1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Mutmainna/I3400063 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ferdi Tri Wahyudi/I3400100 Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS/19610927 198601 2 001 Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 24Maret 2014, 11.00-12.00 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu adalah masyarakat yang termasuk dalam Ring 1 wilayah operasi kilang minyak PT Pertamina. Dari pemaparan pendamping lapang CSR PT. Pertamina di kedua desa tersebut, diperoleh informasi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya belum mencapai kesejahteraan. Masyarakat disekitar perusahaan masih banyak yang berada pada kondisi miskin karena tidak memadainya lapangan pekerjaan, kapasitas SDM yang lemah, kurangnya pendidikan, dan tidak adanya akses yang diberikan untuk mengelola sumber daya yang ada. Beberapa tahun lalu pernah terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT. Pertamina. Permasalahan tersebut dilandasi ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan yang tidak memedulikan kondisi sosial ekonomi mereka. Kecemburuan akibat tidak adanya akses terhadap lapangan kerja menjadi penyebab utama ketidakpuasan masyarakat. Hal tersebut akhirnya berupaya diselesaikan dan diperbaiki kembali oleh PT. Pertamina dengan salah satu jalan yakni diinisiasikannya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut merupakan salah satu program yang diinisiasikan khususnya di dua desa yakni Desa Balongan, dan Desa Majakerta yang meliputi program budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan. Program pemberdayaan ekonomi lokal merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan CSR Petamina yang bekerjasama dengan P4W (Pusat Pengkajian, Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Upaya pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan salah satu strategi untuk menjaga keberlanjutan PT. Pertamina dalam menjalankan usahanya. Diinisiasikannya program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut sangat diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak sehingga terbangun sinergi yang baik, khususnya dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT. Pertamina yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Berdasarkan laporan keberlanjutan PT. Pertamina tahun 2011, komitmen penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1). Oleh karena itu, PT. Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah diinisiasikan PT. Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik, namun beberapa perusahaan lainnya ada juga yang belum mampu mengefektifkan pelaksanaan kegiatan CSR sehingga tercapai taraf keberhasilan. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak menerapkan konsep-konsep pengembangan masyarakat misalnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut menyukseskan program-program CSR tersebut. Faktor tersebut pada akhirnya menyebabkan pelaksanaan kegiatan CSR tidak mampu berkembang secara efektif 2 untuk mencapai tujuannya, yakni memberdayakan masyarakat dan lingkungannya agar kesejahteraan itu tercapai (Rahmawati, 2010). Menurut Mapisangka (2009), implementasi program CSR diarahkan pada tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan. Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat disekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan kondisi sosial ekonomi mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR perusahaan. Implementasi CSR merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya (Susiloadi, 2008). Salah satu aturan dasar dari pemerintah Indonesia yang membuat konsep CSR tersebut harus direalisasikan dan diimplementasikan oleh setiap perusahaan di Indonesia karena diberlakukannya Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (UU-PT) yang salah satu pasal dalam UU-PT 2007 tersebut, yakni dalam pasal 74 ayat 1, disebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan kini wajib mengeluarkan dana perusahaannya untuk mengimplementasikan dan membuat program CSR yang ditujukan bagi seluruh stakeholder terkait. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijelaskan melalui berbagai bentuk aktivitas perusahaan seperti program pembangunan atau pengembangan komunitas, pelayanan komunitas, dan pemberdayaan komunitas. Beberapa perusahaan besar telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik melalui berbagai macam program. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program dapat diukur dari sejauhmana program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menggunakan kealihan dari luar yang diperlukan (pendampingan), dan bersifat partisipatif. Ketika suatu program CSR dapat diinisiasikan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat tersebut maka program tersebut diharapkan mencapai keberhasilan sehingga memberikan manfaat berarti bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang lebih positif dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam kondisi sosial ekonomi mereka. Oleh karena itu, penting untuk melihat pengaruh tingkat keberhasilan program Corporate Social Responsibilty terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan. 1.2. MASALAH PENELITIAN Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauhmana tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dalam upaya pemberdayaan masyarakat? 2. Sejauhmana kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan PT. Pertamina setelah diinisiasikannya program CSR? 3. Bagaimana pengaruh tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan PT. Pertamina setelah diinisiasikannya program CSR. 3. Menganalisis pengaruh tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan. 3 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR. 2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas program. 3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat tingkat keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan. 4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam lingkungan masyarakat, dunia usaha merupakan bagian dari komunitas yang memiliki tanggung jawab sosial terhadap seluruh pihak di sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Khusnul (2009) yang juga mendefenisikan CSR sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan pada 3 aspek yang sangat penting. Dengan perkataan lain, Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara mencetak keuntungan yang harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan (Ambadar, 2008). Selanjutnya, Wibisono dalam Muryaningrum (2010) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sesuai dengan hati yang tulus oleh setiap perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan stakeholder perusahaan. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat disekitarnya melalui berbagai program pemberdayaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan manusia sebagai individu agar tercapai keseimbangan antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai program CSR yang dilakukan khususnya pada bidang sosial kemasyarakatan diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga memberikan manfaat kepada seluruh pihak khususnya masyarakat sendiri dalam meningkatkan kondisi sosel ekonomi mereka menjadi lebih sejahtera. 2.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Masyarakat merupakan pihak yang akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu perusahaan. Mapisangka (2009) menjelaskan bahwa lebih jauh lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari Elkington dalam Anatan (2010) bahwa CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan 4 lingkungan yang di dasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, pemberian bantuan modal usaha mikro. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan. Ketiga faktor ini saling berkaitan erat satu sama lain dan bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak yang dapat mempengaruhi program CSR. Berdasarkan konsep Triple Bottom Line tersebut seharusnya konsep dan implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan kualiatas hidup masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik. Soemanto dalam Muryaningrum (2010) menjelaskan setiap perusahaan sudah selayaknya memahami bahwa setiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu perusahaan seharusnya menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi, dan budaya terhadap orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Hal ini semata-mata demi keberlangsungan perusahaan. Dalam pelaksanaannya, Nugraha, dkk. dalam Sumaryo (2011) menyatakan bahwa CSR mempunyai lima pilar aktivitas yakni building human capital (secara internal perusahaan dituntut menciptakan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang handal; secara eksternal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat), strengthening economies (perusahaan dituntut untuk tidak kaya sendiri, komunitas di lingkungannya miskin), assesing social cohesion (perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik), encouraging good governance (dalam menjalankan bisnisnya perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik), dan protecting the environment (perusahaan harus berusaha keras menjaga kelestarian lingkungan). Lima pilar aktivitas CSR tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sangat besar kepada lingkungan sekitarnya. Perusahaan diharuskan dapat melakukan aksi-aksi utnuk memberdayakan masyarakat disekitar perusahaan, sehingga terjadi proses empowerment. Proses pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capacity building) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga sangat erat kaitannya antara pelaksanaan program CSR oleh perusahaanperusahaan dan seberapa besar kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. 2.1.3 Konsep Keberhasilan Program CSR dari Perspektif Pengembangan Masyarakat Indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social Responsibility adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan (Setiawan dalam Anggraeni 2013). Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut diinisiasikan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Jim Ife dan Longman dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa terdapat dua puluh dua prinsip pengembangan masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut yakni pembangunan secara terpadu, mengembangkan proses untuk melawan ketimpangan struktural, memahami dan berkomitmen terhadap hak-hak asasi manusia, berkelanjutan, memiliki tujuan dan strategi pemberdayaan, menghubungkan antara persoalan individu dengan struktural, mengembangkan keswadayaan masyarakat, independensi dari negara, memiliki tujuan jangka menengah dan visi ideal, berdasarkan inisiatif dan potensi pengembangan yang tumbuh dari masyarakat sendiri, 5 berdasarkan pada langkah-langkah pengembangan, memperkuat kesatuan masyarakat, menggunakan keahlian dari luar yang diperlukan, mengembangkan kepemilikan masyarakat, menggunakan pendekatan proses dan hasil yang selaras dengan tujuan, anti kekerasan, bersifat inklusif, berdasarkan konsensus dalam pengambilan keputusan, mengembangkan kerjasama, partisipatif, merumuskan dan menyepakati “kebutuhan” secara bersama. 2.1.4 Konsep Partisipasi Tingkat keberhasilan sebuah program akan sangat dipengaruhi dari sejauh mana partisipasi suluruh pihak dalam keseluruhan pelaksanaan program dari awal hingga akhir. Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Cohen dan Uphoff (1980) dalam Nasdian (2006) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu (1) Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. (2) Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. (3) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. (4) Tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki. Arstein (1969) dalam Izana (2011) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi), information (informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership (kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen kontrol (kontrol masyarakat). Berdasarkan kedelapan tingkat tersebut, Arnstein (1969) dalan Anggraeni (2013) mengelompokkan lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Nonpartispasi, (2) Tokenisme, dan (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi. Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Control) termasuk ke dalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki keuasaan. Partisispasi mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis) dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi mereka. 2.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi 2.1.5.1 Konsep Pendapatan Kondisi ekonomi dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Menurut Mubyarto dalam Rosika (2011), pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau produksi serta waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan per-jam yang diterima serta jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan per-jam yang diterima dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan dan sumber-sumber non tenaga kerja yang dikuasai seperti tanah, modal dan teknologi. Rosika (2011) kembali mengutip penjelasan mengenai pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yakni perhitungan pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan pengeluaran/konsumsi masyarakat. Hal ini didasari oleh paradigma bahwa bila pendapatan mengalami kenaikan maka akan diikuti oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak sehingga 6 menuntut pengeluaran yang tinggi pula. Pada umumnya semakin tinggi pengeluaran maka persentase pengeluaran makanan cenderung semakin kecil atau dengan kata lain meningkatnya pendapatan masyarakat akan menggeser pola konsumsi masyarakat dari lebih banyak mengkonsumsi makanan menjadi lebih banyak mengkonsumsi bukan makanan. Dari kondisi ini dapat juga dilihat bahwa apabila persentase pengeluaran masyarakat untuk makanan telah menurun dari tahun-tahun sebelumnya hal ini dapat menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat telah mengalami peningkatan. 2.1.5.2 Konsep Strategi Nafkah Selain tingkat pendapatan, kondisi ekonomi juga dapat dilihat dari strategi nafkah masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa dalam sosiologi nafkah, pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi bertahan hidup). Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku. Selanjutnya, menurut Ellis dalam Fridayanti (2013), strategi nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (alam, fisik, manusia, modal keuangan, dan modal sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh kelembagaan dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan kehidupan individu atau rumahtangga. Lebih rinci dijelaskan bahwa terdapat tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu: a. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas. b. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian. c. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya. Merujuk pada Scoones (1998) dalam Turasih (2011), terdapat tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumahtangga petani, yaitu: a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi). b. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja selain pertanian dan memperoleh pendapatan. c. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan. 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Pada umumnya program CSR dilaksanakan dalam bentuk upaya pemberdayaan masyarakat yang dirancang dengan strategi yang tepat agar dapat menyentuh segala permasalahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam keseluruhan pelaksanaan program, sangat diharapkan dapat mencapai tahap keberhasilan. Dalam konsep pengembangan masyarakat, tingkat keberhasilan suatu program dapat dicapai apabila didasarkan oleh prinsipprinsip pengembangan masyarakat dalam keseluruhan proses pelaksanaannya. Keberhasilan suatu program dapat diukur dari sejauhmana program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, adanya pendampingan (menggunakan kealihan dari luar yang diperlukan), dan 7 bersifat partisipatif (Jim Ife dan Longman dalam Nasdian, 2006). Ketika suatu program CSR dapat diinisiasikan sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat tersebut maka program tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memberikan manfaat bagi masyarakat. Tercapainya keberhasilan program CSR yang telah dilaksanakan suatu perusahaan diharapkan dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mengikuti program CSR. Perubahan tersebut dispesifikkan dalam lingkup sejauhmana partisipasi masyarakat dalam Kelompok Usaha Bersama yang merupakan suatu kelembagaan yang terbentuk berkat hadirnya program pemberdayaan ekonomi lokal. Tingkat partisipasi masyarakat tersebut akan dilihat pada tahap perencanaan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Selain itu, keberhasilan program CSR yang telah diinisiasikan juga diharapkan dapat mempengaruhi pendapatan, dan strategi nafkah masyarakat (memberikan masyarakat peluang dalam memperoleh mata pencaharian lainnya). Hal tersebut akan sangat membantu masyarakat dalam memperbaiki kondisi perekonomiannya. Indikator keberhasilan program CSR tersebut sejalan dengan indikator yang akan digunakan dalam mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa binaan PT. Pertamina. Sehingga semakin tinggi tingkat keberhasilan program CSR yang diinisiasikan suatu perusahaan maka semakin baik kondisi sosial ekonomi masyarakat desa binaan perusahaan tersebut. Tingkat Keberhasilan Program CSR: 1. Kesesuai program dengan kebutuhan masyarakat. 2. Pendampingan program. 3. Partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Kondisi Sosial Ekonomi: 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kelembagaan Kelompok Usaha Bersama. 2. Tingkat pendapatan. 3. Strategi nafkah. Keterangan : : Berpengaruh terhadap Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah diduga terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. 8 2.4. DEFINISI OPERASIONAL 2.4.1 Tingkat Tingkat Keberhasilan Program CSR Berikut tabel yang menunjukkan tentang defenisi operasional dari tingkat keberhasilan program CSR. Variabel Definisi Operasional Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkatan keberhasilan program CSR yakni berdasarkan prinsip pengembangan masyarakat yang terdiri atas: 1. Kesesuai program dengan kebutuhan masyarakat yakni terjadinya kesamaan antara program yang diinisiasikan dengan yang dibutuhkan oleh Tingkat masyarakat. Keberhasilan 2. Pendampingan program yakni upaya Program untuk mendampingi, menfasilitasi, dan mendorong terjadinya proses saling belajar antara masyarakat. 3. Partisipasi yakni harus keterlibatan masyarakat dalam proses dan kegiatan pelaksanaan program. Indikator Pengukur Data Skor total 18-24= 1 (rendah) Skor total 24,1-30= 2 (sedang) Skor total 30,1-36= 3 (tinggi) Ordinal 2.4.2 Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkatan partisipasi yang dicapai masyarakat dalam tangga partisipasi Arnstein dalam Nasdian (2006) yang difokuskan pada program CSR, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini. Tangga Partisipasi Arnstein Non-partisipasi (Rendah) Tokenisme (Sedang) Manipulation dan Therapy Informating, Concultating dan Placation Citizen Power (Tinggi) Partnership, Delegated Power, dan Citizen Control Skor dari masing-masing tangga partisipasi adalah 1 dimana terdapat 8 tangga partisipasi dari 3 tahapan partisipasi masyarakat. Sehingga, skor keseluruhan tangga partisipasi adalah 8x3=24. Jawaban “Ya” diberi skor 2 dan “Tidak” diberi skor 1. Skor minimum untuk tingkat partisipasi masyarakat adalah 24x1=24 dan skor maksimumnya adalah 24x2=48. Setelah skor minimum dan maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (48-24)/3=8. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat adalah: Rendah, apabila skor total 24-32 Sedang, apabila skor total 32,1-40 Tinggi, apabila skor total 40,1-48 9 2.4.3 Tingkat pendapatan Pendapatan adalah penghasilan tetap yang diperoleh oleh responden yang merupakan pemasukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Pendapatan dihitung perbulan, sesuai dengan data BPS pada bulan Maret 2013 bahwa upah riil petani per hari sebesar Rp. 27.792,00 . Penghitungan perbulan sebanyak 20 hari, maka penghasilan normal sebulan sebesar Rp.555.840,00. Pendapatan rumah tangga responden perbulan : a. < Rp. 555.840,00 dikategorikan rendah b. = Rp. 555.840,00 dikategorikan sedang c. > Rp. 555.840,00 dikategorikan tinggi 2.4.4 Strategi Nafkah Penerapan strategi nafkah adalah seluruh kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh responden dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumahtangganya. Kategorisasi dalam penerapan strategi nafkah yaitu: a. Intensifikasi strategi pertanian jika pendapatan responden lebih banyak berasal dari sektor pertanian. b. Intensifikasi strategi non-pertanian jika pendapatan responden lebih banyak berasal dari sektor non-pertanian. c. Diversifikasi nafkah jika pendapatan responden seimbang dari kedua sektor nafkah, pertanian dan non-pertanian. d. Rekayasan spasial (migrasi) jika pendapatan responden lebih banyak berasa dari kegiatan bekerja di luar desa. 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian akan dilaksanakan di Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan PT. Pertamina. Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan yang dimulai pada Bulan Februari hingga Bulan Juni tahun 2014 (Tabel 2). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji Petik Sidang skripsi Perbaikan skripsi Februari Maret April Mei Juni 10 3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, tingkat keberhasilan program, kondisi sosial ekonomi (tingkat partisipasi dalam KUB, tingkat pendapatan, dan strategi nafkah) dan kegiatan-kegiatan dalam implementasi program CSR pemberdayaan ekonomi lokal. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait. Untuk memperoleh responden, maka ditentukan kerangka percontohan (sampling frame) ialah peserta program pemberdayaan ekonomi lokal di Desa Balongan, dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Responden dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel angka acak dalam microsoft excel 2007. Responden berjumlah 60 orang yang akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2). 3.3. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang, untuk mengetahui hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Untuk melihat hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui rank spearmen (untuk data yang berbentuk ordinal). Pengujian data menggunakan program komputer SPSS versi 16. Data kualitatif sebagai data pendukung akan diolah dan dianalisis dengan konten analisis. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. 11 DAFTAR PUSTAKA Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Anatan, Lia. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) : Tinjauan Teoritis dan Praktis di Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diunduh 11 November 2013]. 13(2). Dapat diunduh dari: http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal_manajemen/article/view/220/pdf Anggraeni, YD. 2013. Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility “Water Access – Sanitation and Hygiene” PT Aqua Golden Mississippi Citereup. Skripsi. [Internet]. [diunduh 29 November 2013]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66073 Dharmawan AH. 2007. Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: pandangan sosiologi nafkah (livelihood sociology) mahzab barat dan mahzab Bogor. Sodality. Volume 01 Nomor 02. [Internet].[diunduh 20 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://jurnalsodality.ipb.ac.id/index.php/component/sodality/?id=86&task=view Hal 169-192. Fridayanti, Novia. 2013. Analisis Struktur dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani Sekitar Kawasan Hutan Konservasi di Desa Cipeuteuy, Kabupaten Suakbumi. Skripsi. [Internet]. [diunduh 29 November 2013]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66073 Izana NN. 2011. Keefektifan Implimentasi Program Corporate Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Geothermal dalam Meningkatkan Taraf Hidup Warga Komunitas Pedesaan. Skripsi. [Internet]. [diunduh 27 September 2013]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47419 Khusnul, Emma. 2009. Program Pemberdayaan CSR Exxonmobil Dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial di Desa Gayam Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Trunojoyo. [Internet]. [diunduh 11 November 2013]. 