Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2012 “Mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal” Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Tel 021 3510714 Fax 021 3510715 Gedung Frans Seda Jl. Wahidin Raya 1 (10710) www.djpu.kemenkeu.go.id Daftar Isi Daftar Isi Ringkasan Eksekutif __________________________________________________________ 1 A. Umum ___________________________________________________________________ 1 B. Kondisi Perekonomian Global ________________________________________________ 2 C. Kondisi Perekonomian Domestik ______________________________________________ 4 D. Portofolio Utang ___________________________________________________________ 9 E. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang __________________________________________ 12 F. Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang 5 (Lima) Tahun Terakhir _____________ 17 G. Kesimpulan Dan Saran ____________________________________________________ 18 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Kondisi perekonomian global di tahun 2012 mengalami perlambatan yang diakibatkan oleh penyelesaian krisis utang Eropa berlarut, adanya koreksi pertumbuhan negara-negara emerging market serta rentannya pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi risiko jurang fiskal. Namun perekonomian Indonesia tumbuh cukup baik dan stabil ditandai dengan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebesar 6,2%. Di sisi lain pertumbuhan utang Pemerintah juga mengalami pertumbuhan hingga mencapai outstanding sebesar Rp1.975,4 triliun di akhir tahun 2012. Namun secara keseluruhan rasio utang Pemerintah terhadap PDB mengalami penurunan. Kondisi pasar keuangan domestik di tahun 2012 juga mengalami kondisi yang baik. Tercatat selama tahun 2012 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami nilai tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu dari sisi pasar obligasi, yield curve Surat Utang Negara cenderung mengalami penurunan sampai akhir tahun 2012. Bank Indonesia terus menjaga nilai BI Rate pada titik 5,75% sehingga besaran inflasi turut terjaga stabil di kisaran 4%-5% selama tahun 2012. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan lesunya transaksi perdagangan internasional. Akibatnya, negara-negara emerging markets seperti China, India dan Brazil juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat kinerja ekspor yang menurun. Namun demikian, di tengah permasalahan pasar keuangan global tersebut, persepsi risiko terhadap negara-negara yang memiliki rasio beban utang yang rendah, termasuk Indonesia, justru menurun. Hal tersebut menyebabkan penurunan premi risiko serta yield atas obligasi valas Indonesia. Outstanding portofolio utang Pemerintah pada akhir tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp166,48 triliun (9,20%) dari tahun sebelumnya sehingga outstanding utang Pemerintah menjadi Rp1.975,42 triliun dengan porsi Surat Berharga Negara (SBN) 68,9% dan porsi Pinjaman sebesar 31,1%. Kenaikan outstanding utang Pemerintah disebabkan oleh kebijakan pembiayaan defisit APBN 2012. Selama tahun 2012 Pemerintah telah melakukan penerbitan SBN bruto sebesar Rp268,5 triliun dengan realisasi penerbitan SBN domestik sebesar Rp212,9 triliun dan penerbitan SBN valas sebesar Rp55,6 triliun. Realisasi penarikan Pinjaman selama tahun 2012 mencapai Rp35,7 triliun yang terdiri dari Rp15,0 triliun Pinjaman Program, Rp18,8 triliun Pinjaman Proyek dan Rp1,47 triliun Pinjaman Dalam Negeri. Ringkasan Eksekutif Portofolio utang Pemerintah mengalami penurunan tingkat risiko selama tahun 2012 dilihat penurunan 3 (tiga) indikator utang Pemerintah yaitu refixing rate (pengukuran risiko tingkat bunga), rasio utang valas (pengukuran risiko nilai tukar) dan average time to maturity (pengukuran risiko refinancing/pembiayaan kembali). Secara detil penurunan indikator risiko utang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: No Jenis Risiko Des 2011 Des Peruba Keterangan 2012 han Refixing rate 25.85% 22.39% 3.46% Penurunan tingkat risiko 2 Risiko Nilai Tukar Porsi Utang valas terhadap Total Utang 45.10% 44.42% 0.68% Penurunan tingkat risiko 3 Risiko Refinancing Average Time to Maturity 1 Risiko Tingkat Bunga Indikator Risiko 8.39 tahun 8.96 Tahun 0.57 Penurunan tahun tingkat risiko Umum Pg. 01 A. Umum Ekonomi dunia selama tahun 2012 masih diliputi ketidakpastian dan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa, koreksi pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang dan India) serta ditambah dengan rentannya pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi risiko jurang fiskal. Dengan adanya pelemahan ekonomi global tersebut menyebabkan penurunan volume perdagangan dunia dan diikuti dengan anjloknya harga komoditas. Perlambatan ekonomi global telah menyebabkan penurunan kinerja ekspor Indonesia. Kendati demikian, dengan adanya permintaan domestik yang tinggi turut menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tingkat yang cukup stabil walaupun sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011. Tercatat pada tahun 2012 Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 6,2%, lebih rendah dari tahun 2011 yang sebesar 