Laporan Portofolio dan Risiko Utang

advertisement
Laporan
Portofolio
dan Risiko
Utang
TAHUN 2012
“Mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko
yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal”
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Tel 021 3510714
Fax 021 3510715
Gedung Frans Seda
Jl. Wahidin Raya 1 (10710)
www.djpu.kemenkeu.go.id
Daftar Isi
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif __________________________________________________________ 1
A. Umum ___________________________________________________________________ 1
B. Kondisi Perekonomian Global ________________________________________________ 2
C. Kondisi Perekonomian Domestik ______________________________________________ 4
D. Portofolio Utang ___________________________________________________________ 9
E. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang __________________________________________ 12
F. Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang 5 (Lima) Tahun Terakhir _____________ 17
G. Kesimpulan Dan Saran ____________________________________________________ 18
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif
Kondisi perekonomian global di tahun 2012 mengalami perlambatan yang
diakibatkan oleh penyelesaian krisis utang Eropa berlarut, adanya koreksi pertumbuhan
negara-negara emerging market serta rentannya pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi
risiko jurang fiskal. Namun perekonomian Indonesia tumbuh cukup baik dan stabil ditandai
dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebesar 6,2%. Di sisi lain
pertumbuhan utang Pemerintah juga mengalami pertumbuhan hingga mencapai
outstanding sebesar Rp1.975,4 triliun di akhir tahun 2012. Namun secara keseluruhan
rasio utang Pemerintah terhadap PDB mengalami penurunan.
Kondisi pasar keuangan domestik di tahun 2012 juga mengalami kondisi yang
baik. Tercatat selama tahun 2012 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami nilai
tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu dari sisi pasar obligasi, yield curve Surat Utang
Negara cenderung mengalami penurunan sampai akhir tahun 2012. Bank Indonesia terus
menjaga nilai BI Rate pada titik 5,75% sehingga besaran inflasi turut terjaga stabil di
kisaran 4%-5% selama tahun 2012.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan lesunya transaksi
perdagangan internasional. Akibatnya, negara-negara emerging markets seperti China,
India dan Brazil juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat kinerja ekspor
yang menurun. Namun demikian, di tengah permasalahan pasar keuangan global tersebut,
persepsi risiko terhadap negara-negara yang memiliki rasio beban utang yang rendah,
termasuk Indonesia, justru menurun. Hal tersebut menyebabkan penurunan premi risiko
serta yield atas obligasi valas Indonesia.
Outstanding portofolio utang Pemerintah pada akhir tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar Rp166,48 triliun (9,20%) dari tahun sebelumnya sehingga outstanding
utang Pemerintah menjadi Rp1.975,42 triliun dengan porsi Surat Berharga Negara (SBN)
68,9% dan porsi Pinjaman sebesar 31,1%. Kenaikan outstanding utang Pemerintah
disebabkan oleh kebijakan pembiayaan defisit APBN 2012. Selama tahun 2012
Pemerintah telah melakukan penerbitan SBN bruto sebesar Rp268,5 triliun dengan
realisasi penerbitan SBN domestik sebesar Rp212,9 triliun dan penerbitan SBN valas
sebesar Rp55,6 triliun. Realisasi penarikan Pinjaman selama tahun 2012 mencapai Rp35,7
triliun yang terdiri dari Rp15,0 triliun Pinjaman Program, Rp18,8 triliun Pinjaman Proyek
dan Rp1,47 triliun Pinjaman Dalam Negeri.
Ringkasan Eksekutif
Portofolio utang Pemerintah mengalami penurunan tingkat risiko selama tahun
2012 dilihat penurunan 3 (tiga) indikator utang Pemerintah yaitu refixing rate (pengukuran
risiko tingkat bunga), rasio utang valas (pengukuran risiko nilai tukar) dan average time to
maturity (pengukuran risiko refinancing/pembiayaan kembali). Secara detil penurunan
indikator risiko utang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Jenis Risiko
Des
2011
Des Peruba
Keterangan
2012
han
Refixing rate
25.85% 22.39%
3.46%
Penurunan
tingkat risiko
2 Risiko Nilai Tukar
Porsi Utang valas
terhadap Total Utang
45.10% 44.42%
0.68%
Penurunan
tingkat risiko
3 Risiko Refinancing
Average Time to
Maturity
1
Risiko Tingkat
Bunga
Indikator Risiko
8.39
tahun
8.96
Tahun
0.57 Penurunan
tahun tingkat risiko
Umum
Pg. 01
A. Umum
Ekonomi dunia selama tahun 2012 masih diliputi ketidakpastian dan mengalami
perlambatan yang disebabkan oleh berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa, koreksi
pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang dan India) serta ditambah dengan rentannya
pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi risiko jurang fiskal. Dengan adanya pelemahan
ekonomi global tersebut menyebabkan penurunan volume perdagangan dunia dan diikuti
dengan anjloknya harga komoditas. Perlambatan ekonomi global telah menyebabkan
penurunan kinerja ekspor Indonesia. Kendati demikian, dengan adanya permintaan domestik
yang tinggi turut menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tingkat yang cukup stabil
walaupun sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011.
Tercatat pada tahun 2012 Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 6,2%, lebih
rendah dari tahun 2011 yang sebesar 6,5%. Penyumbang pertumbuhan ekonomi tersebut
adalah konsumsi rumah tangga yang mencapai titik tertinggi sejak krisis finansial 2008/2009,
peranan konsumsi Pemerintah yang berasal dari Belanja APBN dengan tingkat penyerapan
yang tinggi di 2012, serta kinerja investasi yang tumbuh meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Baiknya kinerja ekonomi domestik dan imbal hasil investasi Rupiah yang tinggi
serta didukung dengan stimulus ekonomi yang dilakukan Pemerintah menyebabkan derasnya
aliran masuk modal asing, baik itu melalui investasi langsung ataupun melalui investasi
portofolio pasar saham dan pasar obligasi.
Grafik 1
Perkembangan Debt to GDP Ratio
Pada akhir tahun 2012 PDB nominal
Indonesia meningkat pesat dengan mencapai
nilai Rp8.242,86 triliun di sisi lain outstanding
utang Pemerintah Rasio juga tumbuh mencapai
Rp1,975,42 triliun. Pertumbuhan PDB yang jauh
lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan
utang telah menurunkan rasio utang terhadap
PDB menjadi 23,97% yang merupakan rasio
terendah sejak sebelum krisis ekonomi 19971998.
