BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial dan atau masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia. Adapun istilah komunikasi dalam bahasa inggris, yaitu Communication yang berasal dari bahasa latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Namun pada kehidupan manusia komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari dua (2) aspek, yaitu isi pesan dan lambang / simbol. Konkritnya, isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang atau bahasa. Komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy adalah, “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap” 4 Sedangkan komunikasi menurut James A.F. Stoner: “Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan”. 5 Sementara Edward Depari seperti dikutip HAW Widjaja mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Proses penyampaian pesan, gagasan, dan harapan 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 10 5 H.A.W. Widjaja, Komunikasi Pengantar Studi, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hal. 14 6 yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu yang mengandung arti yang dilakukan oleh penyampaian pesan dengan maksud mencapai kesamaan”. 6 Selanjutnya pengertian komunikasi menurut Oemi Abdurachman dalam bukunya Dasar-dasar Public Relations mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang individu mengoperkan rangsangan prangsangan (lambang-lambang) untuk memperoleh perubahan tingakah laku individu yang lain”. 7 Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi sebagai proses penyampaian isi pernyataam atau pesan yang berupa lambang-lambang yang bermakna antara manusia. Jika penelitian ini dihubungkan dengan konsep dalam komunikasi, maka akan terdapat suatu unsur komunikasi yang menyangkut permasalahan pada penelitian ini, yaitu: a. Unsur Komunikator Komunikator ialah seseorang yang menyampaikan isi pernyataan ataupun pesan yang bermakna kepada manusia lain dengan tujuan. Adapun faktor-faktor penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu : 1. Daya tarik sumber Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan prilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan perkataan lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. 2. Kredibilitas sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak 6 H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008 hal. 1 7 Oemi Abdurachman, Dasar-dasar Pr, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, hal. 10 7 bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. 8 Pendapat mengenai kedua faktor tersebut di atas, dapat dipahami bahwa seorang komunikator harus bersikap empatik, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada maksud, peran dan manfaat orang lain. Seseorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, kecewa dan sebagainya. b. Unsur Pesan Pesan atau isi pernyataan (message) adalah keseluruhan dari apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face communication) atau melalui media, pada dasarnya pesan harus memiliki pokok sebagai pengarah dalam usaha mengubah tingkah laku dan sikap komunikannya. Pesan mempunyai sifat informatif, persuasif, dan koersif. Adapun maksud dari pesan memiliki sifat yang informatif, persuasif, dan koersif, yaitu: 1. Informatif, yaitu berupa pesan yang disampaikan berupa keteranganketerangan yang dipaparkan dan komunikan dapat mengambil kesimpulannya. 2. Persuasif, yaitu pesan yang berupa bujukan dan ajakan yang dapat membangkitkan pengertian yang membawa perubahan pada diri atau sikap komunikannya. 3. Koersif, yaitu pesan yang disampaikan secara paksaan dengan memberikan sangsi-sangsi atau hukuman. Agar pesan yang disampaikan tepat pada sasaran, maka pesan tersebut harus memenuhi beberapa syarat-syarat, diantaranya : 1. Menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti oleh kedua belah pihak. 2. Pesan harus menarik bagi penerima dan memiliki nilai lebih atau makna tertentu. 8 Onong Uchjana Effendy, Op Cit, hal. 38 8 3. Pesan harus direncanakan secara baik. c. Unsur Saluran Untuk menyampaikan pesan kepada orang lain dapat menggunakan saluran komunikasi atau media. Menurut Hamdan Adnan, pengertian media adalah “alat yang dapat digunakan untuk mengantar pesan dari sumber kepada penerima” 9 Lebih lanjut Hamdan Adnan menambahkan bahwa komunikasi menurut saluran / media yang digunakan dapat terbagi menjadi dua (2), yaitu : 1. Komunikasi bermedia massa Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya adalah surat kabar, radio, televisi dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi, dan rekreasi, atau istilah lain: penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah, bahwa media massa menimbulkan keserempakan (simultaety); artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif sangat banyak, ratusan ribu, jutaan, bahkan ratusan juta pada saat yang sama secara bersama-sama. Jadi, untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif, tidak demikian untuk mengubah sikap, pendapat, dan prilaku komunikan. 2. Komunikasi bermedia nirmassa Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orangorang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, majalah, telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, folder, radio CB atau radio amatir, film dokumenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain, adalah media media nirmassa karena 9 Hamdan Adnan, Prinsip-Prinsip Humas, PT Usaha Nasional, Surabaya, 1996, hal. 107 9 tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal. 10 Penulis berpendapat bahwa meskipun intensitas media massa kurang luas jangkauannya bila dibandingkan dengan media massa, tetapi banyak dipergunakan. Berkomunikasi dengan media majalah misalnya cukup efektif untuk menyampaikan suatu pesan (message) kepada orang tertentu (para pelanggan) yang bertempat tinggal jauh, demikian pula dengan media nirmassa. d. Unsur Komunikan Penerima pesan suatu kegiatan komunikasi disebut komunikan, yaitu orang yang menjadi obyek kegiatan komunikator dalam berkomunikasi. Komunikan dalam kegiatan humas sudah jelas adalah publik, baik publik internal maupun publik eksternal. Untuk itu harus dicatat bahwa komunikan yang menjadi sasaran kegiatan humas bukanlah individu melainkan kelompok yang menyatu menjadi publik. Humas dalam melakukan kegiatannya tidak menganalisa atau merumuskan opini individu, melainkan opini publik dari kelompok publik tersebut. e. Unsur Efek Efek adalah hasil akhir yang diharapkan dari komunikannya. Menurut Onong Uchjana Effendy, “yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikannya” 11 Keberhasilan dan kesuksesan kegiatan komunikasi dapat diketahui bahwa apabila dalam suatu penyampaian pesan atau informasi itu sematamata bertujuan agar komunikator dapat merubah komunikan, baik dalam hal merubah pendapat, menambah pengetahuan, dapat berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator. Jadi, efek komunikasi merupakan tolak ukur untuk mengetahui apa yang berubah dari diri komunikan. 10 Hamdan Adnan, Op Cit, hal. 11 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1989, hal. 6 11 10 Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan pihak komunikator diharapkan dapat menimbulkan suatu akibat atau hasil pada diri komunikan yang sesuai dengan keinginan pihak sumber (komunikator). Selanjutnya Onong Uchjana Effendy mengemukakan bahwa akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi dapat mencakup tiga (3) aspek, diantaranya yaitu : • Dampak kognitif adalah dampak yang timbul yang timbul pada komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualisasinya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. • Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu. • Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. 