7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Contagion Effect Theory
Dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, kondisi
perekonomian suatu negara tidak lagi hanya ditentukan oleh negara tersebut
melainkan kondisi perekonomian di negara lain juga menjadi faktor penentu.
Contohnya adalah kondisi krisis yang terjadi di dunia pada tahun 2008 lalu di mana
menurut penelitian Bank Dunia terutama disebabkan oleh adanya integrasi ekonomi
antar negara sehingga menimbulkan contagion effect dari negara lain. Dalam arti
luas, contagion adalah transmisi shock antar negara. Apabila suatu negara
mengalami shock, maka shock tersebut dapat ter-transfer ke negara lain di
sekitarnya.
Pasar modal merupakan suatu sistem keuangan yang terorganisasi, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar berperan sebagai salah satu alternatif
sumber pendanaan sekaligus wadah investasi bagi investor, baik investor dalam
negeri, maupun dari luar negeri. Pasar modal berkembang dengan pesat dari waktu
ke waktu. Pasar modal terutama di negara berkembang berperan penting dalam
perolehan modal atau disebut dengan capital inflow. Capital inflow pada umumnya
bukan merupakan berbentuk investasi secara langsung yang sifatnya jangka panjang
melainkan jangka pendek. Investor dari dalam dan luar negeri menjadi target dari
perolehan modal tersebut sehingga perilaku investor juga dapat menjadi penyebab
terjadinya efek domino (contagion) di pasar modal, yakni perilaku investor yang
fokus pada peranan likuiditas. Apabila suatu negara mengalami masalah geopolitik
atau lainnya, maka investor tersebut menangkap indikasi bahwa akan terjadi
penurunan performa pada indeks saham negara tersebut, kemudian investor menjual
sekuritas di indeks tersebut dan membeli sekuritas di pasar lain untuk menghindari
kerugian yang besar dan mendapatkan return yang besar di pasar lain. Perilaku
investor yang dapat menyebabkan contagion adalah keadaan investor yang tidak
mempunyai gambaran lengkap mengenai kondisi dalam setiap negara sehingga
didapatkan informasi yang tidak sempurna dan asimetris.
7
8
Contagion effect semakin besar dengan adanya investasi global dan
perdagangan antar negara. Contagion effect yang diteruskan melalui integrasi
keuangan juga dapat meningkatkan efek spillover antar negara dikarenakan fluktuasi
makroekonomi.
Integrasi
keuangan
dapat
menstimulasi
spesialisasi
dalam
berproduksi melalui re-alokasi modal, konsisten dengan kemampuan komparatif
negara-negara tersebut.
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
ataupun yang diterbitkan oleh pihak swasta (Husnan, 1994). Pasar modal juga dapat
diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang memiliki umur lebih
dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010). Pasar modal Indonesia
memiliki peranan yang penting bagi perekonomian negara sebagai salah satu sarana
dan fasilitas untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
membutuhkan dana.
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal merndefinisikan pasar
modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek (Tandelilin, 2010). Sebagaimana analogi dengan pasar tradisional
dimana merupakan tempat berlangsungnya proses jual beli antarapenjual dan
pembeli. Demikian juga pasar modal, proses transaksi atas komoditas modal
membutuhkan suatu tempat tertentu untuk melaksanakan kegiatan perdagangan.
Pasar modal merupakan tempat dipertemukannya dua pihak yang memiliki
kepentingan dalam hal dana. Pasar modal adalah tempat dipertemukannya pihak
yang memiliki kelebihan dana (lender) dengan pihak yang membutuhkan dana
(borrower). Definisi ini menyiratkan bahwa pasar modal Indonesia dibentuk untuk
menghubungkan investor atau pemodal dengan perusahaan atau institusi pemerintah.
Investor merupakan pihak yang memiliki kelebihan dana, sedangkan perusahaan atau
institusi pemerintah berperan sebagai pihak yang membutuhkan dana guna
membiayai proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan utama dari pasar
modal tersebut adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat agar dapat
disalurkan ke sektor yang lebih produktif. Pasar modal menyediakan alternatif dalam
berinvestasi, tidak lagi terbatas pada sektor perbankan, melainkan dapat
menanamkan dananya di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi, maupun
9
sekuritas lainnya. Penanaman dana di pasar modal memberikan peluang bagi
penanam dana untuk memperoleh tingak pengembalian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan atau
deposito. Namun, perlu diingat bahwa tentu resiko yang harus ditanggung oleh
penanam modal lebih tinggi daripada deposito di bank, sebab berpotensi untuk
mengalami kerugian sebagai imbas dari investasinya.
