poli TB, poli gizi, dan juga poli MTBS. Selain poli,
tersedia fasilitas lain seperti adanya apotek yang dapat digunakan masyarakat yang
berobat untuk menebus obatnya setelah mendapat resep dari dokter yang ada di
35
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
36
Puskesmas. Puskesmas ini memiliki tenaga kesehatan berupa dokter, perawat, bidan,
dan juga apoteker. Secara keseluruhan, poli yang ada di Puskesmas Sukatani ini
sudah berjalan dengan baik hanya saja pendokumentasian keperawatan yang masih
perlu untuk diperbaiki. Setiap bulannya, setiap RW mengadakan posyandu dan
posbindu secara rutin. Tenaga kesehatan yang bertugas untuk mendatangi posyandu
adalah seorang bidan. Umumnya, di setiap RW pelaksanaan posyandu bersamaan
dengan diadakannya posbindu. Salah satunya di RW 02. Posyandu di RW 02
dilaksanakan tanggal 26 setiap bulannya.
Wilayah RW 02 merupakan bagian dari wilayah kelurahan Sukatani. Wilayah RW
02 ini terdiri dari 6 RT dan letaknya berbatasan dengan RW 22 dan RW 03. Jumlah
warga balita di RW 02 yang aktif mengikuti posyandu yaitu 111 dengan 13 balita
(11.7%) status gizi berada pada rentang garis merah, 25 balita (22.5%) status gizi
berada pada rentang garis kuning, 65 balita (58.6%) status gizi berada pada rentang
garis hijau, dan 8 balita (7.2%) status gizi berada pada rentang garis kuning atas
(risiko obesitas). Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa warga RW 02 masih
terdapat balita yang memiliki status kurang gizi ataupun risiko kurang gizi
dikarenakan kurangnya pengetahuan keluarga akan pentingnya gizi seimbang. Hasil
wawancara dengan kader kesehatan RW 02 didapatkan informasi bahwa sebelumnya
di RW 02 belum pernah dilakukan penyuluhan mengenai gizi seimbang dan kurang
gizi.
4.2 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
4.2.1 Tahap Pengkajian
Keluarga bapak J (41 tahun) bertempat tinggal di Kelurahan Sukatani RT 04 RW 02
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Keluarga bapak J merupakan tipe keluarga
nuclear family dengan tahap perkembangan remaja, dimana anak pertama keluarga
bapak J (anak A) adalah seorang perempuan berusia 18 tahun dan baru saja
menyelesaikan studinya di tingkat Sekolah Menengah Atas dan ingin melanjutkan ke
jenjang karier. Hal ini sesuai dengan kajian literature terkait tahap perkembangan
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
37
keluarga remaja yang dikemukakan Duvall. Anak kedua bapak J (anak A) merupakan
seorang perempuan berusia 12 tahun yang juga baru saja menyelesaikan
pendidikannya di tingkat Sekolah Dasar. Anak ketiga bapak J (anak A) seorang lakilaki yang saat ini berusia 9 tahun masih menempati bangku kelas 4 Sekolah Dasar.
Anak keempat bapak J (anak D) seorang perempuan berusia 23 bulan, setiap harinya
tinggal bersama istri bapak J yaitu ibu S (40 tahun) di rumah.
Bapak J sendiri adalah seorang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dan ibu S adalah
lulusan Sekolah Dasar. Fokus pengkajian keluarga bapak J adalah terkait anak D.
Saat dilakukan pengkajian, berat badan anak D 8 kg dengan panjang badan 75 cm.
Dari hasil pengukuran KMS yang dimiliki ibu S, anak D berada di bawah garis
merah. Sedangkan menurut pengukuran NCHS, anak D berada di batas -2. Hal ini
mengindikasikan anak D kurus atau mengalami gizi kurang. Anak D terlihat pucat,
kurang aktif, dan rewel. Dari hasil wawancara dengan ibu S, anak D merupakan anak
yang sulit bergaul dengan lingkungan baru atau dengan orang baru. Anak D
dilahirkan secara normal 23 bulan yang lalu dengan berat badan lahir 3.3 kg.
Mengenai panjang bayi saat lahir, ibu S mengatakan lupa dan surat pernyataan dari
Rumah Sakit hilang.
Sejak kecil, anak D tidak pernah sakit parah. Sakit yang dialami biasanya flu, demam,
atau batuk. Ibu S mengatakan ibu S jarang mengunjungi posyandu untuk memantau
berat badan anak D. Ibu S mengatakan terakhir datang ke posyandu 3 bulan yang lalu.
Hal ini disebabkan karena ibu S tidak sempat datang ke posyandu, lupa, dan malu
karena berat badan anak D tidak pernah naik serta selalu di bawah garis merah. Anak
D masih mengkonsumsi ASI hingga saat dilakukan pengkajian. Ketika enam bulan
pertama lahir, anak D diberikan ASI ekslusif dan diberikan makanan lainnya berupa
pisang yang telah dilumatkan.
Berdasarkan literature, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Miller
dan Rodgers (2009) yang melaporkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
38
dengan status gizi balita. Dimana semakin rendah tingkat pendidikan ibu, maka
semakin berisiko mengalami kurang gizi pada balita. Hal lain yang menjadi penyebab
anak D mengalami kurang gizi yaitu karena status sosial ekonomi orangtua. Bapak J
adalah seorang buruh pabrik di sekitar rumahnya. Sedangkan ibu S adalah seorang
ibu rumah tangga yang terkadang bekerja di laundry jika ada waktu luang. Anak-anak
dari bapak J belum ada yang bekerja. Jika pendapatan keduanya digabungkan,
jumlahnya masih di bawah upah minimum regional. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sari (n.d) yang mengatakan kondisi ekonomi keluarga dan
tingkat pengetahuan gizi ibu yang rendah diduga menjadi penyebab rendahnya
konsumsi pangan anak balita.
Rendahnya konsumsi pangan pada balita menyebabkan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Terbukti dengan kondisi anak D yang status
nutrisinya adalah kurus. Gangguan pertumbuhan disini adalah berat badan anak D
yang tidak kunjung naik. Anak D merupakan toddler berusia 23 bulan yang saat ini
masih mengkonsumsi ASI. Konsumsi ASI di masa ini masih sesuai dengan literature.
Akan tetapi, hal yang membuat tidak biasa adalah ketika makanan pendamping ASI
anak D tidak mencukupi kebutuhannya. Hal ini merupakan salah satu penyebab anak
D mengalami gizi kurang. Menurut Dr.Yoga (2012), setelah usia setahun kandungan
kalsium dalam ASI menurun, karena itu harus didapatkan dari sumber lain, misalnya
saja susu, ikan kecil yang dimakan dengan tulang, atau sayuran berdaun hijau.
Sedangkan menurut Allen & Myers (2006) kalsium berguna dalam pertumbuhan
tulang, perkembangan gigi, dan kontraksi otot, dan mungkin memainkan peran dalam
pengaturan tekanan darah dan tubuh. Dari kedua literature tersebut, penyebab anak D
mengalami gizi kurang salah satunya yaitu karena kurangnya kalsium.
Hasil pengkajian lainnya yaitu mengenai pola makan anak D yang tidak mencukupi.
Selama masih dalam pemberian ASI, pola makan anak D di pagi hari hanyalah nasi
dan lauk misalnya tempe/tahu/ayam. Ketika siang hari, anak D tidak mengkonsumsi
makanan selain makanan ringan berupa satu lembar biscuit. Nutrisi yang didapatkan
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
39
anak D dari ASI telah berkurang kandungannya diantaranya zat besi, seng (zink),
vitamin A, dan vitamin B-6, serta kalsium. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Allen & Myers (2006), balita seusai lepas dari ASI dianjurkan untuk meminum susu
sebanyak 2-3 botol sehari. Namun, anak D tidak menyukai susu formula sehingga
kebutuhan akan protein yang berkualitas tinggi, kalsium, dan vitamin A dan D
kurang.
Hasil analisa data pengkajian data fokus yang ditemukan pada keluarga bapak J
khususnya
anak
D
selanjutnya
disimpulkan
dalam
masalah
keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2014). Penegakan
masalah didasarkan pada analisa data dan batasan karaktristik yang ditemukan pada
keluarga bapak J khusunya anak D. Data hasil pengkajian didapatkan bahwa keluarga
tidak mampu memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi balita. Hal ini sesuai
dengan definisi dari Nanda (2012) yaitu asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Batasan karakteristik untuk penegakan diagnosa tersebut pada
anak D diperkuat dengan data membrane mukosa anak D pucat, kurang makanan, dan
juga kurangnya informasi orang tua terhadap kebutuhan nutrisi balita.
4.2.2 Tahap Perencanaan
Pada perencanaan intervensi edukasi kesehatan tentang pemenuhan nutrisi pada balita
dan melatih psikomotor keluarga dengan membuat makanan berbahan dasar susu
ditetapkan dengan menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang
ditetapkan dari diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
keluarga bapak J khususnya anak D yaitu setelah diberikan intervensi keperawatan
selama 7 minggu dengan 10 kali kunjungan, mengacu pada target pencapaian secara
umum
dari
asuhan
keperawatan
keluarga
dengan
masalah
kesehatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan tujuan khusus
ditetapkan mengacu pada target dari satu tindakan atau intervensi yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah secara spesifik.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
40
Tujuan khusus dari intervensi edukasi kesehatan tentang pemenuhan nutrisi pada
balita dan melatih psikomotor keluarga dengan membuat makanan berbahan dasar
susu adalah menjelaskan dan melatih psikomotor keluarga tentang edukasi kesehatan
tentang pemenuhan nutrisi pada balita dan melatih psikomotor keluarga dengan
membuat makanan berbahan dasar susu. Perencanaan dibuat dengan merencanakan
kontrak pertemuan (waktu, tempat, dan materi yang akan didiskusikan), persiapan
materi yang diberikan, media yang digunakan, dan metode intervensi. Perencanaan
intervensi terbagi menjadi 2 tahap, meliputi tahap pertama pemberian edukasi
kesehatan tentang gizi seimbang. Tahap kedua adalah melatih psikomotor keluarga
dengan membuat makanan selingan berbahan dasar susu.
4.3.3 Tahap Implementasi
Implementasi dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama implementasi
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Juni 2014, jam 11.00 WIB di rumah bapak J.
Intervensi dilakukan dengan pemberian edukasi kesehatan terkait gizi seimbang.
Edukasi kesehatan dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa media leaflet.
Kegiatan edukasi kesehatan yang dilakukan dengan: Menjelaskan kepada keluarga
bapak J terkait pengertian gizi seimbang bagi balita, memberikan penjelasan kepada
keluarga bapak J mengenai kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan status
nutrisi anak D, memberikan motivasi kepada keluarga bapak J untuk berperan aktif
dalam pembuatan menu selingan berbahan dasar susu.
Implementasi tahap kedua dilaksanakan hari Rabu tanggal 11 Juni 2014. Kegiatan
pembuatan makanan selingan diawali dengan persiapan alat dan bahan. Sebungkus
agar siap masak, gula 0.125 gram, susu kental manis, dan cetakan agar yang menarik.
Fase selanjutnya adalah mulai mengolah bahan makanan tersebut dengan tambahan
susu kental manis dalam proses pengolahan. Setelah pudding selesai dan siap santap,
cara mengkonsumsi pudding tersebut adalah dengan disiram kembali dengan susu
kental manis. Sehingga hal ini dapat mendistraksi anak D agar mulai menyukai susu
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
41
selain ASI. Kegiatan pembuatan makanan selingan berbahan dasar susu dapat
diimplementasikan kepada keluarga bapak J dapat terealisasi sesuai rencana.
4.3.4 Tahap Evaluasi
Tahapan evaluasi dari implementasi keperawatan pemberian edukasi kesehatan
tentang gizi seimbang dan melatih psikomotor keluarga dengan membuat makanan
selingan berbahan dasar susu dilakukan dengan metode interview untuk hasil
implementasi edukasi kesehatan. Sedangkan evaluasi psikomotor dilakukan dengan
metode observasi langsung terhadap aktivitas pembuatan makanan selingan. Evaluasi
implementasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif didapatkan hasil keluarga bapak J mampu mencapai kriteria hasil
yang ditentukan. Evaluasi sumatif dilakukan dengan dengan melakukan penilaian
data subyektif dan obyektif dari kemampuan keluarga terhadap pembuatan makanan
selingan. Hasil evaluasi menunjukkan berat badan anak D meningkat dari 8 kg
menjadi 10 kg setelah 2 minggu sebanyak 3x pertemuan dilakukan intervensi. Dari
hasil evaluasi sumatif penulis melakukan analisa hasil dari implementasi pembuatan
makanan selingan berbahan dasar susu, dan didapatkan analisa intervensi tercapai
sesuai kriteria hasil yang ditetapkan. Adapun kendala yang ditemukan selama
melakukan proses intervensi adalah ketidaktelatenan orangtua untuk secara terus
menerus membuat makanan selingan sehat bagi anak D. Secara keseluruhan,
intervensi yang dilakukan tercapai sesuai dengan kriteria.
Intervensi yang telah dilakukan sesuai dengan apa yang dituliskan Alkon, et al (2006)
bahwa balita membutuhkan lebih banyak energy yang diperoleh dari makanan yang
dikonsumsinya dalam satu kali makan yaitu berupa makanan ringan. Pemilihan
makanan ringan yang diterapkan penulis dalam intervensi kali ini yaitu penerapan
makanan ringan berbahan dasar susu berupa pembuatan pudding. Tekstur pudding
yang dibuat adalah kenyal, lembut, tidak terlalu manis, disajikan dalam suhu tidak
terlalu dingin atau terlalu panas, serta warna dan bentuk pudding yang menarik. Hal
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