12 Berdasarkan beberapa definisi komunikasi dan unsur-unsur komunikasi di atas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi adalah merupakan prasyarat kehidupan manusia. Komunikasi dapat terjadi jika ada suatu interaksi yang akan menghasilkan aksi dan reaksi. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara perorangan maupun melalui medium atau alat perantara. Harold. D. Lasswell seperti dikutip Onong Uchjana Effendy mengemukakan tentang bagaimana suatu proses komunikasi berlangsung dengan memberikan suatu formula yang menjelaskan komunikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Formula Lasswell ini menunjukan unsur-unsur dalam komunikasi yaitu: Komunikator (Who), Pesan (Says What), Media (In Which Channel), Komunikan (To Whom), dan Efek (With what effect) atau “siapa 12 Onong Uchjana Effendy, Op Cit, hal. 107 11 mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan dengan pengaruh bagaimana”. 2.2 Komunikasi Organisasi 2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. 13 Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktorfaktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,2005) 14 . Komunikasi formal adalah komunikasi yang 13 Everet M. Rogers, Communication in Organization.PT.RAJA Grafindo Persada,, jakarta, hal 256 14 Wiryanto,2005 12 disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005:98) 15 mengidentifikasikan tiga komunikasi organisasi sebagai berikut: fungsi perintah; fungsi relasional; fungsi manajemen ambigu. 1.Fungsi perintah berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut. 2.Fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggotaanggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kenirja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Misal: kepuasan kerja; aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memacu konflik, kurang ditaati, dsb. 3.Fungsi manajemen ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Misal: motivasi 15 berganda muncul karena Conrad ,dalam Tubbs dan Moss, 2005:98 13 pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. • Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasi. Sebagai komunikator, seorang pemimpin organisasi, manajer, atau administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang manajer harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang dilakukannya. Dalam hubungan ini, Henry Mintzberg seorang profesor manajemen pada McGill University di Montreal-Kanada, menyatakan wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peranan: peranan antarpersona; peranan informasi; dan peranan memutuskan. 16 2.3 Komunikasi Internal 2.3.1 Definisi Komunikasi Internal Komunikasi internal adalah dalam upaya menyampaikan pesan, ide, gagasan serta informasi lainnya dapat terjadi dalam kontek secara vertical, horizontal, maupun secara diagonal di dalam suatu organisasi . Hal itu menunjukan terjadinya komunikasi di dalam organisasi (Internal Communication). Jika kita simpulkan ternyata komunikasi internal ini hanya merupakan suatu pertukaran informasi didalam organisasi baik dalam kontek secara 16 Hafid cangara, pengantar ilmu komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal 18 14 vertical maupun secara horizontal . Gibson, Ivancevid, Dannely (1987 : 440) menambah satu kontek lagi dalam komunikasi internal itu yakni komunikasi diagonal . Meskipun komunikasi internal ini terjadi dalam tiga kontek seperti yang telah disebutkan diatas, komunikasi internalpun dapat berlangsung secara interpersonal dan secara kelompok. 2.3.2 Komunikasi Vertikal Komunikasi vertical adalah komunikasi yang dilancarkan dari atas ke bawah (downward communication) dan sebaliknya dari bawah ke atas (upward communication) atau dengan kata lain komunikasi yang dilancarkan oleh pihak atasan kepada bawahan atau sebalknya dari bawahan kepada atasan (two way traffic communication) . Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi tergantung pada frame of reference manusiamanusia yang terlibat di dalamnya. 2.3.3 Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang dilakukan secara mendatar antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan dengan karyawan dan sebagainya . Untuk memecahkan masalah yang timbul akibat proses komunikasi dengan jalur seperti itu adalah tugas Public Relation Officer ( Kepala Hubungan Masyarakat) . Antara komunikasi vertical dengan komunikasi horizontal terkadang terjadi komunikasi diagonal. 2.3.4 Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal adalah komunikasi antar pimpinan antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain . Seperti kita ketahui bahwa komunikasi internal ini bukan saja terjadi dalam tiga kontek seperti yang telah dijelaskan dimuka, 15 melainkan dapat pula terjadi secara personal (personal communication) dan secara kelompok (group communication) . Komunikasi persona Komunikasi persona adalah komunikasi antar dua orang yang dapat berlangsung secara tatap muka (face to face communication) dan komunikasi bermedia (mediated communication) . Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi persona tatap muka adalah sebagai berikut : • Bersikaplah empati dan simpati • Tunjukanlah sebagai komunikator terpercaya • Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong • Kemukakanlah fakta dan kebenaran • Bercakaplah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh • Jangan bersikap super • Jangan mengkritik • Jangan emosional dan bicaralah secara meyakinkan . Komunikasi kelompok (group communication) Komunikasi kelompok adalah komunikasi antar seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka . Komunikasi kelompok kecil (small group communication) Komunikasi ini adalah komunikasi antara manajer atatu seorang administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal . Komunikasi kelompok besar Komunikasi ini adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya banyak, dalam situasi komunikasi hamper tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal . 2.4 Media Internal 2.4.1 Definisi Media Internal Media internal adalah publikasi menggunakan media yang secara khusus dibuat oleh organisasi untuk kalangan lingkungan dalam (internal). 16 Media ini biasanya memiliki format sebagai majalah, tabloid, dan lainnya. Bentuk yang digunakan untuk media internal tergantung dari besar-kecilnya organisasi dan anggaran yang tersedia. ¾ Manfaat media internal 1.Sebagai media penyebarluasan informasi tentang operasional perusahaan, mensosialisasikan kebijakan perusahaan dan mengangkat isyu umum masalah-masalah perusahaan. 2.Saat dimanfaatkan dengan baik, media internal mampu mendekatkan karyawan dan perusahaan. Pengukuran keberhasilan media internal adalah saat karyawan merasa menjadi bagian dari organisasi melalui media internal. 3.Dapat membantu saling pengertian antar karyawan. 4.Menanamkan budaya organisasi, mempertahankan dan mensosialisasikan perubahan. ¾ Bentuk-bentuk media internal Menurut Frank Jenkins ada lima bentuk media internal: 17 1.Buletin - biasanya digunakan sebagai komunikasi reguler antara karyawan dan atasannya. 2.Nawala - berisi pokok-pokok berita untuk pembaca yang sibuk. Formatnya biasanya memiliki 2-8 halaman, berukuran A4, dengan tulisantulisan ringkas tanpa gambar. 3.Majalah - berisi karangan khas, tulisan artikel, gambar atau foto, dan biasanya terbit secara berkala. Formatnya biasanya berukuran A4. 4.Tabloid atau koran tabloid - mirip surat kabar umum dengan pokokpokok penting, artikel pendek, dan ilustrasi. 