Total Debt (rhs)
100%
10,000
GDP (rhs)
8,242 T
Debt to GDP
80%
7,427 T
8,000
6,423 T
60%
40%
4,954 T
33.04%
6,000
5,613 T
28.34%
26.18%
24.36%
20%
1,637 T
1,591 T
1,682 T
1,809 T
23.97%
1,975 T
0%
4,000
2,000
0
2008
Sumber : DJPU
2009
2010
2011
2012
Kondisi Perekonomian Global
Pg. 02
B. Kondisi Perekonomian Global
Pada
tahun
2012
perkembangan
ekonomi global ditandai dengan perlambatan
ekonomi
negara-negara
pertumbuhan
ekonomi
Eropa
sementara
negara-negara
Asia
seperti Jepang, China dan India tidak seperti
Grafik 2
Perkembangan Ekonomi Dunia
12
12
9
9
6
6
3
3
0
0
-3
-3
Eropa masih mengalami pertumbuhan yang
-6
-6
negatif yang disebabkan penyelesaian krisis
-9
yang
diharapkan.
Perekonomian
kawasan
utang fiskal yang berlarut-larut, sempitnya ruang
kebijakan
moneter,
meningkatnya
-9
2007
angka
pengangguran, rapuhnya sek tor keuangan dan
2008
2009
2010
EURO
World
US
BRICS
2011
2012
Indonesia
Sumber : Bloomberg
menurunnya kepercayaan pasar. Sementara perekonomian AS mulai membaik meskipun
masih rentan dan dibayangi isu keterbatasan stimulus fiskal. Memburuknya ekonomi negaranegara maju mengakibatkan terjadinya penurunan transaksi perdagangan dunia sehingga
terjadi perlambatan ekonomi di negara-negara emerging market seperti China dan India.
Indonesia sendiri sebagai salah satu negara alternatif investasi juga turut mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi dilihat dari penurunan pertumbuhan PDB dari 6,5% di
2011 menjadi 6,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat dikategorikan stabil
tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan pasar domestik walaupun kinerja ekspor
mengalami penurunan.
Untuk
perekonomian,
mengatasi
Bank
sentral
kelesuan
negara-negara
maju melakukan kebijakan pelonggaran moneter
melalui penurunan tingkat suku bunga ke nilai
terendah.
Tercatat
pada
Juli
2012
ECB
memotong suku bunga sebesar 25bps menjadi
0,75%. Selain itu, beberapa bank sentral utama
juga mengumumkan kebijakan nonkonvensional
seperti
pembelian
surat
berharga
dengan
harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi di
sektor riil. Pada September 2012
Federal
(%)
7
Grafik
Tabel 33
Central Bank Rate
(%)
7
6
5
4
6
5
4
3
2
3
2
1
0
1
0
1 Jan'11
1 Jul'11
1 Jan'12
1 Jul'12
1 Jan'13
BI Rate
FED Target Rate
BOJ Rate
ECB Base Rate
Sumber : Bloomberg
Reserve melakukan kebijakan quantitative easing tahap III melalui pembelian surat berharga
Kondisi Perekonomian Global
Pg. 03
pemerintah jenis mortgage backed securities sebesar USD40 miliar. Kebijakan Federal
Reserve tersebut diikuti oleh Zona Eropa dan Jepang. Sejalan dengan kebijakan moneter bank
sentral negara maju, hampir semua bank sentral di negara emerging market melakukan
pelonggaran kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga dan suplemen
kebijakan lainnya termasuk Indonesia yang melakukan penurunan BI rate sebesar 25 bps
menjadi 5,75% di Februari 2012.
Kebijakan
longgar
bank
sentral
Grafik 4
Pergerakan LIBOR over T-Bill
memberikan dampak yang positif terhadap
pasar keuangan global. Pada tahun 2012
likuiditas pasar sekuritas meningkat dan pasar
peminjaman antar bank juga semakin aktif yang
ditandai dengan menurunnya spread antara
USD Libor 3 month dengan US T-Bill. Hal ini
menandakan
kekhawatiran
bank
untuk
meminjamkan modalnya semakin berkurang.
Dari tabel 4 dapat dilihat TED spread yang
semula ada di level 60 bps di akhir tahun 2011
(%)
0.6
(%)
0.6
0.5
0.5
0.4
0.4
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0.0
0.0
-0.1
1 Jan'11
1 Jul'11
1 Jan'12
1 Jul'12
1 Jan'13
Sumber : Bloomberg, diolah kembali
semakin menurun hingga mencapai level 20 – 30 bps di kuartal IV 2012 yang mana angka
tersebut menggambarkan kondisi perekonomian yang normal.
Belum pulihnya Eropa dari krisis utang
Grafik 5
Pergerakan Harga Emas dan Minyak Dunia
nya serta masih lesunya perekonomian Amerika
Serikat,
perekonomian
menyebabkan
China
dan
pertumbuhan
$US/barrel
$US/Oz
140
2,100
negara -negara
emerging lainnya terhambat. Lesunya aktivitas
120
1,800
100
1,500
perdagangan menyebabkan harga komoditas
menjadi turun. Dari grafik 5 dapat dilihat sampai
akhir kuartal II 2012 terjadi penurunan harga
minyak dunia hingga mencapai 90 USD/barrel
sementara harga emas cenderung stabil.
80
1 Jan'11
1 Jul'11 1 Jan'12
Minyak brent
Sumber : Bloomberg
1,200
1 Jul'12 1 Jan' 13
Emas (rhs)
Kondisi Perekonomian Domestik
Pg. 04
C. Kondisi Perekonomian Domestik
Ditengah kondisi perekonomian global
Grafik 6
yang tidak menentu, kondisi perekonomian
domestik mengalami keadaan yang cukup
kondusif. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)
(%)
10
Perkembangan BI Rate, Inflasi dan Yield SUN
(%)
10
8
8
4,3% (yoy). Secara fundamental, stabilitas
6
6
inflasi selama tahun 2012 cukup terjaga di
4
4
Desember 2012 mencapai 0,07 % (mtm) atau
posisi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan sisi penawaran untuk memenuhi
2
2
1 Jan'11
kebutuhan permintaan dengan baik, volatilitas
nilai tukar yang terkendali serta ekspektasi
1 Jul'11
BI Rate
1 Jan'12
1 Jul'12
SUN 10 yr
1 Jan'13
Inflasi
Sumber : Bloomberg
inflasi yang membaik. Kondisi ini didukung pula dengan kebijakan Pemerintah dan Bank
Indonesia dalam memperkuat kapasitas perekonomian. Pada Februari 2012 BI menurunkan BI
rate ke 5,75% untuk mendorong aktifitas ekonomi di sektor riil. Dari grafik 6 dapat dilihat pada
kuartal IV 2012 Yield curve SUN 10yr telah mencapai angka di bawah BI rate, hal ini
menandakan bahwa menunjukan kepercayaan terhadap masa depan perekonomian
Indonesia dan semakin membaiknya persepsi pasar terhadap risiko Indonesia.