42
yang membuat intervensi ini berhasil yaitu karena pembuatan pudding berbahan dasar
susu disajikan dalam tampilan yang menarik dan anak D belum pernah mencobanya
sebelum dilakukan intervensi oleh penulis.
Hasil evaluasi yang lain yaitu terkait penghitungan karbohidrat balita. Secara
keseluruhan, jumlah kalori yang dibutuhkan anak D yaitu 1000 kalori per hari.
Sedangkan kebutuhan karbohidrat balita yaitu 50-60 % dari kebutuhan kalorinya.
Hasil dari intervensi yang diberikan kepada keluarga binaan didapatkan kenaikan
berat badan yang menyebabkan status nutrisi balita optimal. Namun, terdapat efek
jangka panjang yang harus dipikirkan jika pemberian pudding berbahan dasar susu ini
tidak dihentikan. Hal ini diakibatkan kandungan gula yang terdapat dalam susu kental
manis tinggi, sehingga pemberian gula dalam pembuatan pudding sebaiknya
dikurangi. Ketika status nutrisi balita telah optimal, maka pemberian pudding
dihentikan dengan diganti makanan selingan/ringan berbahan buah dan sayur yang
mengandung nutrisi yang diperlukan balita. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab
sebelumnya bahwa kelebihan konsumsi gula pada balita dapat menyebabkan efek
jangka panjang berupa kegemukan pada masa dewasa.
4.3.5 Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut pemecahan masalah diperlukan untuk mengatasi hambatan
yang didapat selama proses asuhan keperawatan dengan intervensi pembuatan
makanan selingan sehat bagi anak D. Beberapa alternatif yang bisa diterapkan untuk
mengoptimalkan intervensi pembuatan makanan selingan sehat bagi anak D adalah
melakukan jadwal rutin tiap 3x dalam seminggu yang tertulis dalam jadwal dan
meminta anggota keluarga untuk mengingatkan.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
43
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Karakteristik keluarga bapak J merupakan keluarga dengan tipe nuclear family
dengan tahap perkembangan remaja. Pada keluarga bapak J ditemui tiga masalah
masalah keperawatan, yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pada anak D, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada ibu S terkait hipertensi,
dan penghalusan progresif keterampilan motorik pada anak D. Tahap perencanaan
disusun berdasarkan lima fungsi kesehatan keluarga. Intervensi berupa pendidikan
kesehatan serta melatih psikomotor pembuatan cemilan/makanan ringan berbahan
dasar susu menjadi intervensi unggulan pada penerapan fungsi perawatan keluarga.
Implementasi intervensi unggulan yaitu pembuatan cemilan/makanan ringan
berbahan dasar susu dilaksanakan dalam 2 tahapan implementasi, yaitu dengan
memberikan edukasi kesehatan mengenai gizi seimbang dan melatih psikomotor
keluarga mengenai pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu.
Evaluasi dari implementasi pendidikan kesehatan serta melatih psikomotor
pembuatan cemilan/makanan ringan berbahan dasar susu dilakukan secara formatif
dan didapatkan hasil keluarga bapak J mampu mencapai kriteria hasil yang
ditentukan. Sedangkan evaluasi secara sumatif dilakukan dengan dengan melakukan
penilaian data subyektif dan obyektif dari kemampuan keluarga terhadap pembuatan
makanan selingan. Hasil evaluasi menunjukkan berat badan anak D meningkat dari 8
kg menjadi 10 kg selama program dilaksanakan. Rencana tindak lanjut terkait
pendidikan kesehatan serta melatih psikomotor pembuatan cemilan/makanan ringan
berbahan dasar susu ditetapkan bersama keluarga dan disepakati untuk meneruskan
intervensi yang diberikan perawat dengan dilakukan pembuatan cemilan berbahan
dasar susu dan berbahan dasar sayur buah 3x dalam seminggu.
43
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
44
5.2 Saran
5.2.1 Pelayanan Kesehatan
Memberdayagunakan kader sebagai agen dalam penemuan balita dengan masalah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, mengoptimalkan kader untuk mengikuti
pelatihan terkait penyuluhan mengenai nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
balita, dan memberikan penyuluhan kepada keluarga dengan balita yang memiliki
masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh secara personal. Selain itu, diharapkan
pemberian makanan ringan berbahan dasar susu dapat menjadi inovasi unggulan di
Puskesmas. Keluarga binaan yang mendapatkan asuhan keperawatan keluarga oleh
perawat perkesmas dapat dijadikan role model bagi masyarakat ketika status nutrisi
balita optimal dengan inovasi unggulan tersebut.
5.2.2 Keluarga dan Komunitas
Mengoptimalkan pelayanan posyandu setiap bulan untuk pemantauan dan perawatan
gizi balita dan melakukan perlombaan terkait gizi baik pada balita setiap bulan. Untuk
intervensi terkait pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu, sebaiknya
keluarga selalu memantau kesehatan balita. Setelah pemberian pudding berbahan
dasar susu, berikan balita air putih secukupnya untuk menguragi risiko kerusakan
gigi. Selain itu, ketika status nutrisi balita telah optimal maka perlahan hentikan
pemberian pudding berbahan dasar susu dengan mengurangi jumlah gula dan
mengganti bahan dasar susu tersebut menjadi bahan dasar sayur ataupun buah. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi risiko kegemukan ketika balita tersebut dewasa
mengingat susu kental manis memiliki kandungan gula yang cukup tinggi.
5.2.3 Institusi Pendidikan
Meningkatkan kemampuan motorik perawat untuk aplikasi pemenuhan nutrisi
seimbang bagi balita pasca ASI.
Universitas Indonesia
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
45
DAFTAR PUSTAKA
Alkon, et al. 2006. Nutrition and physical activity. California : Childcare health
program.
Allen, R.E., Myers, A.L. 2006. Nutrition in Todlers.
http://www.aafp.org/afp/2006/1101/p1527.html. diakses tgl 9 JUni 2014.
Ana, L.K. 2012. Artikel kompas : Selepas ASI, masih perlukah anak minum susu?
http://health.kompas.com/read/2012/10/24/14524250/Selepas.ASI.Masih.Perl
ukah.Anak.Minum.Susu. diakses tanggal 9 Juni 2014.
Chandra, B. 2009. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta : EGC
Efendi, F. dan Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hardy SC, Kleinman RE. n.d. Fat and cholesterol in the diet of infants and young
children: implications for growth, development, and long-term health. J
Pediatr. 1994;125(5 pt 2):S69–77.
Helvie, C.O. 1998. Advanced practice nursing in the community. California : Sage
Publications Inc.
Hidayat, A.A. 2008. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Judarwanto, W. 2005. Mengatasi kesulitan makan pada anak. Jakarta : Puspa Swara.
Krebs, N.F. 2007. American Society for Nutrition : Food Choices to meet nutritional
needs of breast-fed Infants and Toddlers on mixed diets.
http://jn.nutrition.org/content/137/2/511S.long. diakses tgl 9 JUni 2014
Memperkenalkan MP ASI setelah bayi berusia enam bulan.
http://www.ibudanbalita.com/artikel/memperkenalkan-mp-asi-setelah-bayiberusia-enam-bulan. diakses tanggal 9 Juni 2014
Ministry of Health. 2008. Food and nutrition guidelines for healthy infants and
toddlers (aged 0-2) a background paper. Wellington : Ministry of Health.
45
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
46
Onyago, A.W., Receveur, O., dan Esrey, S.A. 2002. Research : the contribution of
breast milk to toddler diets in Western Kenya.
Pugliese MT, Weyman-Daum M, Moses N, Lifshitz F. Parental health beliefs as a
cause of nonorganic failure to thrive. Pediatrics. 1987;80:175–82
Saidah, N. 2010. Tesis : Pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi,
perkembangan fisik, dan psikososial balita (usia 2-5 tahun). Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
Sari, E.P., Ramli, Adli, A., Rahmi, N. n.d. Jurnal karya ilmiah akhir : Hubungan
antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
anak batita di posyandu desa pulolon kecamatan glumpang tiga kabupaten
pidie. Stikes U’Budiyah.
Stanhope & Lancaster. 2004. Community and public health nursing. Sixth edition.
Mosby : New Jersey.
Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS MASYARAKAT
PERKOTAAN PADA SETTING KELUARGA BAPAK J
RT 04 RW 02 KELURAHAN SUKATANI DEPOK
Oleh:
Layya Notiva Dewi
0906510981
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN KELUARGA
I.
Data umum
1. Nama keluarga (KK)
: Bapak J
2. Alamat
: RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok.
3. Komposisi keluarga
:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama
Bapak J
Ibu S
Anak A
Anak A
Anak A
Anak D
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Hub. Dengan KK
Kepala keluarga
Istri
Anak kandung
Anak kandung
Anak kandung
Anak kandung
Usia
41 tahun
40 tahun
18 tahun
12 tahun
9 minggu
23 bulan
Pendidikan
STM
SD
SMA
SMP
SD
Belum sekolah
Genogram
Bapak J
41 thn
Ibu S
40 thn
An. A
18 thn
An. A
12 thn
An.A
9 thn
An.D
23bln
bulan
bulan
Keterangan
Ayah dan Ibu dari Bapak J maupun Ibu S masih hidup. Sampai saat ini tidak ada
riwayat penyakit apapun yang ada pada kedua orangtua bapak J dan ibu S. Selain itu,
Kakak dan adik Bapak J maupun Ibu S tidak ada keluhan penyakit dan tidak memiliki
riwayat penyakit menurun. Keluarga Bapak J tinggal di Sukatani, sedangkan keluarga
Ibu S tinggal di Bogor. Menurut keterangan Ibu S, keluarganya tidak ada keluhan
penyakit dan tidak memiliki riwayat penyakit menurun. Keluarga Ibu S dalam kondisi
sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit menurun.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
4. Tipe keluarga
Tipe keluarga Ibu S adalah keluarga inti dengan tahap perkembangan keluarga
remaja karena anak pertama Ibu S sudah memasuki usia remaja. Ibu S adalah seorang
ibu rumah tangga yang sehari-harinya berada di rumah bersama anak D. Bapak J pergi
bekerja, ketiga anak pertama ibu S pergi ke sekolah setiap pagi dan pulang siang,
terkadang pulang sore.
5. Suku
Bapak J berasal dari Depok dan Ibu S berasal dari Bogor. Bahasa yang digunakan
keluarga Ibu S adalah bahasa Indonesia, namun terkadang juga berkomunikasi dalam
bahasa Sunda. Cara berpakaian keluarga Ibu S tidak menggambarkan daerah asalnya.
Ibu S menggunakan pakaian wanita yang sering disebut daster. Ketiga anak pertama ibu
S mengenakan kaos dan celana pendek saat berada di rumah dan pergi keluar rumah.
Sedangkan anak D menggunakan baju layaknya anak balita yaitu atasan kaos dan
bawahan celana/rok. Alat-alat kesenian daerah asal tidak terlihat dan terpajang di
rumah Ibu S. Untuk pengobatan sederhana, Ibu S masih menggunakan praktik
tradisional, namun jika sakit keluarga Ibu S lebih memilih untuk membeli obat warung
atau menggunakan Jamkesda yang dimilikinya untuk memeriksakan keluarga yang
sakit ke fasilitas kesehatan seperti Puskesmas. Tidak ada kepercayaan budaya terkait
masalah kesehatan.
6. Agama
Keluarga Ibu S beragama Islam. Ibu S setiap sebulan sekali mengikuti pengajian
yang diadakan di desanya. Sedangkan Bapak J tidak pernah mengikuti pengajian karena
pulang bekerja bapak J sudah merasa lelah. Ketiga anak Ibu S mengikuti kegiatan
mengaji di TPQ dekat rumah. Keluarga tidak mengkonsumsi alkohol dan daging babi
karena dalam agama Islam hal tersebut dilarang. Keluarga mempercayai ketika sakit,
adalah cobaan yang diberikan dari Tuhan.
7. Status sosial ekonomi keluarga
Bapak J bekerja sebagai seorang karyawan pabrik di dekat rumahnya dengan
penghasilan menetap di bawah 2 juta rupiah. Selain sebagai ibu rumah tangga, Ibu S
juga memiliki pekerjaan sambilan bekerja di laundry jika anak D ada yang menjaga di
rumah, misalnya sesudah dhuhur. Pendapatan gabungan dari bapak J dan Ibu S masih
berada di bawah UMR. Namun, Ibu S mengatakan selama ini pendapatan tersebut
cukup untuk kehidupan sehari-hari. Keuangan diatur oleh Ibu S. Selain itu, Ibu S juga
mengikuti arisan yang diadakan di lingkungan setiap bulannya.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Ibu S mengatakan bahwa keluarga jarang melakukan kegiatan rekreasi. Rekreasi
tidak dilakukan setiap bulan, hanya sekitar enam bulan sekali. Ketika rekreasi, tempat
rekreasi yang sering dikunjungi masih di wilayah Jabodetabek. Untuk rekreasi ke
tempat yang lebih jauh biasanya keluarga Ibu S mengikuti kegiatan rekreasi yang
diadakan keluarga besar setahun sekali. Saudara-saudara Ibu S dan Bapak J saling
berdekatan dengan rumah sehingga memudahkan untuk melakukan silaturahmi.
Orangtua Bapak J berdekatan dengan rumah Ibu S dan Bapak J. Sedangkan orangtua
Ibu S sendiri berada di Bogor. Ibu S dan anak-anak Ibu S serta Bapak J menjenguk
oragtua di Bogor setiap bulan. Ketiga anak Ibu S selalu mengikuti kegiatan rekreasi
yang diadakan oleh sekolah. Aktivitas rekreasi yang selalu dilakukan sehari-hari adalah
menonton televisi bersama dirumah.
II.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak A saat ini adalah tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia remaja ditunjukkan oleh anak pertama Ibu S (Anak A)
berusia 18 tahun. Aktivitas sehari-hari Anak A adalah sekolah. Menurut Duvall tahap
perkembangan keluarga dengan remaja yaitu:

