BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Contagion Effect Theory Dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, kondisi perekonomian suatu negara tidak lagi hanya ditentukan oleh negara tersebut melainkan kondisi perekonomian di negara lain juga menjadi faktor penentu. Contohnya adalah kondisi krisis yang terjadi di dunia pada tahun 2008 lalu di mana menurut penelitian Bank Dunia terutama disebabkan oleh adanya integrasi ekonomi antar negara sehingga menimbulkan contagion effect dari negara lain. Dalam arti luas, contagion adalah transmisi shock antar negara. Apabila suatu negara mengalami shock, maka shock tersebut dapat ter-transfer ke negara lain di sekitarnya. Pasar modal merupakan suatu sistem keuangan yang terorganisasi, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar berperan sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan sekaligus wadah investasi bagi investor, baik investor dalam negeri, maupun dari luar negeri. Pasar modal berkembang dengan pesat dari waktu ke waktu. Pasar modal terutama di negara berkembang berperan penting dalam perolehan modal atau disebut dengan capital inflow. Capital inflow pada umumnya bukan merupakan berbentuk investasi secara langsung yang sifatnya jangka panjang melainkan jangka pendek. Investor dari dalam dan luar negeri menjadi target dari perolehan modal tersebut sehingga perilaku investor juga dapat menjadi penyebab terjadinya efek domino (contagion) di pasar modal, yakni perilaku investor yang fokus pada peranan likuiditas. Apabila suatu negara mengalami masalah geopolitik atau lainnya, maka investor tersebut menangkap indikasi bahwa akan terjadi penurunan performa pada indeks saham negara tersebut, kemudian investor menjual sekuritas di indeks tersebut dan membeli sekuritas di pasar lain untuk menghindari kerugian yang besar dan mendapatkan return yang besar di pasar lain. Perilaku investor yang dapat menyebabkan contagion adalah keadaan investor yang tidak mempunyai gambaran lengkap mengenai kondisi dalam setiap negara sehingga didapatkan informasi yang tidak sempurna dan asimetris. 7 8 Contagion effect semakin besar dengan adanya investasi global dan perdagangan antar negara. Contagion effect yang diteruskan melalui integrasi keuangan juga dapat meningkatkan efek spillover antar negara dikarenakan fluktuasi makroekonomi. Integrasi keuangan dapat menstimulasi spesialisasi dalam berproduksi melalui re-alokasi modal, konsisten dengan kemampuan komparatif negara-negara tersebut. 2.1.2 Pasar Modal Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, ataupun yang diterbitkan oleh pihak swasta (Husnan, 1994). Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010). Pasar modal Indonesia memiliki peranan yang penting bagi perekonomian negara sebagai salah satu sarana dan fasilitas untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal merndefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek (Tandelilin, 2010). Sebagaimana analogi dengan pasar tradisional dimana merupakan tempat berlangsungnya proses jual beli antarapenjual dan pembeli. Demikian juga pasar modal, proses transaksi atas komoditas modal membutuhkan suatu tempat tertentu untuk melaksanakan kegiatan perdagangan. Pasar modal merupakan tempat dipertemukannya dua pihak yang memiliki kepentingan dalam hal dana. Pasar modal adalah tempat dipertemukannya pihak yang memiliki kelebihan dana (lender) dengan pihak yang membutuhkan dana (borrower). Definisi ini menyiratkan bahwa pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor atau pemodal dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor merupakan pihak yang memiliki kelebihan dana, sedangkan perusahaan atau institusi pemerintah berperan sebagai pihak yang membutuhkan dana guna membiayai proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan utama dari pasar modal tersebut adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat agar dapat disalurkan ke sektor yang lebih produktif. Pasar modal menyediakan alternatif dalam berinvestasi, tidak lagi terbatas pada sektor perbankan, melainkan dapat menanamkan dananya di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi, maupun 9 sekuritas lainnya. Penanaman dana di pasar modal memberikan peluang bagi penanam dana untuk memperoleh tingak pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan atau deposito. Namun, perlu diingat bahwa tentu resiko yang harus ditanggung oleh penanam modal lebih tinggi daripada deposito di bank, sebab berpotensi untuk mengalami kerugian sebagai imbas dari investasinya. Pasar modal memperdagangkan efek hutang (obligasi), efek penyertaan (saham), atau efek derivatif (right dan warrant). Setiap instumen dalam pasar modal bertujuan untuk menjalankan fungsi pasar modal, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 2000). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investors) kepada pihak yang memerlukan dana (borrowers). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, investor mengharapkan imbalan dari pihak penerima dana atas andilnya dalam menyediakan dana pada borrower untuk menjalankan bisnis dengan dana tersebut. Efek-efek yang terdapat di pasar modal diperdagangkan dalam empat jenis pasar, yakni pasar perdana dan pasar sekunder. a. Pasar perdana Pasar perdana adalah pasar di mana sebuah perusahaan melakukan penjualan saham kepada publik atau kepada masyarakat pertama kali. Proses penjualan saham kepada publik pertama kali disebut dengan Initial Public Offering (IPO). Perusahaan yang menerbitkan saham disebut dengan emiten. Emiten menawarkan efek kepada masyarakat melalui penjamin emisi (underwriter) dan kemudian penjamin emisi menunjuk beberapa agen penjual untuk menjangkau investor yang tersebar di kotakota besar di negara tersebut. b. Pasar sekunder Berbeda dengan pasar perdana yang menjadi tempat pertama efek perusahaan tersebut diperjualbelikan kepada publik, pasar sekunder merupakan pasar tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor sehingga harga efek ditentukan atas permintaan dan penawaran pasar terhadap efek perusahaan tersebut. 2.1.3 Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan bagian dari efek penyertaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk ikut serta ke dalam ekuitas 10 perusahaan. Menurut Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Menurut Jogiyanto (2003), terdapat 3 jenis saham sebagai berikut : a. Saham Biasa Saham biasa adalah suatu sertifikat yang memiliki fungsi sebagai bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting perusahaan. Pemilik saham berhak untuk menerima deviden dari perusahaan dan juga memiliki kewajiban untuk menanggung resiko kerugian yang dialami oleh perusahaan. Pemegang saham biasa mendapatkan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga memiliki andil dalam manajemen perusahaan. Besarnya hak suara tersebut diberikan berdasarkan besar kecilnya jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Semakin banyak jumlah lembar saham atau persentase kepemilikan saham, maka semakin besar hak suara yang dimiliki investor tersebut dalam mengontrol operasional perusahaan. Besarnya jumlah deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan pada tahun berjalan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan finansial yang mengakibatkan perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham biasa memiliki resiko yang lebih tinggi dalam hal pengembalian modal, sebab pemegang obligasi dan saham preferen yang diutamakan terlebih dahulu. b. Saham Preferen Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi. Saham preferen juga merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan, namun pemegang saham preferen tidak mendapatkan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga pemegang saham preferen tidak memiliki andil dalam mengontrol manajemen dan operasional perusahaan. Berbeda dengan saham biasa yang memiliki pendapatan yang bersifat variabel dan bergantung dari performa perusahaan di tahun berjalan, pendapatan saham preferen bersifat tetap seperti halnya kupon obligasi. Maka dari itu, saham preferen dikatakan memiliki kesamaan dengan obligasi. Dengan pendapatan yang tetap, saham preferen dianggap lebih konservatif dan memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham biasa. Selain itu, dalam hal pengembalian investasi 11 pada likuidasi asset perusahaan, saham preferen lebih diutamakan dibandingkan saham biasa sehingga resikonya lebih kecil. Kelemahan pada saham preferen adalah tingginya kemungkinan untuk mengalami dilusi kepemilikan saham, yaitu pengurangan persentase atau proporsi kepemilikan atas suatu saham sebab saham preferen tidak diberi hak untuk memesan kembali saham suatu perusahaan seperti yang diberikan oleh saham biasa. Robert Ang (1997) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu ataupun institusi dalam suatu perusahaan. Makna surat berharga adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjualbelikan. Nilai saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu (Robert Ang, 1997) : a. Par Value (Nilai Nominal) Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. b. Base Price (Nilai/harga dasar) Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Sehingga nilai dasar merupakan hasil perkalian antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan. c. Market price ( Nilai/harga pasar) Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan didapat market value. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (Darmadji, 2001:5). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. 12 2.1.4 Volatilitas Semakin meningkatnya aktivitas ekonomi antar regional dan liberalisasi pasar keuangan sejak akhir 1980-an menghasilkan intergrasi ekonomi di seluruh dunia sehingga meningkatkan interdependensi antar pasar saham di berbagai negara. Terdapat dua pendekatan utama yang digunakan untuk menyelidiki hal tersebut. Pendekatan pertama adalah meneliti berbagai aspek interdependensi pasar menggunakan cointegration dan causality. Salah satu penelitian yang menggunakan pendekatan pertama ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Eun dan Shim (1989) serta Giam dan Songsak (2010). Pendekatan kedua adalah meneliti interdependensi dalam kaitannya dengan volatility spillover. Salah satu penelitian yang menggunakan pendekatan kedua ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Hamao, Masulis, dan Ng (1990). Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke pasar atau bursa, akibatnya pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap aset yang diperdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut. (Anton, 2006). Volatilitas dapat terjadi akibat keadaan dalam negeri suatu negara atau merupakan dampak dari ketidakseimbangan dalam pasar. Maka dari itu, berdasarkan penyebab terjadinya volatilitas, maka volasititas diklasifikasikan ke dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut : a. Transitory volatility Merupakan volatilitas yang disebabkan adanya ketidakseimbangan dalam pasar, yaitu arus masuk dan keluarnya investasi yang dapat disebabkan adanya kepanikan pasar, ekspektasi yang berlebihan, ada pihak tertentu yang melakukan spekulasi membeli dan menjual efek dalam jumlah besar b. Fundamental volatility Merupakan volatilitas yang disebabkan oleh adanya faktor fundamental, misalnya bencana alam, isu ekonomi dan politik, dan isu lain yang mempengaruhi sentimen pasar. Volatilitas memiliki hubungan yang erat dengan tingkat resiko dan hal tersebut sering kali dijadikan fokus utama bagi pelaku pasar dalam menentukan investasinya. Pemahaman yang baik mengenai volatilitas atas suatu sekuritas / indeks 13 saham beserta dengan hal-hal yang mempengaruhinya akan sangat bermanfaat investor dan juga badan regulasi pasar modal (Baele, 2005). Menurut Calvet, Fischer, dan Thompson (2004), tujuan utama dalam meneliti volatility spillover adlaah untuk memahami bagaimana gabungan pergerakan volatilitas dalam mempengaruhi distribusi return portfolio. Distribusi return memiliki implikasi terhadap manajemen resiko harian, seleksi portfolio, dan penentuan nilai derivatif. Pengamatan atas pasar saham dunia selama beberapa tahun menyatakan bahwa terjadi interdependensi antar indeks saham dunia. Volatilitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah simultaneous interdependence atau contemporaneous volatility di mana volatilitas pada suatu pasar saham disebabkan oleh volatilitas di pasar saham lain dengan jarak waktu yang relatif cepat. Yang kedua adalah lead-lag relation atau dynamic volatility di mana volatility spillover terjadi dengan jeda waktu yang relatif lama, pada umumnya di keesokan harinya. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah perbedaan jam kerja pasar saham antar negara yang menyebabkan penyampaian informasi tertunda dan belum berdampak langsung bagi bursa yang bersangkutan. 2.1.5 Indeks Pasar Saham Indeks saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham suatu negara, baik secara keseluruhan, maupun dalam kategori-kategori tertentu. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor dalam memantau pergerakan pasar dan membentuk keputusan investasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks seringkali dijadikan benchmark dalam mengukur performa dari portfolio investasi. Portfolio saham dibentuk sedemikian rupa yang terdiri dari beberapa saham dari beberapa perusahaan untuk mendapatkan return sebagai imbal balik investasi. Portfolio yang baik adalah portfolio yang memiliki resiko sekecil-kecilnya dan mampu menghasilkan return sebesar-besarnya atau minimal mampu menghasilkan return yang sama dengan benchmark. Dalam konteks performa, performa dari portfolio harus dapat melewati performa indeks saham secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dicapai dengan pemilihan saham yang baik dan timing yang tepat