BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Kondom
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) via internet, pengertian dari
kondom adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet dan
pemakaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan
bersanggama. (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)
Kondom adalah alat konstrasepsi satu-satunya yang terbukti dan dapat
dipercaya untuk menekan resiko infeksi yang menular karena hubungan seksual /
sexually transmitted infections (STIs) termasuk HIV/AIDS. Kondom dapat
digunakan untuk dua kepentingan yaitu mencegah kehamilan dan pencegahan
terhadap STIs atau PMS (penyakit menular seksual).
(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs243/en/)
Lalu fungsi kondom adalah sebagai alat kontrasepsi yang terbuat dari karet
latex yang berfungsi untuk mencegah kehamilan, tertularnya penyakit seksual,
tertularnya virus HIV/AIDS. Jenis kondom secara umum terdapat dua jenis, yaitu
dipakaikan
pada
alat
kelamin
wanita
ataupun
alat
kelamin
pria.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kondom)
Dalam era sekarang ini kondom bukan saja sebagai alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan, tertularnya penyakit menular seksual (PMS), dan tertularnya
8
9
virus HIV/AIDS tetapi kondom sudah sedikit berubah menjadi alat bantu seksual
dengan macam-macam bentuk serta variant/jenis aroma.
2.2
Merek (Brand)
Asal kata dari brand adalah brandr yang berarti membakar, membakar disini
ditujukan untuk memberikan tanda kepemilikan, seperti pada hewan ternak yang
ditandai dengan besi panas dengan lambang tertentu sebagai bukti kepemilikan.
(Keller, 2003,p.3)
Kata Brand diartikan oleh Philip Kotler (Kotler, 2006, p.229) sebagai sebuah
nama, tanda, simbol, design, atau kombinasi dari semuanya, yang mengidentitaskan
pembuat atau penjual dari suatu produk atau layanan. Brand dimasa sekarang ini
menjadi sangat penting dalam menentukan harga suatu produk atau jasa, brand
sekarang ini telah menjadi nilai tambah bagi sebuah produk atau jasa.
Brand mengandung enam arti yang menjadikannya simbol yang kompleks,
yaitu: (Kotler, 2003, pp.418-419)
1. Atribut (Attributes)
Sebuah merek dapat memberikan gambaran kepada konsumennya
mengenai atribut yang terdapat didalam brand itu sendiri.
Contoh: Jam tangan Rolex mencerminkan kualitas, keindahan, elegan,
kelas atas.
2. Manfaat (Benefits)
Atribut dari sebuah merek harus dapat diterjemahkan dalam bentuk
manfaat yang baik dari segi fungsional maupun emosional.
10
Contoh: Atribut elegan dapat diartikan atau dijabarkan dengan bahan
dasar produk yang bermutu terbaik, mahal, dan eksklusif serta dirancang
oleh perancang terkenal.
3. Nilai (Value)
Sebuah merek dapat turut serta memberikan nilai lebih bagi produsennya.
Contoh: Jam tangan Rolex selalu mencerminkan keindahan, mahal, detil,
ketelitian, performa sempurna, serta gengsi yang besar.
4. Budaya (Culture)
Merek dapat turut mencerminkan sebuah budaya tertentu.
Contoh: Jam tangan Rolex mencerminkan negara Swiss yang memiliki
standar produksi produk terbaik.
5. Personal (Personality)
Sebuah
merek
dapat
mencerminkan
kepribadian
dari
individu
pemakainya.
Contoh: Rolex sangat mencerminkan pemiliknya yang berkelebihan, gaya
hidup kelas atas, terhormat.
6. Pengguna (User)
Merek dapat memberikan sekilas gambaran tentang jenis/kelas dari
penggunanya yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Contoh: Gambaran dari pemakai Rolex adalah top eksekutif yang sudah
agak berumur dan sukses membangun usaha bisnisnya, bukan anak muda
yang baru berumur 20 tahunan.
11
Sebuah perusahaan perlu melakukan penelitian untuk mengetahui posisi
merek dari produk mereka didalam persepsi/benak konsumen/pasar. Menurut Kotler
(Kotler, 2006, p.229) sebuah merek dapat memberikan nilai tambah kepada produk
atau jasa itu sendiri dan sebuah merek-lah yang membedakan produk atau jasa
tersebut dengan para pesaingnya.
Ada tiga pendekatan penelitian yang sering digunakan untuk mendapatkan
pengertian merek, yaitu: (Kotler, 2003, p.419)
1. Asosiasi kata (Word Associations)
Dapat ditanyakan kepada konsumen, apa yang terlintas dalam benaknya
pertama kali mendengar sebuah brand/merek.
