Hukum Meninggalkan Shalat

advertisement
Hukum Meninggalkan Shalat
HUKUM MENINGGALKAN SHALAT
Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim hafizhahullah
Telah kita ketahui kesepakatan ulama tentang kafirnya orang yang menentang kewajiban
shalat. Namun, bagi yang meninggalkannya karena malas, terlebih lagi ia masih mengimani
bahwa shalat itu amalan yang disyariatkan, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama,
antara yang mengkafirkan dengan yang tidak mengkafirkan dan apakah ia dibunuh [1] atau
tidak.
Masalah hukum orang yang meninggalkan shalat ini memang merupakan masalah
khilafiyyah sejak zaman dahulu di kalangan salaful ummah, dan perselisihannya teranggap
(mu’tabar). Oleh karena itu, janganlah kita gegabah menuduh orang yang menyelisihi
pendapat kita dalam hal ini, semisal kita mengatakannya Murji` (pengikut pemahaman
Murji`ah, karena tidak mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat) atau menvonisnya
dengan Khariji (pengikut pemahaman Khawarij, karena mengkafirkan orang yang
meninggalkan shalat). Hukum asal dalam hal khilaf yang mu’tabar adalah seseorang tidak
boleh mengingkari pendapat orang lain dan mencelanya. Mencela seseorang karena
mengikuti pendapat ulama dari kalangan salaf (para imam yang dikenal) sama dengan
mencela ulama salaf tersebut. Karena itu sekali lagi kita tegaskan, janganlah kita memboikot
dan mencela saudara kita dalam permasalahan-permasalahan yang kita dapati para ulama
kita juga berbeda pendapat di dalamnya. Memang masalah fiqih yang seperti ini, kita dapati
para ulama sering berbeda pendapat, dan mereka pun melapangkan bagi saudaranya
selama permasalahan itu memang dibolehkan/ dilapangkan untuk berijtihad.
Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah menyatakan bahwa permasalahan
meninggalkan shalat ini termasuk permasalahan yang sangat besar yang pada hari ini
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
banyak orang terjatuh di dalamnya (ditimpa musibah dengan tidak menunaikannya). Dan
ulama beserta para imam dari kalangan umat ini, yang dahulu maupun sekarang, berselisih
pendapat tentang hukumnya. (Mukaddimah kitab Hukmu Tarikish Shalah hal. 3)
Orang yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja berarti ia telah melakukan dosa
yang teramat besar. Dosanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih besar daripada dosa
membunuh jiwa yang tidak halal untuk dibunuh, atau dosa mengambil harta orang lain
secara batil, atau dosa zina, mencuri dan minum khamr. Meninggalkan shalat berarti
menghadapkan diri kepada hukuman Allah ‘azza wa jalla dan kemurkaan-Nya. Ia akan
dihinakan oleh Allah ‘azza wa jalla baik di dunia maupun di akhiratnya. (Ash-Shalatu wa
Hukmu Tarikiha, Ibnul Qayyim Rahimahullah, hal. 7)
Tentang hukuman di akhirat bagi orang yang menyia-nyiakan shalat dinyatakan Allah ‘azza
wa jalla dalam firman-Nya:
“Apakah yang memasukkan kalian ke dalam neraka Saqar?” Mereka menjawab, “Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat….” (Al-Muddatstsir: 42-43)
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dari mengerjakan
shalatnya….” (Al-Ma’un: 4-5)
“Maka datanglah setelah mereka, pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kerugian [2].”
(Maryam: 59)
Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama
1. Abdullah bin Mubarak, Ahmad, Ishaq, dan Ibnu Hubaib dari kalangan Malikiyyah
berpendapat kafir [3] orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja walaupun ia tidak
menentang kewajiban shalat. Pendapat ini dihikayatkan pula dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu
Abbas, dan Al-Hakam bin ‘Uyainah. Sebagian pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah juga
berpendapat demikian4. (Al-Majmu’ 3/19, Al-Minhaj 2/257, Nailul Authar, 2/403)
Mereka berargumen dengan firman Allah ‘azza wa jalla:
“Apabila telah habis bulan-bulan Haram, bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
kalian jumpai mereka dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat
pengintaian. Apabila mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (At-Taubah: 5)
Dalam ayat di atas Allah ‘azza wa jalla menetapkan harus terpenuhinya tiga syarat barulah
seorang yang tadinya musyrik dibebaskan dari hukuman bunuh sebagai orang kafir yaitu
bertaubat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Bila tiga syarat ini terpenuhi berarti ia
telah menjadi seorang muslim yang terpelihara darahnya. Namun bila tidak, ia bukanlah
seorang muslim. Dengan demikian, barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak
mau menunaikannya, berarti tidak memenuhi syarat untuk dibiarkan berjalan, yang berarti ia
boleh dibunuh [5].