11(2). Dapat diunduh dari: http://pta.trunojoyo.ac.id/uploads/journals/090521100016/090521100016.pdf Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Sosial Pembangunan. [Internet]. [diunduh 27 Sepetember 2013]. 01(1). Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/ 2009/09/ANDI_M-CSR1.pdf Muryaningrum, Y.2010. Analisis program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dalam Upaya Pengembangan Masyarakat. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Nasdian, FT. 2006. Materi Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas EkologiManusia. Institut Pertanian Bogor. PT. Pertamina. 2011. Strengthening Our Commitment. Laporan Keberlanjutan. [Internet]. [diunduh 7 Maret 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.pertamina.com/media/bb465a99-5106-40b2bf11-f2928221921f/SR%20pertamina%202011_22jan13.pdf Rahmawati A.2010. Efektivitas Organisasi dan Implementasi Program Corporate Social responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Rosika, AA. 2011. Efektivitas dan Dampak Program Community Based Development Bali Sejahtera dalam Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Gianyar. [Internet]. [diunduh 20 Maret 2014]. Dapat diunduh dari:http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-283-1379376497-bab%20i,ii,iii,iv.pdf 12 Sumaryo. 2011. Tanggungjawab Sosial Perusahaan dan Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga. Jurnal Ekonomi Pembangunan. [Internet]. [diunduh 13 November 2013]. 12(2). Dapat diunduh dari: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1324/09 Sumaryo1.pdf?sequence=1 Susiloadi, Priyanto. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Spirit Publik. [Internet]. [diunduh 13 November 2013]. 04(2). Dapat diunduh dari: http://fisip.uns.ac.id/publikasi/sp4_2_priyanto.pdf Turasih. 2011. Sistem nafkah rumahtangga petani kentang di Dataran Tinggi Dieng (kasus Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 113 hal. 13 Lampiran 1. Peta Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat 14 Lampiran 2. Kuesioner KUESIONER Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Program PETUNJUK PENGISIAN : 1. Isilah sesuai dengan pertanyaan yang diajukan! 2. Jawablah sesuai dengan petunjuk yang berada di dalam kurung dan bercetak miring, tertera pada setiap nomor atau tabel! 3. Jika ada tanda *) lihat keterangan di bawah tabel! I. KARAKTERISTIK INDIVIDU Berilah tanda silang [X] pada pilihan yang benar/sesuai ATAU isi jawaban pada bagian yang disediakan! Karakteristik Individu Responden …………………………………………………………............ 1 Nama 2 Tempat/Tanggal Lahir …………………………………………………………............ 3 Alamat Lengkap Jl…………………………………………………………......... RT:……...…..... RW:………..... No:.................. Kelurahan:…………………… Kecamatan:…………........ Kabupaten/Kota:……………… Kode Pos:…………........... 4 Nomor Telpon/HP …………………………………………………………............ 5 Jenis Kelamin [ ] Laki-laki [ ] Perempuan Karakteristik Peserta Program 6 Status dalam Keluarga [ [ [ 7 Umur ............................................................................................. 8 Jenis Kelamin ] Suami ] Istri ] Anak [ ] Laki-laki [ ] Perempuan 9 Status Pernikahan [ [ [ [ ] ] ] ] 10 Pendidikan Terakhir [ [ [ ] Tidak Sekolah/Tamat SD ] Tamat SMP ] Tamat SMA/PT 11 Pekerjaan diluar sebagai peserta program CSR [ [ [ ] Bidang Industri, sebutkan:.......................................... ] Bidang Perdagangan dan Jasa, sebutkan:................ ] Bidang Pertanian, sebutkan:...................................... Menikah Cerai Hidup Cerai Mati Belum Menikah 15 12 13 Status Pekerjaan Pengalaman Berkelompok [ [ [ [ ] Pemilik/Pengusaha ] Pegawai/Pekerja/Buruh ] Tidak Ada ] Ikut 1-3 Kelompok, sebutkan: .................................... .................................................................................... [ ] Lebih dari 3 Kelompok, sebutkan: ............................. .................................................................................... II. TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR Beri tanda centang () pada pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda! No 14 15 16 17 18 19 20 Pertanyaan Program pemberdayaan ekonomi (budidaya lele/ perikanan tangkap/peternakan) yang diadakan oleh PT Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB telah sesuai dengan apa yang saya butuhkan. Setelah terlaksananya program pemberdayaan ekonomi (budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan), saya terus melanjutkan secara mandiri. Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan bantuan sumberdaya (modal, alat/bahan) untuk melakukan budidaya/melaut/beternak. Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan usaha di bidang budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. Dengan hadirnya program pemberdayaan ekonomi, saya mendapatkan pengetahuan untuk melaksanakan budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. Dengan hadirnya program budidaya lele, saya mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. Saya turut memberikan pendapat dalam perencanaan program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. 21 Saya melakukan beberapa inovasi yang berkaitan dengan program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. 22 Saya mendapatkan pelatihan dari ahli/pendamping teknis program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. 23 Saya mendapatkan pembinaan langsung dari pendamping teknis program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. 24 25 26 Setelah dilaksanakannya program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan, saya semakin sering berdiskusi dengan masyarakat yang menjadi peserta program lainnya. Saya mengikuti program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. yang diadakan oleh PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB tanpa paksaan dari siapa pun. Saya menyadari bahwa program pemberdayaan ekonomi ini terbuka untuk setiap orang yang ingin melakukan budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan. Ya Tidak 16 27 Saya dan peserta program pemberdayaan ekonomi lainnya saling membantu saat melakukan panen, penangkapan, pengolahan hasil budidaya. 28 Saya dan peserta program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan lainnya saling membantu saat melakukan pemasaran hasil budidaya. 29 Saya ikut memberikan ide dalam pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi. 30 Saya ikut melaksanakan program budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan sesuai dengan petunjuk teknis dari pendamping teknis lapangan. 31 Saya ikut mengevaluasi program pemberdayaan ekonomi (budidaya lele/perikanan tangkap/peternakan) yang telah dilaksanakan. III. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA Beri tanda centang () pada jawaban (iya atau tidak) atas pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukkan keadaan yang sebenarnya, BUKAN harapan anda! No Pertanyaan Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Perencanaan 14 Apakah Anda hadir saat rapat perencanaan Kelompok Usaha Bersama? 15 Apakah Anda menghadiri rapat perencanaan kelompok tersebut karena keinginan Anda sendiri? 16 Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan pendapat? 17 18 Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada kesepakatan dalam pengambilan keputusan? 20 Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan? Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh dalam perencanaan program Kelompok Usaha Bersama Balongan Mandiri? Tahap Pelaksanaan 22 Apakah Anda hadir saat rapat pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama? 23 Apakah Anda menghadiri rapat pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama Balongan Mandiri tersebut karena keinginan Anda sendiri? 24 Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan pendapat? 25 26 Tidak Ketika Anda memberikan pendapat, apakah pendapat Anda diperhitungkan oleh perusahaan? Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap berwenang penuh mengambil keputusan? 19 21 Ya Ketika Anda memberikan pendapat, apakah pendapat Anda diperhitungkan oleh perusahaan? Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap berwenang penuh mengambil keputusan? Ya Tidak 17 27 Ketika pendapat Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada kesepakatan dalam pengambilan keputusan? 28 Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan? 29 Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh dalam rapat pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama Balongan Mandiri? Tahap Evaluasi Ya 30 Apakah Anda hadir saat rapat evaluasi Kelompok Usaha Bersama? 31 Apakah alasan Anda menghadiri rapat evaluasi tersebut atas keinginan sendiri? 32 Ketika Anda hadir, apakah Anda memberikan penilaian? 33 34 35 Tidak Ketika Anda memberikan pendapat, apakah penilaian Anda diperhitungkan oleh perusahaan? Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah perusahaan tetap berwenang penuh mengambil keputusan? Ketika penilaian Anda diperhitungkan, apakah selanjutnya ada kesepakatan dalam pengambilan keputusan? 36 Pada saat terjadi negosiasi, apakah Anda memiliki wewenang yang lebih besar dibanding perusahaan dalam pengambilan keputusan? 