6,5%. Penyumbang pertumbuhan ekonomi tersebut adalah konsumsi rumah tangga yang mencapai titik tertinggi sejak krisis finansial 2008/2009, peranan konsumsi Pemerintah yang berasal dari Belanja APBN dengan tingkat penyerapan yang tinggi di 2012, serta kinerja investasi yang tumbuh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Baiknya kinerja ekonomi domestik dan imbal hasil investasi Rupiah yang tinggi serta didukung dengan stimulus ekonomi yang dilakukan Pemerintah menyebabkan derasnya aliran masuk modal asing, baik itu melalui investasi langsung ataupun melalui investasi portofolio pasar saham dan pasar obligasi. Grafik 1 Perkembangan Debt to GDP Ratio Pada akhir tahun 2012 PDB nominal Indonesia meningkat pesat dengan mencapai nilai Rp8.242,86 triliun di sisi lain outstanding utang Pemerintah Rasio juga tumbuh mencapai Rp1,975,42 triliun. Pertumbuhan PDB yang jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan utang telah menurunkan rasio utang terhadap PDB menjadi 23,97% yang merupakan rasio terendah sejak sebelum krisis ekonomi 19971998. Total Debt (rhs) 100% 10,000 GDP (rhs) 8,242 T Debt to GDP 80% 7,427 T 8,000 6,423 T 60% 40% 4,954 T 33.04% 6,000 5,613 T 28.34% 26.18% 24.36% 20% 1,637 T 1,591 T 1,682 T 1,809 T 23.97% 1,975 T 0% 4,000 2,000 0 2008 Sumber : DJPU 2009 2010 2011 2012 Kondisi Perekonomian Global Pg. 02 B. Kondisi Perekonomian Global Pada tahun 2012 perkembangan ekonomi global ditandai dengan perlambatan ekonomi negara-negara pertumbuhan ekonomi Eropa sementara negara-negara Asia seperti Jepang, China dan India tidak seperti Grafik 2 Perkembangan Ekonomi Dunia 12 12 9 9 6 6 3 3 0 0 -3 -3 Eropa masih mengalami pertumbuhan yang -6 -6 negatif yang disebabkan penyelesaian krisis -9 yang diharapkan. Perekonomian kawasan utang fiskal yang berlarut-larut, sempitnya ruang kebijakan moneter, meningkatnya -9 2007 angka pengangguran, rapuhnya sek tor keuangan dan 2008 2009 2010 EURO World US BRICS 2011 2012 Indonesia Sumber : Bloomberg menurunnya kepercayaan pasar. Sementara perekonomian AS mulai membaik meskipun masih rentan dan dibayangi isu keterbatasan stimulus fiskal. Memburuknya ekonomi negaranegara maju mengakibatkan terjadinya penurunan transaksi perdagangan dunia sehingga terjadi perlambatan ekonomi di negara-negara emerging market seperti China dan India. Indonesia sendiri sebagai salah satu negara alternatif investasi juga turut mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dilihat dari penurunan pertumbuhan PDB dari 6,5% di 2011 menjadi 6,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat dikategorikan stabil tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan pasar domestik walaupun kinerja ekspor mengalami penurunan. Untuk perekonomian, mengatasi Bank sentral kelesuan negara-negara maju melakukan kebijakan pelonggaran moneter melalui penurunan tingkat suku bunga ke nilai terendah. Tercatat pada Juli 2012 ECB memotong suku bunga sebesar 25bps menjadi 0,75%. Selain itu, beberapa bank sentral utama juga mengumumkan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian surat berharga dengan harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi di sektor riil. Pada September 2012 Federal (%) 7 Grafik Tabel 33 Central Bank Rate (%) 7 6 5 4 6 5 4 3 2 3 2 1 0 1 0 1 Jan'11 1 Jul'11 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13 BI Rate FED Target Rate BOJ Rate ECB Base Rate Sumber : Bloomberg Reserve melakukan kebijakan quantitative easing tahap III melalui pembelian surat berharga Kondisi Perekonomian Global Pg. 03 pemerintah jenis mortgage backed securities sebesar USD40 miliar. Kebijakan Federal Reserve tersebut diikuti oleh Zona Eropa dan Jepang. Sejalan dengan kebijakan moneter bank sentral negara maju, hampir semua bank sentral di negara emerging market melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga dan suplemen kebijakan lainnya termasuk Indonesia yang melakukan penurunan BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,75% di Februari 2012. Kebijakan longgar bank sentral Grafik 4 Pergerakan LIBOR over T-Bill memberikan dampak yang positif terhadap pasar keuangan global. Pada tahun 2012 likuiditas pasar sekuritas meningkat dan pasar peminjaman antar bank juga semakin aktif yang ditandai dengan menurunnya spread antara USD Libor 3 month dengan US T-Bill. Hal ini menandakan kekhawatiran bank untuk meminjamkan modalnya semakin berkurang. Dari tabel 4 dapat dilihat TED spread yang semula ada di level 60 bps di akhir tahun 2011 (%) 0.6 (%) 0.6 0.5 0.5 0.4 0.4 0.3 0.3 0.2 0.2 0.1 0.1 0.0 0.0 -0.1 1 Jan'11 1 Jul'11 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13 Sumber : Bloomberg, diolah kembali semakin menurun hingga mencapai level 20 – 30 bps di kuartal IV 2012 yang mana angka tersebut menggambarkan kondisi perekonomian yang normal. Belum pulihnya Eropa dari krisis utang Grafik 5 Pergerakan Harga Emas dan Minyak Dunia nya serta masih lesunya perekonomian Amerika Serikat, perekonomian menyebabkan China dan pertumbuhan $US/barrel $US/Oz 140 2,100 negara -negara emerging lainnya terhambat. Lesunya aktivitas 120 1,800 100 1,500 perdagangan menyebabkan harga komoditas menjadi turun. Dari grafik 5 dapat dilihat sampai akhir kuartal II 2012 terjadi penurunan harga minyak dunia hingga mencapai 90 USD/barrel sementara harga emas cenderung stabil. 