2.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Mutmainna/I3400063
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ferdi Tri Wahyudi/I3400100
Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS/19610927 198601 2 001
Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social
Responsibility Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
24Maret 2014, 11.00-12.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan
Balongan Kabupaten Indramayu adalah masyarakat yang termasuk dalam Ring 1 wilayah operasi
kilang minyak PT Pertamina. Dari pemaparan pendamping lapang CSR PT. Pertamina di kedua
desa tersebut, diperoleh informasi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya
belum mencapai kesejahteraan. Masyarakat disekitar perusahaan masih banyak yang berada
pada kondisi miskin karena tidak memadainya lapangan pekerjaan, kapasitas SDM yang lemah,
kurangnya pendidikan, dan tidak adanya akses yang diberikan untuk mengelola sumber daya yang
ada. Beberapa tahun lalu pernah terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yang
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT. Pertamina. Permasalahan tersebut dilandasi
ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan yang tidak memedulikan kondisi sosial ekonomi
mereka. Kecemburuan akibat tidak adanya akses terhadap lapangan kerja menjadi penyebab
utama ketidakpuasan masyarakat.
Hal tersebut akhirnya berupaya diselesaikan dan diperbaiki kembali oleh PT. Pertamina
dengan salah satu jalan yakni diinisiasikannya program Corporate Social Responsibility (CSR)
yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut
merupakan salah satu program yang diinisiasikan khususnya di dua desa yakni Desa Balongan,
dan Desa Majakerta yang meliputi program budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan.
Program pemberdayaan ekonomi lokal merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat
melalui kegiatan CSR Petamina yang bekerjasama dengan P4W (Pusat Pengkajian,
Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Upaya pemberdayaan masyarakat
tersebut merupakan salah satu strategi untuk menjaga keberlanjutan PT. Pertamina dalam
menjalankan usahanya. Diinisiasikannya program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut sangat
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak sehingga terbangun sinergi yang
baik, khususnya dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT. Pertamina yang
merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara di Indonesia yang
termasuk dalam BUMN. Berdasarkan laporan keberlanjutan PT. Pertamina tahun 2011, komitmen
penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba
perseroan dengan pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang
direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1). Oleh karena itu, PT.
Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi masyarakat desa binaan sekitar
perusahaan mereka. Salah satu program yang telah diinisiasikan PT. Pertamina yakni program
bina desa mandiri yang salah satunya berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal.
Beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam telah
mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik, namun beberapa
perusahaan lainnya ada juga yang belum mampu mengefektifkan pelaksanaan kegiatan CSR
sehingga tercapai taraf keberhasilan. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak menerapkan konsep-konsep pengembangan
masyarakat misalnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk ikut menyukseskan program-program CSR tersebut. Faktor tersebut
pada akhirnya menyebabkan pelaksanaan kegiatan CSR tidak mampu berkembang secara efektif
2
untuk mencapai tujuannya, yakni memberdayakan masyarakat dan lingkungannya agar
kesejahteraan itu tercapai (Rahmawati, 2010).
Menurut Mapisangka (2009), implementasi program CSR diarahkan pada tercapainya
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Hal ini karena perusahaan
dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga
keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan,
masyarakat disekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan
apresiasi. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kondisi sosial ekonomi
mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR
perusahaan. Implementasi CSR merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh
perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai timbal balik
perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil
keuntungan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya (Susiloadi, 2008). Salah satu aturan dasar
dari pemerintah Indonesia yang membuat konsep CSR tersebut harus direalisasikan dan
diimplementasikan oleh setiap perusahaan di Indonesia karena diberlakukannya Undang-Undang
tentang Perseroan Terbatas (UU-PT) yang salah satu pasal dalam UU-PT 2007 tersebut, yakni
dalam pasal 74 ayat 1, disebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan
kini wajib mengeluarkan dana perusahaannya untuk mengimplementasikan dan membuat program
CSR yang ditujukan bagi seluruh stakeholder terkait.
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijelaskan melalui berbagai bentuk
aktivitas perusahaan seperti program pembangunan atau pengembangan komunitas, pelayanan
komunitas, dan pemberdayaan komunitas. Beberapa perusahaan besar telah mampu
mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik melalui berbagai macam
program. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program dapat diukur
dari sejauhmana program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menggunakan
kealihan dari luar yang diperlukan (pendampingan), dan bersifat partisipatif. Ketika suatu program
CSR dapat diinisiasikan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat tersebut maka
program tersebut diharapkan mencapai keberhasilan sehingga memberikan manfaat berarti bagi
masyarakat. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang lebih positif dalam kehidupan
masyarakat khususnya dalam kondisi sosial ekonomi mereka. Oleh karena itu, penting untuk
melihat pengaruh tingkat keberhasilan program Corporate Social Responsibilty terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dalam upaya
pemberdayaan masyarakat?