Di
tengah
masih
tingginya
Grafik 7
Pergerakan IHSG dan Bond Indeks
ketidakpastian perekonomian global, pasar
membukukan
120
5000
tahun
2012
115
4500
Kondisi fundamental makroekonomi dan mikro
110
4000
emiten cukup kuat menjadi pendukung utama
105
3500
kinerja positif ini. Pada kuartal IV 2012 bahkan
100
3000
95
2500
saham
domestik
pertumbuhan
positif
mampu
selama
IHSG mencapai posisi tertingginya sepanjang
sejarah. Sejalan dengan kinerja pasar saham,
pasar SBN juga membukukan kinerja yang
positif dilihat dari pergerakan IDMA Bond price
90
1 Jan'11
2000
1 Jul'11 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13
IDMA Bond Price Index
IHSG -rhs
Sumber : Bloomberg
indeks yang terus mengalami peningkatan selama 2012. Dinamika pergerakan indeks saham
dan obligasi menunjukkan adanya peningkatan daya tahan pasar domestik Indonesia dalam
menghadapi imbas dari ketidakpastian perekonomian global.
Kondisi Perekonomian Domestik
Pg. 05
Grafik 8
Pergerakan
Mata Uang Dunia
(Ribu Rp)
Selama tahun 2012 nilai tukar Rupiah
mengalami depresiasi namun dengan volatilitas
yang
tetap
terjaga.
Beberapa
faktor
14
(Rp)
140
13
130
menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar
12
120
rupiah antara lain melambatnya pertumbuhan
11
110
ekspor Indonesia sementara permintaan akan
10
100
9
90
komoditas
impor
menyebabkan
semakin
tinggi.
ketidakseimbangan
Hal
di
ini
8
pasar
valuta asing dan defisit neraca transaksi
berjalan serta ekspektasi depresiasi rupiah.
80
1 Jan'11
1 Jul'11
1 Jan'12
USD/IDR
EUR/IDR
1 Jul'12
1 Jan'13
JPY/IDR -rhs
Sumber : Bloomberg
Namun terus berlanjutnya aliran modal asing yang masuk serta meningkatnya status Indonesia
menjadi negara investment grade, mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut.
Membaiknya kinerja pasar obligasi juga
Grafik 9
Yield Curve SUN Domestik
(%)
dapat dilihat rendahnya imbal hasil yang
8
diinginkan oleh investor. Walaupun yield curve
(%)
8
4
4
curve sebagai dampak dari rendahnya biaya
3
3
1Y
dana investor asing dan ekspektasi penguatan
30 Mar '12
28 Sep '12
kurs Rupiah yang menciptakan rendahnya
imbal hasil yang diminta investor. Pada akhir
30Y
kawasan. Masuknya dana asing menekan yield
20Y
5
15Y
5
13Y
disbanding dengan yang ditawarkan negara
9Y
11Y
6
7Y
6
ditawarkan masih cukup menarik bagi investor
5Y
7
3Y
7
SBN terus menurun, namun imbal hasil yang
29 Jun '12
28 Dec '12
Sumber : Bloomberg
tahun 2012, Yield curve semakin bergeser ke bawah dan datar. Pergerakan tersebut
menunjukkan ekspektasi jangka panjang investor terhadap fundamental ekonomi dan semakin
baiknya credit rating Indonesia.
Setelah meningkat secara signifikan pada
tahun 2011, kepemilikan asing pada SBN terjaga
pada tingkat yang cukup tinggi yaitu pada
besaran 28%-32% dengan nilai sekitar Rp270
triliun pada bulan akhir Desember 2012. Dari
grafik 10 dapat dilihat terjadi kembali peningkatan
asing dalam kepemilikan SBN yang disebabkan
oleh respon investor atas peningkatan risiko dan
ketidakpastian di ekonomi global.
Grafik 10
Perkembangan Kepemilikan SBN Tradable
(Triliun IDR)
1,000
50%
800
40%
600
30%
400
20%
200
10%
0
0%
'05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12
asing
perbankan
non perbankan
% asing thd. total (rhs)
Sumber : DJPU
Kondisi Perekonomian Domestik
Pg. 06
Kondusifnya pasar keuangan domestik, menyebabkan meningkatnya likuditas yang
berdampak pada naiknya volume perdagangan, yang mencapai puncaknya pada bulan
Februari 2012, jauh meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan
volume transaksi tersebut disebabkan adanya capital inflow dana asing. Sempat menurun di
kuartal II 2012, transaksi sekunder pasar SBN kembali meningkat sampai akhir tahun 2012.
Pola ini mirip dengan pola kepemilikan asing SBN tradable pada grafik sebelumnya yang
disebabkan adanya aliran modal asing yang masuk kembali ke pasar domestik.
(milliar IDR)
14,000
Grafik 11
Transaksi Sekunder Pasar SBN
700
12,000
Frekuensi- rhs
600
10,000
Volume
500
8,000
400
6,000
300
4,000
200
2,000
100
0
'0 2
'0 3
'0 4
'0 5
'0 6
'0 7
'0 8
'0 9
'1 0
'1 1
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
0
2012
Sumber : DJPU
Tingginya likuiditas juga ditunjukkan
oleh bid to cover ratio pada lelang pasar
perdana. Tingginya bid to cover ratio tersebut
menyebabkan turunnya biaya utang yang harus
dibayar Pemerintah karena terjadinya price
tension pada lelang perdana SBN.
Fundamental perekonomian domestik
yang terjaga menjadi faktor yang menjaga
persepsi
investor
terhadap
kondisi
perekonomian Indonesia selama tahun 2012.
