BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan lingkungan ekonomi, sosial dan politik di Indonesia,
menuntut perusahaan-perusahaan untuk beradaptasi pada perkembangan serta
perubahan tersebut. Persaingan yang ketat juga terjadi antar pelaku bisnis yang
bergerak di bidang manufaktur. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk bisa
menghadapi persaingan dengan terus berupaya melakukan pembenahan di segala
sektor, baik dalam penyempurnaan strategi bisnisnya maupun dalam masalah
keuangan perusahaan. Masalah-masalah keuangan yang ada dapat diatasi dengan
melakukan manajemen keuangan. Disinilah manajer keuangan berperan dalam
pengambilan keputusan-keputusan keuangan antara lain yang berkaitan dengan
penggunaan dana (yang disebut sebagai keputusan investasi), perolehan dana
(yang disebut sebagai keputusan pendanaan), dan pembagian laba (yang disebut
sebagai kebijakan deviden). Eramus (2010) mengemukakan bahwa manajemen
harus memastikan modal yang dimiliki oleh perusahaan telah diinvestasikan
dengan tepat. Maka dari itu, diperlukan pemikiran dan ketersediaan dana dalam
penginvestasian modal agar investasi yang dilakukan tepat.
Masodah dan Mustikaningrum (2009) menyebutkan dalam pemenuhan
kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang
efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur
modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur
1
modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya
modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal
merupakan salah satu kebijakan manajemen keuangan di bidang pendanaan selain
kebijakan investasi dan kebijakan deviden. Kebijakan mengenai struktur modal
melibatkan perimbangan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, yakni
melibatkan lebih banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung
pemegang saham, dan dapat memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan
(Brigham dan Houston, 2001). Keputusan struktur modal adalah salah satu
keputusan paling penting yang dibuat dalam manajemen keuangan, dimana
keputusan struktur modal merupakan pusat dari keputusan-keputusan lainnya
dalam lingkup financial (Shah dan Khan, 2007).
Berdasarkan agency cost model pada aspek struktur modal, Sugeng (2009)
menemukan bahwa perusahaan yang memiliki struktur modal yang melibatkan
modal asing (dari kreditur) lebih banyak akan lebih intensif dalam pengawasan
sehingga ketergantungan pada deviden sebagai sarana monitoring menjadi lebih
kecil dibanding perusahaan dengan struktur modal asing yang lebih sedikit. Teori
keagenan menganggap manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme agar manajer mau
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satu mekanisme
yang diusulkan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah dengan menambah porsi
hutang. Menambah porsi hutang dapat mengurangi masalah keagenan karena dua
alasan. Pertama dengan meningkatnya hutang maka akan semakin kecil porsi
saham yang harus dijual perusahaan. Semakin kecil nilai saham yang beredar
2
maka semakin kecil masalah agensi yang timbul antara manajer dengan pemegang
saham. Kedua, dengan semakin besar hutang maka dana menganggur yang
digunakan manajer untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu akan
semakin kecil.
Manajemen perusahaan harus dapat menentukan faktor-faktor yang
paling mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal
perusahaan yang optimal. Menurut Sartono (2001:248), faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk mempengaruhi struktur modal, yaitu tingkat penjualan,
tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, struktur aktiva, skala perusahaan,
variabel laba dan perlindungan pajak, serta kondisi intern perusahaan dan
ekonomi makro. Brigham dan Houston (2001:278) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur modal yaitu
stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,
profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberian pinjaman
dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan,
fleksibilitas keuangan. Sedangkan menurut Riyanto (2001:297), faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal yaitu tingkat bunga, stabilitas dari earning,
susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang
dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli yang telah dilakukan sebelumnya,
penelitian ini mengambil tiga faktor yaitu struktur aktiva, profitabilitas, dan
growth sales. Struktur aktiva dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
sumber-sumber pembiayaan. Menurut teori Weston dan Brigham (1997) bahwa
3
perusahaan yang memiliki aktiva sebagai agunan hutang cenderung akan
menggunakan hutang dalam jumlah yang lebih besar. Aktiva yang dimaksud
sebagai jaminan atas hutang adalah aktiva tetap. Semakin tinggi struktur aktiva,
maka semakin tinggi struktur modalnya, semakin besar aktiva tetap yang dapat
dijadikan agunan hutang oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah
struktur aktiva dari suatu perusahaan, semakin rendah kemampuan dari
perusahaan tersebut untuk dapat menjamin hutang jangka panjangnya.
Brigham dan Houston (2001), menyatakan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif
kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Perusahaan yang profitable cenderung untuk memiliki hutang yang lebih kecil.
Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, berarti semakin rendah kebutuhan
dana eksternal (hutang), sehingga semakin rendah pula struktur modalnya.
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman untuk
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat penjualannya tidak stabil
(Bringham dan Houston, 2001). Semakin stabil tingkat penjualan yang berarti
keuntungannya pun semakin stabil, maka besar kemungkinan perusahaan mampu
memenuhi kewajiban tetapnya. Perusahaan bisa membelanjai kegiatannya dengan
proporsi hutang yang lebih besar. Dengan demikian, semakin tinggi pertumbuhan
penjualan perusahaan akan lebih aman dalam menggunakan hutang, sehingga
struktur modal perusahaan akan semakin tinggi.