2. Sejauhmana kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan PT. Pertamina setelah
diinisiasikannya program CSR?
3. Bagaimana pengaruh tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan PT. Pertamina setelah
diinisiasikannya program CSR.
3. Menganalisis pengaruh tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan.
3
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu
memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika
dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan
pengetahuan mengenai CSR.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan
dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang
berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan
informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas program.
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai kondisi sosial
ekonomi masyarakat akibat tingkat keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan.
4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR
yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi dan tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam lingkungan masyarakat, dunia usaha merupakan bagian dari komunitas yang
memiliki tanggung jawab sosial terhadap seluruh pihak di sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan
pemikiran Khusnul (2009) yang juga mendefenisikan CSR sebagai komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. CSR merupakan salah satu
wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program
kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan
keseimbangan pada 3 aspek yang sangat penting. Dengan perkataan lain, Corporate Social
Responsibility (CSR) bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara mencetak keuntungan yang
harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup
demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (Ambadar, 2008).
Selanjutnya, Wibisono dalam Muryaningrum (2010) mendefinisikan CSR sebagai tanggung
jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral
yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sesuai dengan hati yang tulus oleh setiap
perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan stakeholder perusahaan. Secara umum, CSR dapat
didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat disekitarnya melalui berbagai program pemberdayaan yang
bertujuan meningkatkan kemampuan manusia sebagai individu agar tercapai keseimbangan
antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.
Berbagai program CSR yang dilakukan khususnya pada bidang sosial kemasyarakatan
diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga memberikan manfaat kepada
seluruh pihak khususnya masyarakat sendiri dalam meningkatkan kondisi sosel ekonomi mereka
menjadi lebih sejahtera.
2.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Masyarakat merupakan pihak yang akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
suatu perusahaan. Mapisangka (2009) menjelaskan bahwa lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis
perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu
mendapatkan apresiasi. Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari Elkington dalam Anatan
(2010) bahwa CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan
4
lingkungan yang di dasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P). Profit,
sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari
keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan
dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan
meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam organisasi maupun
negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people adalah pemberian beasiswa
bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, pemberian bantuan
modal usaha mikro. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman
hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan. Ketiga faktor ini saling berkaitan
erat satu sama lain dan bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi
dan lingkungan, serta kemungkinan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak yang dapat
mempengaruhi program CSR.
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line tersebut seharusnya konsep dan implementasi
CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan kualiatas hidup
masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih
baik. Soemanto dalam Muryaningrum (2010) menjelaskan setiap perusahaan sudah selayaknya
memahami bahwa setiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi
bagian dari lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu perusahaan seharusnya menyadari dan
tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan
kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi, dan budaya terhadap orang disekelilingnya.
Perhatian terhadap manusia di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan
menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Hal ini semata-mata demi
keberlangsungan perusahaan.
Dalam pelaksanaannya, Nugraha, dkk. dalam Sumaryo (2011) menyatakan bahwa CSR
mempunyai lima pilar aktivitas yakni building human capital (secara internal perusahaan dituntut
menciptakan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang handal; secara eksternal
perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat), strengthening economies
(perusahaan dituntut untuk tidak kaya sendiri, komunitas di lingkungannya miskin), assesing social
cohesion (perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar
tidak menimbulkan konflik), encouraging good governance (dalam menjalankan bisnisnya
perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik), dan protecting the environment
(perusahaan harus berusaha keras menjaga kelestarian lingkungan). Lima pilar aktivitas CSR
tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sangat besar kepada lingkungan
sekitarnya. Perusahaan diharuskan dapat melakukan aksi-aksi utnuk memberdayakan masyarakat
disekitar perusahaan, sehingga terjadi proses empowerment. Proses pemberdayaan dapat
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capacity building) sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sehingga sangat erat kaitannya antara pelaksanaan program CSR oleh perusahaanperusahaan dan seberapa besar kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya.