Remaja terus mengembangkan autonominya.

Orang tua memfokuskan ulang pada masa pertengahan perkawinan dan masalah
karier.

Orang tua menggeser perhatian ke arah generasi yang lebih tua.
Keluarga juga telah mendukung kegiatan belajar anak, hal ini dibuktikan dengan
prestasi belajar anak yang semakin baik. Keluarga juga mendukung hubungan anak
baik dengan teman sebaya, maupun yang berbeda usia, namun keluarga memberi
batasan sejauh mana dan berapa lama anak boleh bermain. Keluarga saat ini belum
mengarahkan anak A untuk perkawinan, keluarga menganjurkan untuk fokus untuk
sekolah dan pekerjaan terlebih dahulu.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasarkan tahap perkembangan keluarga Ibu S yang belum terpenuhi menurut
Duvall adalah Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga
Bapak J yaitu orang tua belum memfokuskan remaja tentang perkawinan dan masalah
karier. Ibu S mengatakan bahwa fokus anak saat ini masih fokus belajar untuk
kemudian berkarier dan belum memikirkan masalah perkawinanan.
3. Riwayat keluarga inti
Bapak J dan Ibu S bertemu pertama kali di Depok. Keduanya memutuskan
menikah pada tahun 1995 setelah dua tahun saling mengenal. Anak A (anak pertama)
lahir 1 tahun setelah pernikahan yaitu tahun 1996. Anak A (anak kedua) lahir pada
tahun 2002, Anak A (anak ketiga) lahir pada tahun 2005, dan Anak D (anak keempat)
lahir pada tanggal 26 Juni 2012. Jarak kelahiran anak-anak Ibu N yaitu 6 tahun, 3
tahun, dan 7 tahun.
Ibu S menyatakan bahwa ibu S belum pernah mengalami penyakit yang serius,
hanya saja ketika hamil anak D ibu S memiliki tekanan darah yang tinggi, saat itu
tekanan darah Ibu S mencapai 170/100 mmHg. Bapak A memiliki kebiasaan merokok
dan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Keempat anak dari Ibu S dan Bapak J
tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya (suami dan istri)
Ibu S mengatakan ayah dan ibu baik dari Ibu S sendiri ataupun Bapak J masih
hidup dan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Secara keseluruhan, keluarga Bapak
J tidak memiliki riwayat penyakit turunan. Kedua orangtua dari Bapak J ataupun Ib S
tidak mengalami masalah pernikahan ataupun perceraian.
III.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah Ibu S merupakan bangunan tetap (permanen) yang beratapkan genteng
dengan status kepemilikan pribadi dan sudah dihuni sejak dulu. Rumah Ibu S terdiri
dari 1 ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur
yang gabung dengan ruang makan, dan 1 kamar mandi. Pada ruang tamu terdapat kursi,
meja, buffet yang terdapat televisi, rak sepatu, buku-buku sekolah, dan pada dindingnya
terdapat jam dinding. Pada kamar anak terdapat 2 kasur berukuran single, lemari
pakaian yang terbuat dari kayu. Pada dapur terdapat rak, alat-alat masak dan kompor
gas dengan satu tungku. Pada kamar mandi terdapat 1 bak besar yang menampung air
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
dan satu tempat sabun yang digantung di dinding. Kamar mandi berbatasan langsung
dengan dapur dan ruang makan. Tidak terdapat ventilasi pada ruang makan dan dapur.
Air yang digunakan keluarga Ibu S jernih dan tidak berbau. Bak mandi yang ada
di kamar mandi bersih. Tempat penampungan air berada di luar, tepatnya di atas kamar
mandi. Depan rumah terdapat jemuran lipat yang digunakan untuk menjemur baju.
Kondisi pencahayaan rumah Ibu S kurang baik. Ventilasi juga tidak memadai untuk
sirkulasi udara. Jendela untuk kamar utama hanya terbuat dari kaca yang tidak dapat
dibuka dan satu ventilasi. Rumah Ibu S memiliki teras yang tidak begitu luas. Limbah
air sisa pemakaian rumah tangga dibuang ke selokan yang berada di dekat rumah.
Gambar 1.1 Denah Rumah Ibu N
jemuran
R. Makan
R. Tamu
teras
Tempat kompor
Kamar orang
tua
Kamar
anak
Tempat cuci piring
KM
2. Karakterisitik tetangga dan komunitas
Tipe komunitas subkota, warga sekitar rumah Ibu N rata-rata penduduk asli Depok
(suku jawa dan sunda). Terdapat beberapa rumah yang dikontrakkan. Sebagian besar
warga yang bekerja adalah suami (bapak-bapak), mereka memiliki waktu kerja yang
berbeda yaitu ada yang bekerja dari pagi hingga siang hari dan ada juga yang bekerja
dari pagi hingga sore hari. Sedangkan ibu rata-rata berstatus ibu rumah tangga sehingga
waktu mereka lebih banyak di rumah. Kondisi perumahan yang berdekatan membuat
warga sekitar akrab dan sering bertegur sapa dengan warga lainnya. Lingkungan rumah
Ibu S sekalipun hujan deras tidak pernah mengalami banjir, hal ini dikarenakan sanitasi
lingkunganya baik, ada saluran air yang terhubung ke empang. Dalam kehidupan
sehari-hari, sampah yang dihasilkan dari rumah tangga oleh Ibu S dibakar di belakang
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
rumah. Fasilitas yang ada di sekitar rumah, yaitu toko yang kebutuhan sehari-hari,
masjid/musholla, sepeda motor, sepeda,.
3. Mobilitas geografis keluarga
Bapak J dan ketiga anak pertama Ibu S lebih banyak melakukan kegiatan di luar
rumah sedangkan Ibu S dan Anak D lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah.
Keluarga Ibu S sejak menikah tinggal di rumah ini. Tidak pernah pindah rumah. Bapak
J menggunakan kendaraan sepeda motor untuk menuju tempat kerjanya yang jaraknya
tidak terlalu jauh. Sedangkan anak-anak Ibu S jalan kaki atau naik angkutan umum
untuk menuju sekolahnya di Sukatani.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ibu S sering berkumpul dengan anggota keluarga biasanya setelah makan malam,
siang hari, ataupun pada hari libur. Kegiatan yang dilakukan saat berkumpul adalah
menonton televisi, berbincang, dan bercanda dengan anak-anak.
5. Sistem pendukung keluarga
Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan keluarga Bapak J adalah Jamkesda.
Tindakan awal yang dilakukan oleh keluarga Ibu S jika ada anggota keluarga yang sakit
adalah membeli obat warung terlebih dahulu. Namun, jika tidak ada perubahan maka
diperiksakan ke Puskesmas Sukatani.
IV.
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang sering digunakan keluarga Ibu S adalah Bahasa Indonesia. Bapak J,
Ibu S, dan anak-anaknya sering berbincang setelah makan malam. Alat bantu
komunikasi yang digunakan adalah telepon genggam. Apabila ada masalah dalam
keluarga maka didiskusikan secara bersama.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Bapak J. Pengatur keuangan
keluarga adalah Ibu S. Jika ada keperluan sehari-hari diluar keperluan biasa, umumnya
dibicarakan terlebih dahulu dengan Bapak J. Jika dirasa keperluan tersebut adalah
keperluan mendadak, Ibu S langsung mengeluarkan uang tersebut. Kemudian baru
dikomunikasikan kepada Bapak J.
3. Struktur peran
Bapak J dalam keluarga berperan sebagai kepala keluarga, mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Bapak J sebagai kepala keluarga dan pengambil
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
keputusan dalam keluarganya. Ibu S bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengatur
kebutuhan dan keuangan keluarga sehari-hari. Anak-anak suka dimintai bantuan untuk
membersihkan rumah. Selain itu, Ibu S juga mengawasi pergaulan dan belajar anak.
Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terlibat pergaulan bebas dan prestasi anak tetap
baik.
4. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan nilai agama
Islam yang dianutnya serta norma masyarakat di sekitarnya. Ibu S mengatakan ibu S
menanamkan nilai dan mengajarkan norma yang baik pada anak-anaknya sejak kecil.
V.
Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Ibu S sangat menyayangi suami dan anak-anak dan begitu juga anak-anak
menyayangi dan menghormati Ibu S. Anak-anak Ibu S juga saling menyayangi satu
sama lain. Ibu S mengatakan anggota keluarga saling menghormati dan ada rasa saling
membutuhkan dan memiliki. Setiap anggota keluarga memahami kebutuhan anggota
keluarga yang lain, sebagai contoh, ibu S mengatakan bahwa anak pertama tidak
menyetel TV atau menyalakan musik dengan keras ketika adiknya atau anak A sedang
sakit dan membutuhkan istirahat. Selain itu, ibu S juga menyatakan bahwa Bapak J dan
Anak A (anak pertama) membantu pekerjaan rumah jika ibu J terlihat kelelahan.
2. Fungsi sosialisasi
Masing-masing anggota keluarga mempunyai otonomi untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing. Otonomi terbesar dipegang oleh Bapak J sebagai kepala keluarga.
Akan tetapi, otonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengurus rumah dan
kebutuhan rumah tangga dipegang oleh ibu S. Ibu S mengatakan antar anggota keluarga
ada rasa saling ketergantungan oleh karena itu masing-masing anggota keluarga saling
membantu jika ada yang membutuhkan bantuan. Ibu S mencontohkan anak A (anak
pertama) membantu ibu S menjaga anak D ketika ibu S bekerja di laundry setelah
dhuhur. Ibu S menggunakan pola asuh demokratis dalam mengasuh anaknya. Ibu S
mengatakan selama mengasuh anaknya, masalah yang dihadapi yaitu saat anak susah di
atur. Akan tetapi ibu S mengatakan jika anak susah diatur, ibu S menggunakan cara
yang tegas agar anak mendengarkan teguran dari Ibu S. Selain itu, Ibu S juga
mengikuti pengajian dan kegiatan arisan di lingkungan rumahnya setiap bulan. Anakanak Ibu S juga biasanya bermain dengan anak-anak tetangga sekitar.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
3. Fungsi perawatan keluarga
Ibu S mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting.
Untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, Ibu S selalu mengatur agar masakan
yang sehari-hari dihidangkan adalah masakan sehat, terdiri dari nasi, sayur, lauk, dan
buah. Ibu S mendapatkan informasi kesehatan dari bidan yang datang di posyandi
setiap bulannya atau dari dokter ketika berkunjung untuk memeriksakan kesehatan.
Untuk pengambilan keputusan terkait kesehatan, misalnya pengambilan keputusan
tentang tindakan yang dilakukan jika ada anggota keluarga yang sakit, dipegang oleh
Bapak J. Dalam hal ini, Ibu S memiliki peranan penting dalam masalah kesehatan
keluarga. Ibu S memegang peranan penting untuk merawat anggota keluarga yang
sakit. Strategi Ibu S jika ada anggota keluarga yang sakit yaitu pertama dibelikan obat
warung terlebih dahulu, lalu jika tidak lekas sembuh sakitnya maka Ibu S akan
membawa anggota keluarga yang sakit ke dokter. Keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang dekat dengan rumah yaitu Puskesmas dengan menggunakan Jamkesda
yang dimiliki keluarga bapak J. Jarak antara rumah keluarga bapak J dan Puskesmas
tidak terlalu jauh, dapat dijangkau menggunakan sepeda motor.
VI.
Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga
Ibu S mengatakan saat ini stressor jangka panjang adalah tentang biaya anak
sekolah yang mungkin akan semakin tinggi mengingat saat ini anak D masih berusia 23
bulan dan ibu S sudah berusia 40 tahun. Sedangkan stressor jangka pendek diakui ibu S
tidak ada. Jika keluarga Ibu S mengalami masalah biasanya akan meminta pendapat
saudara yang terdekat.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Bapak J dan Ibu S akan meminta pendapat saudara dekat untuk memberikan saran
dalam pengambilan keputusan terkait masalah yang sedang dihadapi.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan oleh keluarga Ibu S biasanya menonton televisi,
main ke rumah tetangga untuk mengobrol, dan berdoa kepada Allah memohon
petunjuk.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Belum terlihat adanya strategi adaptasi disfungsional pada keluarga Ibu S selama
pengkajian ini dilakukan.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
VII.
Harapan keluarga
Harapan Ibu S adalah semoga anggota keluarganya selalu diberikan kesehatan
sehingga dapat melakukan kegiatan dan kecukupan rezeki.
VIII.
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada Ibu S
No
Pemeriksaan
1 Tanda-tanda vital
2
3
4
TB
BB
Kepala
5
Mata
6
7
Telinga
Hidung
8
Mulut dan gigi
9
Leher
10
11
12
13
Dada/ thorax
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Hasil
TD : 140/90 mmHg
RR : 20 ; Suhu : 370C
150 cm
60 kg
Ibu S mempunyai rambut panjang dan lurus dengan
warna hitam. Rambut Ibu S bersih. Ibu S mengatakan
kalau tidak ada lesi di kepala. Rambut Ibu S mudah
rontok setelah melahirkan.
Mata Ibu S bersih dan simetris. Ibu S tidak mempunyai
masalah penglihatan. Ibu S juga tidak memakai alat
bantu penglihatan.
Ibu S mengatakan tidak ada keluhan pada telinganya.
Hidung Ibu S tampak bersih dan simetris. Ibu S terlihat
tidak memiliki sumbatan pada hidung. Ibu S
mengatakan bahwa dia dapat bernapas dengan lancar.
Mulut Ibu S tampak bersih, membran mukosa
berwarna merah muda, bibir lembab. Ibu N tidak
sariawan.
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan nyeri
tekan pada leher.
Dada simetris, ronchi -/-, wheezing -/-, sesak (-)
Nyeri tekan (-), nyeri ulu hati (-), pembesaran hepar (-)
Edema (-), nyeri tekan (-)
Warna putih, turgor kulit elastis, tidak kering, dan
tidak ada lesi.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
ANALISA DATA
Nama Keluarga (KK) : Bapak J
Nama Balita
: Anak D (23 bulan, perempuan)
Alamat
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
NO Data
1
DO :
- Makan sehari 1 kali (4-5 suap)
di pagi hari
- Pola makan di pagi hari yaitu
nasi, sayur, dan
ikan/tempe/tahu/ayam
- Masih mengkonsumsi ASI dan
tidak mengkonsumsi susu
formula
- BB = 8 kg
- TB = 80 cm
- Berdasarkan pengukuran KMS
(Kartu Menuju Sehat) yaitu
perbandingan antara usia dan
berat badan anak D, status gizi
anak D berada di bawah garis
merah yaitu gizi kurang.
Rekomendasi berat badan
ideal menurut KMS dengan
panjang badan 80 cm adalah
9.9-13.20 kg.
- Sedangkan pengukuran
berdasarkan perbandingan
antara berat badan dan panjang
badan, anak D berada pada
garis paling bawah rentang -2
hingga -3. Dengan demikian,
status gizi anak D yaitu kurus.
- membrane mukosa pucat
Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh pada keluarga
bapak J khususnya anak D
DS :
- Menurut Ibu S, selera makan
anak D buruk, Anak D
menyukai sayur dan lauk,
tidak ada makanan yang tidak
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
anak D sukai
- Menurut Ibu S, Anak D masih
mengkonsumsi ASI dan masih
dalam frekuensi yang sering
serta lama (dalam satu hari
lebih dari 8 kali sekitar 20-30
menit)
2
DO :
DS :
-
-
-
-
-
3
DO :
-
Tekanan darah saat ini
140/90 mmHg
Nadi 90 x per menit
Napas 20 x per menit
Pucat
Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan pada keluarga Bapak J
khususnya Ibu S terkait hipertensi
Ibu S terkadang merasa
pusing dan berkunang jika
terlalu banyak aktivitas
Ibu S mengatakan nyeri
tengkuk dan kesemutan
jika melakukan aktivitas
Jika pusing dan kelelahan,
ibu S hanya beristirahat di
rumah
Ibu S tidur 7 jam setiap
malamnya
Ibu S mengatakan
penggunaan garam setiap
kali memasak adalah tiga
per empat sendok teh
bahkan lebih.
Ibu S tidak pernah
berolahraga
Ibu S tidak pernah
mengkonsumsi obat
apapun dan tidak pernah
memeriksakan
kesehatannya di klinik
atau puskesmas. Pergi ke
klinik atau puskesmas
hanya jika sakit.
Klien terlihat lincah, aktif,
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
-
-
sehat jasmani dan rohani
Hasil observasi terlihat
bahwa anak D mampu
meletakkan satu buah
kubus di atas kubus yang
lain tanpa menjatuhkan
kubus, mampu
mengucapkan “maem,
mandi, ambilin”, mampu
melepas pakaian sendiri,
mampu menaiki tangga
tanpa bantuan, dapat
menunjuk bagian tubuh
seperti hidung mulut, dan
mata, mampu makan nasi
sendiri dengan masih
tumpah (sedikit), mampu
memungut pring jika
diminta, dan mampu
menendang bola kecil
yang ada di hadapannya.
Hasil KPSP yang
dilakukan terhadap anak D
hasilnya adalah 9 dimana
hasil ini masih dalam
rentang normal (nilai
normal 9-10)
Penghalusan progresif keterampilan
motorik pada keluarga Bapak J
khususnya anak D
DS
-
-
Ibu klien mengatakan
anaknya sudah mampu
melakukan hal di atas
sejak memasuki usia 21-22
bulan
Ibu S mengatakan anak D
dalam melakukan kegiatan
berjalan mundur 5
langkah masih dibantu
kakak atau Ibu S.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
SKORING
Nama Keluarga (KK)
Nama Balita
Alamat
: Bapak J
: Anak D
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh di
Keluarga Bapak J khususnya Anak D
No. Kriteria
1.
2.
3.
Sifat masalah:
a. Aktual
b. Risiko
tinggi
c. Potensial
Nilai
3
2
Bobot Skoring
1
1
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
Potensial untuk
dicegah:
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
2
Pembenaran
Ibu S mengatakan
3/3 x 1 = 1 selama ini anak D
susah makan, selera
makan kurang, tidak
mau mengkonsumsi
sayuran, berat badan
susah naik, cenderung
tetap bahkan turun
Adanya kepala
keluarga yang disegani
oleh anak mampu
1/2 x 2 = 1 membuat anak untuk
tetap makan 3 kali
sehari walaupun porsi
sedikit. Adanya teman
sebaya dan kaka
kandung yang
disukainya mampu
untuk meningkatkan
nafsu makan anak.
Perhatian dan
dukungan yang cukup
2/3 x 2 = 1 dari anggota keluarga
1/3
berpengaruh terhadap
pola makan anak,
mengingat umur anak
masih 23 bulan
merupakan waktu
yang tepat untuk terus
menstimulasi anak
agar memiliki nafsu
makan yang baik dan
menyukai sayuran.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
4.
Menonjolnya
masalah:
a. Segera
2
diatasi
b. Tidak segera 1
diatasi
c. Tidak
0
dirasakan
Kebiasaan keluarga
yang sulit untuk
memaksakan/mencoba
2/2 x 1 = 1 agar anak menyukai
sayuran dan makan
dengan porsi cukup
masih kurang sehingga
perlu untuk segera
diatasi
4 1/3
2
TOTAL
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi di Keluarga
Bapak J khususnya Ibu S
No. Kriteria
1.
2.
Nilai
Sifat masalah:
a. Aktual
b. Risiko tinggi
c. Potensial
3
2
1
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
Bobot Skoring
3/3 x 1 = 1
1
2
1/2 x 2 = 1
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Pembenaran
Ibu S mengatakan
memiliki riwayat
tekanan darah
tinggi sejak 3 tahun
yang lalu. Hasil
pemeriksaan TD
ibu S saat ini adalah
140/90 mmHg.
Ibu S tinggal
bersama keempat
anaknya dan satu
suaminya. Setiap
harinya Ibu S
mengurus anak D.
Namun, suami juga
sering di rumah dan
jetiga anaknya
sudah besar
sehingga faktor
kelelahan bagi ibu
S dapat
diminimalisir
karena pekerjaan
rumah dapat
dibantu oleh
anggota keluarga
3.
4.
Potensial untuk
dicegah:
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
Menonjolnya
masalah:
a. Segera diatasi 2
b. Tidak segera 1
diatasi
c. Tidak
0
dirasakan
2
2/3 x 2 = 1
1/3
2
1/2 x 1 =
1/2
TOTAL
3
yang lain
Perhatian dan
dukungan yang
cukup dari anggota
keluarga
berpengaruh
terhadap psikologis
Ibu S. Suami dan
keempat anaknya
serta keluarga sgt
menyayangi ibu S
sehingga kebutuhan
gizi dapat
diperhatikan.
Ibu S dan suami
menganggap bahwa
masalah hipertensi
bukan masalah
yang harus diatasi.
Jika Ibu S merasa
pusing, berkunang
kunang, nyeri
tengkuk serta
kesemutan, ibu S
hanya beristirahat
di rumah.
½
3. (Dx. Sejahtera) : Penghalusan Progresif Keterampilan Motorik di
Keluarga Bapak J khususnya Anak D
No. Kriteria
1.
Sifat masalah:
a. Aktual
b. Risiko tinggi
c. Potensial
Nilai
3
2
1
Bobot Skoring
3/3 x 1 = 1
1
Pembenaran
Anak D sudah
mampu meletakkan
satu buah kubus di
atas kubus yang lain
tanpa menjatuhkan
kubus, mampu
mengucapkan
“maem, mandi,
ambilin”, mampu
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
2.
3.
4.
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
1/2 x 2 = 1
Potensial untuk
dicegah:
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
2
2/3 x 2 = 1
1/3
2
0/2 x 1 =
1/2
Menonjolnya
masalah:
a. Segera diatasi 2
b. Tidak segera 1
diatasi
c. Tidak
0
dirasakan
melepas pakaian
sendiri, mampu
menaiki tangga
tanpa bantuan, dapat
menunjuk bagian
tubuh seperti hidung
mulut, dan mata,
mampu makan nasi
sendiri dengan
masih tumpah
(sedikit), mampu
memungut pring
jika diminta, dan
mampu menendang
bola kecil yang ada
di hadapannya
Stimulasi tumbuh
kembang anak perlu
dilakukan sesuai
tahap
perkembangan.
Keluarga telah
menerapkan tahap
perkembangan yang
sesuai dengan usia
anak.
Keluarga
memperhatikan
tumbuh kembang
anak dengan baik
dengan cara
mengajarkan sejak
dini kepada anak
tahap
perkembangan yang
harus dilaluinya.
Ibu S mengatakan
jika anak mudah
untuk diajarkan
untuk melakukan
kegiatan yang
seharusnya anak
lewati seperti
melangkah mundur
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
ke belakang 5
langkah
TOTAL
3
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Keluarga (KK)
Nama Balita
Alamat
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakseimba
ngan Nutrisi :
Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh pada
keluarga Bapak
J khususnya
anak D
: Bapak J
: Anak D
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan
perawatan selama
6x45 menit,
keluarga mampu
merawat anak
dengan
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
ditandai dengan
BB dan TB anak
berada pada
rentang fase
normal dan status
gizi normal
1.Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 3x45
menit, keluarga
mampu mengenal
masalah kesehatan
terkait gizi
seimbang, dengan
mampu:
1.1 Menyebutkan
definisi gizi
seimbang dan
kurang gizi
Kriteria
Respon
Verbal
Evaluasi
Standar
Keluarga menyebutkan
gizi seimbang adalah
terpenuhinya berbagai
zat gizi (zat
pembangun, zat
pengatur, dan zat
energi) dalam makanan
dan minuman yang
dikonsumsi. Sedangkan
kurang gizi adalah
kekurangan zat-zat atau
bahan-bahan yang
dibutuhkan tubuh
sehingga terjadi
perubahan dalam tubuh
misalnya tubuh
menjadi kurus
Rencana Intervensi
 Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian gizi
seimbang dan kurang gizi
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
gizi seimbang dan kurang gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
menggunakan media leaflet/lembar balik
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga tentang faktor
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
1.2 Menyebutkan
faktor yang
menyebabkan
anak
mengalami gizi
tidak
seimbang.
1.3 Menyebutkan
tanda-tanda
kurang gizi
Respon
Verbal
Respon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4
faktor yang
menyebabkan anak
mengalami gizi
kurang/tidak seimbang,
yaitu:
1. Jumlah makanan
yang dikonsumsi
kurang
2. Jenis bahan
makanan tidak
seimbang
3. Makan tidak tertur
4. Terserang penyakit
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 6
tanda kurang gizi yaitu
1. Badan kurus
2. Rambut tipis mudah
dicabut
3. Lemah/pucat
4. Kulit kering dan
kusam
5. Pusing
6. Kaki dan tangan
bengkak
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014