Pasar modal memperdagangkan efek hutang (obligasi), efek penyertaan
(saham), atau efek derivatif (right dan warrant). Setiap instumen dalam pasar modal
bertujuan untuk menjalankan fungsi pasar modal, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan (Husnan, 2000). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya pasar modal
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan
dana (investors) kepada pihak yang memerlukan dana (borrowers). Dengan
menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, investor mengharapkan
imbalan dari pihak penerima dana atas andilnya dalam menyediakan dana pada
borrower untuk menjalankan bisnis dengan dana tersebut.
Efek-efek yang terdapat di pasar modal diperdagangkan dalam empat jenis
pasar, yakni pasar perdana dan pasar sekunder.
a. Pasar perdana
Pasar perdana adalah pasar di mana sebuah perusahaan melakukan penjualan
saham kepada publik atau kepada masyarakat pertama kali. Proses penjualan saham
kepada publik pertama kali disebut dengan Initial Public Offering (IPO). Perusahaan
yang menerbitkan saham disebut dengan emiten. Emiten menawarkan efek kepada
masyarakat melalui penjamin emisi (underwriter) dan kemudian penjamin emisi
menunjuk beberapa agen penjual untuk menjangkau investor yang tersebar di kotakota besar di negara tersebut.
b. Pasar sekunder
Berbeda dengan pasar perdana yang menjadi tempat pertama efek perusahaan
tersebut diperjualbelikan kepada publik, pasar sekunder merupakan pasar tempat atau
sarana transaksi jual beli efek antar investor sehingga harga efek ditentukan atas
permintaan dan penawaran pasar terhadap efek perusahaan tersebut.
2.1.3 Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan bagian dari efek penyertaan
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk ikut serta ke dalam ekuitas
10
perusahaan. Menurut Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang
menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk
memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan
sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang
dapat dipilih untuk berinvestasi.
Menurut Jogiyanto (2003), terdapat 3 jenis saham sebagai berikut :
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah suatu sertifikat yang memiliki fungsi sebagai bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting perusahaan.
Pemilik saham berhak untuk menerima deviden dari perusahaan dan juga memiliki
kewajiban untuk menanggung resiko kerugian yang dialami oleh perusahaan.
Pemegang saham biasa mendapatkan hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) sehingga memiliki andil dalam manajemen perusahaan.
Besarnya hak suara tersebut diberikan berdasarkan besar kecilnya jumlah saham
yang dimiliki oleh investor. Semakin banyak jumlah lembar saham atau persentase
kepemilikan saham, maka semakin besar hak suara yang dimiliki investor tersebut
dalam mengontrol operasional perusahaan. Besarnya jumlah deviden ditentukan oleh
kinerja perusahaan pada tahun berjalan. Apabila perusahaan mengalami kesulitan
finansial yang mengakibatkan perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham biasa
memiliki resiko yang lebih tinggi dalam hal pengembalian modal, sebab pemegang
obligasi dan saham preferen yang diutamakan terlebih dahulu.
b. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
saham biasa dan obligasi. Saham preferen juga merupakan bukti kepemilikan atas
perusahaan, namun pemegang saham preferen tidak mendapatkan hak suara dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga pemegang saham preferen tidak
memiliki andil dalam mengontrol manajemen dan operasional perusahaan.
Berbeda dengan saham biasa yang memiliki pendapatan yang bersifat
variabel dan bergantung dari performa perusahaan di tahun berjalan, pendapatan
saham preferen bersifat tetap seperti halnya kupon obligasi. Maka dari itu, saham
preferen dikatakan memiliki kesamaan dengan obligasi. Dengan pendapatan yang
tetap, saham preferen dianggap lebih konservatif dan memiliki resiko yang lebih
kecil dibandingkan dengan saham biasa. Selain itu, dalam hal pengembalian investasi
11
pada likuidasi asset perusahaan, saham preferen lebih diutamakan dibandingkan
saham biasa sehingga resikonya lebih kecil. Kelemahan pada saham preferen adalah
tingginya kemungkinan untuk mengalami dilusi kepemilikan saham, yaitu
pengurangan persentase atau proporsi kepemilikan atas suatu saham sebab saham
preferen tidak diberi hak untuk memesan kembali saham suatu perusahaan seperti
yang diberikan oleh saham biasa.
