3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit penangkapan jaring arad (perahu, alat tangkap, dan nelayan), dan data hasil wawancara dari berbagai pihak yang terkait. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner 2. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 3. Papan jalan (measuring board) 4. Timbangan untuk mengukur berat hasil tangkapan. 5. Penggaris 6. Alat tulis 7. Datasheet, dan 8. Buku identifikasi ikan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2009 (pra penelitian) dan dilanjutkan bulan Februari 2010. Kegiatan penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Blanakan Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat (Lampiran 1). 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan obyek penelitian yang digunakan adalah unit penangkapan jaring arad yang berbasis di PPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengkajian obyek penelitian meliputi unit penangkapan ikan itu sendiri, komposisi hasil tangkapan, serta analisis finansial usaha. Sampel diambil dengan menggunakan pendekatan purposive sampling, yaitu berupa pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah berdasarkan tujuan penelitian (Pane, 2008). Pertimbanganpertimbangan, responden pemilik atau nakhoda unit penangkapan jaring arad yang dapat berkomunikasi dengan baik, responden berada di tempat penelitian saat 14 wawancara dilakukan, responden tersebut menggunakan unit penangkapan jaring arad sepanjang tahun, dan jaring arad merupakan alat tangkap utama. Karena unit penangkapan jaring arad yang digunakan di PPI Blanakan relatif homogen, maka diambil 10% dari populasi unit penangkapan jaring arad untuk mewakili keseluruhan keadaan usaha penangkapan jaring arad. Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Data fisik Data fisik diambil dari unit penangkapan jaring arad yang diamati secara langsung. Disamping itu, informasi juga diperoleh dari nelayan melalui pengisian kuesioner dengan melakukan wawancara. 2) Hasil tangkapan Hasil tangkapan jaring arad diidentifikasi dengan menggunakan bantuan buku identifikasi ikan (Saanin, 1968). Hasil tangkapan diambil untuk analisis komposisi hasil tangkapan. Sampel diambil dari setiap perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Sampel diambil dari 12 sampel perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Hasil tangkapan kemudian disortir berdasarkan jenisnya dan dilakukan penimbangan setiap kelompok hasil tangkapan. Hasil tangkapan utama (udang) dipisahkan dengan hasil tangkapan lainnya seperti ikan (besar dan kecil), rajungan, serta pengelompokkan sotong dan cumi-cumi. Data berat ikan kemudian dibandingkan dengan trip (kg/trip) untuk setiap jenis hasil tangkapan. 3) Biaya Data mengenai biaya dibagi atas biaya operasional dan investasi usaha penangkapan jaring arad. Data diperoleh dari wawancara dengan nelayan pemilik usaha penangkapan jaring arad melalui kuesioner berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, banyaknya responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden. 4) Keadaan umum lokasi penelitian Keadaan umum diperoleh dari informasi instansi dan lembaga terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Data keadaan umum yang diambil meliputi data geografi dan topografi Subang, jumlah unit penangkapan ikan di Subang, volume dan jumlah produksi perikanan laut Subang, 15 data statistik perikanan tangkap per jenis ikan, dan fasilitas pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan di Blanakan, Kabupaten Subang. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Analisis unit penangkapan ikan Hasil pengumpulan data unit penangkapan jaring arad dianalisis secara deskriptif. Analisis secara deskriptif yaitu dengan menguraikan konstruksi alat tangkap arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad, dan jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring arad secara rinci. Konstruksi unit penangkapan jaring arad yang dijelaskan meliputi dimensi utama arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian penangkapan ikan dan jumlah nelayan yang mengoperasikan. Spesifikasi jaring arad yang dijelaskan meliputi ukuran panjang bagian-bagian arad, jumlah mata jaring (mesh size) yang digunakan dan ukuran mata jaring. Data tentang dimensi perahu yang dijelaskan meliputi ukuran perahu (Panjang (LOA) x Lebar (B) x Tinggi (D)), bahan pembuat perahu dan alat penggeraknya. Sedangkan informasi tentang nelayan yang dijelaskan meliputi jumlah nelayan yang mengoperasikan, serta pembagian tugas masing-masing nelayan. 3.4.2 Analisis komposisi hasil tangkapan Analisis hasil tangkapan dilakukan secara deskriptif, dengan cara mengklasifikasi, mentabulasi dan menginterpretasi data. Komposisi hasil tangkapan yang meliputi total jumlah (spesies) dan bobot (kg/trip) masing-masing jenis ikan/udang pada seluruh penangkapan selama penelitian, disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. 