dalam memasuki pasar. Indeks saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks seringkali dijadikan benchmark dalam mengukur 14 performa dari portfolio investasi. Portfolio yang dibentuk oleh pelaku pasar diharapkan dapat meng-outperform dan menawarkan return yang lebih baik dibandingkan dengan indeks. Dalam konteks performa, maka yang menjadi objek komparasi adalah tingkat pengembalian dan resiko. Pembentukan portfolio dengan pemilihan saham dan pemilihan waktu yang baik akan mengoptimalkan tingkat pengembalian dengan meminimalisir tingkat resiko. Dalam sebuah negara, mungkin terdapat lebih dari 1 jenis indeks saham. Hal tersebut terjadi karena adanya pengelompokan-pengelompokan tertentu. Harga pada indeks saham merupakan representasi dari seluruh saham yang tercatat dalam indeks tersebut. Perhitungan indeks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Price Weight (Simple Average) b. Capitalization Weight ( Weighted Average) Keterangan : = Price atau harga saham = Bobot saham = Total jumlah saham tercatat Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data dari tiap indeks saham dari tiap negara yang menjadi objek penelitian, yaitu Indonesia, China, dan India. Berikut adalah penjelasan mengenai tiap-tiap indeks : a. Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia memiliki banyak indeks saham, di antaranya IHSG, LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Kompas100, Bisnis 27, Indeks Sektoral, serta Indeks Individual. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator utama untuk memantau pergerakan harga saham secara keseluruhan di bursa saham Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG menggunakan semua perusahaan yang listing di BEI 15 sebagai komponen perhitungan indeks. Dalam upaya agar IHSG menggambarkan keadaan pasar secara wajar, maka Bursa Efek Indonesia memiliki wewenang untuk mengeluarkan atau tidak memasukkan sebagian saham ke dalam perhitungan IHSG. Pengeluaran saham tersebut keluar dari perhitungan indeks jika saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki publik relatif kecil sementara memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran dari nilai IHSG. Semua perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia atau BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor yang dikelompokkan menjadi 3 sektor besar, yaitu industri penghasil bahan baku/industri pengolah sumber daya alam, industri manufaktur, dan industri jasa. Klasifikasi tersebut didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan dengan sebutan Jakarta Stock Exchange Industrial Classification. Industri penghasil bahan baku/industri pengolah sumber daya alam terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Industri manufaktur terdiri dari sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sedangkan sektor jasa terdiri dari sektor propertoi dan real estat, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Tiap sektor memiliki indeks tersendiri yang disebut dengan indeks sektoral yang mulai diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996. b. Shanghai Stock Exchange Compostite Index Shanghai Stock Exchange (SSE) adalah pertama kali diperkenalkan pada tanggal 26 November 1990 dan mulai dioperasikan pada tanggal 19 Desember di tahun yang sama. SSE diatur langsung oleh China Securities Regulatory Commission (CSRC). SSE adalah salah satu dari 2 indeks saham yang bergerak secara independen di China. Indeks yang lainnya adalah Shenzhen Stock Exchange (SZSE). Kedua indeks saham China tersebut tidak sepenuhnya terbuka bagi pasar internasional dan dibatasi untuk investor lokal dengan harapan bahwa pemerintah akan lebih mudah untuk melakukan intervensi di saat pasar saham China mengalami penurunan yang signifikan. Shanghai Stock Exchange menduduki peringkat 4 dalam hal kapitalisasi pasar di World Federation of Exchanges dan terdiri dari 1070 perusahaan tercatat. c. Bombay Stock Exchange Sensitive Index Bombay Stock Exchange adalah bursa tertua dan bursa terbesar di negara India. Bombay Stock Exchange pertama kali beroperasi sejak tahun 1875 sebagai Native Share and Stock Brokers’ Association. Bombay Stock Exchange terletak di 16 daerah Mumbai, India. BSE terdiri dari 6.000 perusahaan terbuka sehingga menjadi bursa saham terbesar ke-sebelas di dunia dan bursa saham terbesar ke-empat dalam kawasan Asia dengan kepitalisasi pasar mencapai US$ 1,7 triliun. BSE Sensex atau BSE 30 adalah indeks yang menjadi fokus utama India di mana BSE Sensex merupakan indeks yang berisi 30 perusahaan yang paling banyak diperdagangkan di dalam bursa saham India yang mewakili berbagai sektor industri dalam ekonomi India. BSE Sensex pertama kali dibuka tanggal 1 Januari 1986 dan dianggap sebagai fokus utama pasar saham domestik di India. 