BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan PT Waskita Karya (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi dimana terhadap PT Waskita Karya (Persero) dan seluruh BUMN non jasa keuangan maupun BUMN jasa keuangan lainnya, kecuali BUMN berbentuk Persero Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan UU sendiri, diberlakukan penilaian tingkat kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN. Penilaian tingkat kesehatan BUMN tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin terbuka dan menuntut adanya sarana dan sistem penilaian kerja yang dapat mendorong perusahaan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing. Penilaian tingkat kesehatan BUMN berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tidak hanya menilai kinerja aspek keuangan saja tetapi juga menilai aspek non-keuangan yang meliputi penilaian kinerja aspek operasional dan administrasi. Melalui penilaian atas aspek keuangan, akan dapat diketahui tingkat profitabilitas, likuiditas, kemampuan pengelolaan aktiva, dan tingkat leverage perusahaan. Sedangkan penilaian aspek operasional akan memberikan gambaran mengenai tingkat keselarasan kegiatan-kegiatan operasi dengan visi dan misi perusahaan. Ketepatan waktu dan penyampaian laporan perhitungan tahunan, 104 rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), laporan periodik, dan kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) menjadi indikatorindikator dalam penilaian kinerja aspek administrasi. Berikut ini adalah simpulan dari pembahasan atas penilaian aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi PT Waskita Karya (Persero) selama periode 2002-2004: 1. Secara umum, kinerja aspek keuangan PT Waskita Karya (Persero) seperti yang terlihat dari jumlah pendapatan usaha yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kontrak konstruksi yang ditangani Perseroan, membuat ROE, ROI, dan laba bersih per lembar saham terus menunjukkan peningkatan selama periode 2002-2004. ROE tahun 2002-2004 adalah sebesar 11,53%, 15,21%, dan 25,22%. Laba bersih per lembar saham Perseroan untuk tahun 2002-2004 adalah sebesar Rp 344.186, Rp 550.318, dan Rp 878.133. 2. Sekalipun laporan perhitungan laba/(rugi) Perseroan memperlihatkan peningkatan pada pendapatan usaha, laba bersih, dan laba bersih per lembar saham, tetapi laporan arus kas Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2004 memperlihatkan angka negatif pada arus kas dari kegiatan operasi. Hal ini membuat rasio kas tahun 2004 menjadi rasio kas terendah selama periode 2002-2004 dan dapat mengganggu kelancaran kegiatan operasi maupun menimbulkan kesulitan likuiditas di masa mendatang. Kas yang digunakan untuk kegiatan operasi tahun 2003 dan 2004 adalah sebesar Rp 97.328.759.948 dan Rp 64.981.568.029. Tingkat collection periods tahun 2003 memang merupakan tingkat collection periods 105 Perseroan yang terbaik selama tahun 2002-2004, tetapi penerbitan utang obligasi pada tahun 2003 telah membuat pembayaran bunga meningkat 105,39% dibanding tahun sebelumnya dan membuat penerimaan kas dari pelanggan tidak mampu mencukupi pengeluaran kas di tahun 2003. Sedangkan peningkatan pendapatan usaha yang diikuti dengan tingkat collection periods tahun 2004 yang menurun 5 hari dibanding tahun sebelumnya dan berlanjutnya dampak penerbitan utang obligasi di tahun 2003, membuat arus kas tahun 2004 kembali menunjukkan angka negatif. 3. Kesulitan likuiditas yang berupa kesulitan dalam pembayaran bunga maupun pokok pinjaman serta kesulitan mendapatkan tambahan pinjaman di masa mendatang dapat terjadi mengingat rendahnya rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset (TMS terhadap TA). Selain itu, sekalipun rasio lancar menunjukkan angka di atas 125%, sebagai tingkat rasio lancar yang dianggap aman berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tetapi 79,66% aktiva lancar di tahun 2004 dijadikan sebagai jaminan atas utang bank dan utang obligasi yang diterbitkan Perseroan. 4. Kemampuan pengelolaan aktiva untuk menghasilkan pendapatan diukur melalui indikator perputaran total aset yang selama periode 2002-2004 melebihi 120% sebagai tingkat perputaran total aset terbaik menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002. Peningkatan pada pendapatan usaha, tingginya perputaran persediaan, dan pemanfaatan aktiva sebagai jaminan perolehan utang, melengkapi gambaran mengenai tingginya kemampuan manajemen Perseroan dalam 106 mengelola aktiva untuk menghasilkan pendapatan. Tetapi negatifnya arus kas dari kegiatan operasi, rendahnya saldo kas, dan tingkat collection periods yang cukup tinggi di tahun 2004, menunjukkan bahwa manajemen Perseroan mengalami kesulitan dalam pengelolaan piutang. 