2.1.3 Konsep Keberhasilan Program CSR dari Perspektif Pengembangan Masyarakat
Indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate
Social Responsibility adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola
kehidupan masyarakat yang bersangkutan (Setiawan dalam Anggraeni 2013). Dalam konsep
pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR dapat dinilai dari sejauh mana
program tersebut diinisiasikan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Jim Ife dan
Longman dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa terdapat dua puluh dua prinsip
pengembangan masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut yakni pembangunan secara terpadu,
mengembangkan proses untuk melawan ketimpangan struktural, memahami dan berkomitmen
terhadap hak-hak asasi manusia, berkelanjutan, memiliki tujuan dan strategi pemberdayaan,
menghubungkan antara persoalan individu dengan struktural, mengembangkan keswadayaan
masyarakat, independensi dari negara, memiliki tujuan jangka menengah dan visi ideal,
berdasarkan inisiatif dan potensi pengembangan yang tumbuh dari masyarakat sendiri,
5
berdasarkan pada langkah-langkah pengembangan, memperkuat kesatuan masyarakat,
menggunakan keahlian dari luar yang diperlukan, mengembangkan kepemilikan masyarakat,
menggunakan pendekatan proses dan hasil yang selaras dengan tujuan, anti kekerasan, bersifat
inklusif, berdasarkan konsensus dalam pengambilan keputusan, mengembangkan kerjasama,
partisipatif, merumuskan dan menyepakati “kebutuhan” secara bersama.
2.1.4 Konsep Partisipasi
Tingkat keberhasilan sebuah program akan sangat dipengaruhi dari sejauh mana
partisipasi suluruh pihak dalam keseluruhan pelaksanaan program dari awal hingga akhir. Nasdian
(2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas
sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses
(lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Cohen dan
Uphoff (1980) dalam Nasdian (2006) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu (1) Tahap
pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.
(2) Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari
pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi
tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
tindakan sebagai anggota proyek. (3) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi
masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya. (4) Tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu
merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur
hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki.
Arstein (1969) dalam Izana (2011) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap
tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir
pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation (manipulasi),
therapy (terapi), information (informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman),
partnership (kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen kontrol (kontrol
masyarakat). Berdasarkan kedelapan tingkat tersebut, Arnstein (1969) dalan Anggraeni (2013)
mengelompokkan lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Nonpartispasi, (2) Tokenisme, dan (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama
(Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada
partisipasi. Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke
dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada
tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Control) termasuk ke
dalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki keuasaan. Partisispasi mendukung
masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya
mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran
kritis) dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi
yang mengelilingi mereka.
2.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi
2.1.5.1 Konsep Pendapatan
Kondisi ekonomi dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Menurut Mubyarto dalam
Rosika (2011), pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau
produksi serta waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan per-jam yang diterima serta
jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan per-jam yang diterima dipengaruhi oleh
pendidikan, keterampilan dan sumber-sumber non tenaga kerja yang dikuasai seperti tanah, modal
dan teknologi. Rosika (2011) kembali mengutip penjelasan mengenai pendapatan menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), yakni perhitungan pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pengeluaran/konsumsi masyarakat. Hal ini didasari oleh paradigma bahwa bila pendapatan
mengalami kenaikan maka akan diikuti oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak sehingga
6
menuntut pengeluaran yang tinggi pula. Pada umumnya semakin tinggi pengeluaran maka
persentase pengeluaran makanan cenderung semakin kecil atau dengan kata lain meningkatnya
pendapatan masyarakat akan menggeser pola konsumsi masyarakat dari lebih banyak
mengkonsumsi makanan menjadi lebih banyak mengkonsumsi bukan makanan. Dari kondisi ini
dapat juga dilihat bahwa apabila persentase pengeluaran masyarakat untuk makanan telah
menurun dari tahun-tahun sebelumnya hal ini dapat menunjukkan bahwa kesejahteraan
masyarakat telah mengalami peningkatan.
2.1.5.2 Konsep Strategi Nafkah
Selain tingkat pendapatan, kondisi ekonomi juga dapat dilihat dari strategi nafkah
masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa
dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood
strategy (strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi bertahan hidup).
Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam
rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur
sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Selanjutnya, menurut Ellis dalam
Fridayanti (2013), strategi nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (alam, fisik, manusia,
modal keuangan, dan modal sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh kelembagaan dan
hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan kehidupan individu atau rumahtangga. Lebih
rinci dijelaskan bahwa terdapat tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu:
a. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian
milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa
atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti
luas.
b. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat
berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak
upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian.
c. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari
pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan
sebagainya.
Merujuk pada Scoones (1998) dalam Turasih (2011), terdapat tiga klasifikasi strategi
nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumahtangga petani, yaitu:
a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian
secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga
kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).
b. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola
nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan,
atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja
selain pertanian dan memperoleh pendapatan.
c. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke
daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh
pendapatan.