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa saham adalah surat berharga sebagai
bukti penyertaan atau pemilikan individu ataupun institusi dalam suatu perusahaan.
Makna surat berharga adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat
diperjualbelikan. Nilai saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga jenis,
yaitu (Robert Ang, 1997) :
a. Par Value (Nilai Nominal)
Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang
bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi.
b. Base Price (Nilai/harga dasar)
Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Sehingga nilai
dasar merupakan hasil perkalian antara harga dasar dengan jumlah saham yang
diterbitkan.
c. Market price ( Nilai/harga pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga
pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jadi harga
pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini
dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan didapat market value.
Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah
menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil
penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (Darmadji, 2001:5).
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam
memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik
perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak
tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan
hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
12
2.1.4 Volatilitas
Semakin meningkatnya aktivitas ekonomi antar regional dan liberalisasi pasar
keuangan sejak akhir 1980-an menghasilkan intergrasi ekonomi di seluruh dunia
sehingga meningkatkan interdependensi antar pasar saham di berbagai negara.
Terdapat dua pendekatan utama yang digunakan untuk menyelidiki hal tersebut.
Pendekatan pertama adalah meneliti berbagai aspek interdependensi pasar
menggunakan cointegration dan causality. Salah satu penelitian yang menggunakan
pendekatan pertama ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Eun dan Shim (1989)
serta Giam dan Songsak (2010). Pendekatan kedua adalah meneliti interdependensi
dalam kaitannya dengan volatility spillover. Salah satu penelitian yang menggunakan
pendekatan kedua ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Hamao, Masulis, dan Ng
(1990).
Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke pasar atau bursa,
akibatnya pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap aset yang
diperdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian
dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut.
(Anton, 2006).
Volatilitas dapat terjadi akibat keadaan dalam negeri suatu negara atau
merupakan dampak dari ketidakseimbangan dalam pasar. Maka dari itu, berdasarkan
penyebab terjadinya volatilitas, maka volasititas diklasifikasikan ke dalam 2 jenis,
yaitu sebagai berikut :
a. Transitory volatility
Merupakan volatilitas yang disebabkan adanya ketidakseimbangan dalam
pasar, yaitu arus masuk dan keluarnya investasi yang dapat disebabkan adanya
kepanikan pasar, ekspektasi yang berlebihan, ada pihak tertentu yang melakukan
spekulasi membeli dan menjual efek dalam jumlah besar
b. Fundamental volatility
Merupakan volatilitas yang disebabkan oleh adanya faktor fundamental,
misalnya bencana alam, isu ekonomi dan politik, dan isu lain yang mempengaruhi
sentimen pasar.
Volatilitas memiliki hubungan yang erat dengan tingkat resiko dan hal
tersebut sering kali dijadikan fokus utama bagi pelaku pasar dalam menentukan
investasinya. Pemahaman yang baik mengenai volatilitas atas suatu sekuritas / indeks
13
saham beserta dengan hal-hal yang mempengaruhinya akan sangat bermanfaat
investor dan juga badan regulasi pasar modal (Baele, 2005). Menurut Calvet, Fischer,
dan Thompson (2004), tujuan utama dalam meneliti volatility spillover adlaah untuk
memahami bagaimana gabungan pergerakan volatilitas dalam mempengaruhi
distribusi return portfolio. Distribusi return memiliki implikasi terhadap manajemen
resiko harian, seleksi portfolio, dan penentuan nilai derivatif.
