BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Flippo (2000), manajemen sumber daya manusia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas pengadaan
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai
sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.
Manajemen sumber daya manusia juga bisa dilihat secara mendalam
menurut Gomes (2000), manajemen sumber daya manusia berasal dari dua
pengertian utama yaitu (1) manajemen dan (2) sumber daya manusia.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, mengurus,
melaksanakan, dan mengelola. Sedangkan sumber daya manusia merupakan
salah satu sumber daya yang terdapat di organisasi, meliputi semua orang yang
melakukan aktivitas.
2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Arep dan Tanjung (2003), membagi fungsi manajemen sumber daya
manusia menjadi dua bagian, yaitu:
a. Fungsi manajerial, yaitu fungsi manajemen yang berkaitan langsung
dengan
aspek-aspek
manajerial
seperti
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
8
fungsi
perencanaan,
9
1) Fungsi
perencanaan,
merencanakan
yaitu
kebutuhan,
melaksanakan
pengadaan
tugas
dalam
pengembangan
hal
dan
pemeliharaan SDM. Termasuk dalam hal ini adalah merencanakan
karir bagi para karyawan.
2) Fungsi pengorganisasian, yaitu menyusun suatu organisasi dengan
membentuk struktur dan hubungan antara tugas yang harus dikerjakan
oleh tenaga kerja yang dipersiapkan. Struktur dan hubungan yang
dibentuk, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi
yang bersangkutan.
3) Fungsi pengarahan, yaitu memberikan dorongan untuk menciptakan
kemauan kerja yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
4) Fungsi pengendalian, yaitu melakukan pengukuran antara kegiatan
yang telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya
di bidang tenaga kerja.
b. Fungsi operasional, yaitu fungsi yang berkaitan langsung dengan aspekaspek operasional sumber daya manusia di organisasi atau perusahaan
meliputi rekruitmen, seleksi, penempatan, pengangkatan, pelatihan dan
pengembangan, kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan
kerja. Fungsi operasional ini merupakan tindakan pengoperasian yang
harus
dipertanggungjawabkan
manajemen puncak.
oleh
manajer
personalia
kepada
10
3. Pengertian Kinerja
Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan pencapaian yang optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang
selalu
menjadi
perhatian
para
pemimpin
organisasi.
Kinerja
ini
menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas
dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Triffin dan MacCormick (1979), kinerja individu berhubungan
dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan
menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variabel adalah variabel
yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya
kemampuan, kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan
situational variable adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang
lebih
luas
(lingkungan
organisasi),
misalnya
pelaksanaan
supervisi,
karakteristik pekerjaan, hubungan dengan sekerja dan pemberian imbalan.
Sementara kinerja menurut Mangkunegara (2002), adalah hasil kerja
secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan
perusahaan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kinerja
karyawannya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk
mengevaluasi kerja karyawan bahkan dapat memotivasi dan mengembangkan
karyawan.
11
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Mangkunegara
(2002),
mengemukakan
bahwa
faktor
yang
memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation).
a. Faktor Kemampuan (ability).
Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk
jabatnnya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka
ia lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi (motivation).
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi
kerja. Motivasimerupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja
atau organisasi.
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara
satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya.
Secara garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor individu dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (1996), ada tiga
perangkat variabel yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu:
a. Variabel Individual, terdiri dari:
1) Kemampuan dan Keterampilan
Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu
aktivitas atau pekerjaan.
2) Latar belakang
12
Kondisi dimasa lalu yang memengaruhi karakteristik dan sikap
mental seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta
pengalaman dimasa lalu.
3) Demografis
Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau
karyawan, dimana lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah
laku individu tersebut berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku.
b. Variabel Organisasional, terdiri dari:
1) Sumber Daya
Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat
diukur dan dinilai, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia
2) Kepemimpinan
Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam
memotivasi pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh
organisasi.
3) Imbalan
Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang telah
dilakukan di dalam proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu
tertentu secara intrinsik maupun ekstrinsik.
4) Struktur
Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam
organisasi, dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi.
5) Desain Pekerjaan
13
Job Description yang diberikan kepada pegawai, apakah pegawai
dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.
c. Variabel Psikologis, terdiri dari:
1) Persepsi
Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk
menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya.
2) Sikap
Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui
pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap
seseorang terhadap orang lain.
3) Kepribadian
Pola perilaku dan proses mental yang unik, mencirikan seseorang.
4) Belajar
Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu
dan memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan
organisasi dan pekerjaan.