17 Frank Jefkins, Public Relations (Alih bahasa Haris Munandar), Jakarta: Erlangga, hal54 17 5.Majalah dinding - media komunikasi yang ada di titik-titik tertentu lokasi suatu organisasi. Formatnya biasanya berisi poster-poster kecil. ¾ Aspek-aspek penyusunan media internal 1.Informasi: menambah pengetahuan (baru) bagi pembacanya, seperti berita tentang perkawinan, kelahiran, kesejahteraan karyawan, pertemuan, dan lain sebagainya. 2.Pendidikan: memperkenalkan pada pembacanya tentang cara baru melakukan kegiatan atau cara-cara mengatasi masalah. 3.Rekreasi: Informasi yang dikandung memiliki ganjaran psikologis, seperti anekdot, sentilan, cerita bersambung. ¾ Hal-hal terkait dalam memilih media internal 1. Seberapa sering media internal dapat dibuat sesuai dengan jumlah dana. Termasuk menimbang perlu/ tidaknya menggali sumber pendanaan dari majalah internal seperti penempatan iklan, kemungkinan harus membeli hak cipta untuk pemuatan foto-foto. 2. Sejauh mana relevansinya dengan pencapaian tujuan dan target sasaran yang dituju. 3. Sumber daya yang diperlukan dalam membuat media internal. 4. Kebijakan redaksi, gaya penulisan terkait dengan target sasaran, dan proses percetakan. Macam-macam media massa tradisional •surat kabar •majalah •radio •televisi •film (layar lebar). 18 2. 5 Efektivitas Media 2.5.1 Definisi Efektivitas Media Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, yang memiliki arti ada efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil sedangkan untuk efektivitas berarti keefektifan. 18 Apabila dihubungkan dengan komunikasi maka komunikasi yang efektif adalah “bagaimana komunikator dengan komunikan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan atau efek perubahan yang terjadi disebut efek positif atau efektivitas” 19 . Komunikasi yang efektif “memasyarakatkan adanya pertukaran informasi dan adanya kesamaan makna antara komunikator dan komunikan” 20 . Efektifitas media internal dalam kegiatan PR perlu diperhatikan, apakah media yang digunakan PR efektif atau tidak dalam memenuhi kebutuhan informasi. Oleh karena itu dalam menyajikan informasi, PR harus memperhatikan nilai-nilai yang menjadi pendoman pembuatan media komunikasi internal yang terpecaya. Sebuah media komunikasi yang efektif harus memiliki empat nilai strategis didalamnya, yaitu21 : 1. Nilai Informasi Media komuniaksi harus manampilkan nilai-nilia informasi yang bermutu dan berguna bagi khalayaknya. Umumnya nilai informasi yang terkandung dalam sebuah media komunikasi bersifat langsung menuju sasaran, mengungkapkan fakta dan digunakan audience menghendaki pengungkapan secara langsung seperti pada peluncuran kebijakan baru. 2. Nilai pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam media dapat tertera dengan jelas apabila media tersebut menyampaikan hal-hal yang berkaiatan dengan 18 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/pbp Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation.PT.Raja.Grafindo Persada.2000,hal.17 20 Rachmat Kriyantono. Tekniuk Praktis Riset Komunikasi. Persada Media Group. 2006, hal.3 21 Effendy.op.cit.158 19 19 peningkatan efisiensi kerja, membantu memecahkan masalah dan menerapkan motivasi baru untuk prokdutivitas kerja. b. Nilai Hiburan Tulisan media tidak hanya dimaksudkan untyuk memberi dan mendidik masyarakat saja namun juga ada unsur menghibur yaitu memberikan rasa santai dan kegembiraan terhadap khalayak yang membacanya. Apabila media internal yanga da tidak efektif maka upaya PR dalam pencapaian pesan-pesan perusahaan kepada khalayak internal dan ekternal tentang aktivitas perusahaan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika media internal tersebut efektif, maka keterbukaan dalam komunikasi antara perusahaan dan publik dapat tercapai. Disamping itu akan adanya kesadaran dan pengakuan manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai, dann kpomunikasi antara perusahaan dan publik pun dapat menunjang teciptanya suasana yang kondusif dalam perusahaan. Standard yang paling umum digunakan dalam audit komunikasi oleh Andre Hardjana adalah “ efisiensi dan efektifitas “. 22 Efisiensi pada dasarnya menunjukan bahwa “kegiatan dijalankan secara benar (doing the thing right) berkaitan dengan penyimpangan cara kerja”. Sedangkan efektifitas menunjukkan bahwa “kegiatan yang dilakukan adalah benar (doing the right thing) berkaitan dengan penyimpangan tujuan”. 23 Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang terjadi sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif dan konatif. Efektif berarti mempunyai pengaruh, efek atau akibat, memberi hasil yang memuaskan, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan berhasil guna. Komunikasi yang efektif merupakan sarana agar tujuan yang sudah ditetapkan akan sesuai target yang direncanakan. Kriteria komunikasi yang efektif terdiri dari adanya penerima pesan, isi pesan, ketepatan, media komunikasi dan sumber. 22 23 Andre Hardjana.Audit Komunikasi (Teori danPraktek). Grasindo. Jakarta.2003 hal.32 ibid 20 Definisi efektifitas secara umum menurut Andre Hardjana adalah mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Menurut Hardjana efektifitas dan efisiensi komunikasi dapat diukur berdasarkan hal-hal berikut ini: 24 EFEKTIVITAS EFISIEN Pengertian umum Pengertian umum • Mengerjakan hal-hal yang • benar benar • Mencapai tingkat di atas • pesaing meningkatkan output • Membawa hasil • Memecahkan masa sekarang • Menanganni tantangan masa • Menanganni tantangan masa depan Meningkatkan Mengerjakan hal-hal secara Mengurangi input atau kini laba keuntungan • Menekan biaya • Megamankan sumber daya • Mengoptimalkan penggunaan sumber daya Pengukuran efektifitas media internal untuk memenuhi kebutuhan informasi karyawan, peneliti memakai enam kriteria alat ukur efektivitas khusus tentang komunikasi Andre Hardjana. Dalam dimensi penerima yang menjadi kriteria pertanyaan adalah apakah semua orang yang dituju menerima data? Dan apakah orang lain yang dituju juga menerima data? Dimensi isi pesan, yang menjadi kriteria 24 Ibid, hal.23-24 21 pertanyaan adalah apakah semua data ketepatan waktu, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah apakah data tersedia waktu dibutuhkan? Dan berapa lama data disimpan sebelum dibutuhkan? Dimensi media yang menjadi kriteria pertanyaan adalah melalui saluran mana data diterima? Dan apakah tersedia saluran-saluran lain yang lebih efektif? Dimensi format kemasan, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah dalam bentuk apa diterima? Dan apakah tersedia bentuk lain yang lebih efektif? Dan yang terakhir dimensi sumber (source), yang menjadi kriteria pertanyaan adalah siapa sumber langsung data yabg dibutuhkan? Dan apakah tersedia sumber lain yang lebih dipercaya? Dengan demikian dapat disimpulkan definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruhtentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi. Selain itu, efektifitas itu sendiri berhubungan dengan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah berhasil atau tidak, memberikan dampak perubahan signifikan atau tidak. Efektifitas adalah derajat keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalm usahanaya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari perusahaan 2.6 Humas 2.6.1 Definisi Humas Pada dasarnya, Humas (Hubungan Masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang dibutuhkan oleh setiap organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non komersial. Keberadaan humas adalah berupaya untuk menciptakan citra yang baik dari lembaga kepada publik internal mapun eksternal. Ada beberapa definisi tentang humas, diantaranya dikemukakan oleh (British) Institute of Public Relations(IPR) terbitan bulan november 1987 : Praktek Humas atau Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka 22 menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan segenap khalayaknya. 