Pengamatan atas pasar saham dunia selama beberapa tahun menyatakan
bahwa terjadi interdependensi antar indeks saham dunia. Volatilitas sendiri dapat
dibedakan menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah simultaneous interdependence atau
contemporaneous volatility di mana volatilitas pada suatu pasar saham disebabkan
oleh volatilitas di pasar saham lain dengan jarak waktu yang relatif cepat. Yang
kedua adalah lead-lag relation atau dynamic volatility di mana volatility spillover
terjadi dengan jeda waktu yang relatif lama, pada umumnya di keesokan harinya. Hal
ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah perbedaan jam kerja
pasar saham antar negara yang menyebabkan penyampaian informasi tertunda dan
belum berdampak langsung bagi bursa yang bersangkutan.
2.1.5 Indeks Pasar Saham
Indeks saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham suatu
negara, baik secara keseluruhan, maupun dalam kategori-kategori tertentu. Indeks
merupakan salah satu pedoman bagi investor dalam memantau pergerakan pasar dan
membentuk keputusan investasi di pasar modal, khususnya saham. Indeks seringkali
dijadikan benchmark dalam mengukur performa dari portfolio investasi. Portfolio
saham dibentuk sedemikian rupa yang terdiri dari beberapa saham dari beberapa
perusahaan untuk mendapatkan return sebagai imbal balik investasi. Portfolio yang
baik adalah portfolio yang memiliki resiko sekecil-kecilnya dan mampu
menghasilkan return sebesar-besarnya atau minimal mampu menghasilkan return
yang sama dengan benchmark. Dalam konteks performa, performa dari portfolio
harus dapat melewati performa indeks saham secara keseluruhan. Hal tersebut dapat
dicapai dengan pemilihan saham yang baik dan timing yang tepat dalam memasuki
pasar.
Indeks saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks
merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar
modal, khususnya saham. Indeks seringkali dijadikan benchmark dalam mengukur
14
performa dari portfolio investasi. Portfolio yang dibentuk oleh pelaku pasar
diharapkan dapat meng-outperform dan menawarkan return yang lebih baik
dibandingkan dengan indeks. Dalam konteks performa, maka yang menjadi objek
komparasi adalah tingkat pengembalian dan resiko. Pembentukan portfolio dengan
pemilihan saham dan pemilihan waktu yang baik akan mengoptimalkan tingkat
pengembalian dengan meminimalisir tingkat resiko. Dalam sebuah negara, mungkin
terdapat lebih dari 1 jenis indeks saham. Hal tersebut terjadi karena adanya
pengelompokan-pengelompokan tertentu.
Harga pada indeks saham merupakan representasi dari seluruh saham yang
tercatat dalam indeks tersebut. Perhitungan indeks dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a. Price Weight (Simple Average)
b. Capitalization Weight ( Weighted Average)
Keterangan :
= Price atau harga saham
= Bobot saham
= Total jumlah saham tercatat
Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data dari tiap indeks saham
dari tiap negara yang menjadi objek penelitian, yaitu Indonesia, China, dan India.
Berikut adalah penjelasan mengenai tiap-tiap indeks :
a. Indeks Harga Saham Gabungan
Indonesia memiliki banyak indeks saham, di antaranya IHSG, LQ45, Jakarta
Islamic Index (JII), Kompas100, Bisnis 27, Indeks Sektoral, serta Indeks Individual.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan pertama kali pada
tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator utama untuk memantau
pergerakan harga saham secara keseluruhan di bursa saham Indonesia, yaitu Bursa
Efek Indonesia (BEI). IHSG menggunakan semua perusahaan yang listing di BEI
15
sebagai komponen perhitungan indeks. Dalam upaya agar IHSG menggambarkan
keadaan pasar secara wajar, maka Bursa Efek Indonesia memiliki wewenang untuk
mengeluarkan atau tidak memasukkan sebagian saham ke dalam perhitungan IHSG.
Pengeluaran saham tersebut keluar dari perhitungan indeks jika saham Perusahaan
Tercatat tersebut yang dimiliki publik relatif kecil sementara memiliki kapitalisasi
pasar yang cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tersebut
berpotensi mempengaruhi kewajaran dari nilai IHSG.