2. Perlambangan dari sebuah merek (Personifying the brand)
Dapat ditanyakan kepada konsumen untuk menjelaskan manusia,
hewan, atau benda seperti apa yang terlintas ketika nama sebuah brand/merek
didengar.
3. Melangkah lebih tinggi untuk mencari intisari dari merek tersebut (Laddering
up to find the brand essence)
Intisari dari sebuah merek berhubungan dengan kedalaman, tujuan yang lebih
abstrak dari konsumen yang mengharapkan kepuasan dari merek tersebut.
Mereka akan membantu para pemasar untuk mengetahui motivasi/keinginan
dari konsumen ketika memilih merek tersebut.
David Aaker membedakan lima tingkatan sikap setia konsumen terhadap sebuah
merek dari yang paling rendah hingga ke yang paling tinggi, yaitu: (Kotler, 2003,
p.422)
12
1. Konsumen akan mengganti merek yang telah dipakai karena alas an harga,
cepat berubah-ubah tergantung dari merek yang menawarkan harga paling
rendah, tidak ada kesetiaan terhadap merek tertentu.
2. Konsumen puas dan tidak mempunyai alasan untuk pindah ke merek lain.
3. Konsumen puas dan akan mengeluarkan biaya dengan mengganti dengan
merek lain.
4. Konsumen mengahargai merek tersebut dan melihatnya sebagai teman.
5. Konsumen memutuskan untuk tetap setia terhadap merek tersebut.
Menurut Andreas Buchholz dan Wolfram Wordermann dalam bukunya “What
Makes Winning Brands Different” (Buchholz and Wordermann, 2000, pp.9-12)
mengatakan bahwa merek yang menang dalam pasaran adalah merek yang selalu
melekat dalam pikiran konsumen dan akan membuat konsumen tersebut termotiasi
untuk emmilikinya yang kemudian lebih dikenal dengan teori Buchholz-Wordermann
(B/W method). Dalam tujuannya agar sebuah merek dapat melekat dalam pikiran
konsumen, metode B/W terbagi atas lima hukum universal yang dapat diterapkan
dalam semua jenis produk dan jasa yang ada:
1. Keunggulan dan janji (Benefits and Promises)
Konsumen lebih memilih merek dari produk tertentu yang dapat menawarkan
nilai lebih atau keunggulan disbanding dengan produk lain.
Aturan-aturan untuk pengembangan keunggulan dan Janji adalah:
a. Mengarahkan kepada kepentingan hidup konsumen.
b. Menghilangkan ancaman pada konsumen.
c. Memberikan semangat kepada konsumen.
13
d. Mencari nilai lebih yang terdapat dalam merek.
e. Membuat merek sebagai pemicu dalam pikiran konsumen.
2. Norma dan nilai (Norms and Values)
Konsumen lebih memilih merek yang dapat memberikan nilai lebih kepada
konsumen tersebut. Suatu nilai juga akan mempengaruhi kesetian konsumen
dalam menggunakan sebuah merek.
Aturan-aturan untuk mengembangkan metode Norma dan Nilai:
a. Menghilangkan rasa bersalah.
b. Memberikan rasa bangga kepada konsumen.
c. Memaparkan ketidak kosistenan.
d. Menghilangkan rasa tabu.
3. Persepsi dan program (Perceptions and Programs)
Konsumen lebih memilih sebuah merek karena persepsi dan kebiasaan yang
diarahkan pada merek tersebut sebagai suatu pilihan yang logis. Persepsi yang
baik akan tercipta bila konsumen mempunyai penilaian yang bagus terhadap
merek tersebut.
Aturan-aturan untuk mengembangkan metode persepsi dan program:
a. Membuat batasan wilayah.
b. Masuk ke pasar lain.
c. Memposisikan merek.
d. Membalikkan kekurangan.
e. Menciptakan kembali suatu kebiasaan.
14
4. Identitas dan ekspresi diri (Identity and Self-expression)
Konsumen akan memilih dan menggunakan sebuah merek karena dapat
mengekspresikan karakter, kepribadian, dan identitas mereka.
Aturan-aturan untuk mengembangkan metode Identitas dan ekspresi diri:
a. Menunjukan karakter.
b. Mendukung suatu ideologi.
c. Menciptakan rasa kekeluargaan.
d. Menciptakan rasa kepahlawanan.
e. Ekspresi pesan pribadi.