80 1 Jan'11 1 Jul'11 1 Jan'12 Minyak brent Sumber : Bloomberg 1,200 1 Jul'12 1 Jan' 13 Emas (rhs) Kondisi Perekonomian Domestik Pg. 04 C. Kondisi Perekonomian Domestik Ditengah kondisi perekonomian global Grafik 6 yang tidak menentu, kondisi perekonomian domestik mengalami keadaan yang cukup kondusif. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) (%) 10 Perkembangan BI Rate, Inflasi dan Yield SUN (%) 10 8 8 4,3% (yoy). Secara fundamental, stabilitas 6 6 inflasi selama tahun 2012 cukup terjaga di 4 4 Desember 2012 mencapai 0,07 % (mtm) atau posisi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kemampuan sisi penawaran untuk memenuhi 2 2 1 Jan'11 kebutuhan permintaan dengan baik, volatilitas nilai tukar yang terkendali serta ekspektasi 1 Jul'11 BI Rate 1 Jan'12 1 Jul'12 SUN 10 yr 1 Jan'13 Inflasi Sumber : Bloomberg inflasi yang membaik. Kondisi ini didukung pula dengan kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam memperkuat kapasitas perekonomian. Pada Februari 2012 BI menurunkan BI rate ke 5,75% untuk mendorong aktifitas ekonomi di sektor riil. Dari grafik 6 dapat dilihat pada kuartal IV 2012 Yield curve SUN 10yr telah mencapai angka di bawah BI rate, hal ini menandakan bahwa menunjukan kepercayaan terhadap masa depan perekonomian Indonesia dan semakin membaiknya persepsi pasar terhadap risiko Indonesia. Di tengah masih tingginya Grafik 7 Pergerakan IHSG dan Bond Indeks ketidakpastian perekonomian global, pasar membukukan 120 5000 tahun 2012 115 4500 Kondisi fundamental makroekonomi dan mikro 110 4000 emiten cukup kuat menjadi pendukung utama 105 3500 kinerja positif ini. Pada kuartal IV 2012 bahkan 100 3000 95 2500 saham domestik pertumbuhan positif mampu selama IHSG mencapai posisi tertingginya sepanjang sejarah. Sejalan dengan kinerja pasar saham, pasar SBN juga membukukan kinerja yang positif dilihat dari pergerakan IDMA Bond price 90 1 Jan'11 2000 1 Jul'11 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13 IDMA Bond Price Index IHSG -rhs Sumber : Bloomberg indeks yang terus mengalami peningkatan selama 2012. Dinamika pergerakan indeks saham dan obligasi menunjukkan adanya peningkatan daya tahan pasar domestik Indonesia dalam menghadapi imbas dari ketidakpastian perekonomian global. Kondisi Perekonomian Domestik Pg. 05 Grafik 8 Pergerakan Mata Uang Dunia (Ribu Rp) Selama tahun 2012 nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi namun dengan volatilitas yang tetap terjaga. Beberapa faktor 14 (Rp) 140 13 130 menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar 12 120 rupiah antara lain melambatnya pertumbuhan 11 110 ekspor Indonesia sementara permintaan akan 10 100 9 90 komoditas impor menyebabkan semakin tinggi. ketidakseimbangan Hal di ini 8 pasar valuta asing dan defisit neraca transaksi berjalan serta ekspektasi depresiasi rupiah. 80 1 Jan'11 1 Jul'11 1 Jan'12 USD/IDR EUR/IDR 1 Jul'12 1 Jan'13 JPY/IDR -rhs Sumber : Bloomberg Namun terus berlanjutnya aliran modal asing yang masuk serta meningkatnya status Indonesia menjadi negara investment grade, mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Membaiknya kinerja pasar obligasi juga Grafik 9 Yield Curve SUN Domestik (%) dapat dilihat rendahnya imbal hasil yang 8 diinginkan oleh investor. Walaupun yield curve (%) 8 4 4 curve sebagai dampak dari rendahnya biaya 3 3 1Y dana investor asing dan ekspektasi penguatan 30 Mar '12 28 Sep '12 kurs Rupiah yang menciptakan rendahnya imbal hasil yang diminta investor. Pada akhir 30Y kawasan. Masuknya dana asing menekan yield 20Y 5 15Y 5 13Y disbanding dengan yang ditawarkan negara 9Y 11Y 6 7Y 6 ditawarkan masih cukup menarik bagi investor 5Y 7 3Y 7 SBN terus menurun, namun imbal hasil yang 29 Jun '12 28 Dec '12 Sumber : Bloomberg tahun 2012, Yield curve semakin bergeser ke bawah dan datar. Pergerakan tersebut menunjukkan ekspektasi jangka panjang investor terhadap fundamental ekonomi dan semakin baiknya credit rating Indonesia. Setelah meningkat secara signifikan pada tahun 2011, kepemilikan asing pada SBN terjaga pada tingkat yang cukup tinggi yaitu pada besaran 28%-32% dengan nilai sekitar Rp270 triliun pada bulan akhir Desember 2012. Dari grafik 10 dapat dilihat terjadi kembali peningkatan asing dalam kepemilikan SBN yang disebabkan oleh respon investor atas peningkatan risiko dan ketidakpastian di ekonomi global. Grafik 10 Perkembangan Kepemilikan SBN Tradable (Triliun IDR) 1,000 50% 800 40% 600 30% 400 20% 200 10% 0 0% '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 asing perbankan non perbankan % asing thd. total (rhs) Sumber : DJPU Kondisi Perekonomian Domestik Pg. 06 Kondusifnya pasar keuangan domestik, menyebabkan meningkatnya likuditas yang berdampak pada naiknya volume perdagangan, yang mencapai puncaknya pada bulan Februari 2012, jauh meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan volume transaksi tersebut disebabkan adanya capital inflow dana asing. Sempat menurun di kuartal II 2012, transaksi sekunder pasar SBN kembali meningkat sampai akhir tahun 2012. Pola ini mirip dengan pola kepemilikan