1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang membawa dunia ke arah globalisasi dimana persaingan antar negara semakin ketat di berbagai bidang termasuk teknologi, manajemen, dan SDM (Sumber Daya Manusia), ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain. Penguasaan teknologi yang mutakhir akan mampu meningkatkan nilai tambah, memperluas keragaman produk suatu negara. Hal ini perlu diimbangi dengan keunggulan manajemen yang tentunya membutuhkan kualitas SDM yang tinggi dan berdaya saing global. Kebutuhan akan kualitas SDM yang tinggi menuntut sekolah untuk melakukan berbagai upaya yang berorientasi pada penciptaan kompetensi lulusan yang berdaya saing global. Sehubungan dengan itu maka pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Menengah Umum membuat program sekolah nasional bertaraf internasional. Secara khusus, upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut telah dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) pasal 50 ayat 3 yang menyatakan bahwa: Pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Layanan pendidikan tersebut diawali dengan program rintisan SMA bertaraf internasional. 2 Pelaksanakan program RSBI meliputi beberapa komponen yaitu standar isi, proses belajar mengajar (PBM), penilaian, sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana pendidikan, biaya, pengelolaan, kesiswaan, dan kultur sekolah. Di antara sembilan komponen tersebut terdapat PBM (Proses Belajar Mengajar) yang memiliki arti penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan juga merupakan suatu upaya peningkatan kualitas SDM. Melalui proses belajar mengajar (PBM) tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 3 Tahun 2003, yaitu, “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan mandiri” Pada sekolah RSBI, proses PBM diarahkan pada pembentukan lulusan yang berkepribadian Indonesia tetapi memiliki kemampuan bertaraf internasional. Sekolah yang merupakan RSBI tidak boleh kehilangan jati diri sebagai sekolah nasional. Meskipun demikian RSBI harus mampu berkompetensi dengan sekolah-sekolah di negara maju. Permendiknas Nomor 23/2006 menuntut lulusan SMA untuk mampu menunjukkan kesadaran hidup yang tinggi, bersikap dan berperilaku hidup yang positif, mampu berpikir logis, kritis, analisis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah secara inovatif. Dengan demikian proses pembelajaran pada program RSBI diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan-kemampuan tersebut. 3 Untuk menghasilkan lulusan seperti tersebut di atas, pengembangan proses pembelajaran pada program RSBI dapat berpedoman pada lima prinsip pembelajaran yang tertuang dalam PP Nomor 19/2005, yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bercirikan internasional. Hal ini telah didukung oleh sarana fasilitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Comunication Technology (ICT) yang telah disediakan oleh pemerintah untuk sekolah RSBI tentu akan menunjang Proses Belajar Mengajar yang sesuai dengan tujuan yang telah dipaparkan di atas. Pembelajaran dengan menggunakan TIK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa, baik dari segi penguasaan materi dan teknologi serta kemampuan berbahasa asing (dalam hal ini adalah bahasa Inggris). Beberapa keunggulan yang diperoleh dari penggunaan TIK diantaranya adalah dapat memberikan penjelasan mengenai suatu materi melalui berbagai cara. TIK mampu menyajikan informasi dalam berbagai bentuk serta animasi baik gambar, audio, video, gabungan audiovideo, bahkan film. Penerapan TIK dalam pengajaran juga diharapkan dapat memperkenalkan siswa pada teknologi komputer sebagai salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran di RSBI. Selain itu, penerapan TIK dalam pengajaran 4 memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa, sehingga siswa dapat kembali bergairah untuk belajar terutama dalam pelajaran yang dianggap sulit seperti kimia. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Karyadi (dalam Meranti, 2007) yang menyatakan bahwa ilmu kimia merupakan mata pelajaran yang sukar dan tidak semua siswa tertarik mempelajarinya. Banyak siswa yang telah berusaha keras untuk belajar kimia tetapi seringkali gagal (Nakhleh, 1992), karena adanya anggapan bahwa kimia sukar untuk dipahami, banyak hapalan, dan membosankan serta monoton. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan suatu strategi agar pembelajaran kimia menjadi lebih menarik. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadikan kimia lebih mudah untuk dipahami dengan menerapkan pembelajaran yang bernuansa interaktif sehingga tidak monoton. Dalam kegiatan pembelajaran kimia, pengajar sebaiknya membantu siswa untuk mengembangkan pemahamannya dengan memberikan; 1) arahan dan organisasi untuk belajar; 2) motivasi belajar; 3) penjelasan konsep yang tidak mudah dipelajari sendiri oleh siswa; 4)kegiatan yang dapat membantu siswa mengenali (menyadari) dan memperbaiki miskonsepsi serta 5) kesempatan untuk memberikan arahan pemecahan masalah (Widhiyanti, 2007) Suatu strategi yang biasanya dilakukan oleh guru untuk menjelaskan suatu konsep dalam pembelajaran kimia adalah melalui kegiatan praktikum. Telah banyak pengembangan kegiatan praktikum yang dapat dilakukan untuk menjelaskan berbagai macam konsep kimia, namun pada kenyataannya tidak semua guru melakukan kegiatan praktikum. Alasan yang mendasari tidak dilakukannya praktikum adalah 5 kurang tersedianya fasilitas laboratorium di sekolah, alat dan bahan yang terbatas, perlu menyediakan waktu yang banyak, serta membutuhkan