Tugas Review Mata Kuliah Hubungan Luar Negeri dan Keamanan AS Oleh : Hani Sulastri NPM : 0706291294 Abstraksi Makalah Akhir Kebijakan Internasionalisme Amerika Serikat: Studi Kasus Demokratisasi AS dalam Transisi Rejim di Afganistan Amerika Serikat memiliki kebijakan luar negeri Internasionalisme Amerika Serikat di mana dalam bertindak berdasarkan nilai-nilai dasar dan demi kemajuan nilai-nilai ideal seperti kebebasan berbicara, hak memilih, kebebasan beragama, dan kebebasan pers yang sering kali menantang kekuasaan para diktator dan pendukung ideologis tertentu. Tujuan dari internasionalisme AS itu menurut Kim R. Holmes (asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Organisasi Internasional) ialah untuk mempertahankan perdamaian dari ancaman teroris dengan mendorong terciptanya masyarakat yang terbuka di seluruh dunia. Oleh karena itu, salah satu kebijakan internasionalisme AS ialah dengan melakukan demokratisasi Afganistan dengan tujuan membebaskan rakyat Afganistan dari rezim Taliban yang otoriter. Yang menjadi pertanyaan Apakah demokratisasi yang dilakukan AS melalui intervensi bisa berhasil menanamkan nilai-nilai demokrasi di suatu pemerintahan Afganistan yang tidak demokratis? Makalah ini akan menggunakan teori Democratic Peace yang dijelaskan Michael Mandelbaum dalam tulisannya mengenai Democracy and Peace. Democratic peace theory menjelaskan bagaimana sesama negara demokratis tidak pernah berperang satu sama lain. Mandelbaum menjelaskan bagaimana aspek-aspek dalam perdagangan dan democratic peace theory membawa kecenderungan bagi negara-negara untuk menggunakan upaya-upaya damai dan sebisa mungkin menghindari pecahnya perang. Sehingga pada akhirnya, ia melihat bahwa negara yang demokratis tidak akan berperang dengan negara yang demokratis. Teori ini juga memerlukan asas kebabasan (liberty). Konsep liberty memiliki sejumlah aspek yang menyokong demokrasi, diantaranya: (1) a predilection to compromise. Political liberty sebagai salah satu privilege yang dimiliki dalam pemerintahan demokratis memberikan peluang bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya ataupun menentang keputusan pemerintah yang dianggap tidak sesuai. Kondisi domestik ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri yang lebih mengutamakan upaya-upaya damai; (2) Protracted procedures of governance. Konsep liberty tidak saja mempengaruhi apa yang dapat dilakukan pemerintah, namun juga bagaimana mereka dapat 1 melakukannya.1 Dengan menggunakan teori ini, kita dapat melihat bahwa usaha Amerika Serikat untuk mendemokrasikan Afganistan agar terciptanya kebebasan di Afganistan sehingga Afganistan akan berpikir dua kali untuk melakukan penyerangan terhadap Amerika Serikat, sehingga salah satu cara yang dilakukan AS yaitu dengan menjatuhkan rezim Taliban di Afganistan. Makalah ini juga akan menjelaskan latar belakang mengapa AS mengeluarkan kebijakan demokratisasi Afganistan. Hal ini dimulai semejak terjaidnya serangan teroris yang terjadi terhadap WTC dan Pentagon di AS pada tanggal 11 Oktober 2001 yang memicu AS untuk mengeluarkan kebijakan perang melawan terorisme. Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh AS, tersangka utama pelaku serangan teroris tersebut ialah Al-Qaeda, yang dipimpin oleh Osama bin Laden dan berpusat di Afganistan. Pada saat ultimatum AS tidak diindahkan oleh Taliban, maka presiden AS, G.W. Bush mengumumkan perang terhadap Afganistan. Tujuan perang AS tersebut terutama ialah untuk menjatuhkan rezim Taliban dan membentuk demokrasi di Afganistan sehingga tidak lagi menjadi ancaman keamanan AS karena sesuai dengan teori Democracy Peace bahwa negara demokrasi tidak akan menyerang negara yang demokrasi. Pelaksanaan peran ini merupakan sebauh intervensi karena melibatkan proses dimana suatu negara asing hendak mengubah kondisi negara lain sesusai keinginan dan kepentingannya. Intervensi AS dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1) intervensi militer, yang melibatkan operasi-operasi penyerangan terhadapa anggota Taliban dan AlQaeda serta penaklukan wilayah di Afganistan; (2) intervensi bantuan dalm proses statebuilding, demokratisasi, dan peacebuilding. Dalam makalah ini, penulis hanya akan fokus pada pembahasan demokratisasi AS di Afganistan dengan menggunakan teori Democracy Peace di mana akan melihat Apakah demokratisasi yang dilakukan AS melalui intervensi bisa berhasil menanamkan nilai-nilai demokrasi di suatu pemerintahan Afganistan yang tidak demokratis? Pertanyaan OK hanya harus ada penyempitan masalah atau spesifikasi sebagai misal kapan dan dalam bentuk apa intervensi bisa berhasil menanankan nilai-nilai demokrasi dan kapan dan dalam bentuk apa intervensi tidak berhasil. Kalau anda berargumen berhasil buktinya apa? Kalau argumennya tidak berhasil buktinya apa? SS Mandelbaum, “Democracy and Peace” dalam Democracy’s Good Name. The Rise and Risks of the World’s Most Popular Form of Government, (New York: Public Affairs, 2007), hal. 145. 1 2