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pada umumnya program CSR dilaksanakan dalam bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat yang dirancang dengan strategi yang tepat agar dapat menyentuh segala
permasalahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam keseluruhan pelaksanaan program,
sangat diharapkan dapat mencapai tahap keberhasilan. Dalam konsep pengembangan
masyarakat, tingkat keberhasilan suatu program dapat dicapai apabila didasarkan oleh prinsipprinsip pengembangan masyarakat dalam keseluruhan proses pelaksanaannya. Keberhasilan
suatu program dapat diukur dari sejauhmana program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, adanya pendampingan (menggunakan kealihan dari luar yang diperlukan), dan
7
bersifat partisipatif (Jim Ife dan Longman dalam Nasdian, 2006). Ketika suatu program CSR dapat
diinisiasikan sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat tersebut maka program
tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memberikan manfaat bagi masyarakat. Tercapainya
keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan suatu perusahaan diharapkan dapat
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mengikuti program CSR. Perubahan
tersebut dispesifikkan dalam lingkup sejauhmana partisipasi masyarakat dalam Kelompok Usaha
Bersama yang merupakan suatu kelembagaan yang terbentuk berkat hadirnya program
pemberdayaan ekonomi lokal. Tingkat partisipasi masyarakat tersebut akan dilihat pada tahap
perencanaan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Selain itu, keberhasilan program CSR yang
telah diinisiasikan juga diharapkan dapat mempengaruhi pendapatan, dan strategi nafkah
masyarakat (memberikan masyarakat peluang dalam memperoleh mata pencaharian lainnya). Hal
tersebut akan sangat membantu masyarakat dalam memperbaiki kondisi perekonomiannya.
Indikator keberhasilan program CSR tersebut sejalan dengan indikator yang akan digunakan
dalam mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa binaan PT. Pertamina. Sehingga
semakin tinggi tingkat keberhasilan program CSR yang diinisiasikan suatu perusahaan maka
semakin baik kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan tersebut.
Tingkat Keberhasilan Program CSR:
1. Kesesuai program dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Pendampingan program.
3. Partisipasi masyarakat dalam program
pemberdayaan ekonomi lokal.
Kondisi Sosial Ekonomi:
1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
kelembagaan Kelompok Usaha Bersama.
2. Tingkat pendapatan.
3. Strategi nafkah.
Keterangan :
: Berpengaruh terhadap
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul
adalah diduga terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi
sosial ekonomi masyarakat.
8
2.4.
DEFINISI OPERASIONAL
2.4.1 Tingkat Tingkat Keberhasilan Program CSR
Berikut tabel yang menunjukkan tentang defenisi operasional dari tingkat keberhasilan
program CSR.
Variabel
Definisi Operasional
Indikator yang digunakan untuk
mengukur tingkatan keberhasilan
program CSR yakni berdasarkan prinsip
pengembangan masyarakat yang terdiri
atas:
1. Kesesuai program dengan kebutuhan
masyarakat yakni terjadinya kesamaan
antara program yang diinisiasikan
dengan yang dibutuhkan oleh
Tingkat
masyarakat.
Keberhasilan 2. Pendampingan program yakni upaya
Program
untuk mendampingi, menfasilitasi, dan
mendorong terjadinya proses saling
belajar antara masyarakat.
3. Partisipasi yakni harus keterlibatan
masyarakat dalam proses dan
kegiatan pelaksanaan program.
Indikator
Pengukur Data
 Skor total
18-24= 1
(rendah)
 Skor total
24,1-30= 2
(sedang)
 Skor total
30,1-36= 3
(tinggi)
Ordinal
2.4.2 Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkatan partisipasi yang dicapai masyarakat dalam
tangga partisipasi Arnstein dalam Nasdian (2006) yang difokuskan pada program CSR, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan
rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini.
Tangga
Partisipasi
Arnstein
Non-partisipasi
(Rendah)
Tokenisme
(Sedang)
Manipulation
dan Therapy
Informating,
Concultating
dan Placation
Citizen Power
(Tinggi)
Partnership,
Delegated
Power, dan
Citizen Control
Skor dari masing-masing tangga partisipasi adalah 1 dimana terdapat 8 tangga partisipasi
dari 3 tahapan partisipasi masyarakat. Sehingga, skor keseluruhan tangga partisipasi adalah
8x3=24. Jawaban “Ya” diberi skor 2 dan “Tidak” diberi skor 1. Skor minimum untuk tingkat
partisipasi masyarakat adalah 24x1=24 dan skor maksimumnya adalah 24x2=48. Setelah skor
minimum dan maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (48-24)/3=8. Dengan demikian
dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat adalah:
Rendah, apabila skor total 24-32
Sedang, apabila skor total 32,1-40
Tinggi, apabila skor total 40,1-48
9
2.4.3 Tingkat pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan tetap yang diperoleh oleh responden yang merupakan
pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Pendapatan dihitung perbulan, sesuai
dengan data BPS pada bulan Maret 2013 bahwa upah riil petani per hari sebesar Rp. 27.792,00 .