Argumen mereka dari hadits adalah hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata, “Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim no. 242)
Demikian pula hadits Buraidah ibnul Hushaib Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkan
shalat berarti ia kafir.” (HR. Ahmad 5/346, At-Tirmidzi no. 2621, Ibnu Majah no. 1079 dan
selainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih At-Tirmidzi, AlMisykat no. 574 dan juga dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib hal. 299) [Lihat Tharhut
Tatsrib, 1/323]
Dalam dua hadits di atas dinyatakan secara umum “meninggalkan shalat” tanpa ada
penyebutan “meninggalkan karena menentang kewajibannya”. Berarti ancaman dalam
hadits diberlakukan secara umum, baik bagi orang yang meninggalkan shalat karena
menentang kewajibannya atau pun tidak.
Seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq Rahimahullah berkata:
“Adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam tidak memandang adanya
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
sesuatu dari amalan-amalan yang bila ditinggalkan dapat mengkafirkan pelakunya kecuali
amalan shalat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2622, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
Rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, demikian pula dalam Shahih At-Targhib wat
Tarhib no. 562)
Abdullah menyebutkan bahwa para sahabat sepakat ‘orang yang meninggalkan shalat itu
kafir’ dan mereka tidak mensyaratkan ‘harus disertai dengan pengingkaran akan
kewajibannya’ atau ‘menentang kewajiban shalat’. Karena yang mengatakan shalat itu tidak
wajib, jelas sekali kekafirannya bagi semua orang. (Al-Majmu’ 3/19, Al-Minhaj 2/257, Tharhut
Tatsrib 1/323, Nailul Authar 2/403)
2. Sementara itu, dinukilkan pula pendapat mayoritas ulama yang memandang tidak atau
belum kafirnya orang yang meninggalkan shalat secara sengaja. Al-Imam Abdul Haq Al-Isybili
Rahimahullah dalam kitabnya Ash Shalah wat Tahajjud (hal. 96) menyatakan, “Seluruh kaum
muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah, baik ahli haditsnya maupun selain mereka,
berpendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja dalam keadaan ia
mengimani kewajiban shalat dan mengakui/menetapkannya, tidaklah dikafirkan. Namun dia
telah melakukan suatu perbuatan dosa yang amat besar. Adapun hadits Nabi Shallallahu
`alaihi wa sallam yang secara zhahir menyebutkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat,
demikian pula ucapan ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu dan selainnya, mereka takwil sebagaimana
mereka mentakwil sabda Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam:
“Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan ia beriman saat melakukan perbuatan zina
tersebut.” [6]
Demikian pula hadits-hadits lain yang senada dengan ini. Adapun ahlul ilmi yang
berpendapat dibunuhnya orang yang meninggalkan shalat, hanyalah memaksudkan ia
dibunuh sebagai hukum had, bukan karena ia kafir. Demikian pendapat ini dipegangi oleh AlImam Malik, Asy Syafi’i, dan selain keduanya.”
Al-Hafizh Al-‘Iraqi Rahimahullah berkata, “Jumhur ahlul ilmi berpendapat tidak kafirnya orang
yang meninggalkan shalat bila memang ia tidak menentang kewajibannya. Ini merupakan
pendapat para imam: Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, dan juga satu riwayat dari Al-Imam
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
Ahmad bin Hambal. Terhadap hadits-hadits yang shahih dalam masalah hukum
meninggalkan shalat ini [7], mereka menjawab dengan beberapa jawaban, di antaranya:
Pertama: Makna dari hadits-hadits tersebut adalah orang yang meninggalkan shalat pantas
mendapatkan hukuman yang diberikan kepada orang kafir yaitu dibunuh.
