BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Penelitian tentang profitabilitas perusahaan yang dihubungkan dengan berbagai variabel keuangan dengan mengambil data laporan keuangan telah banyak dilakukan. Semula laporan keuangan lebih ditekankan sebagai laporan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan (stewardship-historical perspective), tetapi saat ini laporan keuangan juga digunakan sebagai informasi atau alat peramalan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para stakeholder di masa mendatang (informational perspective). Tujuan utama manajemen adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau dapat diartikan memaksimalkan harga saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2009a). Manajemen keuangan menurut Riyanto (2001) adalah keseluruhan aktifitas yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Manajemen keuangan, sebagai salah satu dari fungsi perusahaan, aktifitasaktifitas manajemen keuangan tersebut haruslah sesuai dengan tujuan utama manajemen perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009a) profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Investor yang 1 2 membeli saham perusahaan tentunya mengharapkan prospek perusahaan di masa depan lebih baik daripada saat ia membeli saham perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan dinilai lebih tinggi. Menurut Myers (1977) Nilai perusahaan terdiri dari nilai sekarang aset yang dimiliki (asset already in place) dan nilai sekarang dari peluang pertumbuhan di masa depan (future growth opportunities). Menurut Myers nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat ini didukung oleh Fama (1978) dalam Hasnawati (2005) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan menunjukan bahwa ukuran perusahaan semakin besar. ROE merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan hubungan laba perusahaan dengan modal sendiri. ROE digunakan oleh investor untuk menilai bagaimana tingkat keuntungan bersih yang diperoleh atas modal sendirinya yang diinvestasikan dalam perusahaan. Laba yang digunakan dalam perhitungan ROE adalah laba bersih, artinya sudah memperhitungkan biaya bunga dan pajak perusahaan, karena itu laba bersih perusahaan sensitif terhadap perubahan struktur modal (Grullon et al., 2005). Menurut Brigham dan Houston (2009a) utang dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas ekuitas. Penelitian Amidu (2007), Ahdawiyah (2007) dan 3 Sembiring (2008) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Bagi investor, sinyal tentang prospek perusahaan di masa depan terkandung dalam kebijakan dividen. Teori ini dikenal sebagai hipotesis kandungan informasi atau pensinyalan (information content atau signaling hypothesis) dalam pembayaran dividen. Hipotesis kandungan informasi adalah teori yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba (Brigham dan Houston, 2009b). Manajer menunggu konfirmasi dari keberlanjutan perubahan laba sebelum mereka mengubah dividen, sehingga tidak akan meningkatkan dividen jika tidak yakin akan dapat mempertahankannya di masa depan.. Manajer dapat menggunakan dividen untuk memberikan isyarat mengenai prospek masa depan perusahaan. Teori ini disebut pengisyaratan insentif (incentive signaling), isyarat yang diberikan berdasarkan variabelvariabel kas (baik atas bunga utang maupun dividen) tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang kurang berhasil karena perusahaan tersebut tidak mempunyai kemampuan menghasilkan kas di masa depan untuk mempertahankan pembayaran bunga dan dividen yang diumumkan. Pendapat yang berlawanan menganggap tingginya dividen akan mengurangi kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi dengan menggunakan laba ditahan. Kebijakan dividen berhubungan dengan struktur modal. Pembagian dividen juga akan mempengaruhi arus kas perusahaan. Kas yang diperoleh oleh perusahaan dari laba perusahaan tersebut jika tidak 4 dibagikan sebagai dividen dapat dimanfaatkan untuk mendanai investasi di masa yang akan datang yang dapat mempengaruhi profitabilitas. Penelitian yang menguji pengaruh kebijakan dividen terhadap profitabilitas perusahaan di masa depan memperoleh hasil yang berbeda-beda. Studi di Amerika oleh Nissim dan Siv (2001) mendapatkan hubungan yang signifikan antara perubahan dividen dengan perubahan laba dan tingkat profit, sedangkan penelitian Grullon et al. (2005) menemukan hubungan negatif antara perubahan dividen dengan retun on asset (ROA). Penelitian di Indonesia oleh Fadhila dan Naomi (2006) menyimpulkan bahwa perubahan dividen berpengaruh signifikan terhadap perubahan ROA tahun berikutnya, sedangkan Siahaan (2004) menemukan hubungan kebijakan dividen (DPR dan DPS) dengan keuntungan perusahaan (EPS dan EBIT) hanya signifikan pada periode yang sama. Ahdawiyah (2007) menemukan pengaruh negatif dan signifikan kebijakan dividen periode sebelumnya (DPR lag) terhadap profitabilitas (ROA). Midiastuty et al. (2009) dengan uji beda rata-rata menemukan bahwa profitabilitas