yang menyebabkan anak mengalami gizi
kurang
Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai
faktor yang menyebabkan anak mengalami gizi
kurang dengan menggunakan media
leaflet/lembar balik
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga tentang tandatanda anak mengalami kurang gizi
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tanda-tanda anak mengalami kurang gizi
dengan menggunakan media leaflet/lembar
balik
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
1.4 Mengidentifikasi status
gizi balita
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
gizi kurang,
dengan:
2.1 Menyebutkan
akibat gizi
kurang.
Respon
Afektif
Keluarga mengatakan
bahwa anak D
mengalami kurang gizi
 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
kurang gizi
 Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
Respon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 5
masalah yang mungkin
muncul akibat gizi
kurang/tidak seimbang,
yaitu:
- BB dan TB anak
tidak naik atau
malah turun.
- Anak tampak tidak
semangat.
- Pertumbuhan dan
perkembangan anak
terganggu
- Mudah terkena
penyakit
- Berkurangnya daya
pikir/konsentrasi
 Diskusikan bersama keluarga tentang masalah
yang mungkin muncul akibat kurang gizi
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
masalah yang mungkin muncul akibat kurang
gizi dengan menggunakan media leaflet
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
2.2 Mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
masalah
kurang gizi.
3.Keluarga Mampu
merawat anak
dengan gizi
kurang, dengan:
3.1 Menyebutkan
cara merawat
anak dengan
kurang gizi.
3.2 Menyebutkan
bahan-bahan
makanan yang
mengandung
triguna gizi
Keluarga mengatakan
akan mengatasi
masalah gizi kurang
yang terjadi pada
anaknya.
 Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari
akan adanya masalah sesuai dengan materi
yang telah diberikan
 Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga dengan kurang gizi
 Berikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil
Repon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan cara
merawat anak dengan
kurang gizi:
- Memodifikasi bahan
makanan.
- Menciptakan menu
makanan yang
bervariasi.
- Mencetak makanan
dengan bentukbentuk yang lucu dan
disukai anak.
 Diskusikan bersama keluarga tentang cara
merawat anak dengan kurang gizi
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
cara merawat anak dengan kurang gizi dengan
menggunakan media leaflet
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
Respon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan bahanbahan makanan yang
mengandung triguna
gizi seimbang yaitu :
 Diskusikan bersama keluarga tentang triguna
gizi seimbang
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
Respon
afektif
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
seimbang
1. Zat tenaga seperti :
nasi, roti, ubi, talas
2. Zat pembangun
seperti : tempe,
tahu, telur, daging
3. Zat pelindung
seperti : sayuran dan
buah-buahan




contoh-contoh bahan makanan yang
mengandung triguna gizi seimbang pada
keluarga dengan menggunakan gambar lembar
balik
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
3.3 Menyebutkan
cara memilih
bahan makanan
Respon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 2 dari 4
cara memilih bahan
makanan :
1. Harganya
terjangkau
2. Nilai gizinya baik
3. Tidak busuk
4. Mudah didapat
 Diskusikan bersama keluarga tentang cara
memilih bahan makanan
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
cara memilih bahan makanan yang benar pada
keluarga dengan menggunakan lembar balik,
leaflet
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
3.4 Meredemonstrasikan cara
memilih bahan
Respon
psikomotor
Keluarga
mendemonstrasikan
cara memilih bahan
 Motivasi keluarga untuk meredemonstrasikan
cara memilih bahan makanan untuk anak
 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
makanan
makanan yang baik
mengatasi anak yang sulit makan
3.5 Menyebutkan
cara mengolah
bahan makanan
yang benar
Respon
Verbal
Keluarga mampu
menyebutkan cara
mengolah bahan
makanan dengan benar
yaitu :
1. Sayuran, buah
dicuci dahulu baru
dipotong-potong
2. Sayuran dimasak
jangan terlalu lama
3. Alat-alat masak
bersih
4. Cuci tangan
sebelum masak
 Diskusikan bersama keluarga tentang cara
mengolah bahan makanan yang benar
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
cara mengolah bahan makanan yang benar
dengan menggunakan lembar balik, leaflet
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
3.6 Meredemonstrasikan cara
mengolah bahan
makanan yang
baik
Respon
psikomotor
Keluarga
mendemonstrasikan
cara mengolah
makanan yang baik
 Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
mengolah makanan yang baik
 Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara mengolah makanan yang baik
 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali cara mengolah makanan yang baik
 Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3.7 Menyebutkan
prinsip
menyajikan
makanan
Respon
Verbal
Keluarga mampu
 Diskusikan bersama keluarga tentang prinsip
menyebutkan prinsip
menyajikan makanan
menyajikan makanan :  Berikan pujian kepada keluarga tentang
1. Bervariasi jenis
pemahaman keluarga yang benar.
makanannya
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
2. Kombinasi makanan
prinsip menyajikan makanan dengan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
hewani dan nabati
3. Perhatikan jadwal
menu
4. Jumlah makanan
sesuai dengan
kebutuhan




3.8 Mendemonstrasikan cara
menyusun menu
gizi seimbang
Respon
Psikomotor
Keluarga mampu
menyusun menu
seimbang sesuai
dengan kebutuhan
balita sehari-hari
3.9 Menyebutkan
prinsip-prinsip
dalam mengatasi
anak tidak mau
makan
Respon
Verbal
Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5
prinsip mengatasi anak
tidak mau makan :
1. Jangan paksa anak
bila tidak mau
makan
2. Jangan memberikan
anak makan yang
manis-manis
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
menggunakan lembar balik, leaflet
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
 Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
menyusun menu seimbang sesuai dengan
kebutuhan balita sehari-hari
 Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara menyusun menu seimbang sesuai dengan
kebutuhan balita sehari-hari
 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali cara menyusun menu seimbang sesuai
dengan kebutuhan balita sehari-hari
 Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
 Diskusikan bersama keluarga tentang prinsip
mengatasi anak tidak mau makan
 Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
 Berikan informasi kepada keluarga mengenai
prinsip mengatasi anak tidak mau makan
dengan menggunakan lembar balik, leaflet
 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
3.10 Mendemonstrasikan cara
mengatasi
anak yang
sulit makan
Setelah dilakukan
pertemuan ke-2
sebanyak 1x45
menit, keluarga:
4. Memodifikasi
lingkungan yang
sesuai untuk anak
gizi kurang,
dengan mampu:
4.1 Menyebutkan
cara
memodifikasi
lingkungan
untuk anak
dengan gizi
sebelum makan
3. Sajikan makanan
dalam bentuk
menarik
4. Makan bersama
5. Berikan makan
dalam porsi kecil
tapi sering
belum dimengerti.
 Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
Respon
psikomotor
Keluarga dapat
mendemonstrasikan
cara memberi makan
pada anak yang susah
makan
 Motivasi keluarga untuk mengatasi anak yang
sulit makan dengan prinsip-prinsip yang telah
dijelaskan
 Memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk mendemonstrasikan cara memberi
makan pada anak yang sulit makan
 Beri reirforcement positif atas usaha keluarga
mengatasi anak yang sulit makan
Respon
Verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 4 dari 5
cara memodifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita anak
dengan gizi kurang:
 Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk anak dengan gizi kurang.
 Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk anak dengan
gizi kurang dengan menggunakan lembar balik
dan leaflet.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014

kurang.