Kedua: Vonis kafir yang ada dalam hadits-hadits tersebut diberlakukan kepada orang yang
menganggap halal meninggalkan shalat tanpa udzur.
Ketiga: Meninggalkan shalat terkadang dapat mengantarkan pelakunya kepada kekafiran,
sebagaimana dinyatakan bahwa ‘perbuatan maksiat adalah pos kekafiran’.
Keempat: Perbuatan meninggalkan shalat adalah perbuatan orang-orang kafir.” (Tharhut
Tatsrib, 1/324-325)
Dalil yang dipakai oleh jumhur ulama adalah firman Allah ‘azza wa jalla:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa menyekutukan-Nya dengan sesuatu [8]
(syirik) dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa`:
48)
Sementara tidak mengerjakan shalat bukan perbuatan syirik, namun salah satu perbuatan
dosa besar yang Allah ‘azza wa jalla janjikan untuk diberikan pengampunan bagi siapa yang
Allah ‘azza wa jalla kehendaki.
Juga hadits-hadits yang banyak, di antaranya hadits ‘Ubadah ibnush Shamit Radhiyallahu
‘anhu dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam:
“Shalat lima waktu Allah wajibkan atas hamba-hamba-Nya. Siapa yang mengerjakannya
tanpa menyia-nyiakan di antara kelima shalat tersebut karena meremehkan keberadaannya
maka ia mendapatkan janji dari sisi Allah untuk Allah masukkan ke surga. Namun siapa yang
tidak mengerjakannya maka tidak ada baginya janji dari sisi Allah, jika Allah menghendaki
Allah akan mengadzabnya, dan jika Allah menghendaki maka Allah akan mengampuninya.”
(HR. Abu Dawud no. 1420 dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Abi
Dawud)
Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam:
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba nanti pada hari kiamat adalah shalat
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
wajib. Jika ia sempurnakan shalat yang wajib tersebut maka sempurna amalannya, namun
jika tidak dikatakanlah, ‘Lihatlah, apakah orang ini memiliki amalan tathawwu’ (shalat
sunnah)?’ Bila ia memiliki amalan tathawwu’, disempurnakanlah shalat wajib yang
dikerjakannya dengan shalat sunnahnya. Kemudian seluruh amalan yang difardhukan juga
diperbuat semisal itu.” (HR. Ibnu Majah no. 1425 dan lainnya, dishahihkan Asy-Syaikh AlAlbani Rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibni Majah dan Al-Misykat no. 1330-1331)
Demikian pula hadits dalam Ash-Shahihain yang dibawakan oleh ‘Ubadah ibnush Shamit
Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu `alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Siapa yang mengucapkan, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali
hanya Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan Rasul-Nya, ‘Isa adalah hamba Allah, putra dari hamba perempuan Allah, kalimatNya yang Dia lontarkan kepada Maryam dan ruh ciptaan-Nya, dan surga itu benar adanya,
neraka pun adanya’, maka orang yang bersaksi seperti ini akan Allah masukkan ke dalam
surga apa pun amalannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 139)
Dalam satu riwayat Al-Imam Muslim (no. 141) dibawakan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi
wa sallam:
“Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali hanya Allah saja dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah, maka Allah haramkan neraka baginya.”
Selain itu, banyak didapatkan dalil yang menunjukkan tidak kekalnya seorang muslim yang
masih memiliki iman walau sedikit di dalam neraka, bila ia telah mengucapkan syahadatain,
seperti hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berikut ini. Anas berkata, “Rasulullah
Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan di hatinya ada
kebaikan (iman) seberat sya’ir (satu jenis gandum). Kemudian akan dikeluarkan dari neraka
orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan di hatinya ada kebaikan seberat burrah (satu
jenis gandum juga). Kemudian akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa
ilaaha illallah dan di hatinya ada kebaikan seberat semut yang sangat kecil.” (HR. Al-Bukhari
no. 44 dan Muslim no. 477)
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
Ulama yang berpandangan tidak kafirnya orang yang meninggalkan shalat tidaklah kemudian
membebaskan pelakunya dari hukuman atau meringan-ringankan hukumannya. Bahkan
sebaliknya, hukuman berat dijatuhkan sebagaimana yang akan kita baca dalam keterangan
berikut ini.