(Triliun IDR)
600
Grafik 12
Bid to Cover Ratio
6.0
500
5.0
400
4.0
300
3.0
200
2.0
100
1.0
-
2008
Total Bid
2009
2010
Total Awd
2011
2012
Bid to Cover Ratio - rhs
Sumber : DJPU
Setelah Fitch rating pada Desember 2011 menaikkan peringkat investasi Indonesia, pada
Januari dan Oktober 2012 peringkat investment grade kembali diraih oleh Indonesia dari
Moody’s Investor Service dan Rating & Investment Information (R&I). Perolehan peringkat
informasi tersebut memberikan optimisme bagi investor atas prospek perekonomian Indonesia
Kondisi Perekonomian Domestik
Pg. 07
dan menjadi penopang terus berlanjutnya aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan
domestik, terutama obligasi Pemerintah.
14
BBB+
13
BBB
Grafik 13. Credit Rating Indonesia
[S&P Fitch]
[Moodys]
Baa1
Baa2
12
BBB11
BB+
Baa3
10
BB
9
BB-
Ba2
Ba1
Ba3
8
B+
7
B
6
B5
CCC+
4
CCC
3
CCC2
CC
1
R/C
SD/DD
1997
1997
B1
B2
B3
Caa1
Caa2
Caa3
Ca
C
1998 1999
2000
2001
2002
2003
2004
Moody's (RHS)
2005
2006
2007
S&P's
2008
20092009
2010
201 1
201 2
Fitch's
Sumber : DJPU
Positifnya
persepsi
investor
Grafik 14
CDS Indo & Global Bond -TBond
Spread
asing
dicerminkan oleh angka Credit Default Swap
(CDS) Indonesia yang semakin menurun dan
500
500
spread
400
400
300
300
200
200
100
100
obligasi
global
Indonesia
dengan
Treasury Bond (T-Bond) yang semakin ketat.
Spread antara global bond Indonesia dan TBond yang ketat menunjukkan likuiditas karena
ada permintaan global bond yang tinggi. Hal ini
menunjukkan
persepsi
investor
0
terhadap
Indonesia yang semakin baik.
0
1 Jan'11
1 Jul'11
cds Indo 10 yr
1 Jan'12
1 Jul'12
1 Jan'13
GB 10Yr to TBond spread
Sumber : Bloomberg, diolah kembali
Grafik 15
Pergerakan CDS
Premi CDS Indonesia bersama dengan
peers countries (Filipina, Thailand dan Turki)
400
400
mengalami kinerja yang cukup baik yang ditandai
300
300
dengan dengan penurunan CDS 10yr dari
200
200
masing-masing negara tersebut. Penurunan ini
100
100
merefleksikan
emerging
default
market
risk
yang
negara-negara
semakin
menurun
sehingga dapat menjadi kawasan emerging
market
sebagai kawasan
investor untuk berinvestasi.
yang
tepat bagi
0
1 Jan'11
0
1 Jul'11
1 Jan'12
1 Jul'12
1 Jan'13
Indonesia (BBB-)
Filipina (BB+)
Turki (BBB-)
Thailand (BBB)
Sumber : Bloomberg
Kondisi Perekonomian Domestik
Pg. 08
Sejalan dengan penurunan CDS Global
Bond Indonesia juga mengalami perbaikan kinerja
Grafik 16
Global Bond
yang ditandai dengan penurunan Yield baik itu
(%)
7
global bond tenor 5 tahun atau 10 tahun. Hal ini
6
6
disebabkan oleh masih lemah kondisi ekonomi
5
5
4
4
3
3
2
2
negara-negara
maju
sementara
fundamental
ekonomi negara-negara emerging market terus
membaik.
khususnya
Berlanjutnya
di
negara
krisis
utang
Eropa
PIIGS
menyebabkan
ketidakpastian kondisi perekonomian di masa
depan. Hal ini mendorong investor cenderung
(%)
7
1
1 Jan'11
1
1 Jul'11
1 Jan'12
Global Bond 10 yr
1 Jul'12
1 Jan'13
Global Bond 5 yr
Sumber : Bloomberg
melakukan pembedaan antara negara yang memiliki kesinambungan utang yang baik (rasio
utang rendah) dengan negara yang berpotensi mengalami krisis akibat utang yang tidak
sustainable (rasio utang tinggi). Indonesia yang memilki rasio utang rendah diuntungkan
dengan penurunan Yield.
Portofolio Utang
Pg. 09
D. Portofolio Utang
Pada akhir tahun 2012, outstanding utang adalah sebesar Rp1.975,42 triliun, terdapat
peningkatan nominal sebesar Rp166,48 triliun bila dibandingkan dengan outsanding akhir
tahun 2011 yang sebesar Rp1.808,95 triliun. Peningkatan outstanding utang pada akhir tahun
2012 tersebut berasal dari peningkatan outstanding instrumen SBN sebesar Rp173,44 triliun
sedangkan instrumen pinjaman mengalami penurunan outstanding sebesar Rp6,97 triliun.
Dengan demikian pada akhir tahun 2012 terjadi perubahan komposisi utang, dimana porsi
instrumen SBN meningkat menjadi 68,9% sementara porsi instrumen pinjaman adalah sebesar
menurun menjadi 31,1%. Dapat dilihat dalam tabel 1 porsi intrumen Pinjaman semakin
menurun dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh strategi pembiayaan utang Pemerintah
yang mengutamakan pembiayaan utang melalui SBN dibandingkan dengan Pinjaman.
Tabel 1. Perkembangan Utang Pemerintah
SBN
Denominasi
Rupiah
Denominasi
Valas
Pinjaman
Denominasi
Rupiah
Denominasi
Valas
Total Utang
2008
Outs %
2009
Outs %
2010
Outs %
2011
Outs %
2012
Outs %
906.50 55
979.46 62
1064.41 63
1187.66 66
1361.10 69
783.86
836.31
902.43
992.03
1096.19
122.64
143.15
161.98
195.63
264.91
730.25 45
611.20 38
617.25 37
621.29 34
614.32 31
0.00
0.00
0.39
1.01
1.80
730.25
611.20
616.86
620.28
612.52
1636.74 100 1590.66 100 1681.66 100 1808.95 100 1975.42 100
Sumber : DJPU
Meningkatnya outstanding utang Pemerintah disebabkan oleh adanya realisasi
pengadaan utang dalam rangka pembiayaan defisit APBN yang lebih besar bila dibandingkan
realisasi pelunasan utang jatuh tempo. Dalam realisasi APBN-P 2012 terdapat pengadaan
utang sebesar Rp300,50 triliun sementara pelunasan utang jatuh tempo sebesar Rp158,92
triliun.