asing SBN tradable pada grafik sebelumnya yang disebabkan adanya aliran modal asing yang masuk kembali ke pasar domestik. (milliar IDR) 14,000 Grafik 11 Transaksi Sekunder Pasar SBN 700 12,000 Frekuensi- rhs 600 10,000 Volume 500 8,000 400 6,000 300 4,000 200 2,000 100 0 '0 2 '0 3 '0 4 '0 5 '0 6 '0 7 '0 8 '0 9 '1 0 '1 1 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 0 2012 Sumber : DJPU Tingginya likuiditas juga ditunjukkan oleh bid to cover ratio pada lelang pasar perdana. Tingginya bid to cover ratio tersebut menyebabkan turunnya biaya utang yang harus dibayar Pemerintah karena terjadinya price tension pada lelang perdana SBN. Fundamental perekonomian domestik yang terjaga menjadi faktor yang menjaga persepsi investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2012. (Triliun IDR) 600 Grafik 12 Bid to Cover Ratio 6.0 500 5.0 400 4.0 300 3.0 200 2.0 100 1.0 - 2008 Total Bid 2009 2010 Total Awd 2011 2012 Bid to Cover Ratio - rhs Sumber : DJPU Setelah Fitch rating pada Desember 2011 menaikkan peringkat investasi Indonesia, pada Januari dan Oktober 2012 peringkat investment grade kembali diraih oleh Indonesia dari Moody’s Investor Service dan Rating & Investment Information (R&I). Perolehan peringkat informasi tersebut memberikan optimisme bagi investor atas prospek perekonomian Indonesia Kondisi Perekonomian Domestik Pg. 07 dan menjadi penopang terus berlanjutnya aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, terutama obligasi Pemerintah. 14 BBB+ 13 BBB Grafik 13. Credit Rating Indonesia [S&P Fitch] [Moodys] Baa1 Baa2 12 BBB11 BB+ Baa3 10 BB 9 BB- Ba2 Ba1 Ba3 8 B+ 7 B 6 B5 CCC+ 4 CCC 3 CCC2 CC 1 R/C SD/DD 1997 1997 B1 B2 B3 Caa1 Caa2 Caa3 Ca C 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Moody's (RHS) 2005 2006 2007 S&P's 2008 20092009 2010 201 1 201 2 Fitch's Sumber : DJPU Positifnya persepsi investor Grafik 14 CDS Indo & Global Bond -TBond Spread asing dicerminkan oleh angka Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang semakin menurun dan 500 500 spread 400 400 300 300 200 200 100 100 obligasi global Indonesia dengan Treasury Bond (T-Bond) yang semakin ketat. Spread antara global bond Indonesia dan TBond yang ketat menunjukkan likuiditas karena ada permintaan global bond yang tinggi. Hal ini menunjukkan persepsi investor 0 terhadap Indonesia yang semakin baik. 0 1 Jan'11 1 Jul'11 cds Indo 10 yr 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13 GB 10Yr to TBond spread Sumber : Bloomberg, diolah kembali Grafik 15 Pergerakan CDS Premi CDS Indonesia bersama dengan peers countries (Filipina, Thailand dan Turki) 400 400 mengalami kinerja yang cukup baik yang ditandai 300 300 dengan dengan penurunan CDS 10yr dari 200 200 masing-masing negara tersebut. Penurunan ini 100 100 merefleksikan emerging default market risk yang negara-negara semakin menurun sehingga dapat menjadi kawasan emerging market sebagai kawasan investor untuk berinvestasi. yang tepat bagi 0 1 Jan'11 0 1 Jul'11 1 Jan'12 1 Jul'12 1 Jan'13 Indonesia (BBB-) Filipina (BB+) Turki (BBB-) Thailand (BBB) Sumber : Bloomberg Kondisi Perekonomian Domestik Pg. 08 Sejalan dengan penurunan CDS Global Bond Indonesia juga mengalami perbaikan kinerja Grafik 16 Global Bond yang ditandai dengan penurunan Yield baik itu (%) 7 global bond tenor 5 tahun atau 10 tahun. Hal ini 6 6 disebabkan oleh masih lemah kondisi ekonomi 5 5 4 4 3 3 2 2 negara-negara maju sementara fundamental ekonomi negara-negara emerging market terus membaik. khususnya Berlanjutnya di negara krisis utang Eropa PIIGS menyebabkan ketidakpastian kondisi perekonomian di masa depan. Hal ini mendorong investor cenderung (%) 7 1 1 Jan'11 1 1 Jul'11 1 Jan'12 Global Bond 10 yr 1 Jul'12 1 Jan'13 Global Bond 5 yr Sumber : Bloomberg melakukan pembedaan antara negara yang memiliki kesinambungan utang yang baik (rasio utang rendah) dengan negara yang berpotensi mengalami krisis akibat utang yang tidak sustainable (rasio utang tinggi). Indonesia yang memilki rasio utang rendah diuntungkan dengan penurunan Yield. Portofolio Utang Pg. 09 D. Portofolio Utang Pada akhir tahun 2012, outstanding utang adalah sebesar Rp1.975,42 triliun, terdapat peningkatan nominal sebesar Rp166,48 triliun bila dibandingkan dengan outsanding akhir tahun 2011 yang sebesar Rp1.808,95 triliun. Peningkatan outstanding utang pada akhir tahun 2012 tersebut berasal dari peningkatan outstanding instrumen SBN sebesar Rp173,44 triliun sedangkan instrumen pinjaman mengalami penurunan outstanding sebesar Rp6,97 triliun. Dengan demikian pada akhir tahun 2012 terjadi perubahan komposisi utang, dimana porsi instrumen SBN meningkat menjadi 68,9% sementara porsi instrumen pinjaman adalah sebesar menurun menjadi 31,1%. Dapat dilihat dalam tabel 1 porsi intrumen Pinjaman semakin menurun dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh strategi pembiayaan utang Pemerintah yang mengutamakan pembiayaan utang melalui SBN dibandingkan dengan Pinjaman. Tabel 1. Perkembangan Utang Pemerintah SBN Denominasi Rupiah Denominasi Valas Pinjaman Denominasi Rupiah Denominasi Valas Total Utang 2008 Outs % 2009 Outs % 2010 Outs % 2011 Outs % 2012 Outs % 906.50 55 979.46 62 1064.41 63 1187.66 66 1361.10 