BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory 1. Teori Pesinyalan (Signalling Theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk menarik calon investor, sehingga tidak mengherankan jika laporan keuangan seringkali dibuat sedemikian rupa untuk menampilkan angka yang diinginkan oleh manajemen melalui berbagai tindakan manipulasi. Manipulasi sering dilakukan pada laporan laba perusahaan, karena laba sangat rentan terhadap perubahan metode akuntansi. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya asimetri informasi antara pemilik perusahaan dan investor. Pihak internal perusahaan secara umum 8 9 mempunyai lebih banyak informasi mengenai kondisi nyata perusahaan saat ini dan prospeknya di masa yang akan datang, dibandingkan dengan pihak eksternal. Asimetri informasi ini dapat diminimalkan dengan mengungkapkan informasi sebanyak-banyaknya. Informasi yang diungkap diharapkan adalah informasi yang menunjukkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Pelaporan arus kas, selain laporan lainnya, merupakan salah satu usaha untuk meminimalkan asimetri informasi. Laporan arus kas dapat dijadikan informasi alternatif dalam menilai kinerja dan prospek perusahaan, pada saat laba mempunyai peluang besar untuk tersentuh praktek manipulasi. Jika melihat pentingnya informasi arus kas bagi pengguna laporan keuangan, maka pelaporan arus kas diharapkan akan direaksi oleh pasar. Angka-angka akuntansi yang dilaporkan perusahaan dapat digunakan sebagai signal jika angka-angka tersebut dapat mencerminkan informasi mengenai atributatribut keputusan perusahaan yang tidak dapat diamati. Ketika perusahaan melaporkan kepada publik komponen labanya, maka hal tersebut merupakan good news karena pasar menganggap perusahaan memberikan informasi yang lengkap mengenai perusahaan. Dengan komponen laba yang dilaporkan oleh perusahaan, maka investor dapat mengetahui kinerja perusahaan sesungguhnya sehingga prediksi yang dilakukan akan lebih akurat. Penelitian ini menggunakan teori signal sebagai grand theory yang melandasi pengembangan hipotesis. (Meythi dan Hartono, 2006). 10 2. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi antara pihak manajemen perusahaan selaku agen dengan pemilik perusahaan selaku principal (Sonny Keraf dan Robert Haryono, 1995). Principal selaku pemilik perusahaan ingin mengetahui semua informasi mengenai aktivitas perusahaan, termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi atau dana yang mereka investasikan dalam perusahaan tersebut. Melalui laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh agen, principal dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan sekaligus sebagai alat penilaian atas kinerja agen selama periode tertentu. Namun, yang terjadi adalah kecenderungan manajemen melakukan berbagai tindakan agar laporan pertanggungjawabannya terlihat baik dan menghasilkan keuntungan bagi principal, sehingga kinerjanya dianggap baik. Principal selaku investor bekerja sama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi serta kejujuran dari pihak manajemen diharapkan tidak lagi terjadi manipulasi dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Sehingga akan menghasilkan informasi yang relevan yang berguna bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. B. Laporan Laba Rugi Komprehensif Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan 11 disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) : 1. Pendapatan. 2. Laba rugi usaha. 3. Beban pinjaman. 4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas 5. Beban pajak. 6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan. 7. Pos luar biasa. 8. Hak minoritas. 9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. C. Laba Kotor Laba kotor adalah laba yang diperoleh dari hasil penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan (HPP), hal ini sejalan dengan kutipan dari Soemarso (2004:234) atau laba kotor merupakan selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Dalam akuntansi, laba kotor adalah keuntungan penjualan adalah perbedaan antara pendapatan dengan biaya untuk membuat suatu produk atau penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya overhead, gaji, pajak dan pembayaran bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari laba usaha (laba sebelum bunga dan pajak). (Wikipedia bahasa Indonesia) 12 Laba kotor menyediakan angka yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan (Kieso, 2007). Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapai bila penjualan bersih tinggi dari pada harga pokok penjualan. Pencapaian laba kotor adalah tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan (Iyan Rohaeni 2004:15). Menurut Scott (dalam Febrianto dan Widiastuty, 2005), perhitungan angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen pendapatan dan biaya dibandingkan dengan perhitungan laba operasi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan dan jumlah penjualan merupakan faktor yang menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan. D. Laba Operasi Menurut Harahap (2010) menyatakan bahwa pengertian laba operasi adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut Aliminsyah dan Padji (2005:222) angka laba operasi adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan atau biaya-biaya yang sering terjadi di dalam perusahaan dan bersifat operatif. Selain itu, biaya-biaya ini diasumsikan memiliki hubungan dengan penciptaan pendapatan. Diantara biayabiaya operasi tersebut adalah : biaya gaji karyawan, biaya administrasi, biaya perjalanan dinas, biaya iklan dan promosi, biaya penyusutan dan lain-lain. 13 Jadi untuk perhitungan komponen laba operasi, komponen pendapatan dan biaya lebih sedikit disertakan bila dibandingkan dengan perhitungan komponen laba bersih. E. Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. F. Arus Kas 1. Pengertian Menurut Harahap (2010 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut: 1. Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut : a. Setiap saat dapat ditukar menjadi kas b. Tanggal jatuh temponya sangat dekat c. Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga. 14 2. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas. Menurut Skousen dkk (2009 : 284) Laporan arus kas itu sendiri didefinisikan sebagai berikut : “Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Menurut Harahap (2010 : 257), mengemukakan bahwa : ”Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan : operasi, pembiayaan dan investasi”. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa laporan arus kas merupakan laporan yang menginformasikan arus kas masuk dan arus kas keluar yang dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 2. Tujuan dan Manfaat Informasi Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan arus kas dapat digunakan untuk dua tujuan pokok yaitu : 1. Membantu investor atau kreditor meramalkan jumlah yang mungkin mereka terima dalam bentuk deviden, bunga dan pembayaran kembali pokok hutang. 2. Membantu mereka mengevaluasi resiko yang mungkin terjadi. 15 Menurut PSAK No.2 paragraf 04 (IAI:2009), Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam asset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari laporan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Jadi laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut : a. Untuk memperkirakan arus kas masa depan. Sumber dan penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ketahun. Karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa akan datang. b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan kegiatan investasi perusahaan sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer. 16 c. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor. Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran-pembayaran ini. d. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. Tingginya tingkat laba cenderung menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Akan tetapi nilai sisa kas bisa menurun ketika laba bersih tinggi dan kas bisa meningkat ketika laba bersih rendah. Manfaat Laporan Arus Kas : a. Memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan (likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. b. Menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai entitas. c. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas. 3. Klasifikasi Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan dalam penyusunannya diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan 17 pendanaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) laporan arus kas diklasifikasi menjadi: a. Aktivitas Operasi Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain. 6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak pengahasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing). 1. 2. 3. 4. 5. b. Aktivitas Investasi Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah penting karena kas 18 tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah : 1. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lain termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri. 2. Penerimaan kas dari penjualan asset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lain. 3. Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan). 4. Penerimaan kas dari penjualan instrument utang dan instrument ekuitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrument yang dianggap setara kas atau instrument yang dimilki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan). 5. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan). 6. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diebrikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan). 7. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan , atau jika pembayaran tersebut diklasifiksikan sebagai aktivitas pendanaan. 8. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. c. Aktivitas Pendanaan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyelia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah : 19 1. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain. 2. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas. 3. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dana pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain. 4. Pelunasan pinjaman 5. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. Penyusunan laporan arus kas dari sumber-sumber data di atas melibatkan tiga langkah pokok yaitu : 1. Menentukan perubahan dalam kas. Prosedur ini bersifat langsung karena perbedaan antara saldo awal dan akhir kas dapat dengan mudah dihitung dari pemeriksaan atas neraca perbandingan. 2. Menentukan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Prosedur ini rumit, melibatkan analisis tidak hanya perhitungan laba-rugi tahun berjalan tetapi juga neraca perbandingan dan juga data transaksi terpilih. 3. Menentukan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan. Semua perubahan lain dalam perkiraan neraca harus dianalisis guna menentukan pengaruhnya pada kas. G. Saham 1. Pengertian Menurut Fakhruddin dan Darmadji (2006:6) menyatakan bahwa : Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. 2. Jenis-jenis Saham Menurut Fakhrudin dan Darmadji (2006:7), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: a. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 20 b. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2. Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan atas: a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak dalam ikut hadir dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen. b. Saham Pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (Price/Earning ratio). c. Saham pertumbuhan (growth stockâwell-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan emiten. d. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Saham Siknikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi. 21 H. Harga Saham Harga saham adalah harga saham di bursa saham pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Eduardus Tendelilin (2007:183) menjelaskan bahwa dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai saham ini meliputi: 1. Nilai buku (book value), yaitu nilai dari suatu saham menurut pembukuan emiten. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, perlu diketahui beberapa nilai yang berhubungan dengan nilai buku tersebut, diantaranya: a. Nilai nominal (par value), yaitu nilai dari suatu saham yang merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. b. Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan selisih yang dibayar pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. c. Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa, d. Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. e. Nilai buku per lembar saham, yaitu menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. 22 2. Nilai pasar (market value), yaitu harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran bersangkutan di pasar bursa. 3. Nilai intrinsik (intrinsic value), yaitu nilai yang biasa disebut juga dengan nilai fundamental. Nilai ini merupakan nilai yang seharusnya atau sebenarnya dari suatu saham yang diperdagangkan. Dari ketiga jenis nilai diatas, nilai pasar sering dijadikan sebagai penilaian para investor untuk menentukan pilihan investasi saham. Karena nilai pasar menjadi cerminan pembentukan fluktuasi harga saham di lantai bursa. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Apabila bursa efek telah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya (clossing price). Jadi dalam penelitian ini menggunakan harga penutupan saham dengan rumus : PHSit = (HSit – HSit-1) / HSit-1 Dimana : PHSit = Perubahan harga saham perusahaan i pada periode t. Hsit = Harga saham perusahaan i pada periode t. HSit-1 = Harga saham i pada periode t-1. Sumber : mengacu pada penelitian Novy Budi Adiliawan (2010) 23 Menurut Sunariyah (2006:168) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: a) Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor –faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). b) Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. 24 2. Pendekatan portofolio modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa. I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham Menurut Houston dan Brigham (dalam Melva, 2007 : 45) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut: earning per share, tingkat bunga, jumlah kas dividen yang dibagikan, jumlah laba yang didapat perusahaan, serta tingkat risiko dan tingkat pengembalian. 25 J. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu PENELITI JUDUL Susanto dan Ekawati (2006) Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening Harga saham Nilai informasi laba, aliran kas, dan siklus hidup perusahaan Regresi berganda Laba, aliran kas operasi dan aliran kas pendanaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham Expected return saham Komponen laporan arus kas, laba kotor, dan size perusahaan Regresi berganda Arus kas dari aktivitas investasi, laba kotor, dan size perusahaan berpengaruh terhadap expected return Harga saham Arus kas operasi, dan persistensi laba Regresi berganda Pengaruh Komponen Arus Kas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Kelompok LQ 45 yang Listing di BEI Pengaruh Informasi Laba dan Arus Kas Terhadap Harga Saham Harga saham Komponen laporan arus kas, dan ukuran perusahaan Regresi berganda Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham dan persistensi laba, persistensi laba juga tidak berpengaruh terhadap harga saham (hipotesis penelitian tidak mendapat dukungan bukti empiris) Arus kas dari aktivitas operasi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap harga saham Harga saham Informasi Laba dan komponen arus kas, arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan Regresi berganda Ninna Daniati (2006) Meythi (2006) Rizki Ramadhano (2012) Selvy Hartono (2012) VARIABEL DEPENDEN Sumber : Dari berbagai jurnal VARIABEL INDEPENDEN METODE ANALISIS HASIL Laba secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham sedangkan secara simultan variabel laba, arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan berpengaruh terhadap harga saham 26 K. Kerangka Pemikiran Teoritis Laba menjadi salah satu faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Begitu juga hubungan arus kas dengan harga saham yang menunjukkan bahwa arus kas merupakan faktor lain selain laba yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan. Pernyataan ini menimbulkan harapan tentang masa yang akan datang yang berhubungan dengan arus kas (cashflow) bagi investor serta kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor akan menggunakan komponen arus kas dan laba untuk membentuk suatu dasar bagi pembelian saham, disamping harga saham itu sendiri. Hal ini disebabkan karena harga saham mencerminkan penilaian atas kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (kas) dan kemampuan untuk membayar deviden. Maka laba kotor, laba operasi dan arus kas diduga memiliki pengaruh terhadap harga saham. Komponen laba kotor, laba operasi dan komponen arus kas terhadap harga saham dapat disusun menjadi sebuah kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: 27 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis PERUBAHAN LABA KOTOR PERUBAHAN LABA OPERASI H1 H2 PERUBAHAN ARUS KAS OPERASI H3 HARGA SAHAM H4 PERUBAHAN ARUS KAS INVESTASI H5 PERUBAHAN ARUS KAS PENDANAAN Penelitian saya ini merupakan pengembangan (replikasi) dari peneliti Selfi Hartono (2012) . Perbedaannya terletak pada variabel independen yang digunakan sebelumnya peneliti menggunakan variabel laba bersih sedangkan penelitian saya menggunakan laba kotor dan laba operasi, serta sampel dan tahun penelitian yang diambil pun berbeda sebelumnya peneliti menggunakan sampel LQ 45 dengan tahun penelitian 2007-2008 sedangkan dalam penelitian saya ini menggunakan sampel daftar perusahaan yang terdaftar dalam kompas 100 dengan tahun penelitian 2009-2011. 28 L. Pengembangan Hipotesis 1. Laba Kotor terhadap Harga Saham Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Febrianto adalah “Tiga Angka Laba Akuntansi : Mana Yang Lebih Bermakna Bagi Investor”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa angka laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Selanjutnya, laba kotor kembali dijadikan variabel dalam penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006). Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa laba kotor direaksi paling kuat oleh pasar dan berpengaruh terhadap expected return saham. Mengacu pada beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini akan membuktikan apakah Laba Kotor akan berpengaruh positif terhadap harga saham. H1: Perubahan laba kotor berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Laba Operasi terhadap Harga Saham Penelitian yang dilakukan Ali (1994) menunjukkan bahwa arus kas relatif tidak memiliki kandungan informasi dibandingkan dengan variabel laba dan modal kerja operasi. Dalam pengujiannya, Ali (1994) menggunakan regresi linier dan non linier dalam menguji kandungan informasi laba, modal kerja, dan arus kas. Penelitian tersebut membandingkan kualitas tiga angka laba kuartalan, yaitu laba operasi pro-forma, EPS dari laba operasi, serta laba sebelum pos-pos luar biasa dan operasi yang dihentikan. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa laba operasi pro-forma memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan EPS dari operasi atau EPS dari laba sebelum pos-pos luar biasa dan operasi yang dihentikan. 