BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran berasal dari kata pasar, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli. Apa yang dipasarkan itu adalah barang dan jasa. Memasarkan barang tidak berarti hanya menawarkan barang atau menjual, tetapi mengandung makna yang lebih luas. Di dalamnya mencakup berbagai kegiatan seperti membeli, menjual dengan segala macam cara, menyangkut barang, menyimpan, dan mensortir dan lain sebagainya. Di dalam pemasaran, usaha ini biasa dikenang sebagai fungsi – fungsi pemasaran. Pemasaran memiliki dua hal yaitu : 1. Pemasaran merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan pada kepuasan pelanggan. 2. Pemasaran adalah sekumpulan aktifitas yang digunakan untuk mengimplementasikan filosofi ini. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam bukunya Marketing Management mendefinisikan bahwa “ Bauran pemasaran atau marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan perusahaannya dipasar sasaran. ( Kotler dan Keller, 2009 ). 8 9 Menurut Murshid Marketing mix adalah kerangka dari pada suatu keputusan pemasaran yang variabel ( Marketing Decision Variabels ) dalam setiap perusahaan di dalam waktu atau sampai batas waktu tertentu atau khusus. ( Murshid, 2010 ). Dan menurut beberapa ahli, “Marketing Mix adalah faktor-faktor yang dikuasai, digunakan dan dikendalikan oleh seorang marketing manajer ( Controllable Factor ) untuk mempengaruhi jumlah permintaan”. Dari beberapa pengertian diatas sangat jelas bahwa bauran pemasaran merupakan alat, variabel atau faktor yang digunakan perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasaran yang dituju, sekaligus untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengklasifikasian alat-alat bauran pemasaran menurut McCarthy menjadi empat kelompok besar yang disebut 4 (empat) P tentang pemasaran, yaitu: 1. Produk (Product) Merupakan kombinasi barang dan jasa yang perusahaan tawarkan pada pasar atau sasaran. Produk itu sendiri mempunyai pengertian yang sangat luas, dimana produk yang dihasilkan dapat berupa produk berwujud maupun produk yang tidak berwujud. 2. Harga (Price) Hal yang merupakan jumlah uang yang pelanggang titipkan sebagai rasa percaya akan suatu pilihan yang sudah tepat untuk memilih produk kami. Dimana bagian pemasaran memberikan berbagai macam produk dengan pelanggan sebagai pertimbangan dari beberapa faktor seperti 10 keuntungan yang akan di dapat pelanggan nantinya dan kemudahan yang akan dirasakan pelanggan. 3. Tempat (Place) Menunjukkan kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan pelanggan dapat meilhat dan menilai bahwa keputusan diambil terhadap perusahaan kami cukup puas bagi pelanggan. Adapun keputusan yang dipilih atas dasar : a. Sistem Transportasi b. Sistem Pelayanan c. Sistem Pemilihan Produk 4. Promosi (Promotion) Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan pelanggan atau sasaran agar bisa mempercayai produk tersebut. 2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Philip Kotler (2008), manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, American Marketing Association atau (AMA), (Lamb, dkk 2006), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan, harga, 11 promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi”. Definisi diatas menjelaskan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata menjual suatu produk saja, karena kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tahap penjualan adalah merupakan salah satu kegiatan pemasaran juga. Untuk itu kegiatan pemasaran saat ini harus dilaksanakan berdasarkan suatu konsep yang dapat memberikan arah yang tepat bagi usaha pemasaran. Menurut Rendra Widyatama (2005), pemasaran tanpa beriklan bagaikan seseorang mempunyai produk bagus tapi tak pernah ditawarkan pada pembeli. Akibatnya, pembeli tidak pernah mengetahui ada barang semacam itu. Jadi, bagaimana konsumen akan tertarik, melihat, memakai atau mengkonsumsi produk itu bila konsumen tak pernah mengetahui apa, bagaiman dan dimana produk dapat ditemukan. 2.3 Kualitas Produk Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Menurut (American Society For Quality Control, dalam Laksana 2008) menyatakan Kualitas adalah sejumlah keistimewaan produk, yang memenuhi keinginan pelanggan, dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk. Suatu definisi kualitas yang paling sederhana, namun lengkap pemikiran mutakhir dalam bisnis, mendefinisikan kualitas sebagai 12 ‘‘kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan’’. Ide dasarnya, kualitas bukanlah memenuhi sejumlah kriteria yang diterapkan perusahaan sebaliknya kualitas adalah memenuhi kriteria yang ditetapkan pelanggan. Kunci mencapai jenis kualitas ini adalah mengetahui siapa pelanggan kita dan apa yang mereka inginkan. Sedangkan (Welch, dalam Laksana, 2008 ) mendefinisikan kualitas sebagai berikut : Kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kualitas berpengaruh untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, kualitas tersebut harus memenuhi harapan konsumen, karena jika harapan konsumen terhadap suatu produk terpenuhi, maka konsumen akan royal dengan sendirinya atas produk yang telah dikonsumsi atau dirasakan. Untuk lebih memahami maka (Loveloc, 1987 dalam Laksana, 2008) menemukan 8 dimensi kualitas produk yang terdiri dari: a. Kinerja (performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk, yaitu meliputi Faster (lebih cepat) berkaitan dengan dimensi waktu menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau bagaimana untuk memperoleh produk ini, dan aspek Cheaper (lebih 13 murah) berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh pelanggan. b. Keragaman Produk (features) Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan pengembangnya. Dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. c. Keandalan (reliability) Berkaitan dengan tingkat probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu, dengan demikian kehandalan merupakan karakteristik yang mendefinisikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam menggunakan produk itu. d. Kesesuaian (conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan, konformasi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefinisikan sebagai konformasi terhadap kebutuhan (Conformance to Requirements). e. Daya Tahan (Durability) Merupakan ukuran masa pakai suatu produk karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan produk itu. 14 f. Kemampuan Pelayanan (serviceabililty) Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. g. Estetika (aesthetics) Estetika merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi atau pilihan individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu. h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Bersifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk. Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun umumnya konsumen memiliki informasi tentang produk secara tidak langsung, misalnya melalui merek, nama dan negara produsen. Ketahanan produk misalnya, dapat menjadi hal yang sangat kritis dalam pengukuran kualitas produk.Banyak pakar dibidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan suduk pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh tiga pakar kualitas tingkat internasional, yaitu W.Edwards Deming, Philip B.Crosby dan Joseph M.Juran dikutip Zulian Yamit (2010). Deming : Mendefiniskan kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. 15 Crosby : Mempersepsikan kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Juran : Mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesialisasi Sementara menurut Montgomery (1985) dikutip oleh J.Supranto (2006) kualitas : Quality is the extent to which products meet the requirements of people who use them .Suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Dia membedakan mutu produk menjadi dua yaitu mutu desain dan mutu kecocokan (quality of design and quality of comformance) . ketiga persepsi kualitas ini kemudian menjadi dasar pemikiran dalam Total Quality Management (TQM), yang merupakan isu sentral dalam aktivitas bisnis. Pendapatan Goestsch David, dikutip oleh Zulian Yamit (2010) membuat definisi kualitas yang lebih luas cakupnya, yaitu “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan” pendekatan yang dikemukan Goestsch David ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas. 16 Pendapat David Garvin, sebagaimana dikutip oleh Zulian Yamit (2010) mengidentifikasi lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu : 1. Transcendental Approach: adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan atau dan dioperasikan maupun diukur, seperti seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. 2. Product-based Approach : kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak menjelaskan perbedaan dalam selera 3. User –based Approach: kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 4. Manufacturing-based Approach : kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini 17 berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan oleh perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach : Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “ affordable excellence ”. Oleh karena itu, kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat dibeli. 2.4 Harga 2.4.1 Pengertian Harga Menurut Saladin (2003) harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk dan harga. Sedangkan menurut Dharmesta dan Irawan (2005) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Definisi harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan sebagai alat tukar untuk memperoleh sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. 18 2.4.2 Tujuan Penetapan Harga Menurut Saladin (2006) ada lima tujuan yang dapat diraih peusahaan melalui penetapan harga yaitu sebagai berikut : 1. Bertahan Hidup (Survival) Pada kondisi tertentu (karena adanya kapasitas yang mengganggur, persaingan yang semakin gencar atau perubahan keinginan konsumen, atau mungkin juga kesulitan keuangan), maka perusahaan menetapkan harga jualnya dibawah biaya total produk tersebut atau dibawah harga pasar. Tujuannya adalah bertahan hidup jangka panjang, harus mencari jalan keluarnya yang lain. 2. Maksimalisasi Lab Jangka Pendek (Maximum Current Profit) Perusahaan merasa yakin bahwa dengan volume penjualan yang tinggi akan mengakibatkan biaya per unit lebih rendah dan keuntungan yang lebih tinggi. Perusahaan menetapkan harga serendah-rendahnya dengan asumsi bahwa pasar sangat peka terhadap harga. 3. Maksimalisasi Hasil Penjualan (Maximum Current Revenue) Untuk memaksimalisai penjualan, perusahaan perlu memahami fungsi permintaan. Banyak perusahaan berpendapat bahwa maksimalisasi hasil penjualan itu akan mengantarkan perusahaan memperoleh maksimalisasi laba dalam jangka panjang dan pertumbuhan bagian pasar. 19 4. Menyaring Pasar secara Maksimum (Maximum Market Skimming) Banyak perusahaan menetapkan harga untuk menyaring pasar. Hal ini dilakukan untuk menarik segmen-segmen baru. Mula-mula dimunculkan ke pasar produk baru yang harga tingginya, beberapa lama kemudian dimunculkan pula produk yang sama dengan harga yang lebih rendah (tentu saja disini ada perbedaannya). 5. Menentukan Permintaan (Determinant Demand) Penetapan harga jual membawa akibat pada jumlah permintaan. Pada kurva permintaan in-elastic yang lebih kecil reaksinya jika dibandingkan dengan kurva permintaan elastic yang lebih besar reaksinya. Sedangkan menurut (Tjiptono, 2008), ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu : 1. Tujuan Berorientasi Pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat mengahasilkan laba paling tinggi. Tujuan itu dikenal dengan istilah maksimalisasi laba. 2. Tujuan Berorientasi Pada Volume Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objective. 20 3. Tujuan Berorientasi Pada Citra Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk nilai tertentu, misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. 4. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga meraka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industriindustri tertentu yang produknya terstandarisasi. Tujuan stabilisasi ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri. Harga merupakan faktor yang diyakini para peneliti mempengaruhi kepuasan pelanggan (Johnson & Gustafsson:2002). Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator kualitas (Mowen:2003). Hal ini akan terjadi apabila: • Konsumen yakin bahwa harga mampu memprediksi kualitas. • Ketika harga yang konsumen ketahui/rasakan sesuai. • Konsumen yakin bahwa harga terjangkau mampu memprediksi kualitas. 21 2.5 Promosi Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Swastha dan Irawan, 2008). Sedangkan menurut Kotler (2008), promosi adalah proses komunikasi suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan dating serta masyarakat. Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk memengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Tujuan promosi menurut Swastha dan Irawan (2008) adalah modifikasi tingkah laku, memberikan informasi, membujuk (persuasive), mengingatkan kembali (reminding). Banyak orang menganggap bahwa promosi dan pemasaran mempunyai pengertian yang sama, dimana sebenarnya promosi hanya merupakan salah satu bagian dari kegiatan prasaran. Walaupun promosi sering dihubungkan dengan penjualan tetapi kenyataannya promosi mempunyai arti yang lebih luas dari penjualan karena penjualan hanya berhubungan dengan pertukaran hak milik yang dilakukan oleh tenaga penjual, sedangkan promosi adalah setiap aktivitas yang ditujukan untuk memberitahukan, membujuk atau 22 mempengaruhi konsumen untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Pengertian promosi yang dikemukakan oleh Philip Kotler (2008) adalah promosi yang meliputi semua alat-slat dalam kombinasi pemasaran yang peranan utamanya adalah untuk mengadakan komunikasi yang sifatnya membujuk promosi merupakan suatu proses komunikasi dari penyampaian amanat atau berita tentang produk/barang atau jasa dari penjual kepada para pembeli potensial (konsumen). Promosi adalah bersangkutan dengan metode komunikasi yang ditujukan kepada pasar yang menjadi target tentang produk yang tepat yang dijual pada tempat yang tepat dengan harga yang tepat. Promosi mencakup penjualan oleh perseorangan, penjualan massal dan promosi penjualan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa promosi adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen supaya membeli produk yang dihasilkan ataupun untuk menyampaikan berita tentang produk tersebut dengan jalan mengadakan komunikasi dengan para pendengar (audience) yang sifatnya