4.2 Menunjukkan
perubahan
lingkungan
yang sehat
untuk anak
dengan gizi
kurang.
Pada
kunjungan
yang tidak
direncana
kan
Ciptakan suasana
makan bersama
penuh kehangatan.
Makan bersama
anggota keluarga
dan sambil bercerita
Beritahu teman dan
kerabat untuk tidak
membawa oleh-oleh
berupa junkfood
atau snack ringan.
Tidak menjadikan
makanan sebagai
hadiah atau
hukuman.
Gunakan peralatan
makan yang disukai
anak.
Lingkungan rumah
kondusif bagi anak
dengan gizi kurang.
5. Mampu
menggunakan
fasilitas
kesehatan yang
ada untuk
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
cara memodifikasi lingkungan untuk anak
dengan gizi kurang.
 Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang
belum dimengerti.
 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti.
 Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga.
 Lakukan kunjungan diluar jadwal/kontrak.
 Berikan reinforcement positif pada perubahan
lingkungan yang sudah dilakukan keluarga.
melakukan
perawatan pada
anak dengan gizi
kurang, dengan:
5.1 Menyebutkan Respon
manfaat
Verbal
fasilitas
kesehatan atau
posyandu.
5.2 Mengunjungi
fasilitas
pelayanan
kesehatan
untuk
pemeriksakan
dan
peningkatan
status gizi
status gizi
anak.
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan yaitu
- mendapatkan
pemeriksaan.
- mendapatkan
penyuluhan atau
pendidikan
kesehatan.
- Mengetahui status
gizi anak
(pemantauan dan
perawatan gizi anak)
 Diskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal
 Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
 Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Keluarga
 Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
mengunjungi pelayanan
fasilitas kesehatan
kesehatan untuk
 Berikan reinforcement positif atas usaha
pemeriksaan dan
keluarga untuk menggunakan fasilitas
peningkatan status gizi
pelayanan kesehatan.
anak.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Keluarga (KK)
Nama Balita
Alamat
No
2.
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektif
an
pemeliharaan
kesehatan
pada keluarga
bapak T
khususnya Ibu
S dengan
hipertensi
: Bapak J
: Anak D
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
Tujuan
Umum
Khusus
Setelah
1. Setelah
dilakukan
dilakukan
intervensi
pertemuan ke 3
selama 3x45
selama 1x45
menit keluarga
menit, keluarga
mampu
mampu
merawat
mengenal
anggota
masalah
keluarganya
hipertensi,
yang
dengan
mengalami
mampu:
hipertensi/pem 1.1. Menyebutkan
eliharaan
definisi
kesehatan pada
hipertensi
Ibu S menjadi
(darah tinggi)
efektif
Kriteria Evaluasi
Kriteria
Standar
Respon
verbal
Keluarga menyebutkan
bahwa hipertensi adalah
keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan
tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan
dengan tekanan darah
sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih
dari 90 mmHg dalam
periode yang panjang
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rencana Intervensi
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
hipertensi (darah tinggi)
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian hipertensi (darah
tinggi) dengan menggunakan media lembar
balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Kriteria
Rencana Intervensi
Standar
keluarga
1.2. Menyebutkan
penyebab
timbulnya
hipertensi
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 5 dari 10
penyebab hipertensi,
yaitu:
1) Keturunan
2) Usia
3) Penggunaan garam
4) Kolesterol
5) Obesitas/kegemukan
6) Stres
7) Rokok
8) Kopi
9) Alkohol
10) Kurang olahraga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai penyebab
timbulnya hipertensi
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai penyebab hipertensi dengan
menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.3. Menyebutkan
tanda dan
gejala
hipertensi
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 4 dari 7
tanda dan gejala
hipertensi, yaitu:
1) Sakit kepala
2) Sulit tidur
3) Nyeri tengkuk
4) Kelelahan
5) Sesak napas
6) Telinga berdenging
7) Mual muntah
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tanda dan
gejala hipertensi
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai tanda dan
gejala yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tanda dan gejala hipertensi
dengan menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Kriteria
Standar
Rencana Intervensi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.4. Mengidentifi
ka-si anggota
keluarga
yang
menderita
hipertensi
2. Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
dalam merawat
anggota
keluarga
dengan
masalah
kesehatan
hipertensi
2.1. Menyebutkan
akibat
hipertensi
jika tidak
diatasi
Respon
afektif
Keluarga mengatakan
bahwa Ibu S menderita
hipertensi
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4
akibat hipertensi jika tidak
diatasi, yaitu:
1) Cedera/ jatuh
2) Stroke
3) Serangan jantung
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
hipertensi
b. Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat
hipertensi
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat hipertensi yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat hipertensi dengan
menggunakan media lembar balik
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
2.2. Mengambil
keputusan
untuk
mengatasi
masalah
kesehatan
hipertensi
Kriteria
Respon
afektif
Standar
4) Kematian
Keluarga mengatakan
akan mengatasi penyakit
hipertensi
3. Keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
dengan
masalah
kesehatan
hipertensi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rencana Intervensi
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Bantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai
dengan materi yang telah diberikan
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga dengan hipertensi
c. Berikan reinforcement positif atas
keputusan yang telah diambil
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
3.1. Menyebutkan
cara
pencegahan
hipertensi
Kriteria
Respon
verbal
Respon
psikomotor
3.2. Menyebutkan
cara
perawatan
hipertensi
Respon
verbal
Rencana Intervensi
Standar
Keluarga dapat
menyebutkan 4 dari 7
cara pencegahan
hipertensi, yaitu:
1) Rutin memeriksakan
tekanan darah
2) Menghidari
kegemukan
3) Kurangi makan
makanan berlemak
4) Hindari merokok
5) Hindrari stes yang
berlebihan
6) Hindari konsumsi
garam berlebihan
7) Hindari konsumsi
makanan olahan
berlebihan
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai cara
pencegahan hipertensi
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman pencegahan hipertensi yang
benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara pencegahan hipertensi
dengan menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Keluarga dapat
menyebutkan 4 dari 5 cara
perawatan hipertensi,
yaitu:
1) Olahraga secara teratur
2) Cukup istirahat
3) Melakukan teknik
relaksasi: napas dalam
4) Melakukan kompres
air hangat
5) Diet rendah garam
6) Diet makanan
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat Ibu S mengalami
hipertensi dan bagaimana hasilnya
b. Diskusikan cara perawatan hipertensi
dengan menggunakan lembar balik
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
d. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
f. Berikan reinforcement positif atas usaha
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Kriteria
Rencana Intervensi
Standar
keluarga
Setelah dilakukan
pertemuan ke 4
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
mendemonstrasika
n cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemonstrasikan cara
perawatan
hipertensi
Respon
psikomotor
Keluarga dapat
mendemontrasikan cara
perawatan hipertensi,
yaitu teknik relaksasi
napas dalam. Langkahlangkahnya:
1) Ciptakan lingkungan
yang tenang dan rileks
2) Tarik napas dari
hidung, tahan 2-3 detik
kemudian keluarkan
secara perlahan
melalui mulut
3) Ulangi beberapa kali
sampai merasa lebih
tenang atau pusing
berkurang
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan
teknik relaksasi napas dalam
b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara perawatan hipertensi dengan teknik
relaksasi napas dalam
c. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali cara perawatan
hipertensi dengan teknik relaksasi napas
dalam
d. Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Keluarga dapat
mendemontrasikan cara
perawatan hipertensi,
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan
diet rendah garam
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Setelah dilakukan
pertemuan ke 5
selama 1x45
menit, keluarga
mampu
mendemonstrasika
n cara perawatan
hipertensi
3.3. Mendemontr
asikan cara
perawatan
hipertensi
Kriteria
Respon
psikomotor
Standar
yaitu diet rendah garam
dengan menunjukkan
penggunaan garam bagi
anggota keluarga yang
mengalami hipertensi.
1) ½ sendok teh perhari
jika tekanan darah
140-159/90-99 mmHg
2) ¼ sendok teh perhari
jika tekanan darah
160-179/100-109
mmHg
3) Makanan tanpa garam
jika tekanan darah
>180/110 mmHg
Keluarga dapat
mendemontrasikan cara
perawatan hipertensi,
yaitu kompres air hangat.
Langkah-langkahnya:
1) Sediakan air hangat
dalam baskom dan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rencana Intervensi
b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara perawatan hipertensi dengan diet
rendah garam. Tunjukkan dengan
menggunakan takaran sendok teh garam
yang masih boleh dikonsumsi oleh Nenek S
c. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali cara perawatan
hipertensi dengan diet rendah garam
d. Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan
kompres air hangat
b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara perawatan hipertensi dengan kompres
air hangat
c. Motivasi keluarga untuk
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Kriteria
Respon
psikomotor
Rencana Intervensi
Standar
waslap
mendemonstrasikan kembali cara perawatan
2) Basahkan waslap
hipertensi dengan kompres air hangat
kemudian peras dan
d. Berikan reinforcement positif terhadap
tempelkan pada bagian
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
tengkuk yang sakit
3) Basahkan kembali
waslap ketika sudah
tidak terasa hangat
dikulit
4) Lakukan hingga nyeri
dibagian tengkuk
mereda
Keluarga dapat
mendemontrasikan cara
perawatan hipertensi,
yaitu dengan diet
makanan. Keluarga
diperintahkan untuk
memilih makanan yang
masih boleh dikonsumsi
oleh Ibu S dan yang tidak
boleh dikonsumsi oleh Ibu
S
4. Setelah
dilakukan
pertemuan ke 6
selama 1x45
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan
diet makanan
b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara perawatan hipertensi dengan diet
makanan
c. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali cara perawatan
hipertensi dengan diet makanan
d. Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan
yang sesuai
untuk
penderita
hipertensi,
dengan
mampu:
4.1 Menyebutkan
cara
memodifikasi
lingkungan
untuk
penderita
hipertensi.
Kriteria
Standar
Respon
afektif
Keluarga dapat
menyebutkan
memodifikasi lingkungan
yang sesuai untuk
penderita hipertensi,
yaitu:
1) Menciptakan
lingkungan yang
tenang
2) Bila penderita sudah
mengalami pandangan
kabur, ciptakan
lingkungan rumah
yang aman dengan
pencahayaan cukup,
lantai tidak licin,
sediakan pegangan
untuk berjalan, rumah
tertata dengan baik
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rencana Intervensi
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita hipertensi
b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
hipertensi dengan menggunakan lembar
balik
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita hipertensi
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti
f. Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Standar
Rencana Intervensi
Khusus
5. Keluarga
mampu
menggunakan
fasilitas
kesehatan yang
ada untuk
melakukan
pengobatan dan
perawatan
hipertensi,
dengan mampu:
5.1.
Menyebutk
an tempat
pelayanan
kesehatan
untuk
dirujuk
Kriteria
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi:
1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dokter
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
c. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
5.2. Menyebutkan
manfaat
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan, yaitu:
1) Sarana untuk
pemeriksaan
2) Sarana
perawatan/pengobatan
3) Sarana mendapatkan
informasi
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai manfaat
pelayanan fasilitas kesehatan
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai manfaat pelayanan fasilitas
kesehatan
d. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat pelayanan fasilitas
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Umum
Kriteria Evaluasi
Khusus
Kriteria
Standar
Rencana Intervensi
kesehatan
e. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
5.3. Mengunjungi
fasilitas
pelayanan
kesehatan
untuk
memeriksa
penyakit
hipertensi
Respon
afektif
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
hipertensi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
b. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Nama Keluarga (KK)
Nama Balita
Alamat
Diagnosa
Keperawatan
Peningkatan
progresif otot
motorik pada
keluarga Bapak J
khususnya anak
D
: Bapak J
: Anak D
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Jangka
Jangka Pendek
Kriteria
Panjang
Setelah
1. Setelah dilakukan
dilakukan
pertemuan ke 3
pertemuan
selama 1x45 menit,
sebanyak 3x45
keluarga mampu
menit
mengenal masalah
kunjungan,
hipertensi, dengan
proses tumbuh
mampu:
kembang balita
1.1 Menyebutkan
Respon
dapat
dilalui
pengertian
verbal
dengan
baik
tumbuh
dan
ditandai dengan
berkembang.
peningkatan
hasil penilaian
KPSP.
Rencana Intervensi
Standar
Pertumbuhan adalah :
 Penambahan berat badan
atau
berat
badan
bertambah besar.
 Penambahan
tinggi
badan/tinggi
badan
bertambah tinggi.
Perkembangan adalah :
 Penambahan kecerdasan
atau pintar.
 Penambahan
kreativitas
atau kreatif.
 Penambahan kemandirian
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
pertumbuhan dan perkembangan
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian pertumbuhan dan perkembangan
dengan menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
atau mandiri.
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.2 Menyebutkan
Respon
faktor
yang verbal
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
pada balita
Minimal 2 dari 3 faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang
dalam diri anak, yaitu :
 Keturunan.
 Kepandaian.
 Tempramen.
Serta 3 dari 4 faktor dari luar,
yaitu :
 Keluarga.
 Gizi.
 Budaya.
 Teman bermain.
1.3 Menyebutkan
aspek
pertumbuhan
dan
perkembangan
balita.
Minimal 3 dari 4 aspek a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai aspek
pertumbuhan dan perkembangan,
pertumbuhan dan perkembangan balita
yaitu :
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
 Gerak kasar : gerakan
pemahaman keluarga yang benar
membalik,
berlari,
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
Respon
verbal
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dengan menggunakan media
lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga



1.4 Menyebutkan
Respon
gangguan atau verbal
penyimpangan
tumbuh
kembang balita
usia 1.5 – 3
tahun
melompat, dan berjalan..
Gerak halus: mengambil
benda kecil dengan 2 jari,
menari menggambar, dan
menyusun balok.
Kemampuan
bicara,
bahasa dan kecerdasan.
Kemampuan bergaul dan
mandiri.
Usia 1.5 – 3 tahun, minimal 4 dari
6 gangguan atau penyimpangan
tumbuh kembang :
 Sulit makan, terutama bila
dipaksa.
 Sering ngambek.
 Tingkah laku kejam.
 Keterlambatan
perkembangan.
 Gangguan
dalam
berhubungan
dengan
orang lain (menyerang).
 Cenderung melawan atau
memberontak.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
d.
e.
f.
g.
aspek pertumbuhan dan perkembangan balita
dengan menggunakan media lembar balik
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang balita usia
1.5 – 3 tahun
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
gangguan atau penyimpangan tumbuh
kembang balita usia 1.5 – 3 tahun dengan
menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
1.5 Mengidentifikasi Respon
anggota keluarga verbal
yang mengalami
gngguan
atau
penyimpangan
perkembangan.
a.
Menyebutkan anak D tidak
mengalami
gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
b.
Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
hipertensi
Berikan reinforcement positif atas apa yang
telah dikemukan keluarga yang tepat dan
benar.
2.Setelah 1x45 menit,
keluarga
mampu
memutuskan untuk
merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami gangguan
proses pertumbuhan
dan perkembangan
dengan cara
2.1 Menyebutkan
tuntutan
perkembangan
balita.
Respon
verbal
Usia 1.5 – 3 tahun, 2 dari 3
tuntutan perkembangan :
 Bergerak bebas.
 Selalu ingin mencoba halhal yang baru.
 Anak dapat menuntut cara
yang dikehendaki atau
menolak.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tuntutan
perkembangan balita usia 1.5 – 3 tahun
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tuntutan perkembangan balita usia
1.5 – 3 tahun dengan menggunakan media
lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
2.2 Memutuskan
Respon
untuk mengatasi
verbal.
masalah
gangguan proses
tumbuh kembang.
3. Setelah
2x45’
keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga dengan :
3.1.Menyebutkan
prinsip dalam
mengasuh dan
membimbing
anak.
Respon
verbal
Keluarga memutuskan untuk a. Bantu keluarga untuk menngenal dan
merawat anggota keluarga (anak
menyadari akan adanya masalah sesuai
D) jika mengalami gangguan
dengan materi yang telah diberikan
proses tumbuh kembang.
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga dengan peningkatan
tumbuh kembang
c. Berikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil
Minimal 6 dari 9 prinsip
mengasuh dan membimbing
anak:
 Penuh kasih sayang (tulus dan
nyata).
 Tanamkan
disiplin
yang
membangun.
 Konsisten pada ayah dan ibu
atau tidak boleh berubahubah.
 Jelas.
 Menghargai anak.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga prinsip dalam mengasuh
dan membimbing balita usia 1.5 – 3 tahun
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
prinsip dalam mengasuh dan membimbing
balita usia 1.5 – 3 tahun dengan
menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti







3.2.Menyebutkan
sikap orang tua
terhadap anak
yang sesuai
dengan tahapan
perkembangan.
Respon
verbal
 Beralasan dan dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
Meluangkan waktu untuk
bersama : bermain, makan, g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
menonton, berekreasi.
Membedakan
salah-benar,
baik-buruk.
Mengembangkan sikap saling
menghargai.
Memperhatikan anak.
Membantu mengatasi masalah
anak.
Mengembangkan kemandirian.
Memahami keterbatasan anak.
Minimal 6 dari 10 sikap orang
tua, untuk anak usia 1.5 – 3
tahun:
 Motivasi untuk tetap bergerak
dengan perlindungan dari
orang tua (dorongan untuk
bergerak
tetapi
denga
perlindungan orang tua).
 Ajak bermain bersama.
 Bicara dengan kalimat pendek,
jelas, dan mudah dimengerti.
 Mendongeng atau biarkan anak
yang bercerita.
 Minta anak membersihkan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang sikap orang tua
terhadap anak yang sesuai dengan tahapan
perkembangan.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
sikap orang tua terhadap anak yang sesuai
dengan tahapan perkembangan.dengan
menggunakan media lembar balik
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi





3.3.Mendemonstrasik
an prinsip dalam
mengasuh dan
membimbing
anak.
mainan sendiri.
yang telah dijelaskan
g.
Berikan reinforcement positif atas usaha
Latih kebersihan anak (BAB,
keluarga
BAK ditempatnya, tapi jangan
dipaksakan).
Latih anak makan sendiri
dengan sendok dan garpu.
Ajak anak makan bersama.
Beri permainan sederhana.
Jangan memaksa ataupun
terlalu mengikuti keinginan
anak.
Keluarga
mendemonstrasikan
Psiko
prinsip-prinsip
yang
harus
motor dan dipegang dalam mengasuh dan
afektif
membimbing
anak
serta
melaksanakan juga sepeninggalan
atau tanpa perawat sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.
4. Setelah
1x45menit,
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
meningkatkan
proses
tumbuh
kembang
balita
dengan cara :
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Minta keluarga mendemonstrasikan prinsipprinsip dalam mengasuh dan membimbing
anak.
b.Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
4.1 Menyebutkan
Respon
lingkungan yang verbal
mendukung
selama
proses
tumbuh kembang
anak.
Minimal 4 dari 5 lingkungan yang
mendukung :
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi
sesuai kebutuhan.
 Kondisi keluarga yang penuh
kasih sayang.
 Kondisi orang tua yang tidak
pernah berselisih didepan
anak.
 Bimbingan orang tua.
 Penanaman disiplin yang
membangun.
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk mendukung selama proses tumbuh
kembang anak.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi
lingkungan
mendukung
selama proses tumbuh kembang anak.
dengan menggunakan lembar balik
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan
untuk mendukung selama proses tumbuh
kembang anak.
d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti
e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti
f. Berikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
5 Setelah 2x45’
keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk meningkatkan
proses pertumbuhan
dan perkembangan
anak dengan cara:
5.1 Menyebutkan
Respon
fasilitas
verbal
kesehatan yang
Keluarga dapat menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
bisa dikunjungi.
5.2 Menyebutkan
manfaat fasilitas
pelayanan
kesehatan
5.3.Mengunjungi
fasilitas pelayanan
kesehatan untuk
memeriksakan
tumbuh kembang
balita
Respon
verbal
Respon
afektif
dikunjungi:
1. Puskesmas
2. Psikolog
3. Dokter anak
Keluarga dapat menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan, yaitu:
1. Mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan kesehatan
terkait perkembangan
anak
2. Mengetahui masalah
pertumbuhan dan
perkembangan lain serta
cara mengatasinya
3. Sarana perawatan
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan
tumbuh kembang balita
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
c.
a.
b.
c.
d.
e.
kembali fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai manfaat
pelayanan fasilitas kesehatan
Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar
Berikan informasi kepada keluarga mengenai
manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat pelayanan fasilitas
kesehatan
Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
b. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
Catatan Perkembangan
Keluarga Kelolaan
Nama Keluarga (KK)
Nama Balita
Alamat
Hari,
Tanggal
Selasa, 20
Juni 2014
Pkl 11.0012.00
: Bapak J
: Anak D (23 bulan)
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
Diagnosa
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
pada keluarga bapak
J khususnya anak D
Implementasi