29 Mengacu dari penelitian di atas, maka penelitian ini akan membuktikan apakah laba operasi akan berpengaruh positif terhadap harga saham. H2: Perubahan laba operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Arus Kas Operasi terhadap Harga Saham Meythi (2006) menguji apakah ada pengaruh positif arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya menunjukkan tidak adanya pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham dengan persistensi laba sebagai variabel intervening. Susanto dan Ekawati (2006) menguji apakah pengaruh informasi arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan terhadap harga saham berbeda pada tahap siklus hidup perusahaan yang berbeda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa harga saham perusahaan pada tahap start-up dipengaruhi oleh arus kas investasi secara negatif dan arus kas pendanaan secara positif, pada tahap growth harga saham perusahaan dipengaruhi oleh arus kas operasi dan arus kas pendanaan secara positif, pada tahap mature arus kas investasi mempengaruhi harga saham secara negatif sedangkan arus kas operasi dan arus kas pendanaan mempengaruhi harga saham secara positif, dan pada tahap decline harga saham perusahaan dipengaruhi oleh arus kas operasi dan arus kas pendanaan secara positif dan arus kas investasi secara negatif. Indrayanti (2007) meneliti pengaruh arus kas operasi, investasi dan pendanaan terhadap harga saham pada perusahaan food and beverages yang go public di BEI. Dari hasil penelitian yang dilakukan, variabel arus kas operasi terbukti berpengaruh terhadap harga saham. Hartono (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh laba dan arus kas terhadap harga saham. Hasilnya variabel arus 30 kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Mengacu pada beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini akan membuktikan apakah arus kas operasi akan berpengaruh positif terhadap harga saham. H3: Perubahan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Arus Kas Investasi terhadap Harga Saham Penelitian Black (1998) dalam Susanto dan Ekawati (2006) menunjukkan bahwa arus kas operasi berhubungan positif dengan nilai pasar ekuitas, arus kas investasi berhubungan negatif dengan nilai pasar ekuitas, dan arus kas pendanaan berhubungan positif dengan nilai pasar ekuitas. Penelitian Atmini (2001) dalam Susanto dan Ekawati (2006) menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh dan berhubungan negatif dengan nilai pasar ekuitas. Indrayanti (2007) meneliti pengaruh arus kas operasi, investasi dan pendanaan terhadap harga saham pada perusahaan food and beverages yang go public di BEI. Dari hasil penelitian yang dilakukan, variabel arus kas investasi dan Total arus kas terbukti berpengaruh terhadap harga saham. Rona (2009) meneliti pengaruh informasi dan arus kas tehadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa laba akuntansi dan arus kas dari aktifitas investasi (AKI) berpengaruh terhadap harga saham. 31 Mengacu pada beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini akan membuktikan apakah arus kas investasi akan berpengaruh positif terhadap harga saham. H4: Perubahan arus kas investasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 5. Arus Kas Pendanaan terhadap Harga Saham San Susanto (2006) dalam penelitiannya menguji Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan dalam penelitiannya dapat disimpulkan bahwa variabel laba (EPS), aliran kas operasi (CFOPS) dan aliran kas pendanaan (CFFPS) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham. Simanullang (2009) meneliti pengaruh informasi dan komponen arus kas terhadap harga saham pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitiannya, laba akuntansi dan arus kas dari aktifitas pendanaan (AKP) terbukti berpengaruh terhadap harga saham. Mengacu pada beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini akan membuktikan apakah arus kas pendanaan akan berpengaruh positif terhadap harga saham. H5: Perubahan arus kas pendanaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 6. Pengaruh Laba Akuntansi dan Arus Kas terhadap Harga Saham Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan laba dengan harga saham, menunjukkan bahwa laba menjadi salah satu faktor yang berpengaruh 32 secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian tersebut diantaranya ialah penelitian Susanto dan Ekawati (2006) yang memberikan bukti bahwa pada tahap growth dan mature laba memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, serta penelitian Hartono (2012) yang menunjukkan bahwa variabel laba secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. Begitu juga dengan beberapa penelitian mengenai hubungan arus kas dengan harga saham yang menunjukkan bahwa arus kas merupakan faktor lain selain laba yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan. Penelitian tersebut diantaranya ialah penelitian Yulianto dan Davianti (2006) yang menunjukkan bahwa pada mature serta decline arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan berpengaruh positif terhdap nilai pasar ekuitas.