persiapan yang agak rumit. Strategi lain yang digunakan adalah melakukan demonstrasi di depan kelas, karena tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk menyiapkannya. Namun kedua kegiatan tersebut (praktikum dan demonstrasi) hanya memberikan penjelasan yang bersifat makroskopis, padahal banyak konsep kimia yang membutuhkan penjelasan bersifat mikroskopis agar konsep tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Sebagai upaya untuk menjelaskan konsep kimia secara mikroskopis, terkadang guru menggunakan suatu analogi untuk menjelaskan konsep tersebut, namun hal ini terkadang menimbulkan persepsi yang berbeda pada tiap siswa. Apabila analogi yang digunakan kurang tepat terhadap suatu konsep kimia, maka dapat menyebabkan terjadinya suatu kebingungan bahkan dapat menimbulkan terjadinya miskonsepsi dalam diri siswa. Para kimiawan mengarahkan fenomena kimia pada tingkat representasi yang berbeda, yakni makroskopik, mikroskopik dan simbolik, yang ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain (Johnstone et al, 2007). Pemahaman konseptual dalam ilmu kimia membutuhkan kemampuan untuk mempresentasikan dan menerjemahkan masalah-masalah kimia dalam bentuk representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik (Russel, 2007). Namun secara umum pemahaman konsep yang dimiliki siswa masih bersifat terpecah-pecah dan belum terintegrasi secara konseptual. Untuk itu diperlukan suatu upaya yang dapat mengintergrasikan ketiganya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfatkan teknologi TIK 6 sebagai media dalam pembelajaran. Dengan keunggulannya yaitu mampu menampilkan gambar bergerak, suara, animasi pada tingkat molekuler, TIK tentu bisa memvisualisasikan suatu fenomena kimia mulai dari skala makroskopik, mikroskopik dan simbolis sehingga pengetahuan siswa terhadap suatu konsep kimia menjadi utuh. Selain itu TIK juga mampu meningkatkan minat siswa untuk mempelajari kimia. Pada penelitian ini, pokok materi yang disusun adalah elektrolisis yang merupakan bagian dari materi elektrokimia. Elektrolisis merupakan konsep yang dianggap sulit oleh siswa terutama dalam memahami reaksi-reaksi kimia dalam proses elektrolisis. Beberapa peneliti lain seperti Garnet dan Treagust (1992) juga menemukan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari elektrolisis. Selain itu Sanger dan Greenbowe pada tahun 1997 menemukan berbagai miskonsepsi siswa yang terjadi pada elektrokimia. Dalam pembelajaran di sekolah masih banyak terjadi miskonsepsi tentang elektrolisis. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran di sekolah, materi elektrolisis sering dijelaskan melalui praktikum atau ceramah yang hanya ditinjau dari sisi makroskopis saja. Padahal untuk memahami pokok materi tersebut perlu dijelaskan secara mikroskopis fenomena yang terjadi ketika terjadi elektrolisis. Hal lain yang mendorong penulis melakukan penelitian ini adalah masih terbatasnya software pembelajaran yang berkarakteristik dan cocok digunakan untuk sekolah RSBI. Padahal saat ini begitu banyak dibentuk RSBI. Berdasakan uraianuraian tersebut maka dipandang perlu untuk meneliti Pengembangan Media Belajar Untuk Sekolah Rintisan Berwawasan Internasional pada Sub Materi Pokok Elektrolisis. 7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah software pembelajaran pada sub pokok materi elektrolisis memenuhi karakteristik media pembelajaran yang dapat digunakan pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ? 2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa menggunakan software pembelajaran pada sub materi pokok elektrolisis di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ? 3. Bagaimana respon siswa setelah menggunakan software pembelajaran pada sub materi pokok elektrolisis di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ? 4. Bagaimana respon guru terhadap software pembelajaran sub materi pokok elektrolisis di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ? C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian lebih terarah, dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembatasan masalah pada penelitian ini yakni pada sub pokok materi proses elektrolisis mengenai bentuk TIK yang digunakan dan juga tingkat pemahaman siswa berupa hasil belajar. 8 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah software pembelajaran yang digunakan telah sesuai dengan karakteristik media pembelajaran yang digunakan di RSBI. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh penerapan software pembelajaran pada sub pokok materi elektrolisis dapat mempengarui hasil belajar siswa di RSBI. 3. Mengetahui respon siswa terhadap software pembelajaran pada sub pokok materi elektrolisis yang sesuai untuk RSBI. 4. Mengetahui respon guru terhadap software pembelajaran pada sub pokok materi elektrolisis yang sesuai untuk RSBI. E. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran yang berbasis TIK diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep elektrolisis. Pembelajaran ini juga diharapkan memberikan pengalaman belajar baru selain praktikum dan demonstrasi. Selain itu juga diharapkan dengan media ini penguasaan siswa terhadap penggunaan TIK dan kemampuan berbahasa Inggris siswa akan lebih meningkat. 9 2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan gambaran tentang media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah, khususnya untuk RSBI. 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dalam mengembangkan multimedia yang berbasis TIK dan model pembelajaran serupa lainnya pada bahan kajian yang lain.