6 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 PengukuranKinerja Perusahaan
2.1.1 Kinerja Perusahaan
Setiap perusahaan ataupun organisasi yang memiliki tujuan tersendiri yang
telah diterapkan guna memenuhi keinginan semua pihak yang berkepentingan.
Baik itu terkait dengan kegiatan operasional perusahaan maupun upaya memenuhi
harapan para penyedia dana. Penilaian perusahaan melalui kinerja keuangan, bisa
diketahui dari data pada laporan keuangan yang telah disediakan oleh perusahaan.
Langkah pertama dalam memulai pengukuran kinerja keuangan lebih
dalam, alangkah baiknya kita mengetahui tentang kinerja. Kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas dan efisiensi operasional suatu organisasi,
bagian organisasi dan karyawannya didasarkan sesuai sasarannya dengan standar
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415). Menilai
kinerja keuangan yang baik, dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi
kemampuan perusahaan telah menggunakan seluruh sumber dayanya dalam
kegiatan operasional secara efektif dan efisien.
1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
perusahaan. Tujuan pengukuran kinerjaadalah sebagai berikut (Supriyono,
2000:385) :
6
7
a. Untuk menilai prestasi manajer devisi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya.
b. Untuk mengidentifikasi penyebab selisih pelaksanaan dan rencana sesuai
dengan ukuran prestasi manajer devisi yang telah ditentukan.
c. Untuk menentukan besarnya kontribusi devisi dalam pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan.
d. Untuk membuat saran dan keputusan tindakan perbaikan atas situasi yang
diluar kendali.
e. Untuk memotivasi para manajer devisi dalam meningkatkan prestasi.
2.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja Perusahaan
manfaat pengukuran kinerja perusahaan yaitu (Mulyadi, 2001:416) :
a. Mengelola
operasi
organisasi
secara
efektif
dan
efisin
melalui
pemotivasian karyawan secara optimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti : promosi, transfer, dan pemberitahuan.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan keryawan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilaio kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2 Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Dalam proses berjalannya suatu perusahaan, dirasa perlu untuk melakukan
peninjauan atau evaluasi terhadap kerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu.
8
Evaluasi perusahaan tersebut dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang ada
dalam suatu perusahaa tersebut. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh
perusahaan tidak dibuat sembarangan, tetapi juga harus memperhatikan standar
dan aturan yang berlaku. Karena dengan mengacu pada standar atau aturan yang
berlaku dalam suatu laporan kuangan membuat laporan keuangan tersebut mudah
dibaca dan mudah dipahami.
Bagi suatu perusahaan, penyajian laporan keuangan secara khusus merupakan
tanggung jawab manajar keuangan. Hal ini dengan fungsi manajer keuangan yaitu
(Kasmir, 2008:6) :
1. Merencanakan;
2. Mencari;
3. Memanfaatkan dana-dana perusahaan; dan
4. Memaksimalkan nilai perusahaan.
Dengan kata lain, yang menjadi kewajiban seorang manajer ialah mencari dana
dari berbagai sumbear dan membuat keputusan tentang sumber dana yang harus
dipilih (Kasmir, 2008:6). Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pencapaian
tujuan manajer keuangan dalam hal memaksimalkan nilai perusahaan. jika dilihat
beratnya tugas seorang manajer karena dalam praktiknya tidak hanya
memerhatikan berbagai kepentingan seperti kepentingan manajemen perusahaan
itu sendiri, kreditor, supplier, dan pelanggan. Jadi dalam pengeratian sederhana,
laporan keuangan menurut (Kasmir, 2008:7) adalah laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu.
9
2.2.2Tujuan Laporan Keuangan
Mengingat betapa penting suatu laporan keuangan bagi perusahaan, sudah
dapat dipastikan bahwa dibuatnya suatu perusahaan memiliki tujuan yang penting
bagi kelangsungan perusahaan. menurut Prastowo dan Rifka Juliaty (2008:5)
laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Menurut Kasmir (2008:10) terdapat beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentag jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan
10
8. Informasi keuangan lainnya.
2.2.3 Unsur-unsur Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Rafika Juliaty (2008:9) laporan keuangan
menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi,
yang merupakan unsur laporan keuangan. Unsur ini dapat diklasifikasikan
menjadi unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan dan unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja.
Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur
laporan laba rugi dan berbagai perubahan dalam neraca. Didalam neraca dan
laporan laba rugi, penyajian berbagai unsur tersebut memerlukan :
1.Unsur Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas (yang disajikan pada laporan keuangan yang
disebut neraca). Dalam menilai apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva,
kewajiban atau ekuitas tersebut, perhatian perlu ditunjukan pada substansidan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumannya. Neraca juga dapat
meliputi pos yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban dan tidak
disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
Masing–masing unsur yang berkaitan dengan posisi keuangan tersebut
didefinisikan sebagai berikut :
11
1) Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi bagi
perusahaan di masa depan.
2) Kewajiban
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
3) Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban (aktiva bersih), di dalam neraca ekuitas dapat
disubklasifikasikan.
2. Unsur Kinerja Perusahaan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja
perusahaan disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi.
Penghsailan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya return on investment atau earning per
share. Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih ini
adalah penghasilan (income) dan beban (expense). Pengakuan dan pengukuran
penghasilan dan beban ini bergantung pada konsep modal dan pemeliharaan
modal yang digunakan.
Masing-masing unsur yang berkaitan dengan kinerja perusahaan tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
12
1). Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam betuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi (setoran) penanaman modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan
(revenue) maupun keuantungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa (normal), seperti penjualan, penghasilan jasa,
bunga, dividen royalty dan sewa. Sedangkan keuantungan mencerminkan pos
lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan meliputi antara
lain pos yang timbul dalam pengalihan aktiva tak lancar.
1). Beban (Expense)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal. Beban mencakup baik kerugian (loss) maupun beban
yang timbul dalam pelaksanaan aktiva perusahaan yang biasa.
2.2.4 Isi Laporan Keuangan
Isi dari laporan keuangan adalah sebagai berikut (Harahap, 2004:4):
1) Daftar Neraca
Daftar yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan satu tanggal
tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal
tertentu.
13
2) Perhitungan Laba Rugi
Perhitungan yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan
pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima
perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.
3) Laporan dan sumber penggunaan dana
Sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dan bisa
diartikan kas biasa juga modal kerja.
4) Laporan Arus Kas
Laporan ini merupakan iktisar Arus Kas masuk dan Arus Kas keluar yang
dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi,
kegiatan investasi, dan kegiatan pembayaran.
2.2.5 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat 8 karakteristik kualitatif
(Djarwanto, 2004:14) yaitu :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud
ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar.
14
b. Relevan
Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
b. Materialitas
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, daan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan.
d. Penyajian Jujur
Informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan atau
disajikan.
15
e. Substansi Mengungguli Bentuk
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat
dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya
bentuk hukumnya.
f. Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batas materialitas
dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
g. Dapat Dibandingkan
Pemakaian harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
2.2.6 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan) sifat dan keterbatasan laporan
keuangan adalah (Harahap, 2004:74) :
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi.
16
b. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan
bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja
misalnya untuk pajak, bank.
c. Proses penyusutan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materil.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya.
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perusahaan.
i. Informasi
yang bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.3
Analisis Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini
17
hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antar pos
tertentu dengan pos yang lainnya (Harahap, 2004:297).
Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara
pos-pos tersebut dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita
dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Rasio-rasio keuangan
mungkin dihitung dalam berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca
saja, dalam laporan laba rugi saja atau dalam laporan neraca dan laporan laba rugi
(Husnan, 2004:69).
2.3.2 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya
keunggulan tersebut adalah (Harahap, 2004:298) :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan .
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi.
e. Menstandarisir size perusahaan.
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa
yang akan datang.
18
2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga
memiliki keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak
salah dalam penggunaannya. Ada keterbatasan analisis rasio antara lain (Harahap,
2004:298) :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakai.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan yang menjadi
keterbatasan teknik ini.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama.