Semua perusahaan publik yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia atau BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor yang dikelompokkan
menjadi 3 sektor besar, yaitu industri penghasil bahan baku/industri pengolah sumber
daya alam, industri manufaktur, dan industri jasa. Klasifikasi tersebut didasarkan
pada klasifikasi industri yang ditetapkan dengan sebutan Jakarta Stock Exchange
Industrial Classification. Industri penghasil bahan baku/industri pengolah sumber
daya alam terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan. Industri manufaktur
terdiri dari sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri
barang konsumsi. Sedangkan sektor jasa terdiri dari sektor propertoi dan real estat,
sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor keuangan, dan sektor
perdagangan, jasa, dan investasi. Tiap sektor memiliki indeks tersendiri yang disebut
dengan indeks sektoral yang mulai diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996.
b. Shanghai Stock Exchange Compostite Index
Shanghai Stock Exchange (SSE) adalah pertama kali diperkenalkan pada
tanggal 26 November 1990 dan mulai dioperasikan pada tanggal 19 Desember di
tahun yang sama. SSE diatur langsung oleh China Securities Regulatory Commission
(CSRC). SSE adalah salah satu dari 2 indeks saham yang bergerak secara independen
di China. Indeks yang lainnya adalah Shenzhen Stock Exchange (SZSE). Kedua
indeks saham China tersebut tidak sepenuhnya terbuka bagi pasar internasional dan
dibatasi untuk investor lokal dengan harapan bahwa pemerintah akan lebih mudah
untuk melakukan intervensi di saat pasar saham China mengalami penurunan yang
signifikan. Shanghai Stock Exchange menduduki peringkat 4 dalam hal kapitalisasi
pasar di World Federation of Exchanges dan terdiri dari 1070 perusahaan tercatat.
c. Bombay Stock Exchange Sensitive Index
Bombay Stock Exchange adalah bursa tertua dan bursa terbesar di negara
India. Bombay Stock Exchange pertama kali beroperasi sejak tahun 1875 sebagai
Native Share and Stock Brokers’ Association. Bombay Stock Exchange terletak di
16
daerah Mumbai, India. BSE terdiri dari 6.000 perusahaan terbuka sehingga menjadi
bursa saham terbesar ke-sebelas di dunia dan bursa saham terbesar ke-empat dalam
kawasan Asia dengan kepitalisasi pasar mencapai US$ 1,7 triliun.
BSE Sensex atau BSE 30 adalah indeks yang menjadi fokus utama India di
mana BSE Sensex merupakan indeks yang berisi 30 perusahaan yang paling banyak
diperdagangkan di dalam bursa saham India yang mewakili berbagai sektor industri
dalam ekonomi India. BSE Sensex pertama kali dibuka tanggal 1 Januari 1986 dan
dianggap sebagai fokus utama pasar saham domestik di India.
2.2
Pengaruh Ekonomi Internasional pada Indeks Saham Domestik
Ekonomi internasional adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
hubungan ekonomi antar negara yang merupakan penerapan dari prinsip-prinsip teori
ekonomi makro dan teori ekonomi mikro dalam konteks internasional. Dalam teori
ekonomi makro, neraca pembayaran digunakan untuk mengukur pendapatan total
suatu negara dari berbagai negara lain di dunia dan total pengeluaran ke berbagai
negara lain di dunia. Pengaruh interdependensi antar negara dalam sistem keuangan
internasional yang berbeda dan pengaruhnya pada indeks harga umum, tingkat
pendapatan nasional, dan kesejahteraan suatu negara menjadi fokus dalam ekonomi
makro.
Ekonomi internasional memberikan dampak yang besar bagi ekonomi
nasional di mana ekonomi internasional dapat merubah pola perilaku ekonomi dalam
proses produksi, perubahan struktural ekonomi, dan kebijakan ekonomi pemerintah
dalam memperkuat pertahanan ekonomi. Perubahan yang terjadi pada proses
produksi mencakup efisiensi dan intensifikasi pemakaian faktor produksi yang dapat
berpengaruh positif dan negatif. Peningkatan frekuensi perdagangan, berkembangnya
industri nasional yang bersaing, dan investasi pada sektor yang dapat diperdagangkan
secara internasional dapat mempengaruhi ekonomi secara nasional.