5. Cinta dan emosi (Love and Emotions)
Konsumen lebih memilih sebuah produk atau layanan tertentu karena mereka
mencintai mereknya. Loyalitas merupakan loncatan dari rasa suka ke rasa
cinta, bila konsumen hanya menyukai suatu merek maka bukan tidak mungkin
mereka akan pindah begitu merek lain memberikan keunggulan lebih.
Aturan-aturan untuk pengembangan metode cinta dan emosi:
a. Menjadi teman.
b. Pencabangan ke dalam emosi.
c. Membina rasa rindu.
d. Membangkitkan rasa empati.
15
Benefit
&
Promises
Norms
&
Values
Norms
&
Values
Identity
&
Self Expression
Perceptions
&
Program
Gambar 2.1 The Buhhloz – Wordermann (B/W Method)
2.3
Brand Awareness
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk
tertentu (Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak, 2001, p.54). Brand Awareness mengacu
kepada kekuatan dari kehadiran suatu merek didalam benak konsumen. Strategi yang
16
sukses dari brand awareness harus dapat menjelaskan keunikan dari merek itu sendiri
dan menjadikannya berbeda dari pesaing yang ada.
Awareness diukur berdasarkan cara-cara yang berbeda dimana konsumen
mengingat suatu merek, dimulai dari recognition hingga proses recall pada benak
utama ke yang dominan. Bagaimanapun juga menurut psikolog dan ahli ekonomi
proses recognition dan recall lebih dari sekedar tanda-tanda dalam mengingat suatu
merek. Dikarenakan konsumen setiap hari dihadapkan dengan begitu banyaknya
pesan pemasaran, tantangan untuk memantapkan recognition dan recall secara
ekonomis patut diperhatikan. Ada dua faktor yang terkait dengan tantangan ini, yaitu:
a. Dengan diberikannya sumber daya yang diinginkan untuk menciptakan level
kepedulian yang sehat, basis penjualan lokal biasanyamerupakan aset
berharga. Perusahaan-perusahaan ingin mengurangi jumlah merek mereka
dengan tujuan untuk bias memfokuskan pada uasha membangun merek itu
sendiri.
b. Untuk beberapa tahun kedepan, perusahaan yang terlatih dalam beroperasi
diluar media yang biasanya digunakan (acara promosi, beasiswa, publisitas
yang tujuannya mendapatkan perhatian) akan menjadi yang tersukses dalam
membangun brand awareness.
Pengenalan ataupun peringatan suatu merek akan melibatkan upaya mendapatkan
identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Agar brand awareness
dapat dicapai dan diperbaiki maka dapat ditempuh beberapa cara berikut ini:
17
a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan
dengan lainnya, serta memiliki koneksi antara merek dengan kategori
produknya.
b. Memakai slogan atau jingle yang menarik sehingga konsumen terbantu untuk
mengingat merek tersebut.
c. Jika produk memiliki simbol, sebaiknya simbol yang dipakai dapat
dihubungkan dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat
konsumen.
e. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai
kategori produk, merek, atau keduanya.
f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk
ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
2.3.1
TINGKATAN BRAND AWARENESS
Menurut Aaker (1996), pengukuran tingkat brand awareness dapat didasarkan
kepada pengertian-pengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand
awareness yaitu:
1. Puncak pikiran (Top of Mind)
Top of mind adalah merek yang pertama kali diingat oleh kosumen atau
pertama kali disebut ketika konsumen ditanya tentang suatu produk
tertentu. Top of mind menggunakan single respond question yang artinya
konsumen hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini.
18
2. pengingatan kembali (Brand Recall)
Yang dimaksud dengan brand recall adalah pengingatan kembali merek
yang dicerminkan dengan merek lain yang diingat oleh konsumen setelah
konsumen menyebutkan merek yang pertama. Brand recall menggunakan
multi respond questions yang artinya konsumen memberikan jawaban
tanpa dibantu.
3. Pengenalan merek (Brand Recognition)
Yang dimaksud dengan brand recognition adalah pengenalan merek
dimana tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek diukur dengan
diberikan bantuan dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk tersebut.
Pertanyaan diajukan untuk mengetahui berapa banyak konsumen yang
perlu diingatkan tentang keberadaan merek tersebut.
4. Tidak menyadari merek (Unaware of Brand)
Yang dimaksud dengan unaware of brand adalah tingkat paling rendah
dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari
adanya suatu merek.