2.3.4 Penerapan Metode Tolok Ukur Rasio Keuangan
Di indonesia tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan,
biasanya bergantung pada bentuknya. Menurut warsono (2003:33) untuk
perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih tepat untuk menggunakan
metode lintas waktu (time series), karena sulitnya data industri yang sepadan.
Untuk perusahaan besar yang berbentuk peseroan terbatas (PT), ada dua tolok
ukur yang dapat digunakan yaitu menggunakan metode time series atau
menggunakan metode metode cross section. Hasil analisis laporan keuangan
untuk perusahaan-perusahaan yang tercatat dipasar modal indonesia dapat
19
dilihat dalam Indonesiam Capital Market Directory yang dipublikasikan tiap
tahunnya.
Kriteria untuk menentukan apakah posisi keuangan suatu perusahaan sehat
atau dapat dikualifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage/utang, profitabilitas dan nilai pasar.
Tolok ukur untuk menentukan sehat atau tidaknya dapat digunakan metode
time series dan cross section.
2.3.5 Jenis- Jenis Rasio Keuangan
Untuk melihat kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan
analisis rasio keuangan merupakan cara yang tepat yang dapat digunakan oleh
manajemen perusahaan. jenis – jenis rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur dan menginterpretasikan kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai
berikut :
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai
berikut (Harahap, 2004:301) :
1) Current Ratio ( Rasio Lancar )
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancarnya.Semakin besar perbandingan aktiva
20
lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current Ratio =
Aktiva Lancar
Utang Lancar
2) Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancer yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar semakin besar rasio ini semakin
baik.
Quick Ratio =
Aktiva lancar - persediaan
Utang Lancar
b. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan di likuidasi (Harahap, 2004:303).
Beberapa rasio yang termasuk rasio solvabilitas :
1) Debt to Equity Ratio (rasio hutang atas modal)
Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin
kecil rasio ini semakin baik (Harahap, 2004:303).
Debt to Equity Ratio =
Total Utang
Modal (Equity)
2) Debt to Assets Ratio (rasio utang atas aktiva)
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata
lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
21
seberapa besar utang berpengaruh pada pengelolaan aktiva
perusahaan (Kasmir, 2008:156).
Debt to Assets Ratio =
Total Utang
Total Aktiva
c. Rasio aktivitas
Rasio Ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan pembelian
dan kegiatan lainnya (Harahap, 2004:308). Yang termasuk rasio aktivitas
adalah :
1) Fixed Assets Turn Over (perputaran aktiva tetap)
Rasio ini menunjukkan berapa kali aktiva berputar bila diukur dari
volume penjualan.Semakin tinggi rasio semakin baik.Artinya
kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi.
Fixed Assets Turn Over =
Penjualan
Aktiva Tetap
2) Total Assets Turn Over (perputaran total aktiva)
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualan.
Total Assets Turn Over =
d. Rasio profitabilitas
Penjualan
Total Aktiva
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan rasio ini mengukur tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan (kasmir, 2008:196).
22
Yang termasuk rasio profitabiltas antara lain :
1) Return On Investment (ROI)
Rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Return OnInvestment =
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
2) Return On Equity (ROE)
Rasio yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri,
semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Return On Equity=
Laba Setelah Pajak
Modal sendiri
3) Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan
volume penjualan.Semakin tinggi rasio ini, semakin baik operasi
suatu perusahaan.
Net Profit Margin =
Laba Setelah Pajak
Penjualan
2.3.6 Menentukan Rasio Standar
Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
dipublikasikan, penganalisis dapat membuat standarnya sendiri. Rasio standar
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut ini (Djarwanto, 2004:144):
23
1. mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan
(dalam industri) yang diperbandingkan, perusahaan-perusahaan tersebut
hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan prosedur
akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan rekening-rekening
dan metode penyusutan, keseragaman periode akuntansi dalam menilai
aktiva
dan
kebijaksanaan
amortisasi
dan
keseragaman
dalam
kebijaksanaan manajemen.
2. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari perusahaan industri yang
dipilih.
3. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah.
4. Menghapus rasio yang ekstrim yaitu rasio yang terlalu tinggi dan yang
terlalu rendah.
5. Menghitung rata-rata hitungnya atau mencari mediannya (ini merupakan
standar rasio yang dicari).
2.4 EVA (Economic Value Added)
2.4.1 Pengertian EVA
EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis
untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA
mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk
modal ekuitas telah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa
mengenakan beban untuk modal ekuitas (Houston, 2006: 69).
Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA dikenal sebagai
pengukur yang dengan adil mempertimbangkan harapan para penyandang dana,
24
yang diukur dengan Weight Average Cost of Capital (WACC) dari struktur modal
yang digunakan. EVA di formulasikan sebagai berikut :
EVA = NOPAT – Biaya Modal
Dengan ketentuan :
d. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah ekonomis pada perusahaan.
e. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi “impas”karena digunakan untuk
membayar kewajiban kepada penyandang dana.
f. Apabila EVA < 0 yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi nilai
tambah ekonomis karena laba yang dihasilkan tidak memenuhi harapan para
penyandang dana.
2.4.2 Manfaat EVA
Manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan adalah sebagai berikut
(Iramani dan E.Febrian, 2005:3) :
1. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan
karena penilaian kinerja terjadi dan difokuskan pada penciptaan nilai
(value creation).
2. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan struktur
modal.
3. EVA membuat manajemen berfikir dan bertindak seperti pemegang
saham
yaitu
memilih
investasi
yang
memaksimumkan
tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimalkan.
25
4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya-biaya
modalnya.
2.4.3 Kelemahan dan Kelebihan EVA
Keunggulan yang dimiliki EVA antara lain (Iramani dan E.Febrian,2005:6):
1. EVA
memfokuskan
penilaian
pada
nilai
tambah
dengan
memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang
dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan
memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat
keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang
ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai
konsep penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih
sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders
satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan
sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat
pengambilan keputusan bisnis.
26
EVA juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya sebagai berikut :
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu.
2. EVA terlalu bertumpu
pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktorfaktor lain terkadang justru lebih dominan.
2.5 Biaya Modal
2.5.1 Pengertian Biaya Modal
Biaya modal merupakan biaya peluang dari penggunaan dana untuk
diinvestasikan dalam proyek baru, hal ini dikarenakan biaya modal merupakan
tingkat pengembalian yang diisyaratkan dari semua sumber keuangan jika
perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari pada
biaya modal, maka pengembalian sisanya akan menyebabkan peningkatan nilai
saham
biasa
perusahaan
dan
peningkatan
kekayaan
pemilik
saham
(Keown,2000:444).
2.5.2 Perhitungan Biaya Modal
2.5.2.1 Biaya Modal Hutang
Biaya hutang menunjukkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan
karena perushaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Rumus dari
perhitungan biaya modal hutang adalah :
Biaya hutang =
(1 – T)
27
Dimana:
Keterangan:
Kd =Tingkat suku bunga dari hutang sebelum pajak.
T
= Tarif pajak.
2.5.2.2 Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham preferen adalah biaya riil yang harus dibayar apabila
perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal
saham preferen diperhitungkan sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan (
required rate of return ) oleh investor pemegang saham preferen. Besarnya saham
preferen dapat dihitung sebagai berikut :
KP =
Keterangan :
Kp = biaya komponen saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Pp = harga pasar saham preferen.