Dengan adanya ekonomi internasional, perekonomian suatu negara atau
ekonomi nasional memiliki peluang untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Dengan ekonomi internasional, suatu negara dapat memperluas pasar produk dalam
negeri. Perdagangan bebas pada ekonomi internasional memungkinkan suatu negara
untuk mengekspor barang sehingga memperoleh pasar yang lebih luas daripada
sekedar pasar dalam negeri. Ekonomi internasional meningkatkan kemungkinan bagi
negara berkembang untuk mendapatkan teknologi yang lebih baik dan memfasilitasi
17
masuknya modal yang lebih banyak. Negara-negara berkembang dapat memperoleh
modal dari investasi asing sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan modal.
Tidak hanya itu, negara juga berpeluang untuk mendapatkan tambahan dana yang
dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi. Pasar domestik seringkali
membutuhkan modal dari bank atau pasar saham. Dengan adanya dana dari luar
negeri, khususnya dana dari negara lain yang mengalir masuk pada bursa saham dan
pasar uang dalam negeri, tentunya dapat mendukung penyediaan modal yang
diperlukan. Hal ini menyebabkan tak hanya perusahaan asing yang dapat melakukan
pembangunan sektor industri dan beberapa sektor lain, perusahaan domestik pun kini
dapat melakukannya dengan dana yang tersedia.
Dalam perekonomian suatu negara, pasar modal memiliki peran penting
dengan menjalankan 2 fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha
dan sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, dan penambahan modal kerja. Selain itu, pasar modal juga menjadi sarana
bagi masyarakat untuk berinvestasi pada pada instrumen keuangan, seperti saham,
obligasi, dan reksadana. Dengan adanya ekonomi internasional yang makin
terintegrasi, maka akan membawa pengaruh besar bagi perekonomian nasional, dan
kemudian akan memberikan pengaruh pada pasar modal yang merupakan bagian
penting pada ekonomi nasional.
2.3
Keterkaitan Indonesia dengan China dan India
2.3.1 Keterkaitan antara Indonesia dan China
Indonesia dan China memiliki hubungan yang erat yang telah dibangun
melalui interaksi kedua negara sejak waktu yang lama yang dapat dicerminkan
dengan banyaknya perjanjian bilateral antara Indoneisa dan China. Salah satu contoh
perjanjian bilateral antara Indonesia dan China adalah dalam sektor perdagangan,
yaitu ACFTA (ASEAN and China Free Trada). ACFTA secara penuh
diimplementasikan pada tahun 2010 dan memberikan dampak bagi neraca
perdagangan Indonesia yang terkait dengan naik turunnya ekspor dan impor
Indonesia ke dan dari China. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan
Indonesia, pada tahun 2006, perdagangan antara Indonesia dan China adalah senilai
US$ 14,9 milyar dan pada tahun 2010, perdagangan antara Indonesia dan China
mencapai nilai US$ 36,1 milyar. Peningkatan dari tahun 2006 hingga 2009 adalah
18
sebesar US$ 21,2 milyar atau sebesar 142,28%. Peningkatan yang pesat ini
menggambarkan bahwa terjadi peningkatan pada hubungan perdagangan antar
negara. China termasuk dalam rekan ekspor dan impor terbesar bagi Indonesia.
Dalam di sektor non-migas, China adalah tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia
pada tahun 2006 hingga 2009 setelah Jepang dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010,
China berhasil menempati urutan kedua dan Amerika Serikat menjadi urutan terbesar
ketiga. Perjanjian ACFTA menyebabkan barang hasil produksi China mudah masuk
ke Indonesia yang sempat menyebabkan kekhawatiran bagi produsen Indonesia.
Barang hasil produksi China memiliki harga yang rendah disebabkan biaya produksi
yang rendah. Harga hasil produksi dalam negeri kurang dapat bersaing dengan hasil
produksi China.
Baru-baru ini, Indonesia dan China telah menjalin kerjasama di bidang
transportasi, yaitu pembangunan kereta cepat dengan rute Jakarta-Bandung. Kerja
sama ini mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan China.
2.3.2 Keterkaitan antara Indonesia dan India
Indonesia dan India telah memiliki hubungan diplomatis sejak tahun 1951.
Pada tahun 2005, Indonesia dan India telah menandatangani Kemitraan Strategis
pada saat kunjungan Presiden Republik Indonesia ke India. Dalam perjanjian
tersebut, Indonesia dan India telah sepakat untuk meningkatkan kemitraan strategis
antara kedua negara melalui peningkatan volume perdagangan hingga mencapai US$
10 milyar pada tahun 2010. Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan
Republik Indonesia, nilai perdagangan Indonesia dan India terus mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2005 sebesar US$ 3,93 milyar, tahun 2006 sebesar
US$ 4,79 milyar, dan pada tahun 2007 menjadi US$ 6,55 milyar.