2.4
Asosiasi Merek
Pengertian sosiasi merek (brand association) adalah kesan yang muncul
dalam benak konsumen terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto,
Sugiarto, dan Sitinjak, 2001). Asosiasi ini meliputi atribut yang melekat pada produk
19
tersebut, selebritis (duta produk), atau simbol-simbol tertentu yang melambangkan
produk tersebut. Berbagai asosiasi yang saling berhubungan akan menimbulkan
sebuah kesan dalam benak konsumen yang biasanya sering disebut dengan brand
image dan semakin banyak asosiasi yang terlibat dan berhubungan dalam merek itu,
akan semakin kuat brand image dari merek produk tersebut.
Asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan
berbagai hal berikut:
1. Atribut produk
Mengasosiasikan stribut atau karakteristik suatu produk merupakan
strategi positioning yang paling sering digunakan.
2. Atribut tak berwujud
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya
persepsi
kualitas,
kemajuan
teknologi,
atau
kesan
nilai
yang
mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif.
3. Manfaat bagi konsumen
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi
pelanggan, maka biasanya terdapat hubugnan antar keduanya. Manfaat
bagi pelanggan dapat dibagi dua, yaitu: manfaat rasional dan manfaat
psikologis. Manfaat rasional berkaitan dengan atribut produk yang dapat
menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional.
Sedangkan manfaat psikologis seringkali merupakan konsekuensi ekstrim
dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang
ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut.
20
4. Harga
Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan diawali
dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat
harga.
5. Penggunaan
Pendekatan ini dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu
aplikasi tertentu.
6. Konsumen
Pendekatan ini dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan tipe
pengguna dan atau pelanggan dari produk tersebut.
7. Artis/orang terkenal (endorsement)
Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek
dapat mentransfer asosiasi yang kuat dimiliki oleh orang terkenal tersebut
kedalam merek tersebut.
8. Gaya hidup/kepribadian
Asosiasi sebuah merek dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek
tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang
hampir sama.
9. Kelas produk
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas dari produk tersebut.
10. Pesaing
Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan
mengungguli pesaing.
21
11. Negara/wialyah geografis
Sebuah negara dapat dijadikan simbol yang kuat asalkan memiliki
hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.
2.5
Komunikasi Pemasaran (Integrated Marketing Communication)
Komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah alat perusahaan
dalam menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung
maupun tidak langsung akan merek yang mereka jual. (Keller, K.L., 2003, p.283)
Pilihan-pilihan dalam komunikasi pemasaran adalah:
a. Media Advertising: televisi, radio, koran, majalah, tabloid.
b. Direct Respond advertising: surat, telpon, media penyiaran, media cetak.
c. Online Advertising: dunia maya/internet/website, iklan interaktif.
d. Place Advertising: billboards dan poster, bioskop, airport, dan lounge,
penempatan produk, point of purchase.
e. Point of Purchase AdvertisingI: Shelf talker, aisle market, shopping cart
ads, in-store radio/TV.
f. Trade Promotions: trade deals and buying allowances, point-of-purchase
display allowances, push money, contest and dealer incentives, program
pelatihan, pameran perdagangan, iklan kooperatif.
g. Consumer Promotions: pemberian contoh/sample, kupon, premiums,
refund and rebates, kontes/lomba, paket bonus.
22
h. Event Marketing and Sponsorship: acara olahraga, kesenian, hiburan,
pameran, dan hiburan.
i. Public Relation dan publisitas
j. Penjual personal.
2.6
Marketing Mix
Marketing mix atau bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar
sasaran yang sudah dibidik (Kotler, 2003, p.15). Alat-alat pemasaran itu terdiri dari
empat variabel yang kemudian disebut dengan 4P dari marketing, yaitu Product,
Price, Promotion, and Place.
Marketing mix adalah salah satu konsep utama dalam pemasaran modern saat
ini. Marketing mix merupakan satu set marketing tools yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh target pasar. (Kotler,
2003,p.15)
23
Marketing Mix
4P
Target Market
Product
Price
-Product variety
-Quality
-Design
-Features
-Brand Name
-Packaging
-Sizes
-Services
-Warranties
-Returns
-List Price
-Discounts
-Allowances
-Payment period
-Credit Terms
Place
-Channels
-Coverage
-Assortments
-Locations
-Inventory
-Transport
Gambar 2.2 Komponen 4 P
Promotion
-Sales Promotion
-Advertising
-Sales Force
-Public Relation
-Direct Marketing
24
Empat variabel dari marketing mix tersebut masing-masing memilki
pengertian, yaitu:
a. Product (barang)
Sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan
memuaskan keinginan konsumen. Produk yang ditawarkan dapat berupa
barang jadi, jasa pelayanan, property, dan informasi. Produk yang
ditawarkan harus dapat memperhatikan segi kualitas, manfaat, desain,
jaminan, dan pengembangan produk baru.
