BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia, di antaranya 129
gunungapi masih dalam kondisi aktif atau sekitar 15 % dari seluruh gunungapi
yang ada di bumi. Banyaknya gunungapi di Indonesia merupakan dampak dari
kompleksnya tatanan tektonik yang ada di Indonesia. Sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 1.1, Indonesia terletak antara pertemuan tiga lempeng tektonik
besar yaitu lempeng India-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik
(Rosmiyatin dan Basid, 2012).
Gambar 1.1. Peta tektonik Indonesia dan sebaran lokasi gunungapi
(http://www.merapi.bgl.esdm.go.id )
Jika mengamati peta vulkanisme global, tampak bahwa jalur sabuk
gunungapi dunia berdampingan dengan jalur gempabumi. Pengamatan tersebut
menimbulkan
pertanyaan
apakah
aktivitas
gunungapi
dengan
aktivitas
gempabumi saling mempengaruhi. Andaikan saling mempengaruhi, mekanisme
seperti apa yang dapat menggambarkan kejadian tersebut.
1
2
Boltz dalam Basuki, dkk (2009) mengemukakan bahwa gunungapi dan
gempabumi tektonik memiliki korelasi yang erat dengan proses yang terjadi
dalam suatu lempeng tektonik dan keduanya memiliki interaksi dalam jangka
panjang. Pada beberapa kasus kejadian erupsi gunungapi di dunia, tampak setelah
terjadi gempabumi kuat banyak diikuti erupsi gunungapi yang lokasinya
berdekatan dekat dengan episenter gempabumi (Daryono, 2010).
Daryono (2010) mengemukakan fenomena meningkatnya aktivitas
gunungapi yang didahului aktivitas kumulatif gempabumi tektonik di Indonesia
terjadi pada gunungapi Merapi. Merapi merupakan salah satu gunungapi aktif
yang berada di Indonesia. Gunungapi Merapi terletak di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah, tepatnya pada koordinat 7,53˚ LS dan
110,43˚ BT dengan ketinggian 2.968 m diatas permukaan laut.
Gambar 1.2. Peta seismisitas Pulau Jawa 1964 - 2006 (Daryono, 2010)
Gambar 1.2 di atas menunjukkan kawasan Gunungapi Merapi dan
sekitarnya terletak di zona subduksi, sehingga termasuk bagian dari sistem
tektonik Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan tinggi. Inilah salah satu
faktor yang menyebabkan Gunungapi Merapi menjadi salah satu gunungapi aktif
3
karena segmen busur Jawa di bawah Merapi tergolong aktif diantara segmen di
busur Jawa lainnya.
Hingga tahun 2010 Merapi diperkirakan sudah mengalami erupsi besar
yang tercatat sebanyak 84 kali. Periode erupsi merapi termasuk cukup pendek,
terjadi antara 2 hingga 5 tahun. Namun demikian, Merapi juga pernah mengalami
masa istirahat panjang selama lebih dari 30 tahun terutama pada masa awal
keberadaanya sebagai gunungapi (Daryono, 2010).
Mekanisme terjadinya suatu gempabumi tektonik sering dikaitkan dengan
adanya kombinasi tegangan statis (static stress) yang bekerja pada batuan. Model
yang dapat digunakan untuk mempelajari korelasi antara gempabumi besar
dengan gempabumi lain disekitarnya adalah dengan perhitungan perubahan
Coulomb stress. Beberapa peneliti terdahulu mencoba menghitung perubahan
Coulomb stress yang nampaknya menjadi dasar korelasi antara aktivitas
gunungapi dengan gempabumi tektonik.
Stein (1999) melakukan penelitian terkait korelasi perubahan Coulomb
stress dan tingkat seismisitas di suatu wilayah di San Andreas. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa perubahan distribusi Coulomb stress sebanding
dengan perubahan pada laju seismisitas yaitu laju seisimisitas meningkat ketika
nilai distribusi stress meningkat, dan akan turun apabila distribusi stress menurun.
Asumsi sederhana untuk dapat memahami pengaruh perubahan stress yang
terjadi karena gempabumi terhadap adanya peningkatan aktivitas gunungapi dan
erupsi sebagaimana yang digagas oleh Walter et al., (2007) adalah perubahan
stress yang diakibatkan oleh gempabumi membuat dike tertekan sehingga
mempengaruhi aktivitas vulkanik dan bisa jadi mempercepat magma naik ke
permukaan sehingga terjadi erupsi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menganalisis tentang korelasi
aktivitas
gempabumi tektonik terhadap terjadinya peningkatan aktivitas
Gunungapi Merapi ditinjau dari perubahan distribusi Coulomb stress pada batuan.
4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana distribusi perubahan Coulomb stress di kawasan Gunung Merapi
akibat aktivitas gempabumi tektonik ?
2. Bagaimana interaksi gempabumi tektonik terhadap terjadinya peningkatan
aktivitas Gunungapi Merapi ditinjau dari perubahan distribusi Coulomb
stress pada batuan ?
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah antara lain :
1. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kejadian gempa
bumi tahun 1977-2010 sebagai sumber patahan (source fault) yang berasal
dari katalog gempa bumi USGS (United States Geological Survey), Global
CMT (Global Centroid Moment Tensor) dan ISC (International
Seismological Center) di sekitar Gunungapi Merapi.
2. Data parameter patahan penerima (receiver fault) berasal dari gempabumi
vulkanotektonik dalam (VT A) tahun 2000 di bawah puncak Gunungapi
Merapi.
3. Dalam menentukan interaksi antara aktivitas Gempabumi dan aktivitas
Gunungapi Merapi hanya ditinjau dari distribