BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja 1. Definisi Kinerja dan Penilaian Kinerja Kinerja dalam organisasi pada dasarnya dalah jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Terdapat banyak definisi mengenai kinerja. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001:78) adalah menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah “ apa yang dialakukan dan tidak dilakukan karyawan”. Sedangkan menurut John Witmore dalam Coaching for Performance (1997:104)” kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umu prestasi”. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1979) mengemukakan pengertian kinerja sebagai berikut “Performance is: (1) the process of manner performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of play or other entertainmet”. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) “ kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya seuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya”. Kemudian menurut Ambar teguh Sulistiyani (2003:223) “ kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya ”. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu unutk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dikaitkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suati kebijakan operasional. Dari beberapa definisi tersebut diatas pada dasarnya kinerja adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi atau individu dengan mengacu pada ukuran-ukuran atau standar yang telah disepakti bersama dalam satu periode. Kinerja perusahaan merupakan sesutau yang dihasilkan oleh suratu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan sebaiknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Kata penilaian sering sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesutau yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Menurut Bernardin dan Russel (1993:379) “ A way of measuring the contribution of individuals to their organization ”. Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu kepada organisasi tempat bekerja. Menurut Cascio (1992:267) “ penilain kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok ”. Adapun pendapat lain bahwa penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja /jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Robert L Mathis dan John H Jackson (2001:82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: 1. Kemampuan 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dalam organisasi Menurut Bernardin Russel (2004) ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja individu yaitu: 1. Faktor Individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja. 2. Faktor Psikologis : prestasi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja. 3. Faktor Organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem reward. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) indiviu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan kemampuan alami atau kemapuan yang diperoleh dari hasil belajar serta keinginan unutk breprestasi. 3. Tujuan Penilaian Kinerja Menurut Syafarudin Alwi (2001:87) secara teoritis tujuan penilaian kinerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. 2. 4. Yang bersifat Evaluasi - Untuk pemberian kompensasi - Staffing decission - Mengevalusai sistem seleksi Yang bersifat Development - prestasi rill yang dicapai individu - kelemahan-kelemahan indivdiu yang menghambat kinerja - prestasi-prestasi yang dikembangkan Manfaat Penilaian Kinerja Kontribusi hasil-hasil penilaian sesuatu yang sangat bermafaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah : 1. Penyesuaian kompensasi-kompensasi 2. Perbaikan kinerja 3. Kebutuhan latihan dan pengembangan 4. Pengambilan keputusan dalam hal promosi, mutasi, pemecatan, dan perencanaan tenaga kerja. 5. Untuk kepentingan penelitian pegawai 6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai B. Penilaian Kinerja Dengan Sistem Tradisional Pada intinya, sasaran suatu usaha perusahaan adalah bagaimana untuk memperoleh laba secara mkasimal. Hal itu adalah wajar karena suatu perusahaan harus terus berkembang dan bertahan untuk jangka waktu yang panjang (going concern). Oleh sebab itu, penilaian terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) menjadi sangat penting baik bagi pemilik, investor ataupun manajemen itu sendiri. Pengukuran tingkat profitabilitas biasanya dilakukan dengan menggunakan analisisanalisis rasio keuangan dengan menggunakan data-data pada laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini menggambarkan dan menjelaskan suatu hubungan (mathematical relationship) antara suatu pos tetrtentu denagn pos yang lain pada laporan keuangan. Rasion ini dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini maupun kemungkinan pada masa yang akan datang. Analisis-analisis rasio keuangan dilakukan berdasarkan laporan keuangan yang biasanya terdiri dari laporan laba rugi (income statement), neraca (balance sheet), laporan arus kas (cash flow), dan laporan perubahan modal. Menurut Helfert (2000:14) menjelaskan keempat laporan tersebut sebagai berikut: 1. Neraca, mencatat kelompok dan jumlah kekayaan yang digunakan oleh perusahaan, diimbangi dengan kewajiban kepada pemebri pinjaman dan pemilik pada suatu tanggal tertentu. 2. Laporan Laba Rugi, menunjukkan hasil dari keputusan operasional perusahaan dan akan menghasilkan laba atau rugi akuntansi bago pemilik selama satu periode tertentu. 3. Laporan Arus Kas, memberikan gambaran yang dinamis perubahan kas sebagai akibat dari perubahan dalam neraca dan dari hsail usaha pada suatu periode. 4. Laporan Perubahan Modal, menunjukkan secara rinci mengenai perubahan rekening pemilik yang tercatatpada awal dan akhir periode dalam neraca. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan sehingga kinerja yang dikur hanyalah yang berkaitan dengan keuangan saja. Tetapi ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan pada pengerahan sumberdaya organisasi pada tujuantujuan jangka pendek. Ukuran-ukuran keuangan yang umum digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang meliputi: 1. Rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memnuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek bila jatuh tempo. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah: a. Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva yang lebih liquid. Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Hurang Lancar c. Cash Ratio (Rasio Lambat) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank. Cash Ratio = Cash + Efek Hutang Lancar 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini disebut juga rasio Leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari dana pinjaman. Rasion ini mengindikasikan tingkat keamanan dari pemberi pinjaman atau kreditur. Adapun rasio-rasio yang tergabung dalam rasio ini adalah: a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Terhadap Modal) Merupakan perbandingan antara hutang-hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Total Debt to Equity Ratio = Total Hutang Ekuitas Pemegang Saham b. Total Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang-hutang jangka pendek dan jangka panjang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Total Debt to Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva 3. Rasio Rentabilitas Rasio ini disebut juga Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Yang termasuk rasio ini adalah: a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan. Rasion ini menunjukkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Gross Profit margin = Laba Kotor Penjualan Bersih b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Merupakan rasio yang digunakan unutk mengukur laba bersih setelah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih c. Return on Equity Merupakan rasio yang digunakan unutk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk meenghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun preferen. ROE = Laba Setelah Pajak Ekuitas Pemegang Saham Selama ini terdapat berba gai metode penilaian kinerja yang digunakan. Namun sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hamper semua perusahaan mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Disinilah pihak manejemen perusahaan cendrung hanya ingin memuaskan shareholders, dan kurang memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas yaitu kepentingan stakeholders. Pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio-rasio tersebut diatas mempunyai keterbatasan-keterbatasan yaitu: 1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika faktor musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya. 3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkain rasio keuangan. 4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastian bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manejemen yang baik. Sedangkan menurut Kaplan dan Norton, kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu: 1. ketidakmampuan mengukur kinerja harta-0harta tidak tampak (intangible asset) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. 2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kea rah yang lebih baik. C. Tinjauan Umum Tentang Balanced Scorecard Konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton (1996). Balanced Scorecard secara literal berarti kartu skor berimbang adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam sekala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. Strategi pada dasarnya dalah suatu teori tentang bagaimana mencapai sasaran perubahan. Balanced Scorecard pertamakali digunakan dan dikembangkan pada perusahaan Analog Devices pada tahun 1987. Dengan tidak berfokus hanya pada hasil financial melainkan juga pada masalah manusia, Balanced Scorecard membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak sesuai tujuan jangka panjangnya. Balanced Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manejer-manejer di seluruh organisasi. Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya . Mulyadi (2001:10) mendefinisikan Balanced Scorecard sebgai alat mengukur strategi secara komprehensif dengan pola manajemen strategis. Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton merupakan suatu metode penilain yang mencakup empat pespektif unutk mengukur kinerja perusahaan yaitu, perspektif keuangan, perspektf pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balance Scorecard menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Balanced Scorecard bukan hanya penggabungan dari berbagai ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan yang ada melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah ( top and down ) berasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata. Berdasarkan konsp Balanced Scorecard, penilaian kinerja sangat penting. Sistem pinilaian kinerja yang efektif sebaiknya mengandung indikator kinerja yaitu: (1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif pelanggan. (2) menilai setiap aktivitas dengan mnggunakan alat ukur kinerja yang mengesankan pelanggan (3) memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang mempengaruhi pelanggan. (4) menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan. Penilaian kinerja tersebut dapat dimanfaatkan manajemen untuk: (1) mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. (2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan deangan karyawannya seperti promosi, mutasi, pemberhentian. (3) Mebantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan criteria seleksi dan evalusai program pelatihan karyawan. (4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan bagaiman atasan mereka melakukan penilaian kinerja mereka. (5) Menyediakan dasar distribusi penghargaan Untuk penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja secara kuantitatif yaitu: (1) Ukuran kinerja tunggal Adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran penilaian. Dengan hanya digunakannya satu ukuran kinerja, karywan dan manajemen cendrung akan memusatkan usahanya pada kriteria tersebut dan mengabaikan kriteria lainnya, yang mungkin sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagian tertentu. (2) Ukuran kinerja beragam Adalah ukuran kinerja yang mengguakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja. Ukuran kinerja beragam merupakan suatu cara untuk mengatasi kelemahan ukuran kinerja tunggal. Berbagai aspek kinerja manajer dicari kriterianya sehingga manajer diukur kinerjanya dari berbagai kriteria. (3) Ukuran kinerja gabungan Dengan adanya kesadaran beberapa kriteria lebih penting bagi perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan tujuan lain, maka perusahaan melakukan pembobotan terhadap ukuran kinerjanya. Misalnya manajer pemasaran diukur kinerjanya dengan dua unsur, yaitu profitabilitas dan pangsa pasar engan pembobotan masing-masing 4 dan 5. Dengan cara ini manajer pemasaran mengerti yang harus ditekankan agar tercapai sasaran yang dituju manajer puncak. Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivititas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan. Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi: (1) perbaikan perencanaan (2) perbaikan proses (3) perbaikan evalusai. Hasil evalusai merupakan informasi untuk perbaikan “perencanaan-prosesevaluasi” selanjutnya. Proses “perencanaan, proses, evalusai” harus dilakukan terus menerus (continous process improvement) agar faktor strategic (keunggulan bersiang) dapat tercapai. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukandi masa lalu dan ukuran keungan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiviness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat dari berbagai tindakan yang terjadi di luar non keuangan. Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: (1) meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan (2) meningkatnya produktivitas dan cost effectiviness proses bisnis/intern yang digunakan oleh perusahaan untuk mengahsilkan produk dan jasa (3) meningkatnya produktivitas dan komitmen personel. D. Konsep Umum Balanced Scorecard Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu: (1) Balanced (berimbang) dan (2) Scorecard (kartu skor) Kartu Score adalah kartu yang digunakan untuk mencatat hasil kinerja dari seseorang. Kartu skor ini juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan perosnel di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk mencapai skor yang hendak diwujudkan di masa depan, perosnil tersebut harus memperhatikan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta kinerja yang bersifat internal dan eksternal. Pada awal perkembangannya, BSC hanya ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990an, eksekutif hanya hanya diukur kinerja mereka dari perspektif keuangan, sehingga terdapat kecendrungan eksekutif mengabaikan kinerja non keuangan seperti kepuasan pelanggan, produktifitas dan keefektifan proses yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, dan pemberdayaan dan komitmen karywan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan pelanggan. Balanced Scorecard menterjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam tujjuan konkrit terorganisasi dispeanjang jalur empat perspektif yang berbeda yaitu financial, pelanggan, proses internal dan pembelajaran dan pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi financial masa depannya. Mengenali keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting bagi perusahaan yang cendrung mengingikan kesuksesan finansial jangka pendek yang seringkali juga diinginkan oleh pemegang saham. Dibandingkan dengan konsep manajemen strategis umum, Balanced Scorecard mempunyai beberapa konsep penting yaitu (1) Menambahkan 3 perspektif tambahan pada perspektif finansial yang telah ada (2) Konsep penting kedua adalah penggunaan indicator leading dan lagging. Indikator lagging adalah indikator yang menjelaskan sesuatu telah terjadi, karena itu jika perusahaan beraksi terhadap pengukuran itu akan terlambat. Indikator leading adalah sebaliknya yaitu mengenai masa depan. Contohnya jika perusahaan memperbaiki indeks kepuasan pelanggan, maka perusahaan akan ada dalam jalur yang benar mendapatkan penjualan tahunan yang lebih baik. (3) Hubungan sebab akibat. Jika perusahaan memiliki sejumlah indicator yang terkait dalam cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi yang baik di masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan sebab akibat (4) Penerapan Balanced Scorecard secara berjenjang di seluruh organisasi. Bisa juga disebut penerpaan secara bertingkat (5) Pembelajaran double loop learning. Perusahaan yang telah menggunakan Balanced Scorecard dapat menggunakanya untuk mengontrol kesusksesan strategi awal (single loop leraning) sebagai dasar pertimbangan ketika strategi tersebut ditantang oleh informasi baru yang diperoleh dari lingkungan bisnis (double loop leraning). 1. Balanced Scorecard Sebagai Alat Strategis Pengukuran Secara Komprehensif Pada umumnya Balanced Scorecard dimasukan dalam kerangka manajemen strategik. Manajemen strategic adalah pola pengelolaan strategi organisasi jangka pendek dan jangka panjang. Terdiri dari empat langkah utama dalam menciptakan masa depan organisasi yaitu: a. Perencanaan jangka panjang (long-range profit planning) terdiri dari - perumusan strategi - perencanaan strategi - penyusunan program b. Perencanaan laba jangka pendek c. Implementasi d. Pemantauan Perumusan Strategi Perencanaan Strategik Pada perkembangan selanjutnya (1993-1995), Balanced Scorecard diterapkan untuk menghasilkan rencana strategic yang komprehensif dan koheren Penyusunan Program Pneysunan Anggaran Implementasi Pemantauan Pada perkembangan awal (1990-1992), Balanced Scorecard diterapkan untuk pengukuran secara komprehensih kinerja Gambar 2.1. Perkembangan Peran Balnced Scorecard Dalam Sistem Manajemen Strategik (Mulyadi, 2001) Konsep Balanced Scorecard merubah fokus perencanaan dari sekedar pada fokus anggaran tahunan dan berjangka pendek, menjadi perspektif perencanaan komprehensif yang mencakup aspek finansial, bisnnis internal dan pembelajaran/pertumbuhan. Selengkapnya Pada Tabel 1 Tabel 1. Keunggulan Balanced Scorecard dibanding konsep manajemen tradisional Sistem Manajemen Strategik Dalam Manajemen Tradisional Hanya berfokus pada perspektif keuangan. Sistem perencanaan yang mengandalkan pada anggaran tahunan. Sistem perencaaan menyeluruh yang tidak koheren Perencanaan jangka panjang yang tidak bersistem Sistem Manajemen Strategik Dalam Manajemen Mencakup Kontemporer perspektif yang komprehensif: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal. Pertumbuhan/pembelajaran Koheren membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis Terukur semua sasaran strategis ditentukan ukurannya baik untuk sasaran strategis perspektif keuangan maupun perspektif non keuangan Seimbang keseimbangan sasaran strategis yang dihsailkan oleh system perencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang 2. Empat Perspektif Dalam Konsep Balanced Scorecard a. Perspektif Keuangan Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced Scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konskeuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspketif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masingmasing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan menjadi: 1) Growth (berkembang) Berkembang merupakan tahap awal atau tahap pertama dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau plaing tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk mengembang suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkasn fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur dan jaringan distribusi yang mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan pelanggan. Peursahaan dalam tahap pertumbuhan mungkin secara actual beroperasi dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas modal rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas. Sasaran keuangan untuk Growth Stage menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau dari produk dan jasa yang baru. 2) Sustain Stage (bertahan) Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mensyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dlaam tahap ini perusahaan berusaha memeprtahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Investasi menghinlangkan yang dilakukan kemacetan, umumnya mengembangkan ditujukan kaspasitas untuk dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. 3) Harvest (panen) Tahap ini merupakan tahap kkematangan (mature), suatu tahap di mana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan memperbaiki fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuanagn untuk tahap ini adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan hasil dari investasi masa lalu. b. Perspektif Pelanggan (customer perspective) Pada masa lalu, perusahaan seringkali mengabaikan kebutuhan pelanggannya, tetapi lebih memfokuskan diri pada kemampuan internal. Sekarang strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasaa yang bernilai dari biaya perolehannya. Dan suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan konsumen (Heppy, 2000). Tolok ukur kinerja pelanggan dibagi menjadi dua kelompok: 1) kelompok inti Pangsa pasar yaitu mengukur seberapa besar porsi segmen pasar yang dikuasai oleh perusahaan. Tingkat perolehan para pelanggan baru yaitu mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan-pelanggan baru. Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama yaitu mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil mempertahankan pelangganpelanggan lama. Tingkat kepuasan pelanggan yaitu mengukur seberapa jauh pelanggan merasa puas terhadap produk atau layanan perusahaan. Tingkat profitabilitas pelanggan yatiu mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. 2) Kelompok Penunjang Atribut-atribu produk (fungsi, harga dan mutu) Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga eceran realtif, tingkat daya guna produk, tingkat pengembalian produk oleh pelanggan sebagai akibat ketidaksempurnaan proses produksi, mutu peralatan dan fasilitas produksi yang digunakan, kemampuan sumberdaya manusia serta tingkat efisiensi produk. Hubungan dengan pelanggan Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini adalah tingkat fleksibilitas perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para pelanggannya, penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan oleh pramuniaga serta fisik fasilitas penjualan. Bagaimana citra dan reputasi perusahaan beserta produk-produknya di mata para pelanggannya dan masyarakat konsumen. c. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process Perspective) Menurut Kaplan dan Norton, dalam proses bisnis internal manajer harus bisa mengindetifikasi proses internal yang penting di mana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi: 1) Inovasi Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian riset dan pegembangan. Dalam tahap ini tolok ukur yang digunakan dalah besarnya produk-produk baru secara relative jika dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan. 2) Proses Operasi Tahapan ini merupakan tahapan dimana peusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepad para pelanggannya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolok ukur yang digunakan antara lain Manufactruing Cycle Efectiveness (MCE), tingkat kerusakan produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan yang tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi actual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per kegiatan produksi. 3) Proses Penyampaian Produk Atau Jasa Kepada Pelanggan Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada pelanggan meliputi pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian produk atau jasa serta layanan purna jual dimana perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan yang telah membeli produknya seperti layanan pemeliharaan produk, layanan perbaikan kerusakan, layanan penggantian suku cadang dan perbaikan pembayaran. d. Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan Perspektif keempat dalam Balanced Scorecard mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh. Tujuan dari perspektifpembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastuktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, system dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling employees. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah: 1) Karyawan Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karywan dan produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan, perusahaan perlu melakukan survey secara regular. Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh agregat peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pematauan secara terus menerus. 2) Kemampuan Sistem Informasi Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapatkan informasi itu. 3) Motivasi Motivasi merupakan suatu elemen yang sangat penting. Dalam perspektif ini, kemampuan manajemen untuk tetap menjaga dan meningkatkan semangat karyawan harus terus menerus dipelihara sehingga produktivitas karyawan terus terjaga dan dapat terus ditingkatkan. Dalam hal ini juga, inisiatif dari karyawan harus diberikan ruang yang cukup. 3. Merumuskan Perspektif Setelah visi komprehensif dan konsep bisnis dirumuskan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah memilih perspektif untuk membangun scorecard financial, pelanggan, proses internal bisnis, pembelajaran dan pertumbuhan. Pilihan perspektif harus diatur terutama oleh logika bisnis, dengan hubungan timbale balik yang jelas antar perspektif yang berbeda-beda. Perspektif yang berkembang harus menunjukkan cara yang diingnkan manajemen untuk mengembangkan organisasi produk dan jasa yang ditawarkan untuk tuuan proses singkat dan/atau tujuan penambahan nilai bagi pelanggan. Pengarug-pengaruh ini harus diamati dari perspektif financial. Semua perubahan perspektif harus berdasarkan pada alas an-alasan strategis daripada sekedar beberpa jenis model stake-holders. Ini akibat dari jarangnya kebutuhan perspektif karyawan yang terpisah, karena karyawan dianggap sumber daya, khususnya perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 4. Merinci Visi Berdasarkan Masing-Masing Perspektif Dan Merumuskan Seluruh Tujuan Strategis Model Balanced Scorecard merupakan suatu alat yang digunakan untuk merumuskan dan menerapkan strategi perusahaan. Model tersebut digunakan untuk menterjemahkan visi dan strategi yang abstrak ke dalam tolok ukur dan sasaran yang spesifik. Dengan kata lain, tujuan dari langkah ini adalah untuk menterjemahkan visi ke dalam istilah nyata dari perspektif yang telah disusun dan dengan demikian, akan mencapai keseimbangan keseluruhan yang merupakan ciri dari model ini. Strategi dapat didefinisikan sebagai hubungan antara visi dan rencana Operasional perusahaan yang dilakukan sehari-hari. Perumusan strategi biasanya sangat kompleks dan membutuhkan unput substansial sumber daya. Karena ada banyak aspek dan variabel yang harus dipertimbangkan. Pertanyaan fundamental adalah tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan memperpanjang manfaat kompetitif yang telah ada di antara saingannya. Disinilah manfaat terpenting dari model Balanced Scorecard, dimana model ini memudahkan untuk menguraikan visi menjadi spesifik, strategi yang didasarkan realita dimana orang-orang perusahaan merasa bahwa mereka dapat mengerti dan bekerja sama. Poin pertama yang sesuai adalah penjelasan terdahulu mengenai pandangan perusahaan di masa mendatang. Dari sana kemudian aturan dan strategi yang cocok akan teridentifikasi dlam bermcama-macam pandangan: profitabilitas jangka panjang, persaingan perusahaan seperti harga dan waktu pengiriman, organisasi perusahaan dan lalu tipe kompetensi yang akan diolah dan tersedia. Untuk melengkapi fase ini, kelompok akan memilih pernyataan untuk masing-masing perspektif yang menunjukkan strategi-strategi prinsipil untuk tujuan prioritas untuk memperoleh visi yang diinginkan. Visi/Misi & Tujuan Analisis External SWOT Strategi Analisis Internal Tema-tema Strategis …………………………………………. ………………………………………… ………………………………………… Tema Strategis Perspektif Keuangan ……………… ……………… ……………… Tema Strategis Perspektif Pelanggan ……………… ……………… ……………… Tema Strategis Perspektif Bisnis Internal ……………… ……………… ……………… Tema Strategis Perspektif Pembelajaran …………… …………… Gambar 2.5 : Merinci Visi kedalam tema strategis di empat perspektif BSC ( Sony dkk,2007:108 ) Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuandan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan dimasa mendatang. Untuk mewuujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategic, tujuan ini kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapainnya. Balanced Scroecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan pemegang saham dan konsumen karena tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu, Balanced Scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu: a. Communicating dan educating b. Setting Goals c. Lingking Reward to Performance Measrues Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda setiap departemen. Akan tetapi dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih peniting untuk diprioritaskan, akan menggerakan kea rah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh. Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat system perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek, dari tiga perspektif yang ada yaitu konsumen, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan umpan balik dalam mengevaluasi strategi. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: a. Memperjelas dan menerjemahkan strategi 1) Memperjelas visi 2) Menghasilkan konsensus b. Merencanakan dan menetapkan sasaran 1) Menetapkan sasaran 2) Memadukan inisiatif strategis 3) Mengalokasikan sumberdaya 4) Menetapkan tonggak-tonggak penting c. Mengkomunikasikan dan menghubungkan 1) Mengkomunikasikan dan mendidik 2) Menetapkan tujuan 3) Mengkaitkan imbalan dengan ukuran kinerja d. Umpan balik dan pembelajaran strategis 1) Mengartikulasikan isi bersama 2) Memberikan umpan balik strategis 3) Memfasilitasi tinjuan ulang dan pembelajaran strategis Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif adalah (Barbara Gunawan,200): a. Perspektif keuangan Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas. b. Perspektif Customer Terwujudnya tanggungjawab social sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan c. Perspektif proses bisnis internal Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Terwujudnya keunggulan jangka panjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi sumberdaya manusia.