2.5.2.3 Biaya Modal Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang memperoleh deviden dalam jumlah tidak
tetap setiap tahunnya tergantung besar kecilnya laba yang dieperoleh, tersedianya
kas dan keputusan rapat pemegang saham perusahaan tersebut. Bahkan dalam
keadaan merugi perusahaan tidak membayar deviden kepada pemegang saham
28
umum. Sedangkan menurut martono dan harjito (2002:270) terdapat dua model
pendekatan untuk menghitung biaya modal, antara lain :
1. Model Penentuan Harga Aktiva Modal ( Capital Assets Pricing Model =
CAPM)
Model CAPM merupakan penetapan biaya modal dengan menganalisis hubungan
antara tingkat return saham yang diharapkan ( ke ) dengan return pasar ( Rm ) yang
terjadi. Model CAPM dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : besarnya tingkat bunga
(risk free rate, Rr ), risiko sistematis yang ditunjukkan oleh koefisien (
) dan
premium resiko pasar yang ditunjukan oleh selisih antara return pasar dengan
return saham (Rm – Rr), sehingga jika disajikan dalam rumus menjadi :
Ke =Rf + ( Rm – Rf )
Keterangan :
Ke = Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
Rf = Tingkat return bebas risiko
= Beta, pengukur risiko sistematis saham
Rm = Tingkat keuntungan pasar
Rumus perhitungan (
ß =
) melalui pendekatan regresi adalah :
n ∑ XY– ∑ X .∑ Y
n ∑ X2 – (∑ X)2
Keterangan:
n= Banyaknya periode pengamatan
X = Tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)
Y = Tingkat keuntungan suatu saham (Ri)
29
Tingkat pengembalian pasar (Rm) diperoleh dari besarnya keuntungan
seluruh saham yang beredar disuatu bursa efek. Perhitungan return pasar
didasarkan pada pendekatan indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar
modal.
Rumusan daari return pasar ini adalah sebagai berikut :
Rm =
Dimana :
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelum periode t
Sedangkan Tingkat keuntungan (Ri) saham dapat dihitung :
Ri
Dimana :
Ri = Pengembalian keuntungan saham pada periode ke t
Dt= Deviden saham pada periode ke t
Pt = harga saham pada periode t
Pt-1= Harga saham pada periode t-1
2. Pendekatan Model Diskonto Deviden ( Devidend Discount Model )
Merupakan tngkat diskonto yang menyeimbangkan nilai sekarang dari
keseluruhan deviden perlembar saham yang diharapkan di masa yang akan datang.
Sehingga biaya modal merupakan faktor diskonto dari deviden yang ada.
Ke =
+g
30
Dimana :
Ke = tingkat keuntungan yang diisyaratkan investor
P0 = harga pasar saham pada saat ini
D1 = Deviden yang diterima untuk periode t
g = tingkat pertumbuhan deviden.
2.6 Struktur Modal
Struktur modal merupakan perpaduan antara hutang saham preferen dan
saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Menurut
brigham dan houston (2006:7) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
keputusan struktur modal, yaitu :
1. Risiko Bisnis
Atau risiko yang inheren dengan
operasi resiko jika perusahaan tidak
mempergunakan utang. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, semakin rasio
utang optimalnya.
2. Posisi perpajakan perusahaan
Alasan perusahaan menggunakan hutang adalah bunganya yang dapat menjadi
pengurangan pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utang efektif.
Tetapi sebagian besar laba perusahaan telah dilindungi dari pajak karena
perlindungan penyusutan pajak, bunga dari utang yang beredar saat ini, atau
karena kerugian pajak yang dibawa ketahun berikutnya, maka tarif pajaknya
akan rendah, sehingga tambahan utang mungkin tidak akan begitu
menguntungkan lagi dibandingkan jika perusahaan memiliki tarif pajak efektif
yang lebih tinggi.
31
3. Fleksibilitas keuangan
Jika operasi yang stabil akan membutuhkan pasokan modal yang lancar,
yang merupakan hal yang vital bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan.
keputusan pembiayaan sekarang dipengaruhi keputusan pembiayan oleh
keinginan pembiayaan dimasa yang akan datang.
4. Konservatisme atau keagresifan manajemen
Beberapa manajer lebih agresif, sehingga beberapa perusahaan cenderung
menggunakan utang sebagai usaha untuk mendorong keuntungan.
2.6.1 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
Biaya modal rata-rata tertimbang, mencerminkan rata-rata biaya modal di
masa akan datang yang diharapkan. Biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh
dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan
proporsinya pada struktur modal perusahaan.