69 783.86 836.31 902.43 992.03 1096.19 122.64 143.15 161.98 195.63 264.91 730.25 45 611.20 38 617.25 37 621.29 34 614.32 31 0.00 0.00 0.39 1.01 1.80 730.25 611.20 616.86 620.28 612.52 1636.74 100 1590.66 100 1681.66 100 1808.95 100 1975.42 100 Sumber : DJPU Meningkatnya outstanding utang Pemerintah disebabkan oleh adanya realisasi pengadaan utang dalam rangka pembiayaan defisit APBN yang lebih besar bila dibandingkan realisasi pelunasan utang jatuh tempo. Dalam realisasi APBN-P 2012 terdapat pengadaan utang sebesar Rp300,50 triliun sementara pelunasan utang jatuh tempo sebesar Rp158,92 triliun. Portofolio Utang Pg. 10 PORTOFOLIO SBN Tabel 2. Realisasi Penerbitan SBN 2012 Untuk pembiayaan memenuhi APBN-P kebutuhan 2012 ditargetkan APBN-P 2012 SBN Gross Realisasi 270.42 Domes tik penerbitan SBN bruto sebesar Rp270,42 triliun, dari target Rp268,55 tersebut terealisasi triliun sebesar (99,31%) dengan memperhitungkan buyback sebesar Rp1,14 triliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri dari penerbitan SUN sebesar Rp211,46 trilliun Valas (107.59) Buyback (3.00) (1.14) 37.92 SBN Neto 159.60 159.82 100.14 penerbitan, realisasi penerbitan SBN tersebut 150 terdiri dari penerbitan SBN domestik sebesar 100 Rp212,89 triliun dan penerbitan SBN valas 50 Bruto Rp126,2T Bruto Bruto Rp207,1T Bruto Rp167,63T Rp148,5T 17 dapat 60% 40% 20% 0% 2008 2009 2010 Redemption & Buyback dilihat perkembangan kebutuhan pembiayaan APBN 100% 80% 0 sebesar Rp55,66 triliun. grafik Bruto Rp268,5T 300 200 Dari Grafik 17 Realisasi Penerbitan SBN IDR Triliun uang mata 99.78 Sumber : DJPU Sedangkan dari 55.66 (107.82) 250 dilihat 99.31 212.89 Jatuh Tempo dan penerbitan SBSN sebesar Rp57,08 trilliun. bila % Realisasi 268.55 2011 Netto 2012 penerbitan valas -rhs Sumber : DJPU melalui penerbitan SBN dari tahun ke tahun Grafik 18 Perkembangan Outs. SBN adanya 1,500 peningkatan tersebut menyebabkan adanya 1,250 25% peningkatan outsanding SBN. Dari grafik 18 1,000 20% digambarkan terjadi peningkatan outstanding 750 15% SBN untuk hampir semua seri, kecuali dari SBN 500 10% variabel rate serta SU dan SRBI. Porsi SBN 250 5% semakin valas meningkat. terhadap total Dengan SBN juga semakin 0 0% meningkat dari tahun ke tahun seiring kebijakan 2008 Pemerintah untuk melakukan penerbitan SBN SPN dan ZC SBN Valas SU dan SRBI dalam mata uang USD dan JPY. 30% Sumber : DJPU 2009 2010 2011 FR IFR porsi valas -rhs 2012 VR SDHI Portofolio Utang Pg. 11 PORTOFOLIO PINJAMAN dalam triliun IDR Pada APBN -P tahun 2012 ditargetkan pembiayaan melalui Pinjaman sebesar Rp54,7 triliun, yang terdiri dari Rp15,6 triliun Pinjaman Program dan Rp38,1 triliun Pinjaman Proyek dan Pinjaman Dalam Negeri sebesar Rp0,9 triliun. Dari target tersebut, terealisasi Tabel 3. Realisasi Penarikan Pinjaman 2012 Pinjaman Program APBN-P 2012 15.60 World Bank ADB JICA, Japan IDB Realisasi % Realisasi 15.00 96.15 8.13 5.40 1.80 0.53 Pinjaman Proyek Pinj. Dalam Negeri Total Pinjaman Sumber : DJPU 38.13 0.99 54.72 8.62 5.81 0.57 106.03 107.63 0.00 107.55 18.80 1.47 35.27 49.30 148.03 64.45 - disbursement Pinjaman Program selama tahun 2011 mencapai sebesar Rp13,6 triliun (70,7% dari target) dan Pinjaman Proyek sebesar Rp18,1 triliun (49,0% dari target). Realisasi disbursement Pinjaman Proyek yang masih rendah pada tahun 2012 salah satunya disebabkan karena keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam memenuhi condition precedent sebagai dasar efektifnya pinjaman. Selain itu disebabkan pula oleh keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam menyelesaikan proses pengadaan serta lamanya proses penerbitan No Objection Letter (NOL) dari kreditur, sehingga mengganggu jadwal pengadaan. Relatif rendahnya realisasi disbursement Pinjaman dibandingkan dengan pembayaran repayment-nya, menyebabkan net flow instrumen Pinjaman menjadi negatif. Dalam realisasi APBN 2012 terdapat negatif flow dari Pinjaman sebesar Rp17,3 triliun. Adapun perkembangan realisasi disbursement dan repayment Pinjaman selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 19. Perkembangan outstanding Pinjaman (IDR Triliun) 80 Chart 19 Realisasi Penarikan Pinjaman (IDR Triliun) 60 60 40 20.12 29.72 24.51 20 30.10 28.94 29.04 18.11 13.58 18.80 15.00 (50.63) (47.32) (51.16) 0 40 (20) (40) (60) (63.44) (68.03) 2008 2009 Pinj. Program Principal 2011 2012 Pinj. Proyek Net Flow Tabel 4. Outstanding Pinjaman 2008 2009 2010 2011 Berdasarkan Sumber Pinjaman Multilateral 222.7 202.4 208.3 213.0 Bilateral 484.9 387.9 380.7 381.7 Komersial 21.7 20.2 27.7 26.2 Supplier 1.0 0.7 0.6 0.5 Berdasarkan Tujuan Pinjaman Program 180.2 175.8 197.2 210.5 Proyek 550.0 434.6 415.1 405.3 Total Loan 730.2 611.2 617.3 621.3 outstanding Pinjaman Pemerintah hanya didominasi oleh Pinjaman Proyek. Namun seiring dengan perkembangan kebutuhan pembiayaan defisit, terdapat kecenderungan untuk memanfaatkan pinjaman yang sifatnya tunai (Pinjaman Program) selama beberapa tahun terakhir ini. Dalam hal kinerja pengadaan dan penyerapannya, (40) (80) 2010 kreditur. 2000 0 (60) (80) Sumber : DJPU tahun 20 (20) sebagaimana grafik 20, dapat dilihat dari sisi Sebelum 80 2012 229.7 358.1 26.1 0.4 218.2 396.1 614.3 Sumber : DJPU Pinjaman Program relatif sangat baik karena tersedianya underlying program serta karakter disbursement pinjaman yang relatif mudah dan dapat ditarik sekaligus. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang Pg. 12 E. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang RISIKO TINGKAT BUNGA Indikator risiko tingkat bunga portofolio Tabel 5. Indikator Tingkat Bunga Utang Pemerintah Uraian utang Pemerintah yang ditunjukkan oleh rasio VR (variable/floating rate) serta rasio refixing Des '11 (%) Des '12 (%) Change (%) Rasio VR Portofolio terhadap total utang rate mengalami penurunan. Rasio VR terhadap SBN total utang turun dari 18,83% pada 2011 Pinjaman 7.47 6.21 -1.25 11.36 9.90 -1.46 18.83 16.12 -2.71 menjadi 16,12% pada akhir 2012 begitu juga Utang rasio refixing rate yang turun dari 25,85% pada Rasio Refixing rate portofolio terhadap total utang 2011 menjadi 22,39% di akhir tahun 2012. SBN 12.68 10.56 -2.12 Pinjaman 13.17 11.82 -1.35 Utang 25.85 22.39 -3.46 Penurunan kedua indikator risiko tersebut sebagian besar disebabkan oleh semakin kecil Sumber : DJPU porsi Pinjaman dalam portofolio utang dan turunnya rasio VR dalam portofolio SBN. Pada tahun 2012 disbursement Pinjaman bersuku bunga floating masih lebih kecil dibandingkan pelunasannya tersebut. Sementara dari sisi SBN tidak diterbitkannya SBN VR di tahun 2012, sementara SBN FR mengalami peningkatan sebesar yang cukup signifikan. Keterangan lebih lanjut mengenai penurunan indikator risiko ini dijelaskan pada bagian perubahan komposisi jenis suku bunga. Dari segi komposisi jenis suku bunga, Grafik 21 Proporsi Interest Utang terdapat peningkatan porsi fixed rate portofolio utang sebesar 2,7% dimana persentase fixed 7,5% 7,5% 7,0% 2012 6,2% 83,9% rate pada akhir tahun 2012 naik menjadi 83,88%. Kenaikan persentase fixed rate tersebut terjadinya penurunan porsi variable rate sebesar 1,27% menjadi 6,21% di 81,2% menyebabkan 2011 tahun 2012 pada SBN VR dan penurunan sebesar 0,16% menjadi 10,03% di tahun 2012 pada Pinjaman. Penurunan porsi suku bunga variabel dari Pinjaman terutama disebabkan oleh 0% 20% Fixed rate ADB rate 40% 60% SBN VR Other VR 80% 100% Libor 6 m Sumber : DJPU penurunan jumlah outstanding suku bunga berbasis LIBOR dan ADB floating rate. Perubahan komposisi suku bunga ini dipengaruhi oleh meningkatnya peran SBN yang sebagian be sar bersuku bunga fixed dalam mendukung pembiayaan APBN. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang Pg. 13 Tabel 5. Sensitifitas Biaya Utang Dengan turunnya porsi variabel rate terhadap portofolio maka sensitivitas portofolio terhadap perubahan tingkat bunga acuan. Dari tabel 5 diketahui kenaikan 1 bps saja dari SPN 3 m akan menyebabkan penambahan biaya SBN Delta Cost (miliar IDR) Jenis Bunga Perubahan 2011 2012 SBI 3 m 1 bps 13.51 12.28 Libor 6 m 1 bps 12.65 14.73 Lainnya 1 bps 5.72 5.07 VR sebesar Rp12,28 miliar. Begitu juga dengan sensitivitas utang terhadap LIBOR, kenaikan Sumber : DJPU LIBOR interest 1 bps akan menyebabkan penambahan biaya utang sebesar Rp14,73 miliar RISIKO NILAI TUKAR Nominal dalam IDR trliun Indikator risiko nilai tukar portofolio utang ditunjukkan oleh rasio utang Tabel 7. Utang Valas Pemerintah valas terhadap total utang. Rasio tersebut pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,68% dari 45,10% pada akhir tahun 2011 menjadi 44,42% pada 2012. Ditinjau dari besaran PDB, rasio utang valas selama tahun 2012 mengalami penurunan persentase sebesar 0,34% dari 10,99% di akhir tahun 2011 menjadi 10,65% di akhir tahun 2012. Dengan adanya penurunan Uraian Total Utang (Rp triliun) Utang valas (FX) (Rp triliun) Porsi Utang Valas thd Total Utang PDB Nominal (Rp Tilliun) Rasio Utang valas thd PDB 1,808.95 1,975.42 166.48 816.11 877.43 61.32 45.10% 44.42% -0.68% 7,427.09 8,241.86 814.78 10.99% 10.65% -0.34% Tabel 8. Perubahan Utang Valas Outstanding Ori Curr (mi) 2011 mengurangi kerentanan perekonomian terhadap USD JPY EUR 44.35 49.78 2,585.42 2,498.83 4.71 4.49 potensia Perubahan kurs terhadap IDR tukar valuta asing terhadap Rupiah menjadi berkurang. Selain itu, dengan adanya penurunan rasio utang valas juga berpotensi shock pasar keuangan karena volatilitas nilai tukar portofolio utang Pemerintah berkurang. Penurunan rasio utang valas terhadap total utang tidak serta merta disebabkan oleh penurunan outstanding utang valas dalam equivalen kenyataannya Rupiah. Pada outstanding utang valas mengalami peningkatan sebesar Rp61,32 triliun atau sekitar 7,51%, Change Sumber : DJPU rasio ini beban Pemerintah dalam memenuhi kewajiban utang akibat peningkatan kurs nilai Des 2011 Des 2012 USD JPY EUR 9,068 117 11,739 2012 Change 12.23% -3.35% -4.67% 9,670 112 12,810 6.64% -4.14% 9.12% 481.33 279.77 57.53 58.81 877.43 19.68% -7.35% 4.03% 3.77% 7.51% Outstanding in IDR (tr) USD JPY EUR Lainnya Total Sumber : DJPU 402.16 301.98 55.30 56.67 816.11 Pengelolaan Risiko Portofolio Utang Pg. 14 dimana lebih banyak terjadi pada peningkatan utang dalam mata uang USD. Mata uang USD mengalami kenaikan outstanding yang cukup signifikan disebabkan oleh peningkatan utang riil dalam original currency ditambah dengan penurunan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Sementara utang dalam