Penghitungan perbulan sebanyak 20 hari, maka penghasilan normal sebulan sebesar
Rp.555.840,00. Pendapatan rumah tangga responden perbulan :
a. < Rp. 555.840,00 dikategorikan rendah
b. = Rp. 555.840,00 dikategorikan sedang
c. > Rp. 555.840,00 dikategorikan tinggi
2.4.4 Strategi Nafkah
Penerapan strategi nafkah adalah seluruh kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh
responden dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. Kategorisasi dalam
penerapan strategi nafkah yaitu:
a. Intensifikasi strategi pertanian jika pendapatan responden lebih banyak berasal dari sektor
pertanian.
b. Intensifikasi strategi non-pertanian jika pendapatan responden lebih banyak berasal dari
sektor non-pertanian.
c. Diversifikasi nafkah jika pendapatan responden seimbang dari kedua sektor nafkah,
pertanian dan non-pertanian.
d. Rekayasan spasial (migrasi) jika pendapatan responden lebih banyak berasa dari kegiatan
bekerja di luar desa.
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan,
Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara purposive (sengaja) berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan
keberadaan perusahaan PT. Pertamina. Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan yang
dimulai pada Bulan Februari hingga Bulan Juni tahun 2014 (Tabel 2). Kegiatan penelitian meliputi
penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan,
penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Penyusunan proposal
skripsi
Kolokium
Perbaikan proposal
penelitian
Pengambilan data
lapangan
Pengolahan data dan
analisis data
Penulisan draft skripsi
Uji Petik
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
10
3.2.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang
didukung dengan data kualitatif. Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data
kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui observasi dan
wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan
dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang
mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan,
masyarakat, partisipasi, tingkat keberhasilan program, kondisi sosial ekonomi (tingkat
partisipasi dalam KUB, tingkat pendapatan, dan strategi nafkah) dan kegiatan-kegiatan
dalam implementasi program CSR pemberdayaan ekonomi lokal. Selain itu, data sekunder
juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait. Untuk
memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) ialah
peserta program pemberdayaan ekonomi lokal di Desa Balongan, dan Desa Majakerta
Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Responden dipilih secara
acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel angka acak dalam
microsoft excel 2007. Responden berjumlah 60 orang yang akan diwawancarai sesuai
dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2).
3.3.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan
tabulasi silang, untuk mengetahui hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Untuk melihat hubungan yang signifikan antar variabel
digunakan uji statistik non-parametrik melalui rank spearmen (untuk data yang berbentuk ordinal).
Pengujian data menggunakan program komputer SPSS versi 16. Data kualitatif sebagai data
pendukung akan diolah dan dianalisis dengan konten analisis. Penyimpulan hasil penelitian
dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.
Anatan, Lia. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) : Tinjauan Teoritis dan Praktis di
Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh 11 November 2013]. 13(2). Dapat
diunduh dari: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal_manajemen/article/view/220/pdf
Anggraeni, YD. 2013. Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility “Water
Access – Sanitation and Hygiene” PT Aqua Golden Mississippi Citereup. Skripsi. [Internet].
[diunduh
29
November
2013].
Dapat
diunduh
dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66073
Dharmawan AH. 2007. Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: pandangan sosiologi nafkah
(livelihood sociology) mahzab barat dan mahzab Bogor. Sodality. Volume 01 Nomor 02.
[Internet].[diunduh
20
Maret
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnalsodality.ipb.ac.id/index.php/component/sodality/?id=86&task=view Hal 169-192.
Fridayanti, Novia. 2013. Analisis Struktur dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sekitar
Kawasan Hutan Konservasi di Desa Cipeuteuy, Kabupaten Suakbumi. Skripsi. [Internet].
[diunduh
29
November
2013].
Dapat
diunduh
dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66073
Izana NN. 2011. Keefektifan Implimentasi Program Corporate Corporate Social Responsibility
(CSR) Perusahaan Geothermal dalam Meningkatkan Taraf Hidup Warga Komunitas
Pedesaan. Skripsi. [Internet]. [diunduh 27 September 2013]. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47419
Khusnul, Emma. 2009. Program Pemberdayaan CSR Exxonmobil
Dalam Peningkatan
Kesejahteraan Sosial di Desa Gayam Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Jurnal
Trunojoyo.