37 Setelah negosiasi selesai, apakah Anda memiliki kontrol secara penuh dalam rapat evaluasi program Kelompok Usaha Bersama? IV. PENDAPATAN RESPONDEN Petunjuk : 1. Isilah tabel dengan nominal yang digunakan, contoh : Rp 50.000 2.Silahkan tambahkan kegiatan anda yang menambah pendapatan untuk kebutuhan hidup anda. No Sumber Pendapatan Jumlah Pendapatan 1 Buruh Tani 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasil Penjualan Tangkapan Ikan Hasil Penjualan Panen Ikan Lele Hasil Penjualan Budidaya Peternakan Wirausaha Total Lampiran 3. Pertanyaan Mendalam 18 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Tujuan Informan : Menggali informasi terkait dengan kebijakan dan penyelenggaraan program CSR (program pemberdayaan ekonomi lokal) oleh PT. Pertamina : Tokoh Masyarakat Hari/tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : Pertanyaan Penelitian 1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR? Dari mana dan apa saja? 2) Apakah Bapak/Ibu turut aktif berperan serta dalam kegiatan CSR yang diselenggarakan Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB? 3) Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk berperan serta? 4) Siapa saja menurut Bapak/Ibu yang terkait dengan kegiatan ini selama pelaksanaannya? 5) Bagaimana menurut anda mengenai kegiatan CSR PT. Pertamina RU VI yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB? 6) Sejauh ini apakah manfaat yang anda rasakan dari kegiatan CSR PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB? 7) Berupa apa saja manfaat yang anda rasakan tersebut? 8) Menurut Bapak/Ibu apakah program CSR PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan penerima program? 9) Apakah harapan Bapak/Ibu bagi kegiatan CSR Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB? 19 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM Pengaruh Tingkat Keberhasilan Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Desa Binaan Perusahaan Tujuan Informan : Memahami kebijakan dan penyelenggaraan program CSR PT.Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB : Pendamping program CSR PT. Pertamina yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB Hari/tanggal wawancara Lokasi wawancara Nama dan umur informan Jabatan : : : : Pertanyaan Penelitian: I. Pertanyaan Umum 1. Bagaimana sejarah dan latar belakang perusahaan memulai menyelenggarakan CSR? 2. Sejak kapan CSR mulai diselenggarakan? 3. Bagaimana pandangan perusahaan terhadap CSR? 4. Bagaimana kebijakan perusahaan mengenai CSR? 5. Siapa yang merumuskan kebijakan tersebut? 6. Apakah definisi CSR menurut PT. Pertamina? 7. Apakah visi dan misi CSR PT. Pertamina? 8. Apakah tujuan dan sasaran utama pelaksanaan CSR oleh Pertamina? 9. Bagaimana posisi struktural CSR dalam perusahaan? 10. Apa nama bagian yang membawahi penyelenggaraan CSR? Berapa jumlah orang yang berada di bawah divisi/bagian tersebut? 11. Berasal dari mana dana untuk melaksanakan CSR? Berapa persen dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan program CSR? 12. Apakah setiap tahunnya sama atau tidak? 13. Bagaimana mekanisme persetujuan dilaksanakannya CSR oleh perusahaan? 14. Bagaimana mekanisme survei dalam pelaksanaan CSR untuk suatu tempat dan sasaran? Berapa lama? Dibantu oleh siapa? 15. Bagaimana cara pandang perusahaan terhadap CSR dan Comdev? 16. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam menjalankan CSR? 17. Cara apa saja yang biasa digunakan dalam mencari mencari kebutuhan masyarakat? 18. Kendala apa yang dialami saat hendak melaksanakan CSR disuatu tempat? 19. Apakah program yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya? 20. Sektor apa saja yang menjadi prioritas atau sering dilakukan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 21. Apakah ada pihak yang membantu/bermitra dalam pelaksanaan CSR? Siapa dan mengapa? 22. Apakah masyarakat dilibatkan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan CSR? Sampai sejauh mana? Mengapa? 23. Bagaimana mekanisme monitoring dan evaluasi program CSR yang pernah dilaksanakan? Apakah hasil evaluasi dijadikan masukan untuk program berikutnya? 24. Apakah program tersebut masih berjalan sampai saat ini? 25. Apa saja dampak yang dirasakan perusahaan setelah menjalankan CSR? 26. Apakah ukuran keberhasilan perusahaan dalam menjalankan CSR? Mengapa? 27. Bagaimana seharusnya bentuk CSR yang dilaksanakan suatu perusahaan? 20 Lampiran 4. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Penelitian 2.4 Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Teknik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Desa Balongan, Desa Majakerta, Desa Karangsong 4.1.1 Karakteristik Penduduk 4.1.2 Kondisi Geografis 4.1.3 Kondisi Ekonomi 4.1.4 Kondisi Sosial 4.2 Profil PT Pertamina 5. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KELEMBAGAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA 6. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DESA BINAAN PERUSAHAAN 7. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR DENGAN STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT DESA BINAAN PERUSAHAAN 8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan 8.2 Saran