Portofolio Utang
Pg. 10
PORTOFOLIO SBN
Tabel 2. Realisasi Penerbitan SBN 2012
Untuk
pembiayaan
memenuhi
APBN-P
kebutuhan
2012
ditargetkan
APBN-P 2012
SBN Gross
Realisasi
270.42
Domes tik
penerbitan SBN bruto sebesar Rp270,42 triliun,
dari
target
Rp268,55
tersebut
terealisasi
triliun
sebesar
(99,31%)
dengan
memperhitungkan buyback sebesar Rp1,14
triliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri
dari penerbitan SUN sebesar Rp211,46 trilliun
Valas
(107.59)
Buyback
(3.00)
(1.14)
37.92
SBN Neto
159.60
159.82
100.14
penerbitan, realisasi penerbitan SBN tersebut
150
terdiri dari penerbitan SBN domestik sebesar
100
Rp212,89 triliun dan penerbitan SBN valas
50
Bruto
Rp126,2T
Bruto
Bruto Rp207,1T
Bruto Rp167,63T
Rp148,5T
17
dapat
60%
40%
20%
0%
2008
2009
2010
Redemption & Buyback
dilihat
perkembangan kebutuhan pembiayaan APBN
100%
80%
0
sebesar Rp55,66 triliun.
grafik
Bruto
Rp268,5T
300
200
Dari
Grafik 17
Realisasi Penerbitan SBN
IDR Triliun
uang
mata
99.78
Sumber : DJPU
Sedangkan
dari
55.66
(107.82)
250
dilihat
99.31
212.89
Jatuh Tempo
dan penerbitan SBSN sebesar Rp57,08 trilliun.
bila
% Realisasi
268.55
2011
Netto
2012
penerbitan valas -rhs
Sumber : DJPU
melalui penerbitan SBN dari tahun ke tahun
Grafik 18
Perkembangan Outs. SBN
adanya
1,500
peningkatan tersebut menyebabkan adanya
1,250
25%
peningkatan outsanding SBN. Dari grafik 18
1,000
20%
digambarkan terjadi peningkatan outstanding
750
15%
SBN untuk hampir semua seri, kecuali dari SBN
500
10%
variabel rate serta SU dan SRBI. Porsi SBN
250
5%
semakin
valas
meningkat.
terhadap
total
Dengan
SBN
juga
semakin
0
0%
meningkat dari tahun ke tahun seiring kebijakan
2008
Pemerintah untuk melakukan penerbitan SBN
SPN dan ZC
SBN Valas
SU dan SRBI
dalam mata uang USD dan JPY.
30%
Sumber : DJPU
2009
2010
2011
FR
IFR
porsi valas -rhs
2012
VR
SDHI
Portofolio Utang
Pg. 11
PORTOFOLIO PINJAMAN
dalam triliun IDR
Pada APBN -P tahun 2012 ditargetkan
pembiayaan melalui Pinjaman sebesar Rp54,7
triliun, yang terdiri dari Rp15,6 triliun Pinjaman
Program dan Rp38,1 triliun Pinjaman Proyek
dan Pinjaman Dalam Negeri sebesar Rp0,9
triliun.
Dari
target
tersebut,
terealisasi
Tabel 3. Realisasi Penarikan Pinjaman 2012
Pinjaman Program
APBN-P 2012
15.60
World Bank
ADB
JICA, Japan
IDB
Realisasi
% Realisasi
15.00
96.15
8.13
5.40
1.80
0.53
Pinjaman Proyek
Pinj. Dalam Negeri
Total Pinjaman
Sumber : DJPU
38.13
0.99
54.72
8.62
5.81
0.57
106.03
107.63
0.00
107.55
18.80
1.47
35.27
49.30
148.03
64.45
-
disbursement Pinjaman Program selama tahun 2011 mencapai sebesar Rp13,6 triliun (70,7%
dari target) dan Pinjaman Proyek sebesar Rp18,1 triliun (49,0% dari target). Realisasi
disbursement Pinjaman Proyek yang masih rendah pada tahun 2012 salah satunya
disebabkan karena
keterlambatan
Kementerian/Lembaga dalam
memenuhi condition
precedent sebagai dasar efektifnya pinjaman. Selain itu disebabkan pula oleh keterlambatan
Kementerian/Lembaga dalam menyelesaikan proses pengadaan serta lamanya proses
penerbitan No Objection Letter (NOL) dari kreditur, sehingga mengganggu jadwal pengadaan.
Relatif rendahnya realisasi disbursement
Pinjaman dibandingkan dengan
pembayaran
repayment-nya, menyebabkan net flow instrumen
Pinjaman menjadi negatif. Dalam realisasi APBN
2012 terdapat negatif flow dari Pinjaman sebesar
Rp17,3 triliun. Adapun perkembangan realisasi
disbursement dan repayment Pinjaman selama
lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 19.
Perkembangan
outstanding
Pinjaman
(IDR Triliun)
80
Chart 19
Realisasi Penarikan Pinjaman
(IDR Triliun)
60
60
40
20.12
29.72
24.51
20
30.10
28.94
29.04
18.11
13.58
18.80
15.00
(50.63)
(47.32)
(51.16)
0
40
(20)
(40)
(60)
(63.44)
(68.03)
2008
2009
Pinj. Program
Principal
2011
2012
Pinj. Proyek
Net Flow
Tabel 4. Outstanding Pinjaman
2008 2009 2010 2011
Berdasarkan Sumber Pinjaman
Multilateral 222.7 202.4 208.3 213.0
Bilateral
484.9 387.9 380.7 381.7
Komersial
21.7
20.2
27.7
26.2
Supplier
1.0
0.7
0.6
0.5
Berdasarkan Tujuan Pinjaman
Program
180.2 175.8 197.2 210.5
Proyek
550.0 434.6 415.1 405.3
Total Loan
730.2 611.2 617.3 621.3
outstanding
Pinjaman Pemerintah hanya didominasi oleh
Pinjaman
Proyek.
Namun
seiring
dengan
perkembangan kebutuhan pembiayaan defisit,
terdapat kecenderungan untuk memanfaatkan
pinjaman yang sifatnya tunai (Pinjaman Program)
selama beberapa tahun terakhir ini. Dalam hal
kinerja
pengadaan
dan
penyerapannya,
(40)
(80)
2010
kreditur.