Formulanya :
WACC = Ke (E/V) + Kd (D/V)
Keterangan :
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang
Ke
= Biaya modal saham biasa
Kd
= Biaya modal hutang
E
= Equity
D
= Hutang
V
= Jumlah modal saham dan modal hutang
32
2.7Penelitian Terdahulu
1. Penelitian oleh Linawati (2011)
Judul penelitian terdahulu adalah “analisis rasio keuangan dan EVA untuk
menilai kinerja perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
adalah terletak pada obyek penelitian yang diteliti dan periode laporan
keuangan yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian terdahulu obyek
yang digunakan adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sedangkan penelitian sekarang obyek yang di gunakan dalam
penelitian adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian
terdahulu adalah laporan keuangan pada periode 2006-2009.Sedangkan
laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah laporan
keuangan pada periode 2007-2011.
Persamaan antara penelitan terdahulu dan sekarang adalah sama-sama
menggunakan rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA) dalam
menilai kinerja.Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian terdahulu dan
sekarang sama-sama penelitian deskriptif dan sama-sama menggunakan
purposive sampling.
2. Penelitian oleh Muhammad Agung Kuncahyadi (2009)
Judul penelitian terdahulu adalah “Analisis
EVA (Economic Value
Added) sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan perushaan (Studi
33
komparatif pada PT. Aqua Golden Missisipi Tbk dan PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk)”. Penelitian terdahulu hanya menggunakan EVA dalam mengukur
kinerja keuangan perusahaan sedangkan penelitian sekarang menggunakan EVA
dan rasio keuangan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.Penelitian
terdahulu menggunakan laporan keuangan periode 2003-2007 sedangkan
penelitian
sekarang
menggunakan
laporan
keuangan
periode
2007-
2011.Persamaannya adalah sama-sama menggunakan perusahaan food and
beverage sebagai obyek penelitian. Hanya saja pada penelitian terdahulu
membandingkan dua perusahaan dan memilih manakah perusahaan yang memiliki
kinerja lebih baik berdasarkan EVA.
2.8 Kerangka pemikiran
Investor belum mengetahui dengan pasti dana yang di investasikan pada
sebuah perusahaan terjamin dan memperoleh keuntungan sesuai dengan yang
diharapkan. Kinerja perusahaan sangat penting bagi para investor sebagai bahan
pertimbangan ketika mereka akan melakukan investasi. Para investor memerlukan
informasi yang akurat dalam menilai kinerja sebuah perusahaan.Untuk menilai
kinerja sebuah perusahaan tersebut para investor dapat melihat dari laporan
keuangan perusahaan.Rasio keuangan merupakan alat ukur yang sering digunakan
dalam menilai kinerja perusahaan. Pertimbangan lain para investor dalam
melakukan investasi adalah tingkat keuntungan yang diperoleh melebihi apa yang
diharapkan para investor guna menambah kekayaan mereka. Untuk itu dirasa
sangat perlu melakukan analisis laporan keuangan dengan metode EVA
34
(Economic Value Added) untuk melihat apakah terdapat nilai tambah ekonomis
perusahaan tersebut.
Dari uraian tersebut maka rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah :
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Laporan keuangan
Laporan
L/R
neraca
Data penunjang perusahaan
Laporan &
penggunaan
sumber dana
Laporan arus
kas
aktivitas
profitabilitas
Rasio keuangan
likuidita
ss
solvabilitas
EVA
Kinerja keuangan
Sumber : Sofyan S. Harahap (2004).
2.9 Perumusan Hipotesis
Penelitian ini termasuk dalam riset deskriptif, dimana riset deskriptif
informasi yang diperoleh hanya untuk memberikan gambaran/menguraikan
tentang suatu keadaan (siapa/apa, kapan, dimana, bagaimana, berapa banyak)
35
(Supranto, 2003:29).Yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah bagaimana
kinerja keuangan jika diukur dengan analisis rasio keuangan dan meroda EVA
pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia. Sehingga, penelitian
ini
tidak
perlu
melakukan
pengujian
hipotesis
(Supranto,2003:29).
Download