b. Price (harga)
Harga adalah julah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk
memperoleh suatu produk.
c. Promotion (promosi)
Promosi berarti aktivitas-aktivitas yang mengkomunikasikan kelebihankelebihan dari produk dan mempengaruhi target konsumen untuk
membelinya.
d. Place (tempat)
Penempatan sebuah produk melibatkan logistic perusahaan dan kegiatankegiatan
pemasaran
dikonsentrasikan
dengan
mendistribusikan barang jadi tersebut kepada konsumen.
membuat
dan
25
2.7
Segmentation, Targeting, Positioning (STP)
Suatu perusahaan dalam menawarkan produk maupun pelayanan tidak dapat
melayani semua konsumennya yang terdiri dari berbagai segmen pasar yang sangat
beragam. Masing-masing konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda dan sangat
bervariasi keinginannya, selain itu jumlah konsumen yang ada sangat banyak. Suatu
perusahaan perlu mengidentifikasikan segmen pasarnya sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan konsumennya dengan lebih efektif. (Kotler, 2003, p.278)
Target pemasaran (target marketing) dari suatu perusahaan memerlukan
pemasarannya untuk mengambil tiga tahap utama, yaitu: (Kotler, 2003, p.279)
1.
Mengidentifikasi dan membagi sekelompok pembeli secara terpisah
berdasarkan
kebutuhan
dan
pilihan
yang
beragam
(market
segmentation).
2.
Memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (market
targeting).
3.
Menetapkan dan mengkomunikasikan kelebihan perusahaan dari para
pesaingnya atas produk dan jasa yang ditawarkan untuk setiap segmen
yang dituju (market positioning).
2.7.1
SEGMENTATION
Segmen pasar terdiri dari sekelompok konsumen yang memiliki kebutuhan
yang sama. Para pemasar tidak menciptakan segmen, tetapi tugas seorang pemasar
adalah emngidentifikasikan segmen yang ada dan menetapkan target mana yang akan
26
dituju. Perusahaan akan lebih mudah memilih jalur distribusi dan komunikasi yang
terbaik dan hal tersebut akan mengetahui para kompetitornya secara jelas yang
memiliki target segmen yang sama. (Kotler, 2003, p.279)
2.7.2
TARGETING
Setelah perusahaan melakukan segmentasi pasar, tahap selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menentukan target pasar yang dituju dalam menawarkan produk dan
jasa mereka. (Kotler, 2003, p.299)
Dalam mengevaluasi segmen yang berbeda, perusahaan dapat mempertimbangkan
lima pola dalam pemilihan target pasar, yaitu: (Kotler, 2003, p.299)
1. Memusatkan perhatian pada satu segmen tunggal.
2. Mengkhususkan pada beberapa segmen pilihan yang tidak berhubungan.
3. Memusatkan pada sebuah produk.
4. Memusatkan pada sebuah segmen pasar.
5. Menjangkau keseluruhan pasar.
2.7.3
POSITIONING
Tahap yang akan dilakukan setelah perusahaan menetapkan target pasar yang
akan dituju dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para konsumennya, maka
perusahaan dapat menyesuaikan serta menetapkan posisi produknya di pasar (market
positioning). Positioning adalah suatu kegiatan merancang penawaran dan image
perusahaan untuk menduduki tempat khusus dibenak target pasar yang dituju.
(Kotler, 2003, p.308)
27
Pada saat ini, perusahaan dapat memilih beberapa kemungkinan positioning
yang berbeda, yaitu: (Kotler, 2003, pp.311-312)
a. Attribute positioning
Perusahan memposisikan dirinya melalui atributnya, seperti ukuran atau
berapa lama keberadaan perusahaan tersebut.
b. Benefit positioning
Suatu produk diposisikan sebagai leader dan menciptakan beberapa
keuntungan tertentu yang belum dimiliki oleh pesaingnya.
c. Use or application positioning
Produk diposisikan sebagai kategori yang terbaik dalam aplikasi ataupun
penggunaannya dibandingkan pesaingnya.
d. User positioning
Produk diposisikan sebagai kategori yang terbaik untuk beberapa
kelompok pengguna.
e. Competitior positioning
Perusahaan menyatakan bahwa produknya lebih baik daripada produk
pesaingnya.
f. Product category positioning
Produk diposisikan sebagai leader di dalam kategori produk tertentu.
g. Quality or price positioning
Suatu produk dianggap menawarkan nilai dan harga yang terbaik
dibandingkan produk pesaingnya.
Download