3.4.3 Analisis finansial usaha perikanan arad Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam suatu periode tertentu, biasanya menggunakan pendekatan jangka waktu satu tahun. Analisis usaha perikanan jaring arad yang ingin diketahui, dianalisis dengan beberapa jenis analisis yaitu: 16 pendapatan usaha, R/C Ratio, dan Payback Period (PP). Analisis kriteria investasi mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR), serta analisis sensitivitas usaha penangkapan jaring arad. a. Investasi Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomi tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan suatu usaha. Sumber modal yang digunakan dalam usaha penangkapan jaring arad berasal dari modal sendiri atau dari pemilik perahu. Investasi dalam usaha penangkapan jaring arad meliputi pembelian untuk satu unit penangkapan yaitu pembelian alat tangkap, perahu, dan mesin. b. Biaya Biaya usaha merupakan komponen pengeluaran dari usaha penangkapan yang harus dikeluarkan, umumnya dihitung dalam satu tahun. Berdasarkan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel dalam usaha perikanan arad meliputi bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil. 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap dalam usaha perikanan arad meliputi perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap). c. Analisis pendapatan usaha Rumus yang digunakan dalam menghitung pendapatan usaha adalah: Π = TR - TC Keterangan : Π = Keuntungan; TR = Total penerimaan; TC = Total biaya. 17 Kriteria keuntungan sebagai berikut: - Jika TR > TC, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan; - Jika TR < TC, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; - Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian. Pendapatan bersih (Π) merupakan selisih dari total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Total penerimaan diperoleh dari semua penjualan hasil tangkapan, sedangkan total biaya didapatkan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), biaya Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan biaya penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap). Biaya variabel meliputi biaya bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil. d. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) Rumus yang digunakan sebagai berikut: R/C = TR/TC Dengan kriteria sebagai berikut: - jika R/C > 1, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan; - jika R/C < 1, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; - jika R/C = 1, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian. e. Payback Period (PP) Rumus payback period yang digunakan sebagai berikut: Payback Period = Nilai investasi x 1 tahun Keuntungan f. Net Present Value (NPV) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): n NPV = ∑ t =1 Bt − Ct (1 = i) t Keterangan : NPV = Net Present Value Bt = Benefit kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t 18 Ct i n = Biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku; dan = umur ekonomis proyek Dengan kriteria sebagai berikut: - jika NPV > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; jika NPV < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan. g. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): n Net B/C = Bt − Ct ∑ (1 = t ) t =1 n C t − Bt ∑ (1 = t ) t =1 t t Dengan kriteria sebagai berikut: - jika Net B/C > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; jika Net B/C < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan. h. Internal Rate of Return (IRR) Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999): IRR = i’ + Keterangan : IRR i’ i” NPV’ NPV” NPV’ NPV’ – NPV” x (i” – i’) = Internal Rate of Return = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif; = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif; = NPV pada suku bunga i’; dan = NPV pada suku bunga i”. Dengan kriteria sebagai berikut: - jika IRR > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan; jika IRR < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan. 19 i. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjadi terhadap usaha perikanan jaring arad jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya. Analisis kepekaan perlu dilakukan bila diketahui ada faktor internal dan atau eksternal yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan proyek mencapai produksi atau keuntungan yang ditargetkan. Contoh faktor internal yaitu biaya pokok produksi, sedangkan contoh faktor eksternal yaitu perubahan harga input produksi (bahan baku, BBM) dan perubahan harga output.