BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Cumen merupakan bahan kimia organik yang termasuk dalam golongan aromatik hidrokarbon. Senyawa ini pertama kali digunakan sebagai zat tambahan untuk menaikkan nilai oktan minyak mentah dan bahan bakar. Disamping itu cumen merupakan bahan utama pembuatan fenol dan aseton. Saat ini, hampir semua pasokan cumen yang ada di dunia diproduksi sebagai perantara untuk fenol dan pembuatan aseton. Beberapa unit kilang minyak masih menghasilkan cumen untuk digunakan sebagai antiknock konstituen (bagian yang penting) bensin tetapi diragukan apakah sebuah plant baru akan dibangun untuk tujuan ini. Sekitar 98% dari cumene digunakan untuk menghasilkan fenol dan aseton. Cumen yang telah diproduksi menjadi fenol umumnya mengandung alfa-metilstirena (AMS). AMS umumnya dipandang sebagai hasil reaksi yang tidak diinginkan karena sulit untuk memisahkan AMS dari fenol dan juga pasar yang relatif kecil untuk AMS. Untuk memaksimalkan hasil fenol, butuh proses pemisahan dan pemurnian, tetapi pemisahan dan pemurnian AMS dari aliran produk sampingan memerlukan tambahan biaya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan profitabilitas pabrik fenol, beberapa produsen mengembangkan proses pengembalian AMS ke cumen dengan proses hidrogenasi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, Indonesia masih melakukan impor cumen untuk memenuhi kebutuhan produksi berbagai produk kimia seperti phenol dan aceton. Produk akhir dari cumen dan derivativenya menghasilkan antara lain : fibers, tires, lube oil additive, surfactants, rubber and plastic antioxidants, plywood adhesives, glass fiber insulation, molding compounds, laminates, signs, all nature of polycarbonate products, solvents, brake fluids, acrylic sheets, cosmetics, drugs, cellophane, polyurethanes, dan bahan - bahan explosives. Dengan memperhatikan hal – hal tersebut diatas serta belum mencukupinya kebutuhan cumen dalam negeri, maka pendirian Pabrik Cumen di Indonesia merupakan gagasan yang perlu dikaji lebih lanjut sebagai investasi yang menguntungkan di masa yang akan datang. B. Tinjauan Pustaka Cumen adalah bahan kimia murni yang dapat dibuat dari proses hidrogenasi -methyl stirene. Nama lain dari cumen adalah isopropylbenzena, cumol, isopropylbenzol dan 2phenylpropane. Gambar 1. Struktur Kimia dari Cumene (Isopropyl Benzene) Penemuan ini berhubungan dengan hidrogenasi selektif alpha-metil-stirena (AMS) ke cumen, dengan menggunakan kombinasi katalis nikel dan katalis mulia logam untuk mencapai kombinasi yang optimal dari konversi dan selektivitas pada volume katalis keseluruhan agar mendapatkan biaya yang lebih rendah. Dalam memproduksi cumen terdapat beberapa proses yang dapat digunakan, yaitu : 1. Reaksi hidrogenasi -methyl stirene. Reaksi hidrogenasi tersebut adalah sebagai berikut : C6H5C(CH3)=CH2+H2→ C6H5CH- (CH3)2 -methyl stirene. cumene (1) Hidrogenasi AMS menggunakan katalis logam mulia, terutama paladium (Pd) pada alumina (Al2O3), di mana katalis dapat digunakan dalam fixed bed system tetap dalam fase cair, atau dalam trickle bed system dengan baik uap dan fasa cair. AS Pat. No 3.646.235 Little et al. mengungkapkan bahwa nikel, platinum, paladium, kobalt, kromium oksida dan katalis logam campuran dapat digunakan untuk hidrogenasi AMS. Suatu katalis paladium memiliki kandungan logam antara 1 dan 5% sebagai yang umum dipilih dan digunakan pada suhu 24 ° -120 ° C (75 ° -248 ° F) dan tekanan dari 0,17-0,86 MPa (25- 125 psia). 1. Reaksi pembentukan cumen dari benzena dan propilen. Reaksi pembentukan tersebut menggunakan katalis asam fosfat yang dijabarkan sebagai berikut : C3H6 (g) + C6H6(g) C9H12(g) (2) ( Cumen ) C9H12(g) + C3H6(g) C12H18(g) (3) ( Diisopropilbenzena ) Reaksi tersebut berlangsung pada suhu sekitar 275 oC dengan menggunakan katalis asam fosfat dan dengan hasil kemurnian akhir sebesar 92 %. Suhu reaksi dibatasi hanya sampai suhu 300 0C, karena pada suhu 300 0C katalis asam phosphat kieselguhr akan rusak. (Mimin dan R.Sutoyo, Undip) Dari kedua proses pembentukan cumen tersebut, dapat diketahui kelebihan serta kekurangan dari masing-masing reaksi. Kelebihan dan kekurangan kedua proses tersebut tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Proses Hidrogenasi -Methyl Styrene dengan Proses Pembentukan dari Benzen dan Propilena. Jenis Proses 1. Kelebihan Proses Hidrogenasi - 1. Kekurangan Dapat dijalankan pada methyl stirene dengan suhu katalis yang relative rendah. paladium (Pd) pada Alumina (Al2O3) 2. dan 1. temperatur Seletktivitas penetralan kompleks 2. terhadap cumene tinggi. Reaksi Banyaknya arus recycle yang digunakan. 3. Harga katalis lebih mahal. 2. Proses Pembentukan dari 1. Prosesnya sudah cukup Benzen dan Propilena banyak dengan katalis asam industri. fosfat 2. digunakan Ketersediaan baku di Indonesia 1. di Langkah-langkah pada proses ini cukup panjang. bahan 2. Katalis menggunakan asam kuat yang relatif lebih berbahaya. Berdasarkan kelebihan serta kekurangan kedua proses pembentukan cumen yang telah diuraikan di tabel 2.1. maka dipilih proses hidrogenasi -methyl stirene dengan katalis paladium (Pd) pada alumina (Al2O3) sebagai promotornya karena reaksi ini dinilai lebih baik daripada proses Pembentukan dari Benzene dan Propilena dengan katalis asam fosfat.