Menurut Werther dan Davis (1996), faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
Secara psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ
di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
ketrampilan dalam mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Sedangkan Robbin (2006), menambahkan
14
dimensi baru yang menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan.
Menurutnya,
meskipun
seseorang
bersedia
(motivasi)
dan
mampu
(kemampuan). Mungkin ada rintangan yang menjadi kendala kinerja seseorang,
yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan kerja tidak
mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung
prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.
5. Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal)
adalah prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.
Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk
digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di
waktu berikutnya. Sedangkan menurut Rivai (2005), penilaian kinerja
merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan
secara formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang telah ditentukan
perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan
dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang, meliputi dimensi kinerja
karyawan dan akuntabilitas.
Rivai (2005), mengemukakan pada dasarnya ada 2 (dua) model penilaian
kinerja :
a. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu
1) Skala Peringkat (Rating Scale)
15
Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan
dalam penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan
suatu penilaian yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam
skala-skala tertentu, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling
tinggi.
2) Daftar Pertanyaan (Checklist)
Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan
beraneka macam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai
hanya perlu kata atau pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan
hasil kerja karyawan. Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah,
pengurusannya mudah, penilai hanya membutuhkan pelatihan yang
sederhana dan distandarisasi.
3) Metode dengan Pilihan Terarah
Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan
mengurangi subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar
pendekatan pilihan ini adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan
kemungkinan berat sebelah penilaian dengan memaksa suatu pilihan
antara pernyataan-pernyataan deskriptif yang kelihatannya mempunyai
nilai yang sama.
4) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)
Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik
yang terkait langsung dengan pekerjaannya.
5) Metode Catatan Prestasi
16
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu
catatan penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para
profesional,
misalnya
penampilan,
kemampuan
berbicara,
peran
kepemimpinan dan aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
6) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally
Anchored Rating cale=BARS) Penggunaan metode ini menuntut
diambilnya 3 (tiga) langkah, yaitu:
a) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja
b) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat
c) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan
perilaku karyawan yang dinilai dengan jelas.
7) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)
Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari
SDM. Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal
karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut
8) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)
Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis
yang menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang
prosedur dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati
atau melalui ujian parktik yang langsung diamati oleh penilai.
9) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang
dengan karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.
17
b. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan
1) Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh
karyawan sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih
mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga mampu
mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada
masa yang akan datang.
2) Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)
Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia
bersama-sama
menetapkan
tujuan-tujuan
atau
sasaran-sasaran
pelaksanaan kerja karyawan secara individu di waktu yang akan
datang.
3) Penilaian dengan Psikolog
Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes
psikologi, diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia
c. Organisasi dengan Tingkat Manajemen Majemuk
Pada organisasi dengan tingkat manajeman majemuk, personel
biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian
termasuk yang dilakukan oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya
laporan kerja personel disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan
manajer lini unit lain. Sebagai contoh, personel bagian pembelian dapat
dinilai oleh manajer produksi sebagai sebagai pemakai barang yang dibeli.
Hal ini normal terjadi bila interaksi antara personel dan unit lain cukup
18
tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian lain dibatasi,
hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering melakukan
interaksi. Pada penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapa atasan
manajer dengan tingkat lebih tinggi yang sering bekerja sama dalam
kelompok kerja. Penilaian kerja kelompok akan sangat bernilai jika
penilaian dilakukan dengan bebas dan kemudian dilakukan mufakat dengan
diskusi. Hasil penilaian akhir seharusnya tidak dihubungkan dengan
kemungkinan adanya perbedaaan pendapat diantara penilai. Penilaian
kelompok dapat menghasilkan gambaran total kinerja personel lebih tepat,
tetapi kemungkinan terjadi bias dengan kecenderungan penilaian lebih
tinggi sehingga menghasilkan penilaian yang merata. Penilaian atasan
langsung sangat penting dari seluruh sistem penilaian kinerja. Hal ini
disebabkan karena madah untuk memperoleh hasil penilaian atasan dan
dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang yang tepat
untuk mengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu, seluruh
sistem penilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang dilakukan
oleh atasan (Rivai, 2005).
6. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), tujuan penilaian kinerja digolongkan
kedalam tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.
a. Tujuan Evaluasi
Melalui pendekatan evaluatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu
seorang karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja adalah
19
rating deskriptif. Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil
keputusan-keputusan
mengenai
promosi
dan
kompensasi
sebagai
penghargaan atas peningkatan kinerja karyawan.
b. Tujuan Pengembangan
Pendekatan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja
karyawan di masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian
kinerja mendorong perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
7. Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997),
yaitu:
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
c. Mengidentifikasi
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan
karyawan dan menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan
8. Motivasi
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan
memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi.