[Internet]. [diunduh 11 November 2013]. 11(2). Dapat diunduh dari:
http://pta.trunojoyo.ac.id/uploads/journals/090521100016/090521100016.pdf
Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal
Ekonomi dan Sosial Pembangunan. [Internet]. [diunduh 27 Sepetember 2013]. 01(1). Dapat
diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/ 2009/09/ANDI_M-CSR1.pdf
Muryaningrum, Y.2010. Analisis program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dalam
Upaya Pengembangan Masyarakat. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Nasdian, FT. 2006. Materi Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. Fakultas EkologiManusia. Institut Pertanian Bogor.
PT. Pertamina. 2011. Strengthening Our Commitment. Laporan Keberlanjutan. [Internet]. [diunduh
7 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.pertamina.com/media/bb465a99-5106-40b2bf11-f2928221921f/SR%20pertamina%202011_22jan13.pdf
Rahmawati A.2010. Efektivitas Organisasi dan Implementasi Program Corporate Social
responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian
Bogor.
Rosika, AA. 2011. Efektivitas dan Dampak Program Community Based Development Bali
Sejahtera dalam Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Miskin di
Kabupaten Gianyar. [Internet]. [diunduh 20 Maret 2014]. Dapat diunduh
dari:http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-283-1379376497-bab%20i,ii,iii,iv.pdf
12
Sumaryo. 2011. Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah
Tangga. Jurnal Ekonomi Pembangunan. [Internet]. [diunduh 13 November 2013]. 12(2).
Dapat diunduh dari: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1324/09
Sumaryo1.pdf?sequence=1
Susiloadi, Priyanto. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Spirit Publik. [Internet]. [diunduh 13 November 2013].
04(2). Dapat diunduh dari: http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp4_2_priyanto.pdf
Turasih. 2011. Sistem nafkah rumahtangga petani kentang di Dataran Tinggi Dieng (kasus Desa
Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah).
[Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 113 hal.
13
Lampiran 1. Peta Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu, Provinsi Jawa Barat
14
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER
Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Penerima Program
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isilah sesuai dengan pertanyaan yang diajukan!
2. Jawablah sesuai dengan petunjuk yang berada di dalam kurung dan bercetak miring, tertera pada
setiap nomor atau tabel!
3. Jika ada tanda *) lihat keterangan di bawah tabel!
I. KARAKTERISTIK INDIVIDU
Berilah tanda silang [X] pada pilihan yang benar/sesuai ATAU isi jawaban pada bagian yang
disediakan!
Karakteristik Individu Responden
…………………………………………………………............
1
Nama
2
Tempat/Tanggal
Lahir
…………………………………………………………............
3
Alamat Lengkap
Jl………………………………………………………….........
RT:……...…..... RW:………..... No:..................
Kelurahan:…………………… Kecamatan:…………........
Kabupaten/Kota:……………… Kode Pos:…………...........
4
Nomor Telpon/HP
…………………………………………………………............
5
Jenis Kelamin
[
] Laki-laki
[
] Perempuan
Karakteristik Peserta Program
6
Status dalam
Keluarga
[
[
[
7
Umur
.............................................................................................
8
Jenis Kelamin
] Suami
] Istri
] Anak
[
] Laki-laki
[
] Perempuan
9
Status
Pernikahan
[
[
[
[
]
]
]
]
10
Pendidikan
Terakhir
[
[
[
] Tidak Sekolah/Tamat SD
] Tamat SMP
] Tamat SMA/PT
11
Pekerjaan diluar
sebagai peserta
program CSR
[
[
[
] Bidang Industri, sebutkan:..........................................
] Bidang Perdagangan dan Jasa, sebutkan:................
] Bidang Pertanian, sebutkan:......................................
Menikah
Cerai Hidup
Cerai Mati
Belum Menikah
15
12
13
Status Pekerjaan
Pengalaman
Berkelompok
[
[
[
[
] Pemilik/Pengusaha
] Pegawai/Pekerja/Buruh
] Tidak Ada
] Ikut 1-3 Kelompok, sebutkan: ....................................
....................................................................................
[ ] Lebih dari 3 Kelompok, sebutkan: .............................
....................................................................................
II. TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR
Beri tanda centang () pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang
menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda!
No
14
15
16
17
18
19
20
Pertanyaan
Program pemberdayaan ekonomi (budidaya lele/ perikanan
tangkap/peternakan) yang diadakan oleh PT Pertamina yang
bekerjasama dengan P4W LPPM IPB telah sesuai dengan apa yang
saya butuhkan.