Ibnu Syihab Az-Zuhri, Sa’id ibnul Musayyab, ‘Umar bin Abdil ‘Aziz, Abu Hanifah, Dawud bin
‘Ali dan Al-Muzani berpendapat, orang yang meninggalkan shalat karena malas, tidaklah
divonis kafir, namun fasik. Ia harus ditahan atau dipenjara oleh pemerintah muslimin [9] dan
dipukul dengan pukulan yang keras sampai darahnya bercucuran. Hukuman ini terus
ditimpakan padanya sampai ia mau bertaubat dan mengerjakan shalat atau sampai mati
dalam penjara [10]. Hukuman bunuh tidak sampai dijatuhkan padanya kecuali bila ia
menentang kewajiban shalat, karena ada hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
Shallallahu `alaihi wa sallam berikut ini:
“Tidak halal ditumpahkan darah seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja dan ia bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah,
kecuali salah satu dari tiga golongan, yaitu seseorang yang sudah/pernah menikah
melakukan perbuatan zina, karena jiwa dibalas jiwa (seseorang membunuh orang lain maka
balasannya ia diqishash/dibunuh juga), dan orang yang meninggalkan agamanya, berpisah
dengan jamaahnya kaum muslimin.” (HR. Al-Bukhari no. 6878 dan Muslim no. 4351) [AlMajmu’ 3/19, Ash-Shalatu wa Hukmu Tarikiha, hal. 7-8]
Dalam hadits di atas tidak disebutkan hukum bunuh untuk orang yang meninggalkan shalat.
(Al-Minhaj, 2/257)
Madzhab Malikiyyah dan Syafi’iyyah berpendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat
tanpa ada udzur, ia diminta bertaubat dari perbuatannya. Bila tidak mau bertaubat maka
dibunuh [11] dengan cara dipenggal dengan pedang menurut pendapat jumhur [12]. Namun
hukuman bunuh ini dijatuhkan sebagai hukum had baginya bukan dibunuh karena kafir.
Setelah meninggal, ia dikafani, dishalati, dan dikuburkan di pemakaman muslimin. (AlMajmu’ 3/17, Al-Minhaj 2/257, Nailul Authar, 2/403)
Dari keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
(22/40-53) sehubungan dengan perkara shalat ini, tampak bahwa beliau membagi manusia
menjadi empat macam:
Orang yang menolak untuk mengerjakan shalat sampai ia dibunuh, sementara di hatinya
sama sekali tidak ada pengakuan akan kewajiban shalat dan tidak ada keinginan untuk
mengerjakannya. Orang ini kafir menurut kesepakatan kaum muslimin.
Orang yang terus-menerus meninggalkan shalat sampai meninggalnya, sama sekali ia tidak
pernah sujud kepada Allah ‘azza wa jalla. Ia pun tidak mengakui kewajibannya maka orang
ini pun kafir.
Orang yang tidak menjaga shalat lima waktu, ini adalah keadaan kebanyakan manusia.
Sekali waktu ia mengerjakan shalat, pada kali lain ia meninggalkannya. Orang yang
keadaannya seperti ini berada di bawah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika Allah
Subhanahu wa Ta’ala menghendaki akan diadzab, kalau tidak maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala akan mengampuninya. Dalilnya adalah hadits ‘Ubadah ibnush Shamit Radhiyallahu
‘anhu yang telah disebutkan di atas.
Kaum mukminin yang menjaga shalat mereka. Inilah yang mendapat janji untuk masuk surga
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dari perbedaan pendapat yang ada, penulis sendiri lebih condong pada pendapat yang
menyatakan tidak kafir. Dan inilah pendapat yang menenangkan hati kami, wallahu ta’ala
a’lam bish-shawab.
Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata ketika menguatkan pendapat ini, “Terus-menerus
kaum muslimin saling mewarisi dengan orang yang meninggalkan shalat (dari kalangan
kerabat mereka). Seandainya orang yang meninggalkan shalat itu kafir dan tidak akan
diampuni dosanya, tentu tidak boleh mewarisi dan tidak mewariskan harta kepada
kerabatnya. Adapun jawaban argumen yang dibawakan oleh yang berpendapat kafirnya
orang yang meninggalkan shalat dengan hadits Jabir, hadits Buraidah dan riwayat Abdullah
ibnu Syaqiq, adalah bahwa hadits-hadits tersebut dibawa maknanya kepada orang yang
meninggalkan shalat akan menjadi serikat bagi orang kafir dalam sebagian hukum yang
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
diberlakukan kepadanya, yaitu ia wajib/harus dibunuh. Dengan takwil ini terkumpullah nashnash syariat dan kaidah-kaidah yang telah disebutkan.” (Al-Majmu’, 3/19)
Al-Imam Al-Albani Rahimahullah menyatakan, “Aku berpandangan bahwa yang benar adalah
pendapat jumhur. Adapun riwayat yang datang dari sahabat bukanlah nash yang
memastikan bahwa yang mereka maksudkan dengan kufur adalah kufur yang membuat
pelakunya kekal di dalam neraka [13]….” (Ash-Shahihah, 1/174)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Sumber: Majalah Asy Syariah
**************
Catatan Kaki:
Sufyan bin Sa’id Ats Tsauri, Abu ‘Amr Al-Auza’i, Abdullah ibnul Mubarak, Hammad bin Zaid,
Waki’ ibnul Jarrah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq
bin Rahuyah, dan murid/ pengikut mereka berpandangan bahwa orang yang meninggalkan
shalat dibunuh. Kemudian mereka berbeda pendapat, apakah dibunuh sebagai seorang
muslim yang menjalani hukum had sebagaimana dibunuhnya zina muhshan (orang yang
sudah/pernah menikah lalu berzina), ataukah dibunuh karena kafir sebagaimana dibunuhnya
orang yang murtad dan zindiq. (Ash-Shalatu wa Hukmu Tarikiha, hal. 7 dan 20)
‫ﺎ‬‫ن ﻏَﻴ‬
َ ْ‫ﺴﻮ‬
َ ْ‫ف ﻳَﻠْﻘَﻮ‬
َ َ‫ ﻓ‬ditafsirkan oleh Ibnu ‘Abbas dengan kerugian. Qatadah berkata, “(Kelak
mereka akan menjumpai) kejelekan.” Ibnu Mas’ud menafsirkannya dengan sebuah lembah di
neraka Jahannam yang sangat dalam lagi sangat buruk makanannya. Adapula yang
menafsirkannya dengan sebuah lembah di Jahannam yang berisi darah dan nanah. (AlMishbahul Munir fit Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 830-831)
Bila sampai vonis kafir dijatuhkan berarti diberlakukan padanya hukum-hukum orang
kafir/murtad. Seperti tidak memperoleh warisan dari kerabatnya yang meninggal, bila sudah
beristri (dan istrinya seorang muslimah) maka ia harus menceraikan istrinya, bila belum
maka tidak boleh dinikahkan dengan wanita muslimah. Bila ia meninggal dunia, jenazahnya
tidak boleh dimakamkan di pekuburan muslimin dan seterusnya.
Dan pendapat ini pula yang dipegangi oleh sebagian besar imam dakwah pada hari ini. Di
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
antaranya Samahatusy Syaikh Ibn Baz, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, dan guru kami Asy-Syaikh
Muqbil rahimahumullah.
Ada dua riwayat dari Al-Imam Ahmad dalam masalah membunuh orang yang meninggalkan
shalat ini. Pertama: Ia dibunuh sebagaimana dibunuhnya orang yang murtad. Demikian
pendapat ini dipegangi oleh Sa’id bin Jubair, Amir Asy-Sya’bi, Ibrahim An-Nakha’i, Abu ‘Amr
Al-Auza’i, Ayyub As-Sikhtiyani, Abdullah ibnul Mubarak, Ishaq bin Rahuyah, Abdul Malik bin
Hubaib dari kalangan Malikiyyah, satu sisi dalam madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i, Ath-Thahawi
menghikayatkan dari Al-Imam Asy-Syafi’i sendiri dan Abu Muhammad ibnu Hazm
menghikayatkannya dari ‘Umar ibnul Khaththab, Mu’adz bin Jabal, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu
Hurairah dan selain mereka dari kalangan sahabat. Kedua: Dibunuh sebagai hukum had,
bukan karena kafir. Demikian pendapat Malik, Asy-Syafi’i, dan Abu Abdillah ibnu Baththah
memilih riwayat ini. (Ash-Shalatu wa Hukmu Tarikiha, hal. 20)
Yakni si pezina tidak mungkin melakukan perbuatan zina di kala imannya sempurna.