2000
0
(60)
(80)
Sumber : DJPU
tahun
20
(20)
sebagaimana grafik 20, dapat dilihat dari sisi
Sebelum
80
2012
229.7
358.1
26.1
0.4
218.2
396.1
614.3
Sumber : DJPU
Pinjaman Program relatif sangat baik karena tersedianya underlying program serta karakter
disbursement pinjaman yang relatif mudah dan dapat ditarik sekaligus.
Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
Pg. 12
E. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
RISIKO TINGKAT BUNGA
Indikator risiko tingkat bunga portofolio
Tabel 5. Indikator Tingkat Bunga Utang Pemerintah
Uraian
utang Pemerintah yang ditunjukkan oleh rasio
VR (variable/floating rate) serta rasio refixing
Des '11 (%) Des '12 (%) Change (%)
Rasio VR Portofolio terhadap total utang
rate mengalami penurunan. Rasio VR terhadap SBN
total utang turun dari 18,83% pada 2011 Pinjaman
7.47
6.21
-1.25
11.36
9.90
-1.46
18.83
16.12
-2.71
menjadi 16,12% pada akhir 2012 begitu juga
Utang
rasio refixing rate yang turun dari 25,85% pada
Rasio Refixing rate portofolio terhadap total utang
2011 menjadi 22,39% di akhir tahun 2012.
SBN
12.68
10.56
-2.12
Pinjaman
13.17
11.82
-1.35
Utang
25.85
22.39
-3.46
Penurunan kedua indikator risiko tersebut
sebagian besar disebabkan oleh semakin kecil
Sumber : DJPU
porsi Pinjaman dalam portofolio utang dan turunnya rasio VR dalam portofolio SBN. Pada
tahun 2012 disbursement Pinjaman bersuku bunga floating masih lebih kecil dibandingkan
pelunasannya tersebut. Sementara dari sisi SBN tidak diterbitkannya SBN VR di tahun 2012,
sementara SBN FR mengalami peningkatan sebesar yang cukup signifikan. Keterangan lebih
lanjut mengenai penurunan indikator risiko ini dijelaskan pada bagian perubahan komposisi
jenis suku bunga.
Dari segi komposisi jenis suku bunga,
Grafik 21
Proporsi Interest Utang
terdapat peningkatan porsi fixed rate portofolio
utang sebesar 2,7% dimana persentase fixed
7,5%
7,5%
7,0%
2012
6,2%
83,9%
rate pada akhir tahun 2012 naik menjadi
83,88%. Kenaikan persentase fixed rate tersebut
terjadinya
penurunan
porsi
variable rate sebesar 1,27% menjadi 6,21% di
81,2%
menyebabkan
2011
tahun 2012 pada SBN VR dan penurunan
sebesar 0,16% menjadi 10,03% di tahun 2012
pada Pinjaman. Penurunan porsi suku bunga
variabel dari Pinjaman terutama disebabkan oleh
0%
20%
Fixed rate
ADB rate
40%
60%
SBN VR
Other VR
80%
100%
Libor 6 m
Sumber : DJPU
penurunan jumlah outstanding suku bunga berbasis LIBOR dan ADB floating rate. Perubahan
komposisi suku bunga ini dipengaruhi oleh meningkatnya peran SBN yang sebagian be sar
bersuku bunga fixed dalam mendukung pembiayaan APBN.
Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
Pg. 13
Tabel 5. Sensitifitas Biaya Utang
Dengan turunnya porsi variabel rate
terhadap portofolio maka sensitivitas portofolio
terhadap perubahan tingkat bunga acuan. Dari
tabel 5 diketahui kenaikan 1 bps saja dari SPN 3
m akan menyebabkan penambahan biaya SBN
Delta Cost (miliar IDR)
Jenis Bunga Perubahan
2011
2012
SBI 3 m
1 bps
13.51
12.28
Libor 6 m
1 bps
12.65
14.73
Lainnya
1 bps
5.72
5.07
VR sebesar Rp12,28 miliar. Begitu juga dengan
sensitivitas utang terhadap LIBOR, kenaikan
Sumber : DJPU
LIBOR interest 1 bps akan menyebabkan penambahan biaya utang sebesar Rp14,73 miliar
RISIKO NILAI TUKAR
Nominal dalam IDR trliun
Indikator risiko nilai tukar portofolio
utang ditunjukkan oleh rasio
utang
Tabel 7. Utang Valas Pemerintah
valas
terhadap total utang. Rasio tersebut pada tahun
2012 mengalami penurunan sebesar 0,68% dari
45,10% pada akhir tahun 2011 menjadi 44,42%
pada 2012. Ditinjau dari besaran PDB, rasio
utang valas selama tahun 2012 mengalami
penurunan persentase sebesar 0,34% dari
10,99% di akhir tahun 2011 menjadi 10,65% di
akhir tahun 2012. Dengan adanya penurunan
Uraian
Total Utang (Rp
triliun)
Utang valas (FX)
(Rp triliun)
Porsi Utang Valas
thd Total Utang
PDB Nominal (Rp
Tilliun)
Rasio Utang valas
thd PDB
1,808.95
1,975.42
166.48
816.11
877.43
61.32
45.10%
44.42%
-0.68%
7,427.09
8,241.86
814.78
10.99%
10.65%
-0.34%
Tabel 8. Perubahan Utang Valas
Outstanding
Ori Curr (mi)
2011
mengurangi kerentanan perekonomian terhadap
USD
JPY
EUR
44.35
49.78
2,585.42 2,498.83
4.71
4.49
potensia
Perubahan kurs terhadap IDR
tukar valuta asing terhadap Rupiah menjadi
berkurang.
Selain
itu,
dengan
adanya
penurunan rasio utang valas juga berpotensi
shock
pasar
keuangan
karena
volatilitas nilai tukar portofolio utang Pemerintah
berkurang.
Penurunan rasio utang valas terhadap
total utang tidak serta merta disebabkan oleh
penurunan outstanding utang
valas dalam
equivalen
kenyataannya
Rupiah.
Pada
outstanding utang valas mengalami peningkatan
sebesar Rp61,32 triliun atau sekitar 7,51%,
Change
Sumber : DJPU
rasio ini beban Pemerintah dalam memenuhi
kewajiban utang akibat peningkatan kurs nilai
Des 2011 Des 2012
USD
JPY
EUR
9,068
117
11,739
2012
Change
12.23%
-3.35%
-4.67%
9,670
112
12,810
6.64%
-4.14%
9.12%
481.33
279.77
57.53
58.81
877.43
19.68%
-7.35%
4.03%
3.77%
7.51%
Outstanding in IDR (tr)
USD
JPY
EUR
Lainnya
Total
Sumber : DJPU
402.16
301.98
55.30
56.67
816.11
Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
Pg. 14
dimana lebih banyak terjadi pada peningkatan utang dalam mata uang USD. Mata uang USD
mengalami kenaikan outstanding yang cukup signifikan disebabkan oleh peningkatan utang riil
dalam original currency ditambah dengan penurunan nilai tukar Rupiah terhadap USD.
