Pelajaran 52 Minggu untuk jiwa baru XVII. Sikap Orang Kristen “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati” Matius 11:29 Sisa waktu bagi orang yang memperoleh keselamatan itu untuk melakukan pekerjaan Allah. Allah akan memberi upah kekal. Tetapi bagaimanapun besar dan sempurna pekerjaannya itu tidak akan menjadi upah yang utuh apabila ada keangkuhan atau mengagungkan nama diri sendiri. Kesombongan dan kerendahan hati itu bukanlah masalah sikap atau cara bicara yang kelihatan. Tetapi merupakan masalah sikap dasar iman dan maksud yang sesungguhnya. Kita bisa mengetahui diri kita sendiri apakah kita sombong atau tidak itu hanya ketika Roh Kudus memberi kesadaran saja. Hal kita menang atas kesombongan dan beroleh kerendahan hati juga hanya dari Roh Kudus ketika kita diberi kuasa-Nya. Oleh karena itu, mereka yang bersandar kepada Roh Kudus saja menjadi orang yang berendah hati. Rendah Hati yang Mengakui Tuhan Hal kita memanggil Allah sebagai Tuhan merupakan pengakuan iman, yaitu Dialah Tuhan yang memakai kita maka kita melayani-Nya sebagai hamba (Lukas 1:13; 7-10). Kita memanggil Tuhan sebagai Tuhan sebab Dia membeli kita dengan membayar upah dosa kita dengan darah-Nya. Dan juga kita tahu masalah kita hidup dan mati ada di dalam tangan Tuhan. Mereka yang mengakui Tuhan sebagai Tuhan tidak membatasi masa depan dan persoalan diri sendiri dengan pikiran sendiri tetapi berserah diri dan mentaati saja. “Talentaku ini…. Tujuanku itu…”, demikian seorang menjadi tuan bagi diri sendiri bisa dipandang sebagai seorang sombong yang tidak mengakui Tuhan. Kerendahan hati yang dikehendaki Allah adalah sosok orang yang mengikuti Tuhan dimana saja dan tidak keberatan sedikitpun untuk dipakai-Nya (Yohanes 21:18). Oleh karena itu, dalam hal tugas pelayanan, ketaatan itulah kerendahan hati, bukanlah yang menolak (Matius 4:18-22). Kerendahan hati itulah yang meminta kuasa. Sesudah menerimanya ia kurang kuasa untuk mengerjakan tugas. Kerendahkan hati adalah yang mengakui bahwa dia menyelesaikan segala tugas dengan kuasa Allah. Mereka yang mengalami ketiga langkah itu baru menjadi rendah hati yang sesungguhnya. Kerendahan Hati yang Mengutamakan Firman Firman Allah bersifat mutlak dan lebih utama dari kepentingan pribadi. Oleh sebab itu, apabila antara firman Alkitab dan perilaku diri sendiri tidak selaras, bagaimanapun perilaku harus menyesuaikan dengan firman Allah. Caranya hanya satu yaitu jangan membiarkan firman Allah menurun dan menyesuaikan dengan derajat/tingkatan manusia, tetapi sebaliknya biarlah kita meningkatkan diri lalu Pelajaran 52 Minggu untuk jiwa baru XVII. Sikap Orang Kristen menyesuaikan dengan firman Allah. Dengan singkat kata, kita hanya boleh mentaati firman Allah namun kita tidak boleh menganalisanya. Maka dalam keadaan apapun ketika kita mengenal tujuan dari firman kita harus mengatasi pikiran, emosi dan keinginan sendiri dan harus taat sesuai firman. Sikap itulah kerendahan hati yang mengutamakan firman. Kepada orang yang rendah hati saja Allah memberi pengalaman ilahi yang mengubahkan pikiran, keinginan dan emosi. Kerendahan Hati yang Berlaku Dengan Cara melawan Pikiran dari Kedagingan “Jika engkau memberi sedekah. Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi…” (Matius 6:3-4). Di dalam batin kita suka melayani Allah tetapi di dalam tubuh kita ada kuasa yang berlawanan dengan Allah. Batin kita ingin melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri, akan tetapi kadagingan kita ingin diakui dan dipuja oleh dunia. Kadang-kadang terjadi hal yang sebaliknya, batin kita ingin memberitahukan sesuatu pekerjaan agar mengumpulkan teman sekerja dan bantuan dengan tujuan bekerja bersama orang lain demi kemuliaan Allah. Akan tetapi, kedagingan kita menyembunyikannya untuk mengambil kemuliaan itu bagi diri sendiri. Maksudnya, ada pekerjaan Tuhan yang patut disembunyikan atau patut dibukakan. Dalam keadaan demikian batin kita ingin mentaati kehendak Allah tetapi kedagingan kita menggoda kita agar kita melawan kehendak Allah. Orang yang berendah hati berperilaku dengan cara melawan kedagingan untuk menggenapi kehendak Allah. Itulah iman yang mentaati diri sendiri. Kerendahan hati demikian tidak bergantung pada persidangan orang lain terhadap proses dan akibat dari tugas pekerjaan yang ia laksanakan. Bila kita menjalankan sikap yang mengabaikan kedagingan dan ego diri sendiri, kebiasaan itu menjadi sifat sehingga kita berubah menjadi seorang yang bisa melayani Allah menutut kehendak-Nya. Roh Kudus mengubahkan kita, menjadikan kita orang yang rendah hati melalui proses demikian.