Hanyalah ia jatuh ke dalam perbuatan nista tersebut karena imannya sedang lemah. Dengan
demikian hadits ini bukanlah menunjukkan bahwa pezina itu tidak punya iman dalam arti
keluar dari iman dan masuk ke dalam kekafiran, namun si pezina tetap seorang muslim
dengan keimanan yang sekadar mensahkan keislamannya.
Seperti hadits Jabir dan hadits Buraidah.
Apabila si hamba meninggal dalam keadaan membawa dosa syirik, tidak sempat bertaubat
dari kesyirikan. Adapun bila bertaubat dari dosa-dosanya maka: “Sesungguhnya Allah
mengampuni seluruh dosa.” (Az-Zumar: 53)
Yang harus selalu diingat, hukum had bukanlah ditegakkan oleh orang per orang atau suatu
perkumpulan/organisasi perorangan, namun yang berwenang dalam penegakannya adalah
wulatul umur, yaitu pemerintah kaum muslimin.
Dan ia mati tentunya bukan sebagai orang kafir tapi sebagai orang fasik, seorang mukmin
yang mengerjakan dosa besar. Sehingga pengurusan jenazahnya tetap diselenggarakan oleh
kaum muslimin sebagaimana penyelenggaraan jenazah orang Islam; ia dimandikan, dikafani,
dishalati dan dikuburkan di pemakaman muslimin.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Hukum Meninggalkan Shalat
Berargumen dengan ayat: “Apabila telah habis bulan-bulan Haram, bunuhlah orang-orang
musyrikin itu di mana saja kalian jumpai mereka dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka
dan intailah di tempat pengintaian. Apabila mereka bertaubat, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 5)
Berdalil dengan hadits: “Sesungguhnya Allah menetapkan untuk berbuat ihsan (berbuat
baik) dalam segala sesuatu, maka kalau kalian membunuh baikkanlah dalam cara
membunuh.” (HR. Muslim no. 1955). Sementara membunuh dengan memukulkan pedang ke
leher (memenggal) merupakan sebaik-baik cara membunuh dan lebih cepat menghilangkan
nyawa, sehingga tidak menyakitkan dan menyiksa orang yang dibunuh.
Karena ada yang namanya kufrun duna kufrin, yaitu amalnya merupakan amalan kekafiran
namun pelakunya belum tentu dikafirkan.
Related Posts
Penjelasan Sekitar Zakat Fitrah
Zakat Fitrah Pensuci Jiwa Ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Su'aidy, Lc. Zakat Fitri, atau yang
lazim disebut zakat fitrah, sudah jamak diketahui sebagai penutup rangkaian ibadah…
Sayyid Qutb Pencela Sahabat
SAYYID QUTB PENCELA SHAHABAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari Abu
Sa’id Al-Khudri radhiyallahuanhu berkata: Nabi Shalallau’alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian mencela shahabat-shahabatku.…
Rumahmu Lebih Baik Bagimu
RUMAHMU LEBIH BAIK BAGIMU Ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Shalat berjamaah di
masjid merupakan perkara yang lazim. Namun sesungguhnya Islam telah mengatur hal-hal
khusus bagi…
Hidayah adalah Anugerah Terbaik
HIDAYAH ADALAH ANUGRAH TERBAIK Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar ibnu Rifa’i
ْ ‫ﻦ‬
ُ ْ ‫ﺟﺮِ ِﻣﺜ‬
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: ‫ﻞ‬
ْ َ ‫اﻷ‬
َ ‫ﻦ دَﻋَﺎ إِﻟَﻰ ﻫُﺪًى ﻛَﺎ‬
َ ‫ن ﻟ َ ُﻪ ِﻣ‬
ْ ‫… َﻣ‬
MIZAN, yang Kita Nantikan
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Download