Sementara utang dalam mata uang Yen juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh
penurunan nilai utang riil dalam original currency serta penurunan nilai tukar JPY terhadap
IDR. Outstanding utang valas dalam mata uang Euro mengalami kenaikan yang disebabkan
oleh peningkatan nilai tukar EUR terhadap IDR yang signifikan, padahal kalau dilihat dari nilai
utang riil maka outstanding utang EUR mengalami penurunan dalam original currency. Secara
rinci perubahan utang valas untuk setiap mata uang utama dapat dilihat pada tabel 8.
Utang
valas
Pemerintah
yang
Grafik 22
Outstanding Utang Valas
didominasi oleh utang dalam valuta USD dan
cukup
1,000
signifikan, dimana untuk utang dalam valuta
800
JPY
mengalami
perubahan
yang
USD mengalami peningkatan dari 49,28% di
tahun 2011 menjadi 54,86% di akhir tahun
600
Outs by
Curr
Outs
by inst
7%
7%
37%
32%
76%
400
2012. Sedangkan untuk utang valas dalam JPY
mengalami penurunan dari 37,00% di tahun
200
USD
Porsi SBN
dalam
portofolio
valas
55%
49%
30%
24 %
0
2011 menjadi 31,89% di akhir tahun 2012.
70%
2011 2011
JPY
EUR
Lainnya
20122012
SBN
Pinjaman
Sumber : DJPU
cenderung membesar sejalan dengan bertambahnya penerbitan SBN valas yang diiringi
pertumbuhan negatif pada portofolio pinjaman (terutama apabila dilihat berdasarkan
outstanding pada original currency). Penambahan porsi SBN dalam portofolio utang valas
membawa konsekuensi pengelolaan utang valas yang lebih fleksibel karena sifatnya yang
dapat diperdagangkan, sehingga lebih mudah untuk mengelola utang berbasis pasar. Selain
itu, dengan makin besarnya porsi SBN dalam portofolio utang valas, akan lebih memudahkan
pengelolaan administrasinya (pembukuan dan settlement).
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa
perubahan kurs dapat menyebabkan perubahan
outstanding
utang
yang
cukup
signifikan.
Sebagai contoh, peningkatan kurs USD yang
merupakan porsi terbesar pada portofolio utang
valas sebesar Rp100,-
akan menyebabkan
Tabel 9. Sensitivitas Nilai Tukar
Jenis
Sensitifitas
Change of
Valas
2011
2012
USD
100 rupiah
4.43
4.98
JPY
1 rupiah
2.59
2.50
EUR
100 rupiah
0.47
0.45
Sumber : DJPU
outstanding utang berubah sebesar Rp4,98 triliun di tahun 2012. Hal ini meningkat bila
dibandingkan kondisi akhir tahun 2011 yang besarnya Rp4,43 triliun.
Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
Pg. 15
RISIKO PEMBIAYAAN KEMBALI
Risiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukan
pembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancing sama sekali
yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkan tidak terpenuhinya
kebutuhan pembiayaan pemerintah. Risiko refinancing terutama disebabkan apabila jumlah
utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar terjadi secara bersamaan, sehingga akan
meningkatkan jumlah penerbitan/penarikan utang dan meningkatkan Yield yang diminta
investor/lender. Indikator risiko refinancing yang paling sederhana dan jelas adalah maturity
profile portofolio utang, khususnya untuk tenor jangka pendek. Maturity profile yang tersebar
merata akan kurang berisiko dibandingkan maturity profile yang terkonsentrasi pada satu
periode waktu tertentu. Sebaran maturity profile portofolio utang untuk tahun 2012
dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut:
Triliun IDR
160
Grafik 23
Maturity Profile Utang
Pinjaman Des ' 12
SBN Des'12
Pinjaman Des ' 11
SBN Des'11
140
120
100
80
`
60
40
20
1 yr
2 yr
3 yr
4 yr
5 yr
6 yr
7 yr
8 yr
9 yr
10 yr
11 yr
12 yr
13 yr
14 yr
15 yr
16 yr
17 yr
18 yr
19 yr
20 yr
21 yr
22 yr
23 yr
24 yr
25 yr
26 yr
27 yr
28 yr
29 yr
30 yr
>30 yr
0
Sumber : DJPU
Dari grafik 23 dapat dilihat terjadi pemerataan jatuh tempo utang di tahun 2033 (22
tahun dari 2011) yaitu SU-SRBI non tradable dari pembayaran secara utuh (bullet) di tahun
2033 menjadi pembayaran secara amortisasi dari tahun 2013-2042. Pemerataan utang jatuh
tempo ini merupakan hasil dari Surat Keputusan Bersama antara Pemerintah dan Bank
Indonesia. Dengan adanya pemerataaan pembayaran jatuh tempo utang ini terdapat kepastian
jadwal pembayaran dan membantu cashflow Bank Indonesia dalam ra ngka memperbaiki
neraca.
Akibat adanya kegiatan penerbitan SBN, penarikan pinjaman serta pembayaran cicilan
pokok utang terjadi perubahan struktur maturity profile untuk tahun 2011 dan tahun 2012.
Perbedaan mencolok terjadi pada utang yang akan jatuh tempo dalam waktu 2 tahun, 5 tahun,
10 tahun dan 15 tahun yang meningkat selama tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh
adanya penerbitan surat berharga yang bertenor pendek dengan jumlah yang cukup signifikan
Pengelolaan Risiko Portofolio Utang
Pg. 16
yaitu penerbitan SPN dan SPN-S (tenor 2 tahun) serta penerbitan SBN valas. Dengan semakin
besarnya jumlah utang yang berjatuh tempo panjang maka semakin meningkat pula average
time to maturity utang secara keseluruhan.