a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Mengucapkan salam
Memvalidasi keadaan keluarga
Mengingatkan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian gizi
seimbang, pengertian gizi kurang penyebab,
tanda dan gejala dari gizi kurang
memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian,
penyebab, tanda dan gejala gizi kurang dengan
menggunakan media lembar balik
memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
memberikan reinforcement positif atas usaha
Evaluasi
S:
-
-
-
-
-
Keluarga mengatakan gizi seimbang adalah
terpenuhinya berbagai zat gizi (zat pembangun,
pengatur, dan zat energi) dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi
Keluarga mengatakan faktor yang menyebabkan
anak mengalami gizi kurang/tidak seimbang adalah
hanya makan mie instan, anak tidak mau makan
sayur, dan terlalu sering mengkonsumsi snack
ringan
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 tanda dan
gejala anak mengalami gizi kurang/tidak seimbang
diantaranya badan kurus, lemah dan pucat, serta
rambut tipis dan mudah dicabut
Keluarga mengatakan anak D memiliki berat badan
yang kurang, BB 8 kg PB 75 cm
Keluarga mengatakan masalah yang mungkin
muncul akibat gizi kurang/tidak seimbang, yaitu
mudah sakit, anak tampak tidak semangat,
kecerdasan menurun, dan gangguan pertumbuhan
Keluarga mengatakan akan mengatasi anak dengan
kurang gizi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Jumat, 23
Mei 2014
Pkl 11.00-
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
keluarga.
h. menanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
kurang gizi
i. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat kurang gizi
j. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat kurang gizi yang benar
k. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat kurang gizi dengan
menggunakan media lembar balik
l. membantu keluarga mengenal dan menyadari
adanya masalah sesuai dengan materi yang
telah diberikan
m. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai cara perawatan
kurang gizi
n. mendiskusikan cara perawatan kurang gizi
dengan menggunakan lembar balik dan
menggunakan contoh makanan yang
mengandung gizi seimbang
o. memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
p. memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
q. memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
r. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
 Mengucapkan salam
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
-
Keluarga mengatakan cara merawat anak dengan
kurang gizi yaitu dengan cara memodifikasi bahan
makanan, menciptakan menu makanan yang
bervariasi, dan mencetak makanan dengan bentukbentuk yang lucu dan disukai anak.
-
Keluarga mampu menyebutkan definisi gizi
seimbang, menyebutkan 3 dari 3 penyebab anak
kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 tanda dan gejala
anak kurang gizi
Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga
yang menderita gizi kurang
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 akibat
kurang gizi.
Keluarga mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan kurang gizi
Keluarga mampu menyajikan makanan yang
mengandung gizi seimbang bagi balita
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara
perawatan anak dengan kurang gizi
O:
A:
-
TUK 1-3 tercapai
-
melanjutkan TUK 4-5 pada pertemuan selanjutnya
menyajikan menu yang mengandung gizi seimbang
bagi balita setiap harinya.
-
Keluarga mengatakan modifikasi lingkungan yang
sesuai untuk balita dengan gizi kurang, yaitu tidak
P:
S:
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
12.30
pada keluarga bapak
J khususnya anak D

Menjelaskan tujuan kunjungan
a. mereview pemahaman keluarga mengenai cara
perawatan balita dengan gizi kurang
b. memberikan pujian atas pemahaman keluarga
yang benar
c. mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk balita dengan kurang gizi
d. menjelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk balita dengan
kurang gizi dengan menggunakan lembar balik
e. memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
balita dengan kurang gizi
f. menanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti
g. menjelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti
h. memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
i. mendiskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
j. memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
k. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
l. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai manfaat
pelayanan fasilitas kesehatan
m. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar
-
-
-
menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman,
menggunakan peralatan makan yang disukai anak,
dan tidak sering mengkonsumsi mie instan.
Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi yaitu Puskesmas, Rumah sakit, dan
Klinik dokter
Keluarga mengatakan manfaat fasilitas kesehatan
diantaranya untuk sarana untuk pemeriksaan, sarana
perawatan/pengobatan, dan sarana mendapatkan
informasi
Keluarga mengatakan akan mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan untuk
pemantauan dan perawatan balita dengan gizi
kurang
O:
-
-
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara
modifikasi lingkungan yang sesuai untuk balita
dengan gizi kurang
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 manfaat
fasilitas kesehatan
Keluarga akan mengunjungi pelayanan kesehatan
untuk pemantauan balita dengan gizi kurang dan
akan mengunjungi posyandu secara rutin setiap
bulan untuk menimbang balita.
A:
-
TUK 4-5 tercapai
-
Review TUK 1-5
Mengunjungi fasilitas kesehatan (puskesmas) untuk
pemantauan balita dengan gizi kurang dan akan
mengunjungi posyandu secara rutin setiap bulan
P:
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Senin, 26
Mei 2014
Pkl 11.0012.10
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
pada keluarga bapak
J khususnya anak D
n. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
o. memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
p. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
q. memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
r. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
 Mengucapkan salam
S:
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
 Menjelaskan tujuan kunjungan
a. mereview pemahaman keluarga mengenai
pengertian, penyebab, serta tanda dan gejala
anak kurang gizi
b. memberikan pujian atas pemahaman keluarga
yang benar
c. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian,
penyebab, tanda dan gejala gizi kurang dengan
menggunakan leaflet yang telah diberikan
d. memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
e. memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
f. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
g. mereview kembali pemahaman keluarga apa
-
-
-
-
untuk menimbang balita.
Keluarga mengatakan gizi seimbang adalah
terpenuhinya berbagai zat gizi (karbohidrat, buah,
sayur, protein, lemak, dan susu) dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi
Keluarga mengatakan faktor yang menyebabkan
anak mengalami gizi kurang/tidak seimbang adalah
hanya makan mie instan, anak tidak mau makan
sayur, dan terlalu sering mengkonsumsi snack
ringan
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 tanda dan
gejala anak mengalami gizi kurang/tidak seimbang
diantaranya badan kurus, lemah dan pucat, serta
rambut tipis dan mudah dicabut
Keluarga mengatakan masalah yang mungkin
muncul akibat gizi kurang/tidak seimbang, yaitu
mudah sakit, anak tampak tidak semangat,
kecerdasan menurun, dan gangguan pertumbuhan
Keluarga mengatakan cara merawat anak dengan
kurang gizi yaitu dengan cara memodifikasi bahan
makanan, menciptakan menu makanan yang
bervariasi, dan mencetak makanan dengan bentuk-
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
akibat kurang gizi
h. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman akibat kurang gizi yang benar
i. mendiskusikan kembali bersama keluarga
bagaimana cara perawatan balita dengan kurang
gizi
j. memberikan reinforcement positif atas usaha
dan pemahaman keluarga
k. mendiskusikan kembali bagaimana cara
memodifikasi lingkungan untuk balita dengan
kurang gizi
l. memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
m. mendiskusikan kembali bersama keluarga
mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal
n. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
o. kembali bersama keluarga apa yang diketahui
keluarga mengenai manfaat pelayanan fasilitas
kesehatan
p. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar
q. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
r. memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
s. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
O:
-
bentuk yang lucu dan disukai anak.
Keluarga mengatakan modifikasi lingkungan yang
sesuai untuk balita dengan gizi kurang, yaitu tidak
menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman,
menggunakan peralatan makan yang disukai anak,
dan tidak sering mengkonsumsi mie instan.
Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi yaitu Puskesmas, Rumah sakit, dan
Klinik dokter
Keluarga mengatakan manfaat fasilitas kesehatan
diantaranya untuk sarana untuk pemeriksaan, sarana
perawatan/pengobatan, dan sarana mendapatkan
informasi
Keluarga mengatakan akan mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan untuk
pemantauan dan perawatan balita dengan gizi
kurang
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara
modifikasi lingkungan yang sesuai untuk balita
dengan gizi kurang
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 manfaat
fasilitas kesehatan
Keluarga akan mengunjungi pelayanan kesehatan
untuk pemantauan balita dengan gizi kurang dan
akan mengunjungi posyandu secara rutin setiap
bulan untuk menimbang balita.
Keluarga mampu menyebutkan definisi gizi
seimbang, menyebutkan 3 dari 3 penyebab anak
kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 tanda dan gejala
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
-
-
-
-
anak kurang gizi
Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga
yang menderita gizi kurang. anak D BB 8 kg PB 75
cm
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 akibat
kurang gizi.
Keluarga mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan kurang gizi
Keluarga mampu menyajikan makanan yang
mengandung gizi seimbang bagi balita
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara
perawatan anak dengan kurang gizi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara
modifikasi lingkungan yang sesuai untuk balita
dengan gizi kurang
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 manfaat
fasilitas kesehatan
Keluarga akan mengunjungi pelayanan kesehatan
untuk pemantauan balita dengan gizi kurang dan
akan mengunjungi posyandu secara rutin setiap
bulan untuk menimbang balita.
saat dilakukan penimbangan, berat badan balita
adalah 8 kg dan masih memiliki berat yang sama
ketika dilakukan review TUK 1-5
A:
-
TUK 1-5 tercapai
-
melanjutkan intervensi untuk diagnosa selanjutnya
pada pertemuan selanjutnya
P:
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rabu, 28
Mei 2014
Pkl 10.3011.45
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan keluarga
Bapak J khususnya
Ibu
S
terkait
hipertensi.




Mengucapkan salam
Memvalidasi keadaan keluarga
Mengingatkan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
-
menyajikan menu yang mengandung gizi seimbang
bagi balita setiap harinya dan mengunjungi
posyandu setiap bulan untuk menimbang balita.
-
Keluarga mengatakan hipertensi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah lebih dari 140 mmHg/90 mmHg dalam
periode yang lama.
Keluarga mengatakan penyebab hipertensi adalah
stress, kopi, kurang olahraga, usia, dan keturunan
Keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi
adalah nyeri tengkuk, sakit kepala, kelelahan, dan
sulit tidur
Keluarga mengatakan bahwa ibu B menderita
hipertensi
Keluarga mengatakan akibat dari hipertensi yaitu
stroke, serangan jantung, dan kematian.
Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit
hipertensi
Keluarga mengatakan cara pencegahan hipertensi,
yaitu hindari stres yang berlebihan, hindari konsumsi
alkohol, hindari konsumsi garam yang berlebihan,
rutin memeriksakan tekanan darah
Keluarga mengatakan cara perawatan hipertensi,
yaitu olahraga secara teratur, cukup istirahat, diet
garam, dan melakukan teknik relaksasi napas dalam
S:
a. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala hipertensi (darah
tinggi)
b. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian, penyebab, tanda dan
gejala hipertensi (darah tinggi) dengan
menggunakan media lembar balik
d. memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
g. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.
h. menanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
O:
hipertensi
i. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat hipertensi
(darah tinggi)
j. memberikan pujian kepada keluarga tentang
-
Tekanan darah ibu S saat ini yaitu 130/90 mmHg
Keluarga mampu menyebutkan definisi hipertensi,
menyebutkan 5 dari 10 penyebab hipertensi,
menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala hipertensi
Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Selasa, 2
Juni 2014
Pkl 09.30-
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan keluarga
pemahaman akibat hipertensi yang benar
k. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat hipertensi (darah tinggi)
dengan menggunakan media lembar balik
l. membantu keluarga mengenal dan menyadari
adanya masalah sesuai dengan materi yang
telah diberikan
m. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai cara pencegahan
hipertensi
n. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman pencegahan hipertensi yang benar
o. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai cara pencegahan hipertensi dengan
menggunakan media lembar balik
p. memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
q. mendorong keluarga untuk menceritakan apa
yang dilakukan saat Ibu B mengalami hipertensi
dan bagaimana hasilnya
r. mendiskusikan cara perawatan hipertensi
dengan menggunakan lembar balik
s. memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
t. memberikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
u. memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
v. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
 Mengucapkan salam
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
-
yang menderita hipertensi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 akibat
hipertensi jika tidak diatasi
Keluarga mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan hipertensi
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7 cara
pencegahan hipertensi
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 5 cara
perawatan hipertensi
A:
-
TUK 1-3 tercapai
-
mendemostrasikan cara perawatan hipertensi
melakukan relaksasi tarik napas dalam 3 kali sehari
P:
S:
- Keluarga mengatakan cara perawatan hipertensi yaitu
dengan menggunakan teknik relaksasi napas dalam, diet
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
11.00
Bapak J khususnya
Ibu S terkait
hipertensi.

Menjelaskan tujuan kunjungan
rendah garam, dan kompres hangat di tengkuk.
a. mereview pemahaman keluarga mengenai cara
O:
perawatan dan pencegahan hipertensi
- Tekanan darah ibu S saat ini yaitu 140/90 mmHg
b. memberikan pujian atas pemahaman keluarga
- Keluarga mampu dapat mendemontrasikan cara perawatan
yang benar
hipertensi, yaitu teknik relaksasi napas dalam. Langkahc. mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara
langkahnya:
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan teknik
1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan rileks
relaksasi napas dalam
2) Tarik napas dari hidung, tahan 2-3 detik kemudian
d. mendemonstrasikan kepada keluarga mengenai
keluarkan secara perlahan melalui mulut
cara perawatan hipertensi dengan teknik
3) Ulangi beberapa kali sampai merasa lebih tenang
relaksasi napas dalam
atau pusing berkurang
e. memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali cara perawatan hipertensi dengan
- Keluarga mampu mendemontrasikan cara perawatan
teknik relaksasi napas dalam
hipertensi, yaitu diet rendah garam dengan menunjukkan
f. memberikan reinforcement positif terhadap
penggunaan garam bagi anggota keluarga yang mengalami
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
hipertensi.
g. mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara
1) ½ sendok teh perhari jika tekanan darah 140-159/90perawatan untuk hipertensi yaitu dengan diet
99 mmHg
rendah garam
2) ¼ sendok teh perhari jika tekanan darah 160h. mendemonstrasikan kepada keluarga mengenai
179/100-109 mmHg
cara perawatan hipertensi dengan diet rendah
3) Makanan tanpa garam jika tekanan darah >180/110
garam. Tunjukkan dengan menggunakan
mmHg
takaran sendok teh garam yang masih boleh
- Keluarga mampu mendemontrasikan cara perawatan
dikonsumsi oleh ibu B
hipertensi, yaitu kompres air hangat. Langkahi. memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
langkahnya:
kembali cara perawatan hipertensi dengan diet
1) Sediakan air hangat dalam baskom dan waslap
rendah garam
2) Basahkan waslap kemudian peras dan tempelkan
j. memberikan reinforcement positif terhadap
pada bagian tengkuk yang sakit
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3) Basahkan kembali waslap ketika sudah tidak terasa
k. mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara
hangat dikulit
perawatan untuk hipertensi yaitu dengan
4) Lakukan hingga nyeri dibagian tengkuk mereda
kompres air hangat
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Kamis, 5
Juni 2014
Pkl 10.0011.00
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan keluarga
Bapak J khususnya
Ibu S terkait
hipertensi.
l. mendemonstrasikan kepada keluarga mengenai
cara perawatan hipertensi dengan kompres air
hangat
m. memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali cara perawatan hipertensi dengan
kompres air hangat
n. memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
 Mengucapkan salam
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
 Menjelaskan tujuan kunjungan
a. mendiskusikan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita hipertensi
b. menjelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita
hipertensi dengan menggunakan lembar balik
c. memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita hipertensi
d. menanyakan kepada keluarga tentang materi
yang belum dimengerti
e. menjelaskan kepada keluarga mengenai materi
yang belum dimengerti
f. memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
g. mendiskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
h. memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi
A:
-
TUK 3 tercapai
-
melanjutkan TUK 4-5 pada pertemuan selanjutnya
melakukan teknik relaksasi napas dalam 3 kali
sehari dan diet rendah garam setiap hari (dalam
pengolahan makanan).
-
Keluarga mengatakan modifikasi lingkungan yang
sesuai untuk penderita hipertensi, yaitu
Menciptakan lingkungan yang tenang dan apabila
penderita sudah mengalami pandangan kabur,
ciptakan lingkungan rumah yang aman dengan
pencahayaan cukup, lantai tidak licin, sediakan
pegangan untuk berjalan, rumah tertata dengan baik
Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi yaitu Puskesmas, Rumah sakit, dan
Klinik dokter
Keluarga mengatakan manfaat fasilitas kesehatan
diantaranya untuk sarana untuk pemeriksaan, sarana
perawatan/pengobatan, dan sarana mendapatkan
informasi
Keluarga mengatakan akan mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan
penyakit hipertensi
P:
S:
-
-
-
O:
-
-
Tekanan darah ibu S saat ini yaitu 130/80 mmHg
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 2 cara
modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita
hipertensi
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Senin, 9
Juni 2014
Pkl 11.0012.00
Peningkatan
progresif otot
motorik pada
keluarga Bapak J
khususnya anak D




memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai manfaat pelayanan
fasilitas kesehatan
memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman yang benar
A:
memberikan informasi kepada keluarga
mengenai manfaat pelayanan fasilitas kesehatan P :
memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali manfaat pelayanan fasilitas kesehatan
memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
Mengucapkan salam
S:
Memvalidasi keadaan keluarga
Mengingatkan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
a. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai pengertian
pertumbuhan dan perkembangan
b. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian pertumbuhan dan
perkembangan dengan menggunakan media
lembar balik
d. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
-
-
-
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 manfaat
fasilitas kesehatan
Keluarga akan mengunjungi pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit
hipertensi pada senin, 2 Juni 2014.
TUK 4-5 tercapai
Melanjutkan intervensi untuk diagnosa selanjutnya
Mengunjungi fasilitas kesehatan (puskesmas) setiap
bulan secara rutin untuk periksa tekanan darah
Keluarga menyebutkan pertumbuhan adalah
penambahan berat badan dan tinggi badan.
Perkembangan adalah Penambahan kecerdasan atau
pintar, kreatifitas, dan kemandirian.
Keluarga menyebutkan faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dalam diri anak, yaitu Keturunan
dan Kepandaian sedangkan faktor dari luar yaitu
gizi, keluarga, dan teman bermain.
Keluarga menyebutkan aspek pertumbuhan dan
perkembangan adalah kemampuan bicara, bahasa
dan kecerdasan, kemampuan bergaul dan mandiri,
serta gerak kasar seperti melompat dan berlari
Keluarga menyebutkan gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang yaitu sulit makan,
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
diketahui keluarga mengenai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, aspek pertumbuhan dan
perkembangan balita, serta gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang balita usia 1.5
– 3 tahun
memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
memberikan informasi kepada keluarga
mengenai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, aspek
pertumbuhan dan perkembangan balita, serta
O:
gangguan atau penyimpangan tumbuh kembang
balita usia 1.5 – 3 tahun dengan menggunakan
media lembar balik
menanyakan kepada keluarga, adakah anggota
keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
hipertensi
mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai tuntutan
perkembangan balita usia 1.5 – 3 tahun
memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
memberikan informasi kepada keluarga
mengenai tuntutan perkembangan balita usia 1.5
– 3 tahun dengan menggunakan media lembar
balik
A:
memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
P:
membantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari akan adanya masalah sesuai dengan
materi yang telah diberikan
membantu keluarga untuk memutuskan
terutama bila dipaksa, sering ngambek,
keterlambatan perkembangan, dan cenderung
melawan atau memberontak
Keluarga menyebutkan anak D tidak mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Keluarga mampu menyebutkan tuntutan
perkembangan balita yaitu bergerak bebas dan selalu
ingin mencoba hal-hal yang baru.
Keluarga memutuskan untuk merawat anggota
keluarga (anak D) jika mengalami gangguan proses
tumbuh kembang.
Keluarga mampu menyebutkan pengertian
pertumbuhan dan perkembangan
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang dalam diri anak,
Serta 3 dari 4 faktor dari luar
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 aspek
pertumbuhan dan perkembangan
Keluarga mampu menyebutkan minimal 4 dari 6
gangguan atau penyimpangan tumbuh kembang
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tuntutan
perkembangan
Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
anggota keluarga (anak D) jika mengalami gangguan
proses tumbuh kembang.
TUK 1-2 tercapai
Melanjutkan TUK 3 pada pertemuan selanjutnya
melatih gerak/motorik kasar pada balita 2x sehari
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Rabu, 11
Juni 2014
11.0013.00
Peningkatan
progresif otot
motorik pada
keluarga Bapak J
khususnya anak D
merawat anggota keluarga dengan peningkatan
tumbuh kembang
n. memberikan reinforcement positif atas
keputusan yang telah diambil
 Mengucapkan salam
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
 Menjelaskan tujuan kunjungan
a. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga prinsip dalam mengasuh dan
membimbing balita usia 1.5 – 3 tahun
b. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
c. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai prinsip dalam mengasuh dan
membimbing balita usia 1.5 – 3 tahun dengan
menggunakan media lembar balik
d. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga tentang sikap orang tua
terhadap anak yang sesuai dengan tahapan
perkembangan.
e. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
f. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai sikap orang tua terhadap anak yang
sesuai dengan tahapan perkembangan.dengan
menggunakan media lembar balik
g. memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
h. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
i. meminta keluarga mendemonstrasikan prinsip-
S:
-
-
Keluarga menyebutkan prinsip mengasuh dan
membimbing anak yaitu Penuh kasih sayang (tulus
dan nyata), menanamkan disiplin yang membangun,
meluangkan waktu untuk bersama : bermain, makan,
menonton, berekreasi, mampu membedakan salahbenar, baik-buruk, mengembangkan sikap saling
menghargai, dan memperhatikan anak.
Keluarga menyebutkan sikap orang tua, untuk anak
usia 1.5 – 3 tahun yaitu memotivasi untuk tetap
bergerak dengan perlindungan dari orang tua
(dorongan untuk bergerak tetapi denga perlindungan
orang tua), mengajak bermain bersama, berbicara
dengan kalimat pendek, jelas, dan mudah dimengerti
serta mendongeng atau biarkan anak yang bercerita,
Minta anak membersihkan mainan sendiri dan
melatih kebersihan anak (BAB, BAK ditempatnya,
tapi jangan dipaksakan).
O:
-
Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 9 prinsip
mengasuh dan membimbing anak
Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 10 sikap
orang tua, untuk anak usia 1.5 – 3 tahun
Keluarga mampu mendemonstrasikan prinsipprinsip yang harus dipegang dalam mengasuh dan
membimbing anak serta melaksanakan juga
sepeninggalan atau tanpa perawat sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.
A:
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Senin, 16
Juni 2014
Pkl 15.3016.30
Peningkatan
progresif otot
motorik pada
keluarga Bapak J
khususnya anak D
prinsip dalam mengasuh dan membimbing
anak.
j. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
 Mengucapkan salam
 Memvalidasi keadaan keluarga
 Mengingatkan kontrak
 Menjelaskan tujuan kunjungan
-
TUK 3 tercapai
-
Melajutkan TUK 4- 5 pada pertemuan selanjutnya
melatih gerak/motorik kasar pada balita 2x sehari
-
Keluarga menyebutkan lingkungan yang mendukung
selama proses tumbuh kembang anak yaitu
kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan,
kondisi keluarga yang penuh kasih sayang, kondisi
orang tua yang tidak pernah berselisih didepan anak,
dan penanaman disiplin yang membangun
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi yaitu Puskesmas, psikolog,
dan dokter anak
Keluarga dapat menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan, yaitu mendapatkan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan terkait perkembangan anak,
mengetahui
masalah
pertumbuhan
dan
perkembangan lain serta cara mengatasinya, serta
sebagai sarana perawatan
P:
S:
a. mendiskusikan
bersama
keluarga
cara
memodifikasi lingkungan untuk mendukung
selama proses tumbuh kembang anak.
b. menjelaskan kepada keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan mendukung selama
proses tumbuh kembang anak. dengan
menggunakan lembar balik
c. memberikan reinforcement positif terhadap
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
d. mendiskusikan bersama keluarga mengenai
fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat
tinggal
O:
e. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
f. mendiskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai manfaat pelayanan
fasilitas kesehatan
g. memberikan informasi kepada keluarga
mengenai manfaat pelayanan fasilitas kesehatan A :
h. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
P:
i. memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
j. memberikan reinforcement positif atas usaha
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 lingkungan
yang mendukung
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi
Keluarga dapat menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan
TUK 4-5 tercapai
evaluasi sumatif untuk diagnosa Ketidakefektifan
pemeliharan kesehatan pada keluarga Bapak J
khususnya Ibu S dan Peningkatan progresif otot
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Kamis, 19
Juni 201406-30 Pkl
15.3016.30
evaluasi sumatif
untuk diagnosa
Ketidakefektifan
pemeliharan
kesehatan pada
keluarga Bapak J
khususnya Ibu S
dan Peningkatan
progresif otot
motorik pada
keluarga Bapak J
khususnya anak D




keluarga
untuk
menggunakan
pelayanan kesehatan
Mengucapkan salam
Memvalidasi keadaan keluarga
Mengingatkan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
fasilitas
a. Menanyakan kembali kepada mengenai
pengertian, penyebab, tanda dan gejala
hipertensi, serta akibat dari hipertensi jika tidak
ditangani
b. Menanyakan kembali mengenai cara
pencegahan dan perawatan hipertensi yang bisa
dilakukan
c. Memberikan reinforcement positif atas
pemahaman keluarga
d. Menanyakan kembali mengenai pengertia
tumbuh kembang pada balita, mengenai faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, aspek pertumbuhan dan
perkembangan balita, gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang, serta tuntutan
perkembangan balita usia 1.5 – 3 tahun
e. Menanyakan kembali mengenai prinsip dalam
mengasuh dan membimbing balita usia 1.5 – 3
tahun dan sikap orang tua terhadap anak yang
sesuai dengan tahapan perkembangan.
f. memberikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar
g. memotivasi keluarga untuk menjelaskan
kembali cara memodifikasi lingkungan untuk
penderita ISPA
h. menanyakan kembali bersama keluarga
-
motorik pada keluarga Bapak J khususnya anak D
melatih gerak/motorik kasar pada balita 2x sehari
S:
-
-
-
-
-
-
-
-
Keluarga mengatakan hipertensi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah lebih dari 140 mmHg/90 mmHg dalam
periode yang lama.
Keluarga mengatakan penyebab hipertensi adalah
stress, kopi, kurang olahraga, usia, dan keturunan
Keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi
adalah nyeri tengkuk, sakit kepala, kelelahan, dan
sulit tidur
keluarga mengatakan mengatakan akibat dari
hipertensi yaitu stroke, serangan jantung, dan
kematian.
Keluarga mengatakan cara pencegahan hipertensi,
yaitu hindari stres yang berlebihan, hindari konsumsi
alkohol, hindari konsumsi garam yang berlebihan,
rutin memeriksakan tekanan darah
Keluarga mengatakan cara perawatan hipertensi,
yaitu olahraga secara teratur, cukup istirahat, diet
garam, dan melakukan teknik relaksasi napas dalam
Keluarga menyebutkan pertumbuhan adalah
penambahan berat badan dan tinggi badan.
Perkembangan adalah penambahan kecerdasan atau
pintar, kreatifitas, dan kemandirian.
Keluarga menyebutkan faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dalam diri anak, yaitu Keturunan
dan Kepandaian sedangkan faktor dari luar yaitu
gizi, keluarga, dan teman bermain.
Keluarga menyebutkan aspek pertumbuhan dan
perkembangan adalah kemampuan bicara, bahasa
dan kecerdasan, kemampuan bergaul dan mandiri,
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal dan manfaatnya
i. memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
j. memberikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
-
-
 terminasi
-
-
serta gerak kasar seperti melompat dan berlari
Keluarga menyebutkan gangguan atau
penyimpangan tumbuh kembang yaitu sulit makan,
terutama bila dipaksa, sering ngambek,
keterlambatan perkembangan, dan cenderung
melawan atau memberontak
Keluarga mampu menyebutkan tuntutan
perkembangan balita yaitu bergerak bebas dan selalu
ingin mencoba hal-hal yang baru.
Keluarga menyebutkan prinsip mengasuh dan
membimbing anak yaitu Penuh kasih sayang (tulus
dan nyata), menanamkan disiplin yang membangun,
meluangkan waktu untuk bersama : bermain, makan,
menonton, berekreasi, mampu membedakan salahbenar, baik-buruk, mengembangkan sikap saling
menghargai, dan memperhatikan anak.
Keluarga menyebutkan sikap orang tua, untuk anak
usia 1.5 – 3 tahun yaitu memotivasi untuk tetap
bergerak dengan perlindungan dari orang tua
(dorongan untuk bergerak tetapi denga perlindungan
orang tua), mengajak bermain bersama, berbicara
dengan kalimat pendek, jelas, dan mudah dimengerti
serta mendongeng atau biarkan anak yang bercerita,
Minta anak membersihkan mainan sendiri dan
melatih kebersihan anak (BAB, BAK ditempatnya,
tapi jangan dipaksakan).
O:
-
Tingkat
kemandirian keluarga adalah IV
(pembenaran terlampir)
Evaluasi sumatif terlampir
Berat badan balita saat ini adalah 10 kg dengan
dihentikannya pemberian ASI sejak 3 minggu lalu
A:
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
-
Tugas perkembangan keluarga semua diagnosa
tercapai
-
menyajikan menu yang mengandung gizi seimbang
setiap harinya
melakukan pencegahan hipertensi dengan menjaga
pola makan dan pola hidup setiap harinya
melatih gerak motorik kasar bagi balita setiap
harinya
P:
-
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
FORMAT EVALUASI SUMATIF
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN
Nama Keluarga (KK) : Bapak J
Nama Balita
: Anak D
Alamat
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada keluarga Bapak J khususnya anak D
No
RESPON KELUARGA
HASIL
Ya
1
Keluarga menyebutkan gizi seimbang adalah terpenuhinya berbagai zat gizi (zat pembangun,
zat pengatur, dan zat energi) dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi. Sedangkan
kurang gizi adalah kekurangan zat yang dibutuhkan tubuh sehingga tubuh menjadi kurus
2
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 faktor yang menyebabkan anak mengalami gizi
kurang/tidak seimbang, yaitu:
1. Jumlah makanan yang dikonsumsi kurang
2. Jenis bahan makanan tidak seimbang
3. Makan tidak tertur
4. Terserang penyakit
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda kurang gizi yaitu
1. Badan kurus
2. Rambut tipis mudah dicabut
3.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
√
√
Tidak
Tindak Lanjut
4
5
3. Lemah/pucat
4. Kulit kering dan kusam
5. Pusing
6. Kaki dan tangan bengkak
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 masalah yang mungkin muncul akibat gizi kurang/tidak
seimbang, yaitu:
- BB dan TB anak tidak naik atau malah turun.
- Anak tampak tidak semangat.
- Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu
- Mudah terkena penyakit
- Berkurangnya daya pikir/konsentrasi
Keluarga dapat menyebutkan cara merawat anak dengan kurang gizi dengan cara :
- Memodifikasi bahan makanan.
- Menciptakan menu makanan yang bervariasi.
- Mencetak makanan dengan bentuk-bentuk yang lucu dan disukai anak
√
Keluarga dapat menyebutkan Bahan-bahan makanan yang mengandung triguna gizi seimbang
yaitu :
1. Zat tenaga seperti : nasi, roti, ubi, talas
2. Zat pembangun seperti : tempe, tahu, telur, daging
3. Zat pelindung seperti : sayuran dan buah-buahan
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 cara memilih bahan makanan :
1. Harganya terjangkau
2. Nilai gizinya baik
3. Tidak busuk
4. Mudah didapat
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
Keluarga mendemonstrasikan cara memilih bahan makanan yang baik
Keluarga mampu menyebutkan cara mengolah bahan makanan dengan benar yaitu :
1. Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama
3. Alat-alat masak bersih
4. Cuci tangan sebelum masak
Keluarga mendemonstrasikan cara mengolah makanan yang baik
Keluarga mampu menyebutkan prinsip menyajikan makanan :
1. Bervariasi jenis makanannya
2. Kombinasi makanan hewani dan nabati
3. Perhatikan jadwal menu
4. Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan
Keluarga mampu menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan balita sehari-hari
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 prinsip mengatasi anak tidak mau makan :
1. Jangan paksa anak bila tidak mau makan
2. Jangan memberikan anak makan yang manis-manis sebelum makan
3. Sajikan makanan dalam bentuk menarik
4. Makan bersama
5. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
Keluarga dapat mendemonstrasikan cara memberi makan pada anak yang susah makan
Keluarga mampu mendemonstrasikan cara pembuatan makanan ringan berbahan dasar susu
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
6
7
9.
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk
penderita anak dengan gizi kurang:
 Ciptakan suasana makan bersama penuh kehangatan.
 Makan bersama anggota keluarga dan sambil bercerita
 Beritahu teman dan kerabat untuk tidak membawa oleh-oleh berupa junkfood atau snack
ringan.
 Tidak menjadikan makanan sebagai hadiah atau hukuman.
 Gunakan peralatan makan yang disukai anak.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:
1. Puskesmas
2. Rumah sakit
3. Klinik dokter
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :
1.Mendapatkan pemeriksaan
2.Mendapatkan perawatan.
3.Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
√
√
√
Diagnosa 2:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak T khususnya Ibu S dengan hipertensi
No
RESPON KELUARGA
HASIL
Ya
1
Keluarga mampu menyebutkan bahwa hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmHg per 90 mmHg dalam periode yang panjang
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
Tidak
Tindak Lanjut
2
3.
4
5
Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 10 penyebab hipertensi, yaitu:
1) Keturunan
2) Usia
3) Penggunaan garam
4) Kolesterol
5) Obesitas/kegemukan
6) Stres
7) Rokok
8) Kopi
9) Alkohol
10) Kurang olahraga
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7 tanda dan gejala hipertensi, yaitu:
1) Sakit kepala
2) Sulit tidur
3) Nyeri tengkuk
4) Kelelahan
5) Sesak napas
6) Telinga berdenging
7) Mual muntah
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 akibat hipertensi jika tidak diatasi, yaitu:
1) Cedera/ jatuh
2) Stroke
3) Serangan jantung
4) Kematian
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7 cara pencegahan hipertensi, yaitu:
1) Rutin memeriksakan tekanan darah
2) Menghidari kegemukan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
√
√
√
6
7
8
8
9.
3) Kurangi makan makanan berlemak
4) Hindari merokok
5) Hindrari stes yang berlebihan
6) Hindari konsumsi garam berlebihan
7) Hindari konsumsi makanan olahan berlebihan
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 5 cara perawatan hipertensi, yaitu:
1) Olahraga secara teratur
2) Cukup istirahat
3) Melakukan teknik relaksasi: napas dalam
4) Melakukan kompres air hangat
5) Diet rendah garam
6) Diet makanan
Keluarga dapat mendemontrasikan cara perawatan hipertensi, yaitu teknik relaksasi napas
dalam, kompres hangat, diet makanan, dan diet rendah garam
Keluarga dapat menyebutkan memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita hipertensi,
yaitu:
1) Menciptakan lingkungan yang tenang
2) Bila penderita sudah mengalami pandangan kabur, ciptakan lingkungan rumah yang aman
dengan pencahayaan cukup, lantai tidak licin, sediakan pegangan untuk berjalan, rumah
tertata dengan baik
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:
1. Puskesmas
2. Rumah sakit
3. Klinik dokter
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :
1.Mendapatkan pemeriksaan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
√
√
√
2.Mendapatkan perawatan.
3.Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
√
Diagnosa 3:
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan pada keluarga Bapak D khususnya anak A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan ketidakmandirian.
No
RESPON KELUARGA
HASIL
Ya
1
2
Keluarga mampu menjelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah penambahan berat badan dan tinggi badan. Perkembangan adalah Penambahan
kecerdasan atau pintar, kreatifitas, dan kemandirian.
Keluarga mampu menjelaskan minimal 2 dari 3 faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
dalam diri anak, yaitu :
 Keturunan.
 Kepandaian.
 Tempramen.
Serta 3 dari 4 faktor dari luar, yaitu :
 Keluarga.
 Gizi.
 Budaya.
 Teman bermain.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
√
Tidak
Tindak Lanjut
3.
4
5
Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 aspek pertumbuhan dan perkembangan, yaitu:
 Gerak kasar : gerakan membalik, berlari, melompat, dan berjalan..
 Gerak halus: mengambil benda kecil dengan 2 jari, menari menggambar, dan menyusun
balok.
 Kemampuan bicara, bahasa dan kecerdasan.
 Kemampuan bergaul dan mandiri.
Keluarga mampu menyebutkan minimal 4 dari 6 gangguan atau penyimpangan tumbuh
kembang pada balita usia 1.5-3 tahun :
 Sulit makan, terutama bila dipaksa.
 Sering ngambek.
 Tingkah laku kejam.
 Keterlambatan perkembangan.
 Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain (menyerang).
 Cenderung melawan atau memberontak.
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tuntutan perkembangan balita:
 Bergerak bebas.
 Selalu ingin mencoba hal-hal yang baru.
 Anak dapat menuntut cara yang dikehendaki atau menolak.
Keluarga menyebutkan minimal 6 dari 9 prinsip mengasuh dan membimbing anak:
 Penuh kasih sayang (tulus dan nyata).
 Tanamkan disiplin yang membangun.
 Konsisten pada ayah dan ibu atau tidak boleh berubah-ubah.
 Jelas.
 Menghargai anak.
 Beralasan dan dimengerti.
 Meluangkan waktu untuk bersama : bermain, makan, menonton, berekreasi.
 Membedakan salah-benar, baik-buruk.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
√
√