Komoditas impor dari Indonesia ke India antara lain batubara, briket, CPO
(Crude and Palm Oil), karet mentah dan sintetis, barang-barang kayu dan produk
kayu, kimia anorganik, kopi, teh, coklat, rempah-rempah, serat tekstil, pulp, dan
kertas, serta minyak dan lemak nabati. Komoditi ekspor utama India ke Indonesia
terdiri dari kacang giling, tepung minyak, plastik, besi dan baja, alat-alat transportasi,
obat-obatan, dan buah-buahan yang telah diproses. Keduanya merupakan penghasil
dan pengekspor komoditas pertanian yang sama sehingga tujuan utama dari
hubungan bilateral antara Indonesia dan India adalah untuk membangun promosi dan
19
pasar perdagangan internasional bersama agar didapat keuntungan yang maksimal
bagi kedua negara.
2.4
Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan
berhubungan
dengan
terjadinya
volatility
spillover
yang
menggambarkan
interdependensi antar pasar saham di dunia.
Menurut Lestano dan Julia Sucipto (2010) dengan penelitiannya yang
berjudul Spillover Volatilitas Pasar Saham Indonesia dan Singapura Periode 20012005, menyatakan bahwa terjadi volatility spillover antara pasar saham Indonesia dan
Singapura. Dengan waktu kerja bursa yang relatif sama, yaitu hanya berjarak 1 jam,
volatilitas yang terjadi adalah contemporaneous volatility di mana diasumsikan
bahwa tidak terjadi timelagging. Volatility spillover yang terjadi adalah unidirectional volatility spillover, yaitu dari pasar saham Singapura ke pasar saham
Indonesia. Penelitian dilakukan dengan Exponential Generalized Auto Regressive
Conditional Heteroskedascity (E-GARCH). Penelitian ini memberikan implikasi
penting terhadap manajemen portfolio internasional untuk menekan resiko keuangan.
Menurut Victor Ng (2000), pasar saham Amerika Serikat dan Jepang
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar saham negara lain yang merupakan
objek penelitiannya. Negara-negara tersebut adalah 6 negara dalam kawasan Asia
Pasifik, yaitu Hong Kong, Korea, Malaysia, Singapore, Taiwan, dan Thailand.
Yasushi Hamao, Ronald W. Masulis, dan Victor Ng (1990) dengan
penelitiannya yang berjudul Correlations in Price Changes and Volatility across
International Stock Markets, memanfaatkan data harga saham harian pada pasar
saham Jepang (NIKKEI 225), Inggris (FTSE100), dan Amerika Serikat (S&P500)
dari tanggal 1 April 1985 hingga 31 Maret 1988. Penelitian dilakukan untuk menguji
interdependensi harga dan volatilitas harga di antara ketiga pasar saham tersebut.
Pengolahan data dilakukan dengan metode GARCH-M (1,1).Kesimpulan dari hasil
penelitian adalah terdapat efek spillover yang signifikan dari pasar saham Amerika
Serikat dan Inggris kepada pasar saham Jepang dan efek tersebut merupakan unidirectional volatility.
Kedar Nath Mukherjee dan Ram Kumar Mishra dalam penelitiannya yang
berjudul Stock Market Integration and Volatility Spillover : India and its Major
Asian Counterparts, meneliti mengenai efek volatility spillover yang terjadi pada
20
pasar saham India dengan 12 pasar saham lainnya, antara lain China, Hong Kong,
Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka,
Taiwan, dan Thailand. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa beberapa pasar saham
Asia, di antaranya adalah Hong Kong, Indonesia, dan Singapura, mempengaruhi
volatilitas di pasar saham India. Sementara itu, volatility spillover pasar saham India
hanya terjadi pada pasar saham Pakistan dan Sri Lanka.