Tabel 9. Average Time To Maturity
Untuk melihat kondisi refinancing risk
secara keseluruhan dapat tergambar melalui
angka
rata-rata
jatuh
tempo
(average
to
Keterangan
Des 2011
Des 2012
Outstanding
(triliun IDR)
ATM
(tahun)
Outstanding
(triliunIDR)
ATM (tahun)
33.73
0.50
24.28
0.35
SBN
Zero Coupon
Maturity/ATM) portofolio utang. ATM portofolio
Fixed Rate
517.14
10.44
610.39
11.51
utang menggambarkan seberapa panjang masa
Global Bond
195.63
10.63
264.91
11.24
pelunasan dari portofolio utang. Berdasarkan tabel
SU non SRBI *
117.94
8.49
113.75
7.80
9
Islamic
Securities
dapat
dilihat
terjadinya
kenaikan
risiko
refinancing bila dilihat dari ATM portofolio utang (di
Variabel Rate
luar SRBI), yaitu ATM mengalami kenaikan dari
Total SBN
8,39 tahun menjadi 8,96 tahun di akhir 2012.
Pinjaman
Total Utang
Sumber : DJPU
61.45
4.84
98.62
6.39
135.06
5.81
122.75
5.09
1,060.96
9.03
1,234.71
9.84
615.83
7.30
614.32
7.20
1,676.79
8.39
1,849.03
8.96
Perkembangan Indikator Risiko Utang
Pg. 17
F. Perkembangan Indikator Risiko Portofolio
Utang 5 (Lima) Tahun Terakhir
Indikator Risiko
2008
2009
2010
2011
2012
1,636.74
730.25
906.50
1,590.66
611.20
979.46
1,681.65
617.25
1,064.40
1,808.95
621.29
1,187.66
1,975.42
614.32
1,361.10
Interest rate risk (%)
22.89
21.99
20.29
28.16
28.15
26.08
Exchange rate Risk (%)
18.83
25.85
16.12
22.39
17.22
13.42
12.05
10.99
10.65
52.11
47.42
46.17
45.10
44.42
52.58
53.69
21.16
21.27
17.35
17.70
5.07
3.86
3.84
3.49
Refinancing Risk (%)
Matured in 1 year
6.41
7.57
7.06
Matured in 3 year
18.64
20.29
20.82
Matured in 5 year
31.05
33.17
34.15
Average time to maturity* (tahun)
Loan
7.41
7.56
7.58
SBN
9.92
9.09
8.98
Total
8.80
8.44
8.42
54.88
22.23
16.69
3.06
3.13
55.58
24.37
14.16
2.91
2.98
8.15
22.66
34.57
7.17
21.52
32.36
7.30
9.03
8.39
7.20
9.84
8.96
Outstanding (Rp milliar)
Loan
SBN
Rasio variable rate
Refixing rate
Rasio utang FX terhadap
PDB
Rasio utang FX terhadap
Total Utang
Komposisi currecy Utang
- IDR
- USD
- JPY
- EUR
- Lainnya
47.89
21.78
20.89
6.36
3.08
Kesimpulan Dan Saran
Pg. 18
G. Kesimpulan Dan Saran
KESIMPULAN
Ekonomi dunia selama tahun 2012 masih diliputi ketidakpastian dan mengalami
perlambatan yang disebabkan oleh berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa, koreksi
pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang dan India) serta ditambah dengan rentannya
pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi risiko jurang fiskal. Kendati demikian, ekonomi
Indonesia justru menunjukkan kinerja yang positif, ditandai dengan pertumbuhan PDB
sebesar 6,23%, jauh di atas pertumbuhan agregrat ekonomi dunia yang hanya 1.73%.
Stabilitas dan prospek ekonomi makro Indonesia yang semakin baik ini juga
terefleksikan pada kondusifnya pasar keuangan domestik yang mampu menarik lebih
banyak dana investasi asing. Derasnya aliran asing ke pasar keuangan domestik ini
berdampak pada semakin rendahnya imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang
diminta investor. Disamping itu, bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat
mengalami capaian tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal IV 2012.
Seiring dengan membaiknya ekonomi makro dan pasar keuangan Indonesia,
kinerja pengelolaan utang Pemerintah juga menunjukkan peningkatan yang positif. Kinerja
tersebut ditunjukkan oleh tren penurunan rasio Debt to GDP terus berlanjut, yang
mencapai 23,97% pada akhir 2012, lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun 2011
yang sebesar 24,28%, dan penurunan indikator tingkat risiko
Perkembangan risiko utang Pemerintah periode tahun 2012, adalah sebagai berikut :
a.
Risiko tingkat suku bunga pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,46%
dilihat dari rasio refixing rate portofolio utang. Penurunan ini disebabkan oleh
penambahan outstanding utang yang lebih banyak didominasi utang bersuku bunga
fixed rate.
b.
Risiko nilai tukar selama tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,68%.
Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh penurunan outstanding riil utang dalam
mata uang JPY dan didukung pelemahan kurs JPY terhadap IDR selama tahun 2012.
c.
Refinancing risk selama tahun 2011 mengalami penurunan risiko yaitu dengan ratarata jatuh tempo utang non SRBI menjadi lebih panjang sebesar 0,57 tahun.
Berdasarkan kondisi tingkat risiko selama tahun 2012 di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan risiko portofolio utang mengalami perbaikan dilihat dari sisi risiko tingkat
bunga, risiko nilai tukar dan dari risiko refinancing.
Kesimpulan Dan Saran
Pg. 19
SARAN
Berdasarkan perkembangan portofolio dan risiko pengelolaan utang tahun 2012, maka
untuk tahun 2012 disarankan untuk:
a. Melakukan
pembiayaan
secara
fleksibel
dengan
memprioritaskan
instrumen
pembiayaan yang murah dengan risiko yang terkendali. Hal ini dimungkinkan dengan
adanya ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagai contoh
perlu di pertimbangkan adanya pembiayaan alternatif dari PLN komersial menjadi PLN
yang lebih murah atau melalui PDN/SBN
b.
Melakukan pengelolaan utang Pemerintah secara hati-hati dan menghindari
keterlenaan (complacency) yang ditengarai menjadi akar krisis utang di Kawasan
Eropa.
c.
Membatasi penerbitan SBN Valas pada tingkat sustainable serta melakukan
refinancing PLN berbiaya tinggi dengan menerbitkan SBN domestik untuk mengurangi
peningkatan risiko nilai tukar. Selain hal tersebut pemilihan PLN baru perlu
mempertimbangkan jenis currency sesuai dengan strategi pengelolaan utang.
d.
Mempersiapkan instrumen hedging sebagai bagian dari strategi pengelolaan utang
untuk mengelola risiko nilai tukar dan fluktuasi currency.
Download