mata uang Yen juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan nilai utang riil dalam original currency serta penurunan nilai tukar JPY terhadap IDR. Outstanding utang valas dalam mata uang Euro mengalami kenaikan yang disebabkan oleh peningkatan nilai tukar EUR terhadap IDR yang signifikan, padahal kalau dilihat dari nilai utang riil maka outstanding utang EUR mengalami penurunan dalam original currency. Secara rinci perubahan utang valas untuk setiap mata uang utama dapat dilihat pada tabel 8. Utang valas Pemerintah yang Grafik 22 Outstanding Utang Valas didominasi oleh utang dalam valuta USD dan cukup 1,000 signifikan, dimana untuk utang dalam valuta 800 JPY mengalami perubahan yang USD mengalami peningkatan dari 49,28% di tahun 2011 menjadi 54,86% di akhir tahun 600 Outs by Curr Outs by inst 7% 7% 37% 32% 76% 400 2012. Sedangkan untuk utang valas dalam JPY mengalami penurunan dari 37,00% di tahun 200 USD Porsi SBN dalam portofolio valas 55% 49% 30% 24 % 0 2011 menjadi 31,89% di akhir tahun 2012. 70% 2011 2011 JPY EUR Lainnya 20122012 SBN Pinjaman Sumber : DJPU cenderung membesar sejalan dengan bertambahnya penerbitan SBN valas yang diiringi pertumbuhan negatif pada portofolio pinjaman (terutama apabila dilihat berdasarkan outstanding pada original currency). Penambahan porsi SBN dalam portofolio utang valas membawa konsekuensi pengelolaan utang valas yang lebih fleksibel karena sifatnya yang dapat diperdagangkan, sehingga lebih mudah untuk mengelola utang berbasis pasar. Selain itu, dengan makin besarnya porsi SBN dalam portofolio utang valas, akan lebih memudahkan pengelolaan administrasinya (pembukuan dan settlement). Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa perubahan kurs dapat menyebabkan perubahan outstanding utang yang cukup signifikan. Sebagai contoh, peningkatan kurs USD yang merupakan porsi terbesar pada portofolio utang valas sebesar Rp100,- akan menyebabkan Tabel 9. Sensitivitas Nilai Tukar Jenis Sensitifitas Change of Valas 2011 2012 USD 100 rupiah 4.43 4.98 JPY 1 rupiah 2.59 2.50 EUR 100 rupiah 0.47 0.45 Sumber : DJPU outstanding utang berubah sebesar Rp4,98 triliun di tahun 2012. Hal ini meningkat bila dibandingkan kondisi akhir tahun 2011 yang besarnya Rp4,43 triliun. Pengelolaan Risiko Portofolio Utang Pg. 15 RISIKO PEMBIAYAAN KEMBALI Risiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukan pembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancing sama sekali yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pemerintah. Risiko refinancing terutama disebabkan apabila jumlah utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar terjadi secara bersamaan, sehingga akan meningkatkan jumlah penerbitan/penarikan utang dan meningkatkan Yield yang diminta investor/lender. Indikator risiko refinancing yang paling sederhana dan jelas adalah maturity profile portofolio utang, khususnya untuk tenor jangka pendek. Maturity profile yang tersebar merata akan kurang berisiko dibandingkan maturity profile yang terkonsentrasi pada satu periode waktu tertentu. Sebaran maturity profile portofolio utang untuk tahun 2012 dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 dapat dilihat pada grafik berikut: Triliun IDR 160 Grafik 23 Maturity Profile Utang Pinjaman Des ' 12 SBN Des'12 Pinjaman Des ' 11 SBN Des'11 140 120 100 80 ` 60 40 20 1 yr 2 yr 3 yr 4 yr 5 yr 6 yr 7 yr 8 yr 9 yr 10 yr 11 yr 12 yr 13 yr 14 yr 15 yr 16 yr 17 yr 18 yr 19 yr 20 yr 21 yr 22 yr 23 yr 24 yr 25 yr 26 yr 27 yr 28 yr 29 yr 30 yr >30 yr 0 Sumber : DJPU Dari grafik 23 dapat dilihat terjadi pemerataan jatuh tempo utang di tahun 2033 (22 tahun dari 2011) yaitu SU-SRBI non tradable dari pembayaran secara utuh (bullet) di tahun 2033 menjadi pembayaran secara amortisasi dari tahun 2013-2042. Pemerataan utang jatuh tempo ini merupakan hasil dari Surat Keputusan Bersama antara Pemerintah dan Bank Indonesia. Dengan adanya pemerataaan pembayaran jatuh tempo utang ini terdapat kepastian jadwal pembayaran dan membantu cashflow Bank Indonesia dalam ra ngka memperbaiki neraca. Akibat adanya kegiatan penerbitan SBN, penarikan pinjaman serta pembayaran cicilan pokok utang terjadi perubahan struktur maturity profile untuk tahun 2011 dan tahun 2012. Perbedaan mencolok terjadi pada utang yang akan jatuh tempo dalam waktu 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun dan 15 tahun yang meningkat selama tahun 2012. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya penerbitan surat berharga yang bertenor pendek dengan jumlah yang cukup signifikan Pengelolaan Risiko Portofolio Utang Pg. 16 yaitu penerbitan SPN dan SPN-S (tenor 2 tahun) serta penerbitan SBN valas. Dengan semakin besarnya jumlah utang yang berjatuh tempo panjang maka semakin meningkat pula average time to maturity utang secara keseluruhan. Tabel 9. Average Time To Maturity Untuk melihat kondisi refinancing risk secara keseluruhan dapat tergambar melalui angka rata-rata jatuh tempo (average to Keterangan Des 2011 Des 2012 Outstanding (triliun IDR) ATM (tahun) Outstanding (triliunIDR) ATM (tahun) 33.73 0.50 24.28 0.35 SBN Zero Coupon Maturity/ATM) portofolio utang. ATM portofolio Fixed Rate 517.14 10.44 610.39 11.51 utang menggambarkan seberapa panjang masa Global Bond 195.63 10.63 264.91 11.24 pelunasan dari portofolio utang. Berdasarkan tabel SU non SRBI * 117.94 8.49 113.75 7.80 9 Islamic Securities dapat dilihat terjadinya kenaikan risiko refinancing bila dilihat dari ATM portofolio utang (di Variabel Rate luar SRBI), yaitu ATM mengalami kenaikan dari Total SBN 8,39 tahun menjadi 8,96 tahun di akhir 2012. Pinjaman Total Utang Sumber : DJPU 61.45 4.84 98.62 6.39 135.06 5.81 122.75 5.09 1,060.96 9.03 1,234.71 9.84 615.83 7.30 614.32 7.20 1,676.79 8.39 1,849.03 8.96 Perkembangan Indikator Risiko Utang Pg. 17 F. Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang 5 (Lima) Tahun Terakhir Indikator Risiko 2008 2009 2010 2011 2012 1,636.74 730.25 906.50 1,590.66 611.20 979.46 1,681.65 617.25 1,064.40 1,808.95 621.29 1,187.66 1,975.42 614.32 1,361.10 Interest rate risk (%) 22.89 21.99 20.29 28.16 28.15 26.08 Exchange rate Risk (%) 18.83 25.85 16.12 22.39 17.22 13.42 12.05 10.99 10.65 52.11 47.42 46.17 45.10 44.42 52.58 53.69 21.16 21.27 17.35 17.70 5.07 3.86 3.84 3.49 Refinancing Risk (%) Matured in 1 year 6.41 7.57 7.06 Matured in 3 year 18.64 20.29 20.82 Matured in 5 year 31.05 33.17 34.15 Average time to maturity* (tahun) Loan 7.41 7.56 7.58 SBN 9.92 9.09 8.98 Total 8.80 8.44 8.42 54.88 22.23 16.69 3.06 3.13 55.58 24.37 14.16 2.91 2.98 8.15 22.66 34.57 7.17 21.52 32.36 7.30 9.03 8.39 7.20 9.84 8.96 Outstanding (Rp milliar) Loan SBN Rasio variable rate Refixing rate Rasio utang FX terhadap PDB Rasio utang FX terhadap Total Utang Komposisi currecy Utang - IDR - USD - JPY - EUR - Lainnya 47.89 21.78 20.89 6.36 3.08 Kesimpulan Dan Saran Pg. 18 G. Kesimpulan Dan Saran KESIMPULAN Ekonomi dunia selama tahun 2012 masih diliputi ketidakpastian dan mengalami perlambatan yang disebabkan oleh berlarutnya penyelesaian krisis utang Eropa, koreksi pertumbuhan ekonomi Asia (China, Jepang dan India) serta ditambah dengan rentannya pertumbuhan ekonomi AS yang dibayangi risiko jurang fiskal. Kendati demikian, ekonomi Indonesia justru menunjukkan kinerja yang positif, ditandai dengan pertumbuhan PDB sebesar 6,23%, jauh di atas pertumbuhan agregrat ekonomi dunia yang hanya 1.73%. Stabilitas dan prospek ekonomi makro Indonesia yang semakin baik ini juga terefleksikan pada kondusifnya pasar keuangan domestik yang mampu menarik lebih banyak dana investasi asing. Derasnya aliran asing ke pasar keuangan domestik ini berdampak pada semakin rendahnya imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang diminta investor. Disamping itu, bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami capaian tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal IV 2012. Seiring dengan membaiknya ekonomi makro dan pasar keuangan Indonesia, kinerja pengelolaan utang Pemerintah juga menunjukkan peningkatan yang positif. Kinerja tersebut ditunjukkan oleh tren penurunan rasio Debt to GDP terus berlanjut, yang mencapai 23,97% pada akhir 2012, lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun 2011 yang sebesar 24,28%, dan penurunan indikator tingkat risiko Perkembangan risiko utang Pemerintah periode tahun 2012, adalah sebagai berikut : a. Risiko tingkat suku bunga pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,46% dilihat dari rasio refixing rate portofolio utang. Penurunan ini disebabkan oleh penambahan outstanding utang yang lebih banyak didominasi utang bersuku bunga fixed rate. b. Risiko nilai tukar selama tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,68%. Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh penurunan outstanding riil utang dalam mata uang JPY dan didukung pelemahan kurs JPY terhadap IDR selama tahun 2012. c. Refinancing risk selama tahun 2011 mengalami penurunan risiko yaitu dengan ratarata jatuh tempo utang non SRBI menjadi lebih panjang sebesar 0,57 tahun. Berdasarkan kondisi tingkat risiko selama tahun 2012 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan risiko portofolio utang mengalami perbaikan dilihat dari sisi risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar dan dari risiko refinancing. Kesimpulan Dan Saran Pg. 19 SARAN Berdasarkan perkembangan portofolio dan risiko pengelolaan utang tahun 2012, maka untuk tahun 2012 disarankan untuk: a. Melakukan pembiayaan secara fleksibel dengan memprioritaskan instrumen pembiayaan yang murah dengan risiko yang terkendali. Hal ini dimungkinkan dengan adanya ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagai contoh perlu di pertimbangkan adanya pembiayaan alternatif dari PLN komersial menjadi PLN yang lebih murah atau melalui PDN/SBN b. Melakukan pengelolaan utang Pemerintah secara hati-hati dan menghindari keterlenaan (complacency) yang ditengarai menjadi akar krisis utang di Kawasan Eropa. c. Membatasi penerbitan SBN Valas pada tingkat sustainable serta melakukan refinancing PLN berbiaya tinggi dengan menerbitkan SBN domestik untuk mengurangi peningkatan risiko nilai tukar. Selain hal tersebut pemilihan PLN baru perlu mempertimbangkan jenis currency sesuai dengan strategi pengelolaan utang. d. Mempersiapkan instrumen hedging sebagai bagian dari strategi pengelolaan utang untuk mengelola risiko nilai tukar dan fluktuasi currency.