25 Dari pengertian diatas menurut pemahaman penulis salah satu upaya terencana dan berkesinambungan adalah dengan menerbitkan suatu media, dalah hal ini majalaah internal yang bertujuan untuk menciptakan dan membina pengertian antara organisasi (Kemenakertrans) dengan publiknya. Betrand R. Canfield mengemukakan tiga fungsi humas, seperti yang dikutip oleh Effendy dalam bukunya Human Relations and Public Relations, yaitu: 1. Mengabdi kepada kepentingan umum. 2. Memelihara komunikasi yang baik. 3. Menitik-beratkan moral dan tingkah laku yang baik. 26 Humas bekerja dan memiliki kewajiban terhadap perusahaan, tetapi meskipun demikian humas tetap memiliki tanggung jawab moral untuk melayani publik dan kepentingan umum. Humas memiliki tugas untuk menjalin hubungan dengan publik eksternal dan internal perusahaan, oleh sebab itu maka seseorang humas harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain. Humas merupakan cermin dari perusahaan, publik memberikan penilaian terhadap suatu perusahaan dengan cara mengamati tingkah laku para karyawannya, oleh sebab itu seorang humas wajib menjaga sikpa dan tutur kata dengan tujuan untuk mmberikan penilaian yang baik terhadap publik. Humas sebagai suatu fungsu manajemen memiliki beberapa tugas yang harus dijalankan. Effendy dalam bukunya Human Relations dan Public Relations menyebutkan bahwa sebagai fungsi manajemen humas memiliki dua tugas : 1. Sebagai sumber informasi (Source Of Informations) 25 Frank Jefkins, Public Relations (Alih bahasa Haris Munandar), (Jakarta: Erlangga, 2003 hal : 9 Onong Uchjana Effendy, Human Relations and Public Relations, Bandung, CV Mandar Maju, 1993 hal ; 137 26 23 2. Sabagai saluran informasi (Channel Of informations Tugas humas sebagai sumber informasiartinya adalah dia harus mengetahui dan memahami seluk beluk perusahaan seperti: sejarah, fasilitas, jenis produk, atau pelayanan yang dimiliki oleh perusahaan, nama-nama pimpinannya , hubungan-hubungan yang dimiliki dengan pihak luar, dan sebagainya. Humas juga harus mampu menginformasikan hal-hal tersebut kepada publiknya dan membuat publiknya mengerti dan dapat menerima informasi yang disampaikan. Sefdangkan tugas humas sebagai saluran informasi artinya bahwa humas adalah penyambung lidah antara publik suatu perusahaan baik internal maupun eksternal dengan pimpinan perusahaan. Kegiatan Humas ditujukan untuk membuat publik berpikir positif tentang organisasi. Tujuan ini dapat tercapai jika humas dapat menunjukkan hal-hal positif tentang apa yang telah dilaksanakan dan direncanakan, memberikan keterangan yang jujur kepada publik sehingga mereka dapat merasa diikutsertakan dalam setiap usaha dan kegiatan organisasi. Definisi lain tentang Humas dikemukakan oleh Frank Jefkins yang menyatakan bahwa: “Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam mapun keluar, antar satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” 27 Humas selalu melakukan kegiatan komunikasi. Ciri yang hakiki dari komunikasi efektif dalam humas adalah komunikasi timbal balik, yang mampu menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi teciptanya tujuan organisasi. Dr. Soleh Soemirat dan Drs Elvinaro dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations mengungkapkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai fungsi manajemen, humas memiliki dua ruang lingkup, yaitu : 1. Ke Luar, humas fharus mengusahakan tumbuhnya sikap dan citra masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijaksanaan lembaga atau organisasi. 27 Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 1992, hal, 9 24 2. Ke Dalam, (1) humas senantiasa bmembina sikap dan mental karyawan agar dalam diri mereka tumbuh perasaan taat, patu dan dedikasi terhadap lembaga atau organisasi tempat mereka bekerja. (2) menumbuhkan semangat korp atau kelompok yang sehat dan dinamis. (3) mendorong tumbuhnya kesadaran lembaga/perusahaan. 28 Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tugas humas adalah menjali hubungan baik dengan publik. Dimana dua kelompok besar yang dijadikan publik dalam kegiatan humas adalah publik internal dan eksternal. Publik internal (internal public), adalah orang-orang yang secara struktural termasuk anggota organisasi karyawan, apakah itu jawatan, lembaga, perusahaan, dan lain-lain tanpa melihat pangkat, jabatan dan golongan. Tujuan humas menjalin hubungan dengan publik internal adalah untuk menumbuhkan loyalitas atau kesetiaan dan dedikasi karyawan kepada perusahaan dan juga menciptakan kerjasama yang baik antara para karyawan dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang baik dan nyaman dan mereka juga menjadi penyambung lidah antara karyawan dengan pihak manajemen. Publik eksternal (Eksternal Public), adalah khalayak diluar organisasi yang menjadi sasaran kegiatan lembaga hubungan masyarakat, tetapi ada kaitannya dengan organisasi. Tujuan humas menjalin hubungan dengan publik eksternal adalah untuk menciptakanopini dan citra positif dari publik eksternalnya terhadap perusahaan baik yang berhubungan dengan produk maupun pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. 2.6.2 Humas Internal Humas internal merupakan sub bagian dari kegiatan kehumasan di suatu organisasi kerja atau Kementerian. Hums internal merupakan suatu bidang tugas kehumasan yang dilakukan oleh pekerja humas kepada publik internal untuk menjaga agar tercapai kerjasama dan hubungan yang baik sehingga tujuan, sasaranm dan kelangsungan kementerian dapat bertahan. Demikina pentingnya 28 Soleh Soemirat & Ardianto Elvinaro, Dasar-Dasar public Relations, Bandung: Bina cipta, 2003 hal 89 25 hubungan dengan publik internal maka penulis berpendapat bahwa publik internal adalah bagian penting yang harus selalu di ingat dan dipantau kebutuhan dan kepentingannya. Internal Public Relations atau humas internal dalam “Kamus Komunikasi” Onong Uchjana Effendy adalah : “ Hubungan masyarakat diselenggarakan oleh pimpinan organisasi atau seseorang yang ditugasi dengan orang-orang yang bergiat di dalam untuk organisasi yang bersangkutan, suatu kegiatan komunikasi timbal balikdalam rangka membina kerjasama yang akrab demi kepentingan dan keuntungan bersama yang dilandasi asas saling pengertian dan saling percaya. 29 Menurut Loina Peranginangin mengemukakan secara rinci bahwa fungsi / peranan humas internal : 1. Mengidentifikasi kepentingan individu 2. Menjaga keserasian didalam kerja sama individu 3. Mengetahui setiap motivasi yang mengakibatkan perubahan di dalam organisasi dengan memperhaitkan perasaan, emosi, dan sikap para individu. 30 Sedangkan menurut M. Linggar Anggoro dalam bukunya Teori dan profesi Kehumasan mengatakan dua definisi Humas, yaitu : Segenap kegiatan humas yang secara khusus diarahkan kepada pihakpihak dalam lingkungan organisasi atau perusahaan pegawai anggota, pimpinan, pemegang saham, dan sebagainya. “Humas internal merupakan hubungan antara sesama pegawai pada suatu perusahaan (Staff Relations) atau sesama anggota di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek manusiawi.” 31 29 Effendy, Op cit, hal 186 Loina Peranginangin, Hubungan Masyarakat, Bandung : Cv Lalolo, 2001, hal : 91 31 M. Linggar Anggoro, Teori-teori & Profesi Kehumasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 hal: 121 30 26 Dari definisi diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa humas adalah fungsi manajemen dari suatu perusahaan yang befungsi melakukan kegiatan-kegoiatan komunikasi dengan publiknya dengan tujuan untuk membina hubungan yang harmonis agar timbul saling pengertian dan niat baik dari publik terhadap perusahaan. Humas melaksanakan kegiatan internal untuk menjadi perantara, penghubung antara setiap kedatuan kerja agar terjadi identifikasi kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi. Kerena itulah tugas humas internal adalah: 1. Menanamkan sikap PR- Midness pada karyawan dari pimpinan. 