pada tahun berikutnya (ROE t+1) mengalami kenaikan untuk kelompok perusahaan yang menaikan dividen dan mengalami penurunan untuk kelompok perusahaan yang menurunkan dividen. De Angelo et al. (2004) menyatakan bahwa dividen sangat terkonsentrasi di antara sejumlah kecil perusahaan dengan pendapatan yang besar sehingga menimbulkan keraguan bahwa signaling merupakan penentu pertama dari kebijakan dividen perusahaan. Menurut De Angelo et al. (2004) jika manajer menggunakan kebijakan dividen untuk berkomunikasi dengan pemegang saham, penggunaan dividen sebagai sinyal seharusnya terjadi pada 5 perusahaan kecil yang relatif yang kurang terkenal dengan akses terbatas pada pers keuangan, analis Wall Street, dan saluran penyebaran informasi konvensional lainnya, tetapi mayoritas pembayar dividen justru adalah perusahaan terkemuka seperti Exxon Mobil and General Electric, yang dicover oleh para analis dan jurnalis. Penelitian yang menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen memperoleh hasil yang berbeda-beda. Adelegan (2003) menemukan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian oleh Fitrijanti dan Hartono (2002) justru memperoleh hasil yang berbeda yaitu ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang lebih besar juga cenderung dapat menggunakan lebih banyak utang (Adelegan, 2003; Sen dan Oruc, 2008 dan Zurigat, 2009). Penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan sampai pada titik tertentu dimana penggunaan utang yang lebih besar lagi dapat meningkatkan biaya kebangkrutan. Menurut Fitrijanti dan Hartono (2002), jika biaya kesulitan finansial membatasi leverage, maka semakin besar diversifikasi perusahaan maka semakin mungkin bagi perusahaan besar untuk memiliki leverage yang lebih besar. Menurut Adelegan (2003) perusahaan besar memiliki penilaian yang lebih baik untuk utang. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kemampuan mengakses sumber pendanaan juga dapat berimplikasi terhadap profitabilitas. Perusahaan besar cenderung memiliki dana untuk mengejar proyek-proyek dengan NPV 6 positif dan dengan demikian mampu menghasilkan keuntungan lebih tinggi (Adelegan, 2003). Ukuran perusahaan juga menentukan skala ekonomi yang dijalankan perusahaan. Dengan tercapainya skala ekonomi, sebuah perusahaan akan mampu meningkatkan efisiensi dan selanjutnya akan mampu meningkatkan profitabilitas (Audretsch et al., 1998). Ukuran perusahaan dan skala ekonomi yang tinggi merupakan suatu penghalang bagi kompetitor baru untuk masuk ke dalam industri. Dickinson dan Sommers (2008) mengemukakan bahwa struktur birokrasi pada perusahaan besar menghasilkan kinerja dibawah optimal, jika demikian maka ukuran perusahaan akan berefek negatif terhadap profitabilitas. Menurut Audretsch et al. (1998) perusahaan kecil dapat melihat dan menjaga celah produk yang berbeda memungkinkan perusahaan yang lebih kecil untuk mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi. Perusahaan kecil selalu melihat pasar dimana mereka memiliki keunggulan dan menghindari konfrontasi langsung dengan kompetitor. Menurut Na’im dan Hartono (1996), Hartono dan Na’im (1997) dalam Jogiyanto (2000) perusahaan besar merupakan subjek dari tekanan politik. Perusahaan besar yang melaporkan laba berlebihan akan menarik perhatian politikus dan akan diinvestigasi karena dicurigai melaporkan monopoli. Watts dan Zimmerman dalam Jogiyanto (2000) selanjutnya menghipotesiskan bahwa perusahaan besar cenderung menginvestasikan dananya ke proyek yang mempunyai varian rendah dengan Beta rendah untuk menghindari laba yang berlebihan. 7 Pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas oleh Mintarsyah (2008) menemukan pengaruh yang positif dan signifikan. Sembiring (2008) menemukan pengaruh positif dan signifikan ukuran perusahaan terhadap kinerja yang diukur dengan net profit margin dan earning per share. Ahdawiyah (2007) menemukan pengaruh positif dan signifikan total aset terhadap ROA, dimana total aset juga sering digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan. Dickinson dan Sommers (2008) menemukan pengaruh ukuran perusahaan yang tidak signifikan terhadap profitabilitas periode perikutnya. Bøhren (2010) menemukan pengaruh ukuran perusahaan negatif dan signifikan terhadap profitabilitas satu, dua, dan tiga tahun berikutnya. Menurut Mueller (1986) dalam Fitrijanti dan Hartono (2002) perusahaan bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil yang sedang aktif melakukan penelitian dan pengembangan. Perusahaan kecil sering menghadapi keterbatasan pilihan menentukan proyek baru atau merestrukturisasi aset. Perusahaan besar cenderung mendominasi pasar dalam industrinya, sehingga seringkali perusahaan besar lebih memiliki keunggulan kompetitif dalam mengeksplorasi kesempatan investasi. Pilihan investasi di masa datang ini dikenal sebagai set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Berdasarkan Agency Theory, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah lebih memiliki free