membujuk. Pada prakteknya walaupun pelaksanaan promosi ini umumnya dilakukan oleh para penjual/produsen, pihak pembeli atau calon pembeli kadangkadang ada kalanya secara sadar atau tidak sadar juga telah melakukan promosi, misalnya bila mereka menginginkan suatu informasi/keterangan mengenai harga, kwalitas dan sebagainya dari pihak penjualan. Seperti telah dikatakan di atas, tujuan dasar dilaksanakannya promosi adalah untuk 23 mempengaruhi konsumen supaya membeli produk yang dihasilkan penjual. Suatu promosi yang dilaksanakan tanpa mempunyai tujuan sama saja dengan melaksanakan pekerjaan yang sia-sia. Tujuan promosi merupakan dasar dalam membuat keseluruhan program promosi yang akan dijalankan oleh perusahaan dalam rangka mencapai apa yang diinginkannya, kemudian akan menyusul langkah-langkah selanjutnya. Sebenarnya setiap perusahaan yang memiliki program promosi bila dilihat secara nyata bahwa tujuan daripada promosi masing-masing sering tidak sama rata sama lainnya. Kotler (2005), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu: Periklanan (Advertising), Penjualan pribadi (Personal Selling), Publisitas (Publicity), Promosi penjualan (Sales Promotion) dan Pemasaran langsung (Direct Marketing). 2.6 Loyalitas Loyalitas diukur (Griffin, 2005) dalam Hurriyati (2008) berdasarkan : 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur 2. Membeli antar lini produk dan jasa 3. Mereferensikan kepada orang lain 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pihak pesaing Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2008) adalah Repeat Purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention 24 (Ketahan terhadap pengaruh yang negatif mengenai produk); Referalls (mereferensikan secara total esistensi perusahaan). Teori loyalitas pelanggan menurut Sugiono. 2007 dapat disusun dalam bentuk tangga loyalitas, mengemukakan loyalitas pelanggan dibagi menjadi 6 (enam) tahapan. Enam tingkatan tersebut tersusun dalam piramida loyalitas konsumen sebagai berikut : a. Suspect, meliputi semua orang yang diyakini membutuhkan suatu produk/jasa tertentu. b. Prospect, meliputi orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk/jasa tertentu dan memiliki kemampuan untuk membeli/mendapatkannya. c. Cudtomer, pada tahap ini prospect telah melakukan transaksi dengan penyedia produk/jasa namun tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan. Dengan kata lain loyalitas belum terlihat. d. Clients, meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan ditawarkan secara teratur. Hubungan ini berlangsung cukup lama dan mereka telah memiliki sifat relention. e. Advocates, pada tahap ini clients secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa pada penyedia tersebut. f. Partners, telah adanya hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara penyedia dengan pelanggan. Pelanggan produk/jasa yang sama ditawarkan oleh penyedia lain. telah menolak 25 Fokus Pemasaran dengan membentuk kelompok pasien yang loyal juga merupakan strategi pemasaran target pasar (targeting). Segmen pasar yang dituju (targeting) menentukan pilihan jenis bauran pemasaran. Targeting adalah proses memilih 1 (satu) atau lebih segmen yang akan dilayani dengan mempertimbangkan keuntungan bersaing (competitive advantages). Prinsip pentargetan adalah mengalokasikan sumber daya dengan efektif (Supriyanto & Ernawaty, 2010), Teori loyalitas pasien berupa pengelompokkan pasar atas dasar sebagai berikut (Supriyanto & Ernawaty, 2010) : a. Hard-core loyal adalah pelanggan yang membeli produk/jasa tertentu setiap kali membutuhkan. b. Soft-core loyal adalah mereka yang loyal pada 2 (dua) atau 3 (tiga) produk/jasa bila membutuhkan. c. Shifting loyal adalah mereka yang berpindah-pindah dari produk/jasa satu ke produk/jasa yang lain. d. Switcher adalah mereka yang sedikit loyal pada 1 (satu) produk/jasa tertentu. Loyalitas konsumen yang sebenarnya adalah bukti konsumen yang hamper selalu mendapatkan pelayanan. Akibatnya, setiap kali mengambil keputusan, konsumen benar-benar membandingkan alternatif-alternatif agar kebutuhan dan keinginannya dapat terpenuhi. Sedangkan, orang yang sangat puas atau senang akan memiliki ikatan emosional dengan jasa 26 bukan hanya preferensi rasional, dan hal ini menyebabkan loyalitas konsumen yang tinggi (Kotler, 2009). Hal terbaik yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan mempermudah pelanggan untuk mengadu. Perusahaan harus merespon pengaduan secara konstruktif. Dari pelanggan yang mengajukan pengaduan, sekitar 54-70% akan melakukan bisnis lagi dengan organisasi tersebut jika keluhan mereka terselesaikan. Angka itu naik mencapai 95% jika pelanggan merasa bahwa keluhan mereka cepat dibereskan. Pelanggan yang mengadu kepada organisasi dan merasa keluhan mereka diselesaikan dengan memuaskan rata-rata memberitahu kepada lima orang tentang perlakuan baik yang mereka