2. Memperoleh tugas dan wewenag yang jelas yang membatasi sekaligus tugasnya yang mudah sekalimencampuri dan memasuki bidang lain 3. Memperoleh kepercayaan dan kerjasama dari teman sejawatnya. 4. Menanamkan prinsip serta program kerja dari organisasi kepada para karyawan dan teman sejawat demi realisasi tujuan. 5. Memberikan bantuan jasa kepada bagian lain dalam organisasinya, menunjang jenjeng wewenang yang dikenal sebagai “staff” maupun “Line function”. 6. Meningkatkan keinginan dan hasrat serta mengadakan kemungkinan untuk kerjasama serta partisipasi. 7. Mengadakan dan menyebarkan ide kesadaran masyarakat pada karyawan dan semua dalam lingkungan kerjanya. 32 Dengan berbagai penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa humas internal adalah kegiatan yang menitikberatkan perhatian pada publik dalam suatu organisasi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menciptkan hubungan yang harmonis dalam organisasi. Hubungannya dengan penelitian ini adalah bahwa Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melaksanakan fungsi humas internal, yaitu melakukan 32 Loinan Peranginangin, Op cit, 2001, hal 91 27 kegiatan yang sifatnya ke dalam instansi tersebut. Dengan cara menerbitkan majalah internal “M-Power” yang bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis di dalam organisasi. 2.6.3 Media Humas Untuk melakukan komunikasi dengan publiknya (internal dan eksternal), humas dapat menggunakan media komunikasi yang disebut media humas. Menurut F. Rachmadi, media komunkasi yang dapat digunakan oleh organisasi Public Relations, meliputi : 1. Media berita (News Media) seperti surat kabar, majalah, dll. 2. Media siaran (Broadcast), seperti radio dan televisi 3. Media komunikasi tatap muka atau komunikasi tradisional 33 Kita juga mengenal beberapa media hums yang dapat digunakan dalam kegiatan humas, antara lain yaitu : a. Media pers, baik itu berupa koran, majalah yang diterbitkan secara umum maupun dalam jumlah terbatas untuk kalangan tertentu. b. Audio Visual, yang terdiri dari slide, kset, video, atau bisa juga film dokumenter. c. Radio, yang memiliki skala lokal, regional atau bahkan internasional. d. Televisi, yang dapat berskala lokal, regional, dan internasional. e. Pameran ( Exhibition ), misalnya pameran perdagangan luar negeri, eksibisi khusus yang diselenggarakan untuk memperkenalkan suatu produk baru, dan sebagainya. f. Bahan-bahan cetakan (Printed material) : yakni berbagai macam cetakan yang bersifat mendidiki, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan humas tertentu. g. Penerbitan buku khusus ( Sponsored books ), bisa berisi seluk beluk organisasi, petunjuk lengkap mengenai penggunaan produk sebagainya. 33 F. Rachmadi, Public Ralations Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994 hal 87 28 dan h. Surat langsung ( direct mail ), surat ini dapat ditunjukkan kepda tokoh , atau pribadi-pribadi tertentu dan masyarakat umum. i. Pesan-pesan lisan ( spoken word ), yaitu melalui komunikasi tatap muka. j. Pemberian Sponsor ( sponsorship ), yaitu penyediaan dana atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olah raga, beasiswa universitas, dan sebagainya. k. Jurnal organisasi ( house jurnal ), istilah jurnal intrnal memiliki bermacam-macam padanan, mulai dari “jurnal internal” , “buletin terbatas”, sampai ke “koran perusahaan”. l. Ciri khas ( house style) dan identitas perusahaan (corporate identity), bentuknya bisa bermacam-macam tergantung pada bentuk dan karakter organisasinya. m. Bentuk-bentuk media humas lainnya : seiring dengan waktu dan kemajuan teknologi, bisa dipastikan bentuk media tersebut di masa akan datang semakin bervariasi. 34 2.6.4 Media Internal Humas Humas sendiri memiliki sarana guna meningkatkan dan menunjang kegiatan hujas itu sendiri dalam hal ini disebut sebagai media humas. Media menurut Onong Uchjana adalah saran untuk menyalurkan pesan-pesan fyang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut M. Linggar Anggoro mengenai media humas internal : Variasi perangkat suatu komunikasi sangatlah besar namun pada umumnya setiap organisasi hanya menggunakan sebagain kecil dari sekian banyak metode yang ada. Tentulah pemilihan metode harus sesuai dengan karakteristik organisasi, jumlah dan strata personelo, lokasi kerja. Jurnal internal disini dapat diartikan sangat luas yakni sebagai bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur, yang bentuk kongkretnya dapat dilihat dari bentuk-bentuk sebagai berikut : 34 Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 1996, hal:61 29 a. Majalah/Tabloid Jurnal internal yang memiliki format majalah biasanya berukuran A4 (29 +210Mm ), isinya kebanyakan artikel-artikel, feature dan ilustrasi. Jurnal itu biasa saja (Letterpress) atau biasa juga melalui teknik yang lebih g=canggih seperti tekhnik litografip atau photograver b. Koran Isinya terdiri dari artikel-artikel berita yang disispi dengan artikel feature dan ilustrasi. Proses pencetakannya biasanya lebih canggih yakni secara offset-litho atau web offset-litho . c. Newsletter Jumlah halamannya sedikit, hanya dua sampai delapan halaman biasanya berukuran A4. Sebagian isinya tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa gambar. Pencetakannya bisa letterpress atau cetak biasa atau litografi atau bisa juga dengan mesin fotograver. d. Majalah Dinding Bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini merupakan suatu media yang digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. 35 Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa media internal adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan isi sampaian dari organisasi (top manajemen ) kepada publiknya yang berada didalam organisasi tersebut. Penyampaian terjadi bertujuan untuk menciptakan hubungan baik dan meningkatkan citra. 36 Kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggunakan media internal dalam menyampaikan pesan atau informasi, yang secara umum tujuan dari penerbitan media atau jurnal internal ini adalah untuk mengemukakan dan menginformasikan kepada karyawanya mengenai kebijaksanaan dan kegiatan 35 36 M. Linggar Anggoro, op cit, 2001, hal 213 Frank Jefkins, op cit, 1992, hal 62 30 Kementerian menurut cara pandang Kementerian, kepada publik internalnya yaitu karyawan Kemenakertrans. Dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggunakan media majalah internal yang diberi nama “MPower”. 2.7 Hubungan Karyawan (Employee Relations) Merupakan salah satu bentuk dari kegiatan internal public relations yang menitik beratkan kepada hubungan antara pimpinan perusahaan dengan karyawan/publik karyawan, yang dalam hal ini mencakup kepada bentuk kegiatan (H.R Danan Djaja 1985: 26-27) : 37 1. Penempatan dan pemindahan karyawan 2. Penerimaan pegawai baru 3. Kenaikan pangkat dan kondite karyawan 4. Pemutusan kerja 5. Pensiun dan jaminan sosial Perencanaan dan pelaksanaan suatu program informasi dan komunikasi karyawan biasanya harus terletak pada seksi hubungan karyawan dari bagian hubungan masyarakatnya (PR). Nasihat serta kerjasama manajemen dan staf, pelaksana yang melaksanakan hubungan personalia, karyawan, atau industri, harus diusahakan dalam menentukan tujuan, media, dan pesan dari program komunikasi. Koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting. Kegagalan dalam menyajikan informasi kepada karyawan tentang kebijakan dan perkembangan perusahaan yang mempengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat (H Frazier Moore, 2005: 347). 37 H.R Danan Djaja “komunikasi internal” 1985: hal 26-27 31 Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah penting (H Frazier Moore, 1988: 5). 