5. Terkait dengan struktur modal Perseroan yang semakin didominasi oleh utang, nampaknya memang merupakan struktur modal yang optimal mengingat Return On Equity dan laba bersih per lembar saham terus menunjukkan peningkatan selama periode 2002-2004. 6. Aspek operasional yang dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pemberi kerja dan kesesuaian pelaksanaan proyek, menunjukkan hasil yang maksimal dengan perolehan nilai Baik Sekali (BS) untuk kedua indikator tersebut. 7. Tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman dana PUKK, sebagai salah satu indikator penilaian aspek administrasi, selama tahun 2002-2004 belum mencapai 70% sebagai tingkat kolektibilitas terbaik menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002. 38,50% dari total pinjaman tahun 2004 tergolong dalam kategori pinjaman dana PUKK yang macet. Pinjaman macet tersebut diantaranya disebabkan oleh kurang sadarnya mitra binaan untuk memenuhi kewajiban dan penurunan usaha atau kesulitan mitra binaan dalam menjual hasil produksinya. V.2. Saran Saran-saran perbaikan yang dapat diusulkan guna mengatasi masalah yang dihadapi Perseroan maupun untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang adalah sebagai berikut: 107 1. Meningkatkan kemampuan pengelolaan piutang dapat ditempuh dengan cara mengirimkan surat pemberitahuan atas piutang-piutang yang akan jatuh tempo, memperkecil jarak persentase penyelesaian pekerjaan yang menjadi syarat pembayaran, dan memperpendek jangka waktu penyusunan Surat Konfirmasi Prestasi dengan penerbitan faktur. Sedangkan terkait dengan piutang-piutang usaha yang telah berumur lebih dari 3 bulan, dapat ditingkatkan kolektibilitasnya dengan mengirimkan surat tagihan ataupun surat teguran, mengalihkan penagihan piutang tersebut kepada perusahaan penagih, atau dengan memberi kelonggaran kredit berupa potongan. 2. Terkait dengan pemanfaatan aktiva sebagai jaminan dalam perolehan utang, Perseroan dapat melakukan negosiasi ulang dengan pihak kreditor untuk membicarakan kembali mengenai jumlah jaminan. Berbekal hubungan kerja yang telah ada dan stabilitas pertumbuhan laba Perseroan, diharapkan mampu memperkuat kepercayaan kreditor atas kemauan dan kemampuan Perseroan dalam membayar utang sehingga dapat meningkatkan jumlah aktiva yang bebas digunakan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek yang tidak memiliki jaminan. 3. Untuk meningkatkan efektivitas penyaluran dana pinjaman PUKK, dapat ditempuh dengan cara menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk memperkenalkan program kemitraan Perseroan kepada masyarakat sekitar sehingga jumlah mitra binaan Perseroan menjadi meningkat dan meningkatkan frekuensi penyelenggaraan kegiatan pelatihan, magang, pemasaran, dan promosi hasil produksi mitra binaan. 108 4. Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) maupun penyesuaian persyaratan (reconditioning) atas pinjaman dana PUKK yang macet, mengirimkan surat pemberitahuan untuk mengingatkan mitra binaan atas pinjaman yang akan/telah jatuh tempo, dan melakukan kunjungan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi mitra binaan, dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman dana PUKK. 5. Memasuki dan memperluas pasar luar negeri diantaranya dengan mengirimkan surat permohonan kerja sama dalam upaya untuk menjalin kontrak-kontrak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan konstruksi di Asia Tenggara, mengikuti tender-tender konstruksi di Asia Tenggara, dan memasang iklan baik melalui media internet maupun media massa lainnya yang lingkup pemasarannya mencakup Asia Tenggara, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan usaha di masa mendatang. 6. Menjaga dan meningkatkan kualitas produksi Perseroan dapat dilakukan dengan pembentukan unit quality control yang berfungsi untuk mengawasi dan menjamin penggunaan bahan-bahan konstruksi yang berkualitas dan mengadakan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan kemampuan pekerja konstruksi. 109