Menurut Martin Surya Mulyadi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Volatility Spillover in Indonesia, USA, and Japan Capital Market. Dari penelitian
tersebut, diperoleh hasil bahwa terjadi volatility spillover antara pasar saham
Indonesia dengan pasar Amerika Serikat. Volatility spillover yang terjadi antara pasar
saham Indonesia dengan Amerika Serikat bersifat unidirectional atau bersifat satu
arah di mana Amerika Serikat mempengaruhi pasar saham Indonesia. Namun terjadi
hasil yang berbeda antara hubungan pasar saham Indonesia dengan Jepang. Dalam
penelitiannya, diperoleh hasil di mana terjadi bidirectional volatility spillover antara
pasar saham Indonesia dan Jepang, di mana hal tersebut berarti bahwa pasar saham
Indonesia dan pasar saham Jepang saling mempengaruhi satu sama lain. Penelitian
dilakukan dengan memanfaatkan harga penutupan harian dari 3 indeks saham yang
mewakili tiap negara dalam periode 2006-2010.Penelitian tersebut diolah dengan
metode Generalized Auto Regressive Conditional Heterskedascity (GARCH) untuk
pengujian hipotesis.
Dapat disimpulkan dari 5 penelitian yang terdahulu, pasar saham negara maju
cenderung mempengaruhi negara berkembang dan tidak sebaliknya, atau dengan kata
lain terjadi uni-directional volatility spillover dari negara maju ke negara
berkembang. Interdependensi antara negara berkembang cenderung terjadi 2 arah
atau terjadi bidirectional volatility spillover.
Dengan beragam penelitian mengenai volatility spillover dan juga GARCH,
maka Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya volatility spillover antara pasar
saham Indonesia, China, dan India, serta menentukan sifat dari spillover-nya, apakah
terdapat efek yang searah (uni-directional volatility spillover) atau pasar saham
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain atau yang disebut dengan bidirectional
volatility spillover.
21
H1 (-)
Volatilitas
China
H2 (+)
Volatilitas
Indonesia
H3 (+)
Volatilitas
H4 (+)
India
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
Dari penelitian terdahulu, terutama mengenai volatility spillover antara
negara maju dan negara berkembang, terbentuklah kerangka teoritis seperti pada
bagan di atas. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa volatility spillover
cenderung terjadi dari negara maju ke negara berkembang, namun tidak sebaliknya.
Dalam penelitian ini, indeks saham China menjadi objek penelitian. Walaupun China
belum menjadi negara berkembang, namun China adalah pengimpor komoditas
terbesar dan termasuk ke dalam negara industri besar di dunia diiringi dengan
perkembangan teknologi yang pesat sehingga China mampu menghasilkan barang
secara efisien dengan biaya produksi yang rendah. Besarnya peran China dalam
perekonomian regional dan juga perekonomian global membuat China menjadi
negara yang berpengaruh. Jadi, walaupun China masih merupakan negara
berkembang, namun peranan-nya di mata dunia telah setara dengan negara-negara
maju. Maka dari itu, terbentuklah kerangka hipotesis di mana indeks saham
Indonesia dan indeks saham China terjadi unidirectional volatility spillover, yaitu
dari China ke Indonesia.
22
Terjadinya volatility spillover antar negara berkembang merupakan informasi
yang penting. Dengan mengetahui pengaruh volatilitas pasar saham Indonesia ke
negara lain dan sebaliknya, investor atau pihak lain yang terkait dengan pasar saham
Indonesia mampu memantau dan memprediksi pergerakan indeks saham Indonesia
dengan memperhatikan pergerakan indeks saham negara lain. Dengan adanya
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terjadi bidirectional volatility spillover
antar negara berkembang, maka terbentuklah kerangka teoritis yang menyatakan
bahwa pasar saham Indonesia dan pasar saham India mengalami bidirectional
volatility spillover.
Berdasarkan latar belakang serta landasan teori yang telah diuraikan, maka
terbentuklah hipotesis-hipotesis sebagai berikut.
H1 :
H2 :
H3 :
H4 :
Terdapat volatility spillover antara bursa saham Indonesia
dengan bursa saham China
Terdapat volatility spillover antara bursa saham Indonesia
dengan bursa saham India
Terjadi bidirectional volatility spillover antara bursa saham
Indonesia dengan bursa saham China
Terjadi bidirectional volatility spillover antara bursa saham
Indonesia dengan bursa saham India
Download