cash flows yang tinggi sehingga lebih baik membayar dividen lebih besar agar dapat mengalihkan dana perusahaan agar tidak ditanamkan pada proyek dengan NPV negatif, 8 sementara untuk perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dividen yang dibayarkan lebih kecil karena akan diinvestasikan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Semakin besar porsi modal perusahaan yang berasal dari utang semakin tinggi intensitas monitoring yang dilakukan oleh pihak kreditur terhadap perilaku manajemen, maka hal ini memberikan kontribusi yang semakin besar pula terhadap pengendalian agency problems antara manajemen dengan pemegang saham, dan pada gilirannya, akan semakin kecil ketergantungan perusahaan kepada dividen sebagai sarana/ mekanisme monitoring. Berdasarkan Pecking Order Theory menurut Myers dan Majluf (1984) struktur modal secara hierarki dari pendanaan yang bersumber pada pendanaan internal, hutang, dan ekuitas. kesempatan investasi mengembangkan yang perusahaan tinggi guna akan Perusahaan yang memiliki memanfaatkannya meningkatkan kesejahteraan untuk bagi pemegang saham. Pemanfaatan kesempatan investasi tersebut membutuhkan sumber pendanaan yang salah satunya didapat dari laba yang disisihkan untuk keperluan investasi. Kesempatan investasi yang tinggi, mendorong perusahaan untuk menahan labanya daripada membagikannya sebagai dividen. Penelitian sebelumnya tentang pengaruh IOS terhadap kebijakan dividen memperoleh hasil yang berbeda-beda. Murhadi (2010) menemukan pengaruh negatif IOS terhadap kebijakan dividen. Sementara, Sunarto (2004) menemukan pengaruh IOS yang positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Temuan Sunarto ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitiannya, hal 9 ini disebabkan karena sebagian besar perusahaan sampel dalam penelitiannya dikategorikan sebagai perusahaan yang mapan dan telah memiliki banyak cadangan laba untuk diinvestasikan kembali tanpa harus mengurangi proporsi dividen bagi pemegang saham. Apabila laba perusahaan tidak dibagikan sebagai dividen tetapi digunakan untuk mengambil peluang investasi, maka diharapkan perusahaan mengalami pertumbuhan profitabilitas. Bagi investor, prospek pertumbuhan perusahaan merupakan suatu prospek yang menguntungkan, sehingga nilai pasar dapat lebih tinggi nilai aset yang dimiliki. Fitrijanti dan Hartono (2002) menguji hubungan antara IOS dengan realisasi pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas dan pertumbuhan aset, menyimpulkan bahwa IOS berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas, dan pertumbuhan aset. Hasnawati (2005) menyimpulkan bahwa set peluang investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Tingkat pertumbuhan di masa depan relevan untuk memprediksi tingkat pengembalian yang diharapkan, sehingga dalam penelitian ini perlu diuji apakah IOS akan berpengaruh terhadap profitabilitas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 10 2) Apakah set kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap struktur modal? 3) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen? 4) Apakah set kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen? 5) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen? 6) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas? 7) Apakah set kesempatan investasi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas 8) Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap signifikan terhadap profitabilitas? 9) Apakah kebijakan dividen berpengaruh profitabilitas? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal 2) Untuk mengetahui pengaruh set kesempatan investasi terhadap struktur modal. 11 3) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. 4) Untuk mengetahui pengaruh set kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. 5) Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap kebijakan dividen. 6) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas. 7) Untuk mengetahui pengaruh set kesempatan investasi terhadap profitabilitas. 8) Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas. 9) Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap profitabilitas. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari temuan yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah: 1) Manfaat Teoritis Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan set kesempatan investasi terhadap struktur modal, kebijakan dividen dan dalam kaitannya dengan profitabilitas perusahaan. 12 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan bagi perusahaan dalam pengambilan kebijakan khususnya kebijakan pendanaan dan dividen. Bagi investor, khususnya yang mendasari investasinya pada kinerja keuangan perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pertimbangan tentang kebijakan pendanaan dan dividen sebagai sinyal profitabilitas perusahaan di masa depan, pengaruh ukuran perusaaan dan set kesempatan investasi sehingga diharapkan dapat menjadi masukan dalam menilai prospek perusahaan ke depan.