terima (Kotler & Keller, 2009). Dua dimensi yang penting dalam loyalitas adalah sikap konsumen dan perilaku konsumen. Mempertahankan konsumen yang mempunyai sifat dan perilaku yang loyal lebih menguntungkan disbanding dengan mencari komponen yang baru (Kotler), 2009). Pelanggan yang loyal dapat menjadi ‘strong word of mouth promotion’, mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk berpindah, dan kurang sensitive terhadap harga maupun aspek lainnya. Perilaku bagaimana masyarakat membuat keputusan untuk memilih suatu sekolah tentunya harus mulai mendapat perhatian serius untuk dikaji, dalam rangka pemenuhan kepuasan akan tuntutan masyarakat dalam persepsinya mengenai model layanan pendidikan yang diinginkan, sehingga sekolah tidak akan ditinggalkan oleh “calon siswa” dan pada akhirnya sekolah 27 dapat memenuhi tujuan pendidikan nasional baik dalam skala makro maupun mikro (Murjoko dan Shibab, 2011). Jill Griffin (2002) mengatakan bahwa pelanggan yang loyal adalah orang yang: 1. Melakukan anggaran biaya untuk pembelian berulang secara teratur 2. membeli produk dan jasa sebagai pilihan utama 3. merekomendasikan kepada orang lain 4. menunjukkan hal positif terhadap tarikan dari pesaing Sedangkan menurut Aaker dalam Mouren Margaretha, 2004: 297-298, berpendapat bahwa loyalitas sebagai suatu perilaku yang diharapkan atas suatu produk atau layanan yang antara lain meliputi kemungkinan pembelian layanan, atau sebaliknya lebih lanjut seberapa atau perubahan perjanjian besar kemungkinan pelanggan akan beralih kepada pemilik merek lain atau penyedia layanan lain. Lebih lanjut menyatakan bahwa terdapat lima tingkat loyalitas pelanggan yaitu: 1. pembeli harga pembeli sama sekali tidak tertarik pada produk bersangkutan, produk apapun yang ditawarkan di anggap memadai, sehingga produk yang ada me mainka peran yang kecil dalam suatu keputusan pembelian. 28 2. konsumen yang loyal dengan biaya peralihan konsumen yang puas, tapi mereka memikul biaya peralihan (switching cost) dan risiko bila beralih ke produk lain. Untuk dapat meraih konsumen tipe perusahaan harus menawarkan manfaat lebih untuk kompensasi dengan menawarkan garansi. 3. pembeli kebiasaan pembeli yang puas/tidak puas terhadap suatu produk meskipun tidak puas pembeli cenderung tidak berganti produk jika pergantian produk tersebut ternyata membutuhkan usaha. Biasanya pembeli tipe ini sulit untuk dirangkul karena tidak alasan bagi mereka untuk memperhitungkan berbagai alernatif produk. 4. pembeli apresiasi konsumen yang sungguh2 menyukai produk tersebut, preferensi mereka didasari serangkaian pengalaman/kesan dengan kualitas tinggi yang pernah dialaminya. Hanya saja, rasa suka ini bisa merupakan perasaan umum yang tidak bisa diidentifikasikan dengan cermat karena pemasar belum dapat mengkategorikan secara lebih spesifik loyalitas konsumen terhadap produk. 5. konsumen yang setia konsumen pada tipe ini merupakan konsumen yang setia dan konsumen yang bangga terhadap produk yang dipilihnya. Produk ini sangat penting bagi konsumen baik dari segi fungsi maupun ekspresi gaya hidup mereka. Rasa percaya diri mereka 29 termanifestasikan pada tindakan merekomendasikan produk ke konsumen lain. Konsumen pada tipe ini cenderung setia dan tidak berpindah ke produk lain. 2.7 Penelitian Terdahulu Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Febra Hardiwan dan Imam Mahdi (2005) dalam judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Sebuah Merek Rokok (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)”. Dari hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan diantara variabel kualitas produk, harga, promosi, dan saluran distribusi terhadap kesetiaan terhadap merek. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yudha Bagja Diputra (2007) dalam judul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa dan Penetapan Harga Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi pada Hotel Arwana Jakarta)”. Dari hasil perhitungan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program komputer SPSS 13.0 menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa dan penetapan harga terhadap kepuasan konsumen dan ada pengaruh yang signifikan kepuasan konsumen terhadap loyalitas. Ketiga, penelitian yang dilakukan Adi Purwanto (2008) dalam judul “Pengaruh Kualitas Produk, Persepsi Harga, Promosi Dan Distribusi Terhadap Keberhasilan Produk Mebel Pada P.T Nadira Prima Di 30 Semarang”. Hasil analisis menggunakan regresi linear berganda dapat diketahui bahwa variabel produk berpengaruh positif terhadap keberhasilan produk P.T Nadira Prima di Semarang. Variabel persepsi harga, promosi, produk dan distibusi berpengaruh positif juga terhadap keberhasilan produk. 2.8 Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kualitas Produk X1 Harga Loyalitas Pelanggan X2 Y Promosi X3 Sumber : Sumber dikembangkan untuk penelitian ini (2013)