38 Fungsi komunikasi internal adalah mengusahakan agar para karyawan mengetahui apa yang sedang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh karyawan. Frank Jefkins (2005 :172) mengatakan bahwa: “Komunikasi internal (lebih lanjut disebut sebagai komunikasi pegawai atau employee relations), memiliki tiga bentuk. Yang pertama adalah komunikasi ke bawah yaitu komunikasi dari pihak pimpinan kepada karyawan. Kedua adalah komunikasi ke atas, 2.7.1 Karyawan Didalam suatu organisasi, baik itu lembaga pemerintahan maupun swasta, peran karyawan sangat penting untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam suatu instansi atau perusahaan, karyawan merupakan orang yang bekerja didalam suatu organisasi untuk mendukung kegiatan manajemen organisasi. Menurut Rhenald Khasali yang dikutip oleh Loina Lalolo menyebutkan bahwa publik atau karyawan adalah kumpulan dari orang-orang atau pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. 39 Dengan demikian maka sekumpulan orang-orang atau pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan adalah publik internal perusahaan yaitu karyawan. Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menyatakan bahwa karyawan adalah : Semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula meupun pekerja kasar seperti supir atau pesuruh. Dengan 38 39 H Frazier Moore, 1988: hal 5 Loina Perangianangin, Op cit, 2001, hal 43 32 senantiasa berkomunikasi ddengan mereka akan dapat diketahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, perasaan, dan harapannya 40 . Jadi penulis menyimpulkan bahwa seorang huma harus mempunyai sikap perhatian terhadap kepentingan karyawan dengan cara selalu berkomunikasi dengan karyawan sehingga dapat diketahui sikap, perasaan, pendapat, kesulitan serta harapan dari para karyawan terhadap perusahaan. Dengan adanya komunikasi kesalahpahaman komunikasi serta konflik diantara karyawan dapat dijminimalisasikan dan karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal, karena kerjasama antar karyawan terjalin dengan baik dan pada akhirnya yang akan timbul adalah kepercayaan antar karyawan shingga keharmonisan antar karyawan akan tercapai. 2.7.2 Hubungan Dengan Karyawan Menurut Onong Uchjana Effendy, pengertian karyawan adalah “ semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula, maupoun pekerja kasar seperti sopir atau pesuruh. 41 Seorang ahli Public Relations, Archibald Williams mendefinisikan hubungan dengan karyawan (Employee relations) merupakan suatu kekuatan yang hidup dan dinamis yang dibina dan diabadikan dalam hubungan perorangan sehari-hari dibelakang mesin atau dibelakang meja tulis. Jadi PRO bukan hanya duduk dikantornya melainkan harus berkomunikasi langsung dengan karyawan. Dia harus senantiasa mengadakan kontak pribadi (Personal Contact). Employee relations merupakan kegiatan Public relations untuk memelihara hubungan, khususnya antara para manajemen dengan para karyawannya. Hubungan ini adalah dalam rangka kepegawaian secara formal. Salah satu internal publik yang menjadi sasaran dari kegiatan kehumasan di dalam Employee relations. Mereka merupakan suatu potensi yang sangat berarti dalam organisasi diaman dapat dikembangkan lebih baik dari 40 41 Onong Uchjana Effendy, Op cit, 2002, hal 136 Ibid Hal, 136 33 sebelumnya. Karena mereka dianggap salah satu publik yang menentukan seksesnya organisasi. Maka perlu diadakan hubungan baik dan terarah. Karyawan dibutuhkan oleh perusahaan agar kinerja perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dibutuhkan hubungan yang baik untuk menjaga kinerja para karyawan tersebut agar tetap melaksanakan tanggung jawabnya. Adalah majalah internal sebagai salah satu informasi untuk menjaga arus komunikasi didalam instansi tersebut. Internal ini menyajikan komunikasi dua arah, memberikan kesempatan kepada karyawan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk menyatakan pendapanya dalam majalah tersebut. 2.7.3 Majalah Internal Majalah internal adalah majalah yang diperuntukan bagi seluruh karyawan suatu organisasi/lembaga. Kata majalah berasal dari kata Arab, majallah. Demikian pula kata magazine dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa yang sama, yaitu mahazin, yang semula berarti gudang tetapi kemudian diartikan sebagai ”gudang pengetahuan”. Di negeri-negeri Arab sendiri lebih populer sebutan majallah daripada mahazin, Indonesia pada tahun 1988-1989 memiliki sekitar 105 majalah yang berbeda-beda, terdiri atas majalah-majalah mingguan (30), dwimingguan (38), bulanan (35), dwibulanan (1), dan triwulanan (1). Kebanyakan majalah itu diterbitkan di Jakarta. Jumlah ini tidak mencakup jenisjenis penerbitan yang tidak beredar di pasaran umum seperti majalah perusahaan, berbagai majalah ilmiah, dan majalah sari tulisan. “Menurut Ensiclopedia Nasional Indonesia, ”majalah adalah suatu penerbitan berkala yang menyajikan liputan jurnalistik dan artikel berisi informasi dan opini yang membahas berbagai aspek kehidupan. Adakalanya pemuatan tulisan dalam majalah hanya dimaksudkan sebagai hiburan”. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, ”majalah umumnya berjilid,sampul depannya dapat berilustrasi foto, gambar atau lukisan, tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama.” 42 42 Ibid., hal. 42 34 Majalah biasanya dibedakan menurut kala (jadwal waktu) penerbitan dan pengkhususan isinya. Menurut kala penerbitannya, terbitan berkala ini disebut majalah mingguan, dwimingguan, atau tengah bulanan, bulanan, triwulanan, dan sebagainya. Jika di kaitkan dengan penelitian ini, maka majalah M-Power dikategorikan sebagai majalah intenal yang diterbitkan oleh Kemenakertrans setiap dua bulan sekakali atau dalam frekwensi dwibulanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang majalah internal sebagai berikut : Majalah internal harus menampilkan daya tarik dan isi, ukuran halaman, jumlah kolom per halaman, hitam-putih atau warna, bentuk hurur, jumlah ilustrasi, perimbangan anatar berita dan tulisan feature merupakan hal-hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan format. Penataan halaman harus di usahakan serapi mungkin agar setiap materi yang disajikan nampak menarik, enak dibaca dan mudah dipahami. Susunan kalimat yang tidak pada tempatnya, jumlah subjudul yang terlalu sedikit dan penampilan yang terloalu pucat merupakan hal-hal yang harus dihindari. Selain itu pembuatan rancangan tidaklah semata-mata membuat tulisan atau gambar dan mengirimkannya kepercetakan, lalu menggarap hasil terbaik. Untuk memperoleh hasilmaksimalo, kita harus membuart suatu lay out (tata letak) untuk tiap halaman jurnal penempatan judul harus mendapatperhatian ekstra. Isi dan daya tarik majalah haruslah dapat memikat setiap pembaca yang membaca majalah tersbut. Misalnya, hurf-huruf berwarna putih pada latar blok warna yang berwarna kuning. Dan juga susunan dan makna kalimat harus dibuat semenarik mungkin. 43 Berdasarkan penjelasan di atas mengenai beberapa hal yang harus diperrimbangkan dalam membuat suatu majalah internal, maka dapat di 43 Frank Jefkins, Op cit, 1996, hal 14 35 paastikan bahwa suatu majalah internal yang naik dan menarik minat pembcanya apabila majalah internal tersebut memperhatikan beberapa hal tersebut diatas, seperti daya tarik isi, penataan halamannya, dan lay out. Sedangkan pengertian isi menurut Pawit M. Yusuf adalah : “ isi adalah informasi bacaan yang terkumpul dalam sumber-sumber bacaan “ 44 Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa isi Majalah M-Power merupakan informasi bacaan yang digunakan sebagai media komunikasi oleh Kemenakertrans dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada karyawan seputar Kemenakertrans. Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian dan peran majalah adalah tugas utama dari sesuatu hal yang harus dilakukan melalui terbitan berkala yang berisikan berbagai artikel berikutnya dijilid dan diberi cover. Sedangkan sasaran dari terbitan berkala tersebut adalah publik intern, ekstern dan publik eksternal-internal. Sedangkan majalah internal itu ditujukkan bagi publik intern dan merupakan sara penting dalam kegiatan humas guna membina hubungan yang harmonis. Jika dikaitkan dengan judul yang penulis ambil ini maka M-Power Merupakan terbitan berkala dalam dua bulan sekali yang ditujukan bagi internal publik yaitu para karyawan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). 2.8 Majalah Sebagai Media Komunikasi Karyawan 2.8.1 Definisi Majalah Sebagai Media Komunikasi Karyawan Majalah internal merupakan suatu media yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk menyampaikan informasi kepada publik internal yang berbeda dilingkungan perusahaan atau organisasi tersebut. Dalam konteks penerbitan majalah internal Onong Uchjana Effendy berpendapat : “bahwa 44 Pawit M. Yusuf, Pedoman Praktis Mencari Informasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995 hal: 16 36 majalah internal diterbitkan untuk eperluan publik di dalam organisasi, terutama para karyawan yang sehair-harinya bekerja dilingkungan organiasinya.” 45 Kaitannya dengan media komunikasi, majalah internal merupakan salah satu media yang digunakan untukmenyampaikan pesan dalam komunikasi bermedia. Komunikasi dengan menggunakan media menurut Onong Uchjana Effendy mempunyai fungsi atau peran sebagai berikut : 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) Kemudian apabila dikaitkan dengan judul yang penulis ambil, penulis menyimpulkan bahwa media komunikasi adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi, yang bertujuan untuk mendidk, memnghibur dan mempengaruhi dari komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini media komunikasi yang digunakan adalah majalah “M-Power”. Majalah “M-Power” menyajikan berbagai informasi tenaga kerja dengan tampilan yang kreatif. Majalah M-Power merupakan salah satu media informasi internal yang berguna dan bermanfaat bagi karyawan/pegawai Kemenakertrans. Media tersebut merupakan sumber informsi dan pengetahuan bagi para karyawan, karena berisikan informasi mengenai perkembangan dan juga beritaberita aktual seputar internal Kemenakertrans. Majalah internal itu sendiri merupakan bentuk dari pada media cetak yang diterbitklan oleh suatu perusahaan secara internal dalam arti hanya untuk karyawan Kemenakertrans yang bersangkutan. 45 Onong Uchjana Effendy, Op cit, 1989, hal 55 37 2.9 Efektivitas 2.9.1 Definisi Efektifitas Peter Drucker mengemukakan bahwa, “efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the ridht things). Oleh karenanya agar kegiatan komunikasi dapat berhasil dan tercapai tujuannya maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk meyampaikan umpan balik atau feedback secara seluas-luasnya kepada komunikator. 46 Pengertian efektivitas yang dinyatakan oleh pendapat diatas bahwa setiap komunikasi yang dilakukan bertujuan mendapatkan perubahan yang terjadi pada komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Perubahan semacam ini yang disebut efek positif atau disebut juga dengan efektivitas, dimana komunikator disini adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan media yang digunakan adalah Majalah “M-Power” dan yang menjadi komunikan adalah karyawan yang membuka dan membaca majalah tersebut. Anwar Arifin mengemukakan efektivitas adalah : “Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan mendambakan efek yang positif atau efektifitas. Komunikasi yang tidak menginginkan efektifitas sesungguhnya komunikasi yang tidak bertujuan. Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi dalam komunikasi (menerima khalayak) sebagai akibat pesan yang diterimanya baik langsung maupun melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan komunikator maka komunikasi itu disebut efektif”. 47 Komunikasi yang tidak menginginkan efektivitas sesungguhnya komunikasi yang tidak bertujuan, efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat pesan yang diterimanya, baik langsung maupun melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan komunikator, maka komunikasi disebut efektif. 46 47 T. Hani Handoko, Manajamen, BPFE Yogyakarta, 1995, hal. 79 Anwar Arifin, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 9 38 Sedangkan Effendy : "Efektifitas adalah hasil kerja yang tepat, terkata lain adalah suatu keberhasilan usaha atau tindakan". 48 Dikaitkan dengan penelitian bahwa efektifitas adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri komunikan dari hasil membaca isi atau infomasi yang disampaikan oleh Majalah ”M-Power” yang tepat, terarah atau berhasilnya suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini karyawan yang membacanya memperoleh banyak informasi mengenai internal kemenakertrans. Hal ini adalah sebagai akibat dari pesan yang disampaikan oleh Humas Kemenakertrans melalui Majalah ”M-Power.” Komunikasi efektif adalah sukses menyampaikan pesan, yang intinya adalah komunikator harus mengetahui khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkan. Agar komunikasi efektif, pesan yang disampaikan harus bertautan dengan proses penerimaan pesan oleh komunikan. Ukuran efektif dapat dilihat dari berhasilnya tujuan spesifik dalam waktu tertentu. Pada dasarnya fungsi komunikasi disini adalah untuk menginformasikan (to inform) informasi seputar pariwisata, dimana informasi tersebut dapat diterima dan sekaligus sebagai media informasi oleh komunikan. Tujuan yang akan dicapai dalam sebuah proses komunikasi adalah efektif (perasaan), kognitif (pengetahuan), dan behavioral (tingkah laku atau tindakan). Dalam hal ini, Majalah ” M-Power ” dapat mencapai tujuannya (efektif) jika salah satu efek di atas dapat terwujud dan terpenuhi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu : 1. Clearity (kejelasan). Pesan yang ditulis harus jelas, sehingga tidak terjadi salah penafsiran oleh komunikan, kalimat maupun kata-kata yang dipergunakan tidak dapat diartikan lain (double meaning) 2. Legability (terang untuk dapat dibaca). Mempunyai kombinasi warna pada website yang dapat menghasilkan kilau (limisty) secara maksimum sehingga komunikan dapat membaca pesan. 3. Tata letak. Letak antara gambar dan warna di dalam website harus disesuaikan posisinya dan tidak menimbulkan kebosanan. 48 Onong Uchjana Effendy, Op.Cit., hal. 18 39 4. Gaya bahasa yang disajikan pada website isinya haruslah dapat dimengerti dan dapat mempengaruhi (persuasi) komunikan. 49 Dikaitkan dengan penelitian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas, yakni dengan adanya clearity (kejelasan), legability (terang untuk dapat dibaca), tata letak dan gaya bahasa, maka Majalah ”M-Power” akan efektif sebagai media informasi mengenai internal Kemenakertrans. Jika Majalah ”M-Power” dapat dikemas dalam bentuk yang menarik dengan isi maupun informasinya yang aktual, lengkap, dan yang berbobot, maka media informasi tersebut akan menjadi efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi mengenai program dan kegiatan yang dilakukan Kemenakertrans. Bagaimana mengemas dan menulis isi atau informasi dalam Majalah ”MPower” agar dapat menarik minat karyawan untuk membacanya, maka menurut Ruslan dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain : (1) Materi dan bahasanya jelas, informatif, sistematis dan simpel. (2) Memiliki fakta yang aktual dan faktual. (3) Data, informasi bacaan atau referensi yang lengkap. (4) Penampilan (performance) segi fisiknya. (5) Lay out, desain, kualitas kertas atau cetakannya. 