4
Sektor yang diteliti dalam penelitian ini adalah sektor manufaktur
khususnya food and beverage. Sektor ini merupakan sektor industri yang masih
menjanjikan keuntungan karena setiap orang membutuhkan makanan dan
minuman sebagai kebutuhan primer. Perusahaan-perusahaan dalam sektor industri
ini akan selalu membutuhkan dana yang cukup besar untuk memenuhi target
produksi mereka. Alasan pemilihan sektor foods and beverages karena sektor ini
memiliki saham-saham yang paling tahan terhadap krisis ekonomi di banding
sektor lain dimana dalam kondisi krisis atau tidak sebagian besar produk makanan
dan minuman tetap dibutuhkan. Meskipun sebagian produknya bukan merupakan
kebutuhan dasar tetapi biasanya tiap rumah tangga memiliki persediaan produkproduk makanan dan minuman sesuai dengan selera dan kebiasaan masingmasing rumah tangga, sehingga dapat dimungkinkan dalam kesehariannya
masyarakat mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam sektor industri makanan dan minuman. Dengan memiliki saham makanan
dan minuman diharapkan keuntungan yang didapat akan lebih banyak daripada
unsur kerugiannya. Berikut disajikan tabel Perkembangan Debt to Equity Ratio
pada Perusahaan Sektor Foods and Beverages yang terdaftar di PT. Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010.
5
Tabel 1.1 Perkembangan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Sektor
Foods and Beverages yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2010.
Debt to Equity Ratio (%)
No
Nama Perusahaan
2007
2008
2009
2010
1. PT. Ades Waters Indonesia Tbk
166,39
256,50
161,35 224,89
2. PT. Cahaya Kalbar Tbk
180,17
144,89
88,59
175,45
3. PT. Davomas Abadi Tbk
226,62
430,50
527,82 195,94
4. PT. Delta Djakarta Tbk
28,69
33,54
27,25
19,95
5. PT. Fast Food Indonesia Tbk
66,82
62,63
62,95
54,18
PT. Indofood Sukses Makmur
6.
261,33
311,01
245,06 133,59
Tbk
7. PT. Mayora Indah Tbk
72,57
132,22
68,39
118,45
8. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
214,46
173,49
844,13 141,27
PT.
Pioneerindo
Gourmet
9. Internasional Tbk
6.446,62 1.528,05 409,34 186,09
10. PT. Prasihda Aneka Niaga Tbk
211,99
162,19
143,40 159,81
11. PT. Sekar laut Tbk
89,53
99,67
72,90
68,53
12. PT. Siantar Top Tbk
44,29
72,45
35,65
45,16
13. PT. Sierad Produce Tbk
28,71
34,02
39,24
66,74
14. PT. SMART Tbk
128,53
113,70
109,68 111,48
15. PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk
126,24
160,22
146,22 233,93
16. PT. Tunas Baru Lampung Tbk
162,38
214,78
209,15 195,23
17. PT. Ultrajaya Milk Tbk
63,83
53,20
45,16
54,35
Rata-rata DER per tahun
501,13
234,30
190,37 128,53
Sumber: Lampiran 1
Dalam Tabel 1.1 ini disajikan perkembangan Debt to Equity Ratio pada
perusahaan foods and beverages yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2010. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan foods and
beverages pada tahun 2007 memiliki nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER)
sebesar 501,13%, pada tahun 2008 nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER)
menurun menjadi 234,30%, pada tahun 2009 nilai rata-rata Debt to Equity Ratio
(DER) menurun menjadi 190,37%, dan pada tahun 2010 nilai rata-rata Debt to
Equity Ratio (DER) menurun menjadi 128,53%. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
perusahaan sektor foods and beverages memiliki nilai rata-rata Debt to Equity
6
Ratio (DER) pertahunnya lebih dari 100%, yang berarti bahwa komposisi hutang
yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada modal sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang menjadi pokok
permasalahan pada penelitian ini adalah “Apakah struktur aktiva, profitabilitas
dan growth sales berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan foods
and beverages di PT. Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010 ?”
1.2 Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Dari pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, profitabilitas dan growth
sales terhadap struktur modal pada perusahaan foods and beverages di PT. Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2010.
1.2.2 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka kegunaan
penelitian ini adalah:
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
yang lebih mendalam mengenai struktur modal perusahaan serta faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut.
7
2) Kegunaan praktis
a. Bagi investor, dengan adanya penelitian ini diharapkan investor dapat
menggunakan informasi perubahan struktur modal perusahaan secara
lebih cermat dalam membuat keputusan investasi.
b. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual
bagi pengembangan literatur dan menambah referensi tentang
kebijakan struktur modal perusahaan dan faktor yang mempengaruhi,
sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan penelitian
sejenis.
1.3
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab
skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penyajian berikut ini.
Bab I
: Pendahuluan
Bab ini merupakan pengantar bagi pembaca untuk dapat mengetahui
permasalahan yang ada dalam penelitian ini, meliputi uraian mengenai
latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
serta sistematika penyajian.
Bab II
: Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini memuat uraian sistematis tentang landasan teori yang meliputi
uraian mengenai pengertian struktur modal, teori struktur modal,
jenis-jenis modal, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal,
8
penegrtian struktur aktiva, profitabilitas, growth sales, beberapa
penelitian sebelumnya, serta hipotesis penelitian.
Bab III
: Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang lokasi dan objek penelitian, identifikasi
dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, dan metode
pengumpulan data serta teknik analisis yang digunakan dalam
pembahasan masalah.
Bab IV
: Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menyajikan deskripsi hasil penelitian, hasil pengujian atas uji
asumsi klasik dan hasil pengujian masing-masing hipotesis yang ada
dalam penelitian ini.
Bab V
: Simpulan dan Saran
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang ditujukan kepada
peneliti bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan
penelitian yang telah dilakukan.
9
Download