20
Umumnya orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih
besar daripada yang tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata
motivation, yang dapat diartikan sebagai dorongan yang ada pada diri
seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rivai, 2004).
Motivasi adalah daya pendorong yang engakibatkan seseorang anggota
organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau
ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian,
2004). Sedangkan Gerungan (2000), menambahkan bahwa motivasi adalah
penggerak,
alasan-alasan,
atau
dorongan
dalam
diri
manusia
yang
menyebabkan dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam diri
manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan
tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.
Istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu:
a. Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan
dan berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa
dalam tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran
pribadi anggota organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif
21
apabila dalam diri bawahan yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa
dengan tercapainya tujuan maka tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.
b. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan
kebutuhan tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan
seseorang. Apabila seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras
untuk melakukan sesuatu.
c. Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil
usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum
terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan
dorongan tertentu pada diri seseorang.
Gitosudarmo dan Sudita (1997), menyatakan motivasi atau dorongan
kepad karyawan untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama
atau tujuan perusahaan ini terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial
yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada
karyawan. Imbalan tersebut sering disebut Insentif; dan (b). motivasi non
finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial, akan
tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan
lain sebagainya.
9. Teori Motivasi
a. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow
Robbin (2006), teori ini mula-mula dipelopori oleh Maslow pada
tahun 1954. Ia menyatakan bahwa manusia mempunyai pelbagai keperluan
dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut.
22
Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia
mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak
memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluan mengikut Maslow
adalah kebutuhan: (1) Faali (fisiologis): antara lain rasa lapar, haus,
perlindungan (pakaian dan perumahan), sex dan kebutuhan ragawi lain, (2)
Keamanan : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional, (3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki,
diterima baik, dan persahabatan, (4) Penghargaan : mencakup faktor rasa
hormat internal seperti harga-diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat
ekstemal seperti status, pengakuan, dan perhatian. (5) Aktualisasi-diri:
dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi; mencakup
pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri.
Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai kategori tinggi dan
kategori rendah, kebutuhan faali dan kebutuhan keamanan digambarkan
sebagai kebutuhan kategori rendah dan kebutuhan sosial dan kebutuhan
akan penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan kategori tinggi.
Pembedaan antara kedua kategori ini berdasarkan alasan bahwa kebutuhan
kategori tinggi dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu). Sedangkan
kebutuhan kategori rendah terutama dipenuhi secara eksternal (dengan upah,
kontrak serikat buruh, dan masa kerja).
10. Jenis-jenis Motivasi
Handoko (2001), motivasi terdiri atas: (a) motivasi intrinsik, yaitu
motivasi yang berfungsinya tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri
23
individu tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, dan (b)
motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh
adanya faktor pendorong dari luar diri individu.
Herzberg dalam (Hasibuan, 2005), menjelaskan bahwa motivasi pada
prinsipnya berkaitan dengan kepuasan dan ketidak puasan kerja. Dalam hal ini
kepuasan kerja atau perasaan positif disebut sebagai hygien. Secara terinci
dikemukakan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dikalangan
karyawan atau bawahan.
11. Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi
Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama dinamakan
situasi motivasi yang "subjective" atau faktor intrinsik dan yang kedua adalah
faktor "objective" atau faktor ekstrinsik.
Faktor-faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul dari individu
petugas dengan pekerjaanya yang sering disebut pula sebagai "job content
factor". Faktor tersebut diantaranya meliputi keberhasilan dalam melaksanakan
tugas, memperoleh pengakuan atas prestasinya, memperoleh tanggung jawab
yang lebih besar dan memperoleh kemajuan kedudukan melalui promosi
jabatan. Sejauh mana semuanya itu dapat terpenuhi secara positif bagi petugas,
maka sejauh itu pula dorongan/daya motivasinya untuk bekerja bagi
tercapainya tujuan organisasi.
Herzberg (dalam Hasibuan, 2005), menyatakan bahwa faktor-faktor
yang memengaruhi motivasi seorang karyawan ada yang bersifat internal dan
eksternal. Faktor yang bersifat internal (motivatorfactor), antara lain:
24
a. Tanggung jawab (Responsibility).
Setiap orang ingin diikutsertakan dan ngin diakui sebagai orang yang
berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap
memikul tanggung jawab yang lebih besar.
b. Prestasi yang diraih (Achievement)
Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan.
Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan
yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.
c. Pengakuan orang lain (Recognition)
Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup
ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.
d. Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk
berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah
mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan
tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya
sangat menentukan bagi motivasi untuk berforma tinggi.
e. Kemungkinan Pengembangan (Thepossibility of Growth)
Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan
kemampuannya misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga
melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana
karirnya yang akan mendorongnya lebih giat dalam bekerja.
25
f. Kemajuan (Advancement)
Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang
pagawai dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan
adanya promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk
meningkatkan pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan
potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja
lebih baik.
Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam
bekerja menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor
ekstrinsik antara lain:
a. Gaji
Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru
kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak
memiliki sistem kompensasi yang realitis dan gaji bila digunakan dengan
benar akan memotivasi pegawai.
b. Keamanan dan keselamatan kerja
Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan
kerja.
c. Kondisi kerja
Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung
oleh peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif
dalam bekerja sehari-hari.
26
d. Hubungan kerja
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah
didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama
pegawai maupun atasan dan bawahan
e. Prosedur perusahaan
Keadilan dan kebijakasanaan dalam mengahadapi pekerja, serta
pemberian evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga
merupakan pengaruh terhadap motivasi pekerja.
f. Status
Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status
pekerja memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang
diperoleh dari pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan,
hak-hak istimewa yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat
menunjukkan statusnya.
12. Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja,
sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh
karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat
diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang
ditetapkan dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang
melakukan pekerjaannya.
27
Sesuatu yang dikerjakan dengan adanya motivasi yang mendorongnya
akan membuat orang senang melakukannya. Orang pun akan merasa dihargai
atau diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi
orang yang termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini
dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target
yang mereka tetapkan.
Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak
akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan
tinggi (Arep dan Tanjung, 2003).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Ali Akbar (2012) “Analisis Pengaruh Motivasi
Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kepuasan kerja Karyawan Pada CV
Sumber Rejeki Surabaya”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh signifikan secara bersama-sama dan parsial antara motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik pada pekerjaan karyawan Kepuasan CV Sumber Rejeki. Hasil
menunjukkan bahwa ada signifikan bersama-sama dan secara parsial antara
motivasi intrinsik dan ekstrinsik motivasi terhadap kepuasan kerjaa karyawan CV
Sumber Rejeki Surabaya.
Penelitian yang dilakukan Fauzan (2001) dengan judul “Pengaruh
Motivasi Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Pegawai Administrasi di
Universitas Tanjungpura Pontianak”.
Hasil penelitian menyatakan bahwa
variabel–variabel dalam motivasi internal (prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, kesempatan untuk maju dan tumbuh) secara bersama–
28
sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan motivasi
internal (prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kesempatan
untuk maju dan tumbuh) secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Motivasi eksternal (gaji, kondisi kerja fisik, supervisi, dan kebijakan organisasi)
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2003) dengan judul “Pengaruh
Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Paramedis
Keperawatan (Studi Pada RSUD Gambiran Kediri)”. Hasil penelitian menyatakan
bahwa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik secara bersama–sama
berpengaruh terhadap kinerja paramedik keperawatan. Variabel intrinsik secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja. Variabel motivasi
ekstrinsik secara parsial berpengaruh terhadap kinerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Istianti, Anna Dwi (2008) tentang
“Hubungan motivasi intrinsik dan ekstrinsik dengan kinerja tenaga pendidik di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-kota Malang”. Hasil pengujian
hipotesis penelitian dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara
motivasi intrinsik dan ekstrinsik dengan kinerja tenaga pendidik di SMA Negeri
Se-Kota
Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Atok Hendriyanto (2010) dengan
judul penelitian” Pengaruh motivasi intrinsic, ekstrinsik terhadap kinerja
karyawan (Studi pada Perum Bulog Sub. Drive Surabaya Selatan”
Hasilnya
menunjukan bahwa motivasi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai.
29
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat kerangka konseptual
yang akan dijadikan sebagai pegangan didalam penelitian ini yang terlihat seperti
dibawah ini:
MOTIVASI
INRINSIK
(X1)
KINERJA
KARYAWAN
(Y)
MOTIVASI
EKSTRINSIK
(X2))
Gambar II.1
Kerangka Pikir
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
1. Diduga variabel motivasi intrinsik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan PT. Sarihusada Yogyakarta.
2. Diduga variabel motivasi ekstrinsik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan PT. Sarihusada Yogyakarta.
3. Diduga variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT.
Sarihusada Yogyakarta.
Download