50 Selain faktor-faktor di atas, I Gusti Ngurah Putra berpendapat bahwa keefektifan media komunikasi dalam hal ini Majalah ”M-Power” dapat pula dilihat berdasarkan pengukuran tentang hal-hal berikut : a. Distribution, yakni mengetahui berapa persen khalayak yang menerima penerbitan waktu itu. b. Awareness, yakni mengukur bagaimana pembaca dapat mengingat artikel-artikel yang ada di penerbitan perusahaan. 49 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, bandung, 1997, hal. 29 50 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, PT. RadjaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 195 40 c. Reliability, yakni mengetahui respon pembaca terhadap persoalanpersoalan, apakah dapat dengan mudah dipahami, sangat bagus dalam menyajikan pandangan berbagai pihak dan dapat dipercaya sebagai sumber informasi. d. Understanding, melihat presentasi / jumlah yang mengingat dan memahami informasi tentang rencana perusahaan. e. Readability, mengetahui tingkat kemudahan untuk dipahami artikelartikel yang ada berdasarkan tingkat pendidikan. 51 Rachmat Riyantono mengemukakan untuk mengukur efektifitas dari suatu hasil program kegiatan di bidang kehumasan dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut : 1. Audience Coverage, adalah berapa banyak khalayak yang dapat diterpa atau diijangkau pesan-pesan kampanye Public Relations atau marketing communications. Disini pentingnya pemilihan media (media planning) agar dapat menjangkau khalayak sasaran secara efektif. 2. Audience Response, adalah kampanye Public Relations akan efektif bila khalayak merespon secara positif. Kampanye PR mampu mendorong partisipasi aktif khalayak untuk mendukung program yang dilaksanakan. Diharapkan akan memunculkan opini public yang positif atau favorable. 3. Communications Impact, adalah sejauhmana pesan-pesan komunikasi yang menggunakan berbagai media mampu mempengaruhi kognitif (pengetahuan atau pemikiran), afektif (apa yang dirasakan atau sikap), dan konatif aatau perilaku khalayak. 4. Proccess of Influence, adalah proses persuasi yang dilakukan Public Relations harus terkesan alamiah dan sewajarnya. Jangan sampai ada pesan dipaksakan, apalagi kesan bahwa perusahaan adalah yang paling hebat, paling benar dan sebagainya. 51 Proses pengaruh ini janganlah I Gusti Ngurah Putra, Manajemen Humas, Penerbit UGM Press, Yogyakarta, 1998, hal. 84 41 menggunakan berbagai cara tanpa mempertimbangkan kepentingan khalayak. 52 Majalah ”M-Power” bisa diukur efektifitasnya dengan menggunakan tolak ukur di atas yang terdiri dari audience coverage, audience response, communication impact, dan process of influence. Sehingga dengan demikian maka peneliti bisa mengukur efektif atau tidaknya Majalah ”M-Power” dalam menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kemenakertrans kepada karywan. Sementara Kumar dalam Wiryanto, dikemukakan bahwa efektifitas komunikasi mempunyai lima ciri, sebagai berikut : (1) Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan. (2) Empati (emphaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3) Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif; (4) Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang lebih efektif. (5) Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk dikembangkan. 53 Dapat penulis simpulkan bahwa Majalah ”M-Power” sebagai sarana atau media komunikasi Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi dengan karyawannya bisa diukur efektifitasnya dengan menggunakan tolok ukur di atas yang terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan. Dengan demikian penulisi bisa mengukur efektif atau tidaknya Majalah ”M52 Racchmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2009, hal. 273 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hal. 121122 53 42 Power” sebagai media informasi bagi karyawan Kemenakertrans berdasarkan kelima ciri efektifitas komunikasi di atas. Konsep efektifitas majalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribution, yakni mengetahui berapa persen karyawan Kemenakertrans yang membaca keseluruhan isi majalah tersebutu. Awareness, yakni mengukur bagaimana pembaca dapat mengingat artikel-artikel yang ada di dalam Majalah ”M-Power”. Reliability, yakni mengetahui respon pembaca terhadap persoalanpersoalan, apakah dapat dengan mudah dipahami, sangat bagus dalam menyajikan pandangan berbagai pihak dan dapat dipercaya sebagai sumber informasi. Understanding, melihat presentasi / jumlah yang mengingat dan memahami informasi kegiatan-kegiatan dan rencana-rencana Kemenakertrans, dan reability, yakni mengetahui tingkat kemudahan untuk dipahami artikelartikel yang ada dan yang disajikan di dalam majalah berdasarkan tingkat pendidikan karyawan yang membacanya. 2.9.2 Efektifitas Majalah Internal “M-Power” Sebagai Media Komunikasi Karyawan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia” Pada dasarnya menggunakan media informasi majalah adalah sebagai pengembangan kebutuhan didorong oleh beragam motif. Motif seseorang dalam memanfaatkan majalah ialah untuk memenuhi kebutuhan akan informasi terkini tentang perkembangan informasi dan rencana-rencana kedepan yang dimiliki oleh Kemenakertrans untuk direalisasikan. Dengan demikian semakin berkembangnya teknologi komunikasi maka jarak, waktu, tempat yang berbedabeda tidak dapat mempersulit bagi seseorang atau karyawan kemenakertrans untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan informasi yang diberikan oleh Kemenakertrans. Majalah “M-Power” dapat mempermudah untuk menyampaikan informasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh Kemenakertrans. Untuk mengukur efektifitas Isi Majalah “M-Power” dilakukan 43 berdasarkan beberapa indikator yaitu informasi yang ditampilkan, desain majalah, cover, jumlah halaman, kualitas kertasnya, jumlah eksemplar serta tampilan. Dengan demikian penulis dapat menyatakan bahwa komunikasi melalui media informasi majalah bisa dikatakan efektif jika pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, yang dalam hal ini adalah karyawan yang membaca informasi yang ada dalam Majalah ”M-Power” tersebut. Kemudian komunikasi dikatakan efektif apabila komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki oleh komunikator, dan adanya kesesuaian antar komponen komunikasi. Isi Majalah ”M-Power” tersebut dapat dikatakan dan diharapkan efektif maka pesan atau informasi-informasi yang disajikan perlu disiapkan dan dikemas sedemikian rupa dan menarik sehingga sesuai dengan harapan dan kebutuhan daripada keunikan kemudian mendorong komunikannya untuk membaca. Kemudian menarik perhatian, dalam arti informasinya baru tidak biasa. Simbol yang digunakan mudah dipahami, meliputi bahasa, istilah, katakata atau kalimatnya yang lazim dan biasa digunakan dalam kesehariannya. Seperti yang telah dikemukakan Effendy di atas yang mengemukakan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas antara lain kejelasan (clearity), artinya pesan yang ditulis di majalah harus jelas, sehingga tidak terjadi salah penafsiran oleh komunikan, kalimat maupun kata-kata yang dipergunakan tidak dapat diartikan lain (double meaning}. Selanjutnya Legability (terang untuk dapat dibaca). Mempunyai berbagai kombinasi warna pada majalah yang dapat menghasilkan kilau (limisty) secara maksimum sehingga komunikan dapat membaca pesan yang disampaikan oleh pengelola majalah tersebut dengan terang dan jelas serta dengan mudah dapat dimengerti. Letak antara gambar dan warna harus disesuaikan posisinya dan tidak menimbulkan kebosanan. Gaya bahasa pada suatu berita atau informasi dalam media cetak Majalah “M-power” haruslah dapat dimengerti dan dapat mempengaruhi karyawan Kemenakertrans. 44