2.2 Pengaruh Ekonomi Internasional pada Indeks Saham Domestik Ekonomi internasional adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan ekonomi antar negara yang merupakan penerapan dari prinsip-prinsip teori ekonomi makro dan teori ekonomi mikro dalam konteks internasional. Dalam teori ekonomi makro, neraca pembayaran digunakan untuk mengukur pendapatan total suatu negara dari berbagai negara lain di dunia dan total pengeluaran ke berbagai negara lain di dunia. Pengaruh interdependensi antar negara dalam sistem keuangan internasional yang berbeda dan pengaruhnya pada indeks harga umum, tingkat pendapatan nasional, dan kesejahteraan suatu negara menjadi fokus dalam ekonomi makro. Ekonomi internasional memberikan dampak yang besar bagi ekonomi nasional di mana ekonomi internasional dapat merubah pola perilaku ekonomi dalam proses produksi, perubahan struktural ekonomi, dan kebijakan ekonomi pemerintah dalam memperkuat pertahanan ekonomi. Perubahan yang terjadi pada proses produksi mencakup efisiensi dan intensifikasi pemakaian faktor produksi yang dapat berpengaruh positif dan negatif. Peningkatan frekuensi perdagangan, berkembangnya industri nasional yang bersaing, dan investasi pada sektor yang dapat diperdagangkan secara internasional dapat mempengaruhi ekonomi secara nasional. Dengan adanya ekonomi internasional, perekonomian suatu negara atau ekonomi nasional memiliki peluang untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dengan ekonomi internasional, suatu negara dapat memperluas pasar produk dalam negeri. Perdagangan bebas pada ekonomi internasional memungkinkan suatu negara untuk mengekspor barang sehingga memperoleh pasar yang lebih luas daripada sekedar pasar dalam negeri. Ekonomi internasional meningkatkan kemungkinan bagi negara berkembang untuk mendapatkan teknologi yang lebih baik dan memfasilitasi 17 masuknya modal yang lebih banyak. Negara-negara berkembang dapat memperoleh modal dari investasi asing sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan modal. Tidak hanya itu, negara juga berpeluang untuk mendapatkan tambahan dana yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi. Pasar domestik seringkali membutuhkan modal dari bank atau pasar saham. Dengan adanya dana dari luar negeri, khususnya dana dari negara lain yang mengalir masuk pada bursa saham dan pasar uang dalam negeri, tentunya dapat mendukung penyediaan modal yang diperlukan. Hal ini menyebabkan tak hanya perusahaan asing yang dapat melakukan pembangunan sektor industri dan beberapa sektor lain, perusahaan domestik pun kini dapat melakukannya dengan dana yang tersedia. Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting dengan menjalankan 2 fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha dan sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, dan penambahan modal kerja. Selain itu, pasar modal juga menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada pada instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, dan reksadana. Dengan adanya ekonomi internasional yang makin terintegrasi, maka akan membawa pengaruh besar bagi perekonomian nasional, dan kemudian akan memberikan pengaruh pada pasar modal yang merupakan bagian penting pada ekonomi nasional. 2.3 Keterkaitan Indonesia dengan China dan India 2.3.1 Keterkaitan antara Indonesia dan China Indonesia dan China memiliki hubungan yang erat yang telah dibangun melalui interaksi kedua negara sejak waktu yang lama yang dapat dicerminkan dengan banyaknya perjanjian bilateral antara Indoneisa dan China. Salah satu contoh perjanjian bilateral antara Indonesia dan China adalah dalam sektor perdagangan, yaitu ACFTA (ASEAN and China Free Trada). ACFTA secara penuh diimplementasikan pada tahun 2010 dan memberikan dampak bagi neraca perdagangan Indonesia yang terkait dengan naik turunnya ekspor dan impor Indonesia ke dan dari China. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan Indonesia, pada tahun 2006, perdagangan antara Indonesia dan China adalah senilai US$ 14,9 milyar dan pada tahun 2010, perdagangan antara Indonesia dan China mencapai nilai US$ 36,1 milyar. Peningkatan dari tahun 2006 hingga 2009 adalah 18 sebesar US$ 21,2 milyar atau sebesar 142,28%. Peningkatan yang pesat ini menggambarkan bahwa terjadi peningkatan pada hubungan perdagangan antar negara. China termasuk dalam rekan ekspor dan impor terbesar bagi Indonesia. Dalam di sektor non-migas, China adalah tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia pada tahun 2006 hingga 2009 setelah Jepang dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, China berhasil menempati urutan kedua dan Amerika Serikat menjadi urutan terbesar ketiga. Perjanjian ACFTA menyebabkan barang hasil produksi China mudah masuk ke Indonesia yang sempat menyebabkan kekhawatiran bagi produsen Indonesia. Barang hasil produksi China memiliki harga yang rendah disebabkan biaya produksi yang rendah. Harga hasil produksi dalam negeri kurang dapat bersaing dengan hasil produksi China. Baru-baru ini, Indonesia dan China telah menjalin kerjasama di bidang transportasi, yaitu pembangunan kereta cepat dengan rute Jakarta-Bandung. Kerja sama ini mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan China. 2.3.2 Keterkaitan antara Indonesia dan India Indonesia dan India telah memiliki hubungan diplomatis sejak tahun 1951. Pada tahun 2005, Indonesia dan India telah menandatangani Kemitraan Strategis pada saat kunjungan Presiden Republik Indonesia ke India. Dalam perjanjian tersebut, Indonesia dan India telah sepakat untuk meningkatkan kemitraan strategis antara kedua negara melalui peningkatan volume perdagangan hingga mencapai US$ 10 milyar pada tahun 2010. Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia, nilai perdagangan Indonesia dan India terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 sebesar US$ 3,93 milyar, tahun 2006 sebesar US$ 4,79 milyar, dan pada tahun 2007 menjadi US$ 6,55 milyar. Komoditas impor dari Indonesia ke India antara lain batubara, briket, CPO (Crude and Palm Oil), karet mentah dan sintetis, barang-barang kayu dan produk kayu, kimia anorganik, kopi, teh, coklat, rempah-rempah, serat tekstil, pulp, dan kertas, serta minyak dan lemak nabati. Komoditi ekspor utama India ke Indonesia terdiri dari kacang giling, tepung minyak, plastik, besi dan baja, alat-alat transportasi, obat-obatan, dan buah-buahan yang telah diproses. Keduanya merupakan penghasil dan pengekspor komoditas pertanian yang sama sehingga tujuan utama dari hubungan bilateral antara Indonesia dan India adalah untuk membangun promosi dan 19 pasar perdagangan internasional bersama agar didapat keuntungan yang maksimal bagi kedua negara. 2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan berhubungan dengan terjadinya volatility spillover yang menggambarkan interdependensi antar pasar saham di dunia. Menurut Lestano dan Julia Sucipto (2010) dengan penelitiannya yang berjudul Spillover Volatilitas Pasar Saham Indonesia dan Singapura Periode 20012005, menyatakan bahwa terjadi volatility spillover antara pasar saham Indonesia dan Singapura. Dengan waktu kerja bursa yang relatif sama, yaitu hanya berjarak 1 jam, volatilitas yang terjadi adalah contemporaneous volatility di mana diasumsikan bahwa tidak terjadi timelagging. Volatility spillover yang terjadi adalah unidirectional volatility spillover, yaitu dari pasar saham Singapura ke pasar saham Indonesia. Penelitian dilakukan dengan Exponential Generalized Auto Regressive Conditional Heteroskedascity (E-GARCH). Penelitian ini memberikan implikasi penting terhadap manajemen portfolio internasional untuk menekan resiko keuangan. Menurut Victor Ng (2000), pasar saham Amerika Serikat dan Jepang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar saham negara lain yang merupakan objek penelitiannya. Negara-negara tersebut adalah 6 negara dalam kawasan Asia Pasifik, yaitu Hong Kong, Korea, Malaysia, Singapore, Taiwan, dan Thailand. Yasushi Hamao, Ronald W. Masulis, dan Victor Ng (1990) dengan penelitiannya yang berjudul Correlations in Price Changes and Volatility across International Stock Markets, memanfaatkan data harga saham harian pada pasar saham Jepang (NIKKEI 225), Inggris (FTSE100), dan Amerika Serikat (S&P500) dari tanggal 1 April 1985 hingga 31 Maret 1988. Penelitian dilakukan untuk menguji interdependensi harga dan volatilitas harga di antara ketiga pasar saham tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan metode GARCH-M (1,1).Kesimpulan dari hasil penelitian adalah terdapat efek spillover yang signifikan dari pasar saham Amerika Serikat dan Inggris kepada pasar saham Jepang dan efek tersebut merupakan unidirectional volatility. Kedar Nath Mukherjee dan Ram Kumar Mishra dalam penelitiannya yang berjudul Stock Market Integration and Volatility Spillover : India and its Major Asian Counterparts, meneliti mengenai efek volatility spillover yang terjadi pada 20 pasar saham India dengan 12 pasar saham lainnya, antara lain China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, dan Thailand. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa beberapa pasar saham Asia, di antaranya adalah Hong Kong, Indonesia, dan Singapura, mempengaruhi volatilitas di pasar saham India. Sementara itu, volatility spillover pasar saham India hanya terjadi pada pasar saham Pakistan dan Sri Lanka. Menurut Martin Surya Mulyadi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Volatility Spillover in Indonesia, USA, and Japan Capital Market. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa terjadi volatility spillover antara pasar saham Indonesia dengan pasar Amerika Serikat. Volatility spillover yang terjadi antara pasar saham Indonesia dengan Amerika Serikat bersifat unidirectional atau bersifat satu arah di mana Amerika Serikat mempengaruhi pasar saham Indonesia. Namun terjadi hasil yang berbeda antara hubungan pasar saham Indonesia dengan Jepang. Dalam penelitiannya, diperoleh hasil di mana terjadi bidirectional volatility spillover antara pasar saham Indonesia dan Jepang, di mana hal tersebut berarti bahwa pasar saham Indonesia dan pasar saham Jepang saling mempengaruhi satu sama lain. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan harga penutupan harian dari 3 indeks saham yang mewakili tiap negara dalam periode 2006-2010.Penelitian tersebut diolah dengan metode Generalized Auto Regressive Conditional Heterskedascity (GARCH) untuk pengujian hipotesis. Dapat disimpulkan dari 5 penelitian yang terdahulu, pasar saham negara maju cenderung mempengaruhi negara berkembang dan tidak sebaliknya, atau dengan kata lain terjadi uni-directional volatility spillover dari negara maju ke negara berkembang. Interdependensi antara negara berkembang cenderung terjadi 2 arah atau terjadi bidirectional volatility spillover. Dengan beragam penelitian mengenai volatility spillover dan juga GARCH, maka Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya volatility spillover antara pasar saham Indonesia, China, dan India, serta menentukan sifat dari spillover-nya, apakah terdapat efek yang searah (uni-directional volatility spillover) atau pasar saham tersebut saling mempengaruhi satu sama lain atau yang disebut dengan bidirectional volatility spillover. 21 H1 (-) Volatilitas China H2 (+) Volatilitas Indonesia H3 (+) Volatilitas H4 (+) India Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Dari penelitian terdahulu, terutama mengenai volatility spillover antara negara maju dan negara berkembang, terbentuklah kerangka teoritis seperti pada bagan di atas. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa volatility spillover cenderung terjadi dari negara maju ke negara berkembang, namun tidak sebaliknya. Dalam penelitian ini, indeks saham China menjadi objek penelitian. Walaupun China belum menjadi negara berkembang, namun China adalah pengimpor komoditas terbesar dan termasuk ke dalam negara industri besar di dunia diiringi dengan perkembangan teknologi yang pesat sehingga China mampu menghasilkan barang secara efisien dengan biaya produksi yang rendah. Besarnya peran China dalam perekonomian regional dan juga perekonomian global membuat China menjadi negara yang berpengaruh. Jadi, walaupun China masih merupakan negara berkembang, namun peranan-nya di mata dunia telah setara dengan negara-negara maju. Maka dari itu, terbentuklah kerangka hipotesis di mana indeks saham Indonesia dan indeks saham China terjadi unidirectional volatility spillover, yaitu dari China ke Indonesia. 22 Terjadinya volatility spillover antar negara berkembang merupakan informasi yang penting. Dengan mengetahui pengaruh volatilitas pasar saham Indonesia ke negara lain dan sebaliknya, investor atau pihak lain yang terkait dengan pasar saham Indonesia mampu memantau dan memprediksi pergerakan indeks saham Indonesia dengan memperhatikan pergerakan indeks saham negara lain. Dengan adanya penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terjadi bidirectional volatility spillover antar negara berkembang, maka terbentuklah kerangka teoritis yang menyatakan bahwa pasar saham Indonesia dan pasar saham India mengalami bidirectional volatility spillover. Berdasarkan latar belakang serta landasan teori yang telah diuraikan, maka terbentuklah hipotesis-hipotesis sebagai berikut. H1 : H2 : H3 : H4 : Terdapat volatility spillover antara bursa saham Indonesia dengan bursa saham China Terdapat volatility spillover antara bursa saham Indonesia dengan bursa saham India Terjadi bidirectional volatility spillover antara bursa saham Indonesia dengan bursa saham China Terjadi bidirectional volatility spillover antara bursa saham Indonesia dengan bursa saham India