Mengembangkan sikap saling menghargai.
Memperhatikan anak.
Membantu mengatasi masalah anak.
Mengembangkan kemandirian.
Memahami keterbatasan anak.
Keluarga menyebutkan minimal 6 dari 10 sikap orang tua, untuk anak usia 1.5 – 3 tahun:
 Motivasi untuk tetap bergerak dengan perlindungan dari orang tua (dorongan untuk bergerak
tetapi denga perlindungan orang tua).
 Ajak bermain bersama.
 Bicara dengan kalimat pendek, jelas, dan mudah dimengerti.
 Mendongeng atau biarkan anak yang bercerita.
 Minta anak membersihkan mainan sendiri.
 Latih kebersihan anak (BAB, BAK ditempatnya, tapi jangan dipaksakan).
 Latih anak makan sendiri dengan sendok dan garpu.
 Ajak anak makan bersama.
 Beri permainan sederhana.
 Jangan memaksa ataupun terlalu mengikuti keinginan anak.
6
Keluarga mampu mendemonstrasikan prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam mengasuh
dan membimbing anak serta melaksanakan juga sepeninggalan atau tanpa perawat sesuai
dengan tahapan perkembangan anak.
√
7
Keluarga mampu menyebutkan minimal 4 dari 5 lingkungan yang mendukung :
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
 Kondisi keluarga yang penuh kasih sayang.
 Kondisi orang tua yang tidak pernah berselisih didepan anak.
√
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
 Bimbingan orang tua.
 Penanaman disiplin yang membangun.
8
9.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:
1. Puskesmas
2. Psikolog
3. Dokter anak
√
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :
1. Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan terkait perkembangan anak
2. Mengetahui masalah pertumbuhan dan perkembangan lain serta cara mengatasinya
3. Sarana perawatan
√
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA KELOLAAN
Nama Keluarga (KK) : Bapak J
Nama Balita
: Anak D
Alamat
: RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Tapos, Depok
KESIMPULAN:
Selama pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan
selama tujuh minggu, keluarga sangat kooperatif dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga. Mahasiswa mendapatkan banyak sekali informasi mengenai
masalah yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan
kunjungan rutin untuk memenuhi lima tugas kesehatan keluarga. Keluarga Bapak
J termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat IV” dengan alasan:
Kriteria
Ya
Keluarga menerima
kunjungan rutin mahasiswa
√
Keluarga mengungkapkan
masalah kesehatan yang
dialami
√
Tidak
Pembenaran
Sejak minggu pertama
kunjungan, keluarga sangat
ramah kepada mahasiswa.
Keluarga memberitahu
mahasiswa ketika keluarga ada
acara mendadak. Ketika ditanya
terkait masalah kesehatan,
keluarga menceritakannya
dengan sangat terbuka.
Saat mahasiswa datang
berkunjung ke rumah keluarga,
keluarga selalu berkonsultasi
terkait masalah kesehatan yang
dialaminya. Begitu juga ketika
mahasiswa bertanya lebih dalam
terkait masalah kesehatan
keluarga, keluarga dengan
terbuka menceritakannya. Hal ini
mempermudah mahasiswa dalam
menentukan diagnosa dan
intervensi untuk keluarga.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Keluarga menerima
pelayanan kesehatan yang
diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
√
Setelah mendapatkan data yang
lengkap terkait masalah
kesehatan keluarga, mahasiswa
melakukan tindakan keperawatan
untuk memenuhi lima tugas
perkembangan keluarga.
Mahasiswa sudah
menyampaikan tindakan
keperawatan untuk mengatasi
masalah tersebut. Ketika
mahasiswa menyampaikan
keseluruhan materi tersebut,
keluarga menerima dengan baik.
Keluarga melakukan
tindakan pencegahan
√
Keluarga sudah mampu
melakukan pencegahan terhadap
masalah kesehatan yang dialami,
diantaranya:
-Menyajikan menu seimbang
bagi balita dalam keseharian.
Point ini dinilai berdasarkan
kunjungan mendadak mahasiswa
ke rumah keluarga saat makan
siang.
-Keluarga, khususnya ibu S
memberikan makan sehari hari
dengan porsi yang sedikit tetapi
sering dengan selingan setiap
waktu makan yaitu pukul 10.00
dan pukul 15.00
-Melakukan pembatasan garam
bagi Ibu S terkait hipertensi yang
dialaminya
-Melatih perkembangan motorik
kasar anak D dengan cara melatih
dalam kehidupan sehari hari saat
anak D sedang bermain atau
melakukan aktivitas sehari-hari
misalnya melatih untuk mundur
lima langkah ke belakang atau
membuka baju berkancing depan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Keluarga melakukan
promosi kesehatan secara
aktif
√
Keluarga belum bisa
menyampaikan materi yang
disampaikan yang oleh
mahasiswa ke tetangga rumahnya
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
GIZI SEIMBANG BAGI
BALITA
Mahasiswa Profesi Keperawatan
Universitas Indonesia
2014
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
GIZI :
zat-zat yang ada di dalam makanan yang
diperlukan
tubuh
untuk
pertumbuhan,
perkembangan&kelangsungan kehidupan.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
susunan makanan sehari–hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
PENTINGNYA GIZI SEIMBANG
• Untuk pertumbuhan dan perkembangan
• Meningkatkan potensi kecerdasan
• meningkatkan daya tahan tubuh
KURANG GIZI
suatu keadaan dimana tubuh
tidak mendapatkan zat-zat tubuh
tertentu dari makanan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
PENYEBAB
•
•
•
•
Jumlah makanan yang dimakan kurang
Jenis makanan tidak seimbang
Makan tidak teratur
Terserang penyakit
TANDA DAN GEJALA
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Badan Kurus
Rambut Tipis dan
mudah dicabut
Kaki, tangan
dan sekitar
mata bengkak
Lemah & pucat
Kulit Kusam
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
AKIBAT KURANG GIZI
Mudah terserang
penyakit
Menurunkan daya
pikir/kecerdasan
Gangguan
pertumbuhan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
CARA MENGATASI KURANG GIZI
• Makan makanan yang seimbang
(triguna makanan)
• Makanan sesuai dengan
kebutuhan balita (1200 kkal)
• Makan yang teratur
• Menggunakan prinsip
penyajian makanan
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
TRIGUNA MAKANAN
1. SUMBER ZAT TENAGA/KARBOHIDRAT
Sumber kalori yang digunakan antara lain:
– Golongan padi: Beras, Jagung dan Gandum.
– Golongan umbi: Kentang, Ubi jalar, Ubi kayu
– Lainnya: Sagu.
UNTUK BALITA : 175 KALORI
- ¾ Gelas Nasi putih / 2 biji kentang / 2 biji ubi
/roti 4 iris/ Mie basah 1 gelas
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
2. SUMBER ZAT PEMBANGUN/PROTEIN
UNTUK BALITA : 95 KALORI, 10 gr protein, dan 6
gr lemak (HEWANI)
Bahan Makanan
Berat
(gr)
Ukuran Rumah Tangga
Daging sapi
50
1 potong sedang
Daging ayam
50
1 potong sedang
Telur ayam
60
2 butir
Telur bebek
60
1 butir
Ikan asin
25
1 potong sedang
Bakso daging
100
20 biji kecil
50
1 potong sedang
Ikan segar
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
• PROTEIN NABATI : 80 KALORI, 6 gr protein, 3
gr lemak, dan 8 gr karbohidrat
Bahan Makanan
Berat
(gr)
Ukuran Rumah Tangga
Oncom
50
2 potong sedang
Tahu
100
1 biji besar
Tempe
50
2 potong besar
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
3. SUMBER ZAT PENGATUR/VITAMIN DAN
MINERAL
UNTUK BALITA : Mengandung 50 Kkal, 3 gr protein, dan 10 gr
karbohidrat = 1 gelas
• Satu porsi sayuran
 100 gram sayuran lebih kurang 1 gelas
• Satu porsi buah = 1 buah pisang ambon
 Pengganti buah = 2 buah jambu air, 2 buah
jeruk manis, nangka 3 biji, pepaya 1 potong
sedang (3x15cm), rambutan 8 buah, duku 10 buah.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
 Susu 2x sehari masing masing 250 mL.
PRINSIP PENYAJIAN MAKANAN
• Jenis makanan beraneka ragam
• Kombinasi makanan hewani dan nabati jika
keuangan memungkinkan
• Disajikan dalam keadaan hangat
• Perhatikan jadwal menu
• Jumlah makanan sesuai kebutuhan
• Biarkan anak makan sendiri dengan piring dan
alat makan sendiri
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
CARA MEMILIH MAKANAN
•
•
•
•
Harganya terjangkau
Nilai gizinya baik
Masih segar/tidak busuk
Mudah didapat
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
CARA PENGOLAHAN MAKANAN
• Sayuran, buah dicuci dahulu lalu dipotongpotong
• Sayuran dimasak jangan terlalu lama/lodoh
• Alat masak harus dicuci
• Cuci tangan sebelum masak
• Beras dicuci jangan sampai bening
• Lauk juga dicuci dan dibuang kotorannya sebelum
dipotong
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
JIKA ANAK TIDAK MAU MAKAN
•
•
•
•
Jangan paksa anak jika tidak mau makan
Menggunakan alat makan yang disukai anak
Makan sambil cerita
Jenis makanan beraneka ragam dengan
bentuk dan warna yang menarik
• Jangan memberi makanan yang manis
sebelum makan
• Berikan makanan dalam porsi kecil tapi, sering.
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
SUASANA YANG BISA MENIMBULKAN
NAFSU MAKAN
•
•
•
•
•
Makan bersama anggota keluarga
Makanan dihidangkan dalam keadaan hangat
Jenis makanan beragam
Alat makan menarik
Makan sambil cerita
Pemenuhan nutrisi ..., Layya Notiva Dewi, FIK UI, 2014
Download