Setelah terlaksananya program pemberdayaan ekonomi (budidaya
lele/perikanan tangkap/peternakan), saya terus melanjutkan secara
mandiri.
Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan
bantuan sumberdaya (modal, alat/bahan) untuk melakukan
budidaya/melaut/beternak.
Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan
kesempatan untuk melaksanakan usaha di bidang budidaya
lele/perikanan tangkap/peternakan.
Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan
pengetahuan untuk melaksanakan budidaya lele/perikanan
tangkap/peternakan.
Dengan hadirnya program budidaya lele, saya mendapatkan
keterampilan untuk melaksanakan budidaya lele/perikanan
tangkap/peternakan.
Saya turut memberikan pendapat dalam perencanaan program budidaya
lele/perikanan tangkap/peternakan.
21
Saya melakukan beberapa inovasi yang berkaitan dengan program
budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan.
22
Saya mendapatkan pelatihan dari ahli/pendamping teknis program
budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan.
23
Saya mendapatkan pembinaan langsung dari pendamping teknis
program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan.
24
25
26
Setelah dilaksanakannya program budidaya lele/perikanan
tangkap/peternakan, saya semakin sering berdiskusi dengan masyarakat
yang menjadi peserta program lainnya.
Saya mengikuti program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan.
yang diadakan oleh PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W
LPPM IPB tanpa paksaan dari siapa pun.
Saya menyadari bahwa program pemberdayaan ekonomi ini terbuka
untuk setiap orang yang ingin melakukan budidaya lele/perikanan
tangkap/peternakan.
Ya
Tidak
16
27
Saya dan peserta program pemberdayaan ekonomi lainnya saling
membantu saat melakukan panen, penangkapan, pengolahan hasil
budidaya.
28
Saya dan peserta program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan
lainnya saling membantu saat melakukan pemasaran hasil budidaya.
29
Saya ikut memberikan ide dalam pelaksanaan program pemberdayaan
ekonomi.
30
Saya ikut melaksanakan program budidaya lele/perikanan
tangkap/peternakan sesuai dengan petunjuk teknis dari pendamping
teknis lapangan.
31
Saya ikut mengevaluasi program pemberdayaan ekonomi (budidaya
lele/perikanan tangkap/peternakan) yang telah dilaksanakan.
III. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA
Beri tanda centang () pada jawaban (iya atau tidak) atas pertanyaan dibawah ini sesuai dengan
pilihan anda yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda!
No
Pertanyaan Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tahap Perencanaan
14
Apakah Anda hadir saat rapat perencanaan Kelompok Usaha Bersama?
15
Apakah Anda menghadiri rapat perencanaan kelompok tersebut karena
keinginan Anda sendiri?
16
Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan pendapat?
17
18
Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada
kesepakatan dalam pengambilan keputusan?
20
Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih
besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan?
Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh
dalam perencanaan program Kelompok Usaha Bersama Balongan
Mandiri?
Tahap Pelaksanaan
22
Apakah Anda hadir saat rapat pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama?
23
Apakah Anda menghadiri rapat pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama
Balongan Mandiri tersebut karena keinginan Anda sendiri?
24
Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan pendapat?
25
26
Tidak
Ketika Anda memberikan pendapat, apakah pendapat Anda
diperhitungkan oleh perusahaan?
Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap
berwenang penuh mengambil keputusan?
19
21
Ya
Ketika Anda memberikan pendapat, apakah pendapat Anda
diperhitungkan oleh perusahaan?
Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap
berwenang penuh mengambil keputusan?
Ya
Tidak
17
27
Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada
kesepakatan dalam pengambilan keputusan?
28
Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih
besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan?
29
Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh
dalam rapat pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama Balongan
Mandiri?
Tahap Evaluasi
Ya
30
Apakah Anda hadir saat rapat evaluasi Kelompok Usaha Bersama?
31
Apakah alasan Anda menghadiri rapat evaluasi tersebut atas keinginan
sendiri?
32
Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan penilaian?
33
34
35
Tidak
Ketika Anda memberikan pendapat, apakah penilaian Anda
diperhitungkan oleh perusahaan?
Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap
berwenang penuh mengambil keputusan?
Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada
kesepakatan dalam pengambilan keputusan?
36
Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih
besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan?
37
Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh
dalam rapat evaluasi program Kelompok Usaha Bersama?
IV. PENDAPATAN RESPONDEN
Petunjuk :
1. Isilah tabel dengan nominal yang digunakan, contoh : Rp 50.000
2.Silahkan tambahkan kegiatan anda yang menambah pendapatan untuk kebutuhan hidup
anda.
No
Sumber Pendapatan
Jumlah Pendapatan
1
Buruh Tani
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hasil Penjualan Tangkapan Ikan
Hasil Penjualan Panen Ikan Lele
Hasil Penjualan Budidaya Peternakan
Wirausaha
Total
Lampiran 3. Pertanyaan Mendalam
18
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility
Terhadap Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat
Tujuan
Informan
: Menggali informasi terkait dengan kebijakan dan penyelenggaraan program
CSR (program pemberdayaan ekonomi lokal) oleh PT. Pertamina
: Tokoh Masyarakat
Hari/tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan
oleh PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB terkait dengan tanggung
jawab sosial perusahaan/CSR? Dari mana dan apa saja?
2) Apakah Bapak/Ibu turut aktif berperan serta dalam kegiatan CSR yang diselenggarakan
Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB?
3) Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk berperan serta?
4) Siapa saja menurut Bapak/Ibu yang terkait dengan kegiatan ini selama pelaksanaannya?
5) Bagaimana menurut anda mengenai kegiatan CSR PT. Pertamina RU VI yang bekerjasama
dengan P4W LPPM IPB?
6) Sejauh ini apakah manfaat yang anda rasakan dari kegiatan CSR PT. Pertamina yang
bekerjasama dengan P4W LPPM IPB?
7) Berupa apa saja manfaat yang anda rasakan tersebut?
8) Menurut Bapak/Ibu apakah program CSR PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W
LPPM IPB tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan penerima program?
9) Apakah harapan Bapak/Ibu bagi kegiatan CSR Pertamina yang bekerjasama dengan P4W
LPPM IPB?
19
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility Terhadap
Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Desa Binaan Perusahaan
Tujuan
Informan
: Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT.Pertamina yang
bekerjasama dengan P4W LPPM IPB
: Pendamping program CSR PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM
IPB
Hari/tanggal wawancara
Lokasi wawancara
Nama dan umur informan
Jabatan
:
:
:
:
Pertanyaan Penelitian:
I. Pertanyaan Umum
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai menyelenggarakan CSR?
2. Sejak kapan CSR mulai diselenggarakan?
3. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap CSR?
4. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR?
5. Siapa yang merumuskan kebijakan tersebut?
6. Apakah definisi CSR menurut PT. Pertamina?
7. Apakah visi dan misi CSR PT. Pertamina?
8. Apakah tujuan dan sasaran utama pelaksanaan CSR oleh Pertamina?
9. Bagaimana posisi struktural CSR dalam perusahaan?
10. Apa nama bagian yang membawahi penyelenggaraan CSR? Berapa jumlah orang yang
berada di bawah divisi/bagian tersebut?
11. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang dialokasikan
untuk penyelenggaraan program CSR?
12. Apakah setiap tahunnya sama atau tidak?
13. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakannya CSR oleh perusahaan?
14. Bagaimana mekanisme survei dalam pelaksanaan CSR untuk suatu tempat dan sasaran?
Berapa lama? Dibantu oleh siapa?
15. Bagaimana cara pandang perusahaan terhadap CSR dan Comdev?
16. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam menjalankan CSR?
17. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari mencari kebutuhan masyarakat?
18. Kendala apa yang dialami saat hendak melaksanakan CSR disuatu tempat?
19. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya?
20. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam
menjalankan CSR? Mengapa?
21. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa dan
mengapa?
22. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR? Sampai sejauh
mana? Mengapa?
23. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program CSR yang pernah dilaksanakan?
Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program berikutnya?
24. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini?
25. Apa saja dampak yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan CSR?
26. Apakah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa?
27. Bagaimana seharusnya bentuk CSR yang dilaksanakan suatu perusahaan?
20
Lampiran 4. Rancangan Skripsi
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Masalah Penelitian
1.3
Tujuan Penelitian
1.4
Kegunaan Penelitian
2.
PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.2
Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Penelitian
2.4
Definisi Operasional
3.
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2
Teknik Sampling
3.3
Teknik Pengumpulan Data
3.4
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.
GAMBARAN UMUM
4.1
Profil Desa Balongan, Desa Majakerta, Desa Karangsong
4.1.1 Karakteristik Penduduk
4.1.2 Kondisi Geografis
4.1.3 Kondisi Ekonomi
4.1.4 Kondisi Sosial
4.2
Profil PT Pertamina
5.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KELEMBAGAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA
6.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN TINGKAT
PENDAPATAN MASYARAKAT DESA BINAAN PERUSAHAAN
7.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN STRATEGI
NAFKAH MASYARAKAT DESA BINAAN PERUSAHAAN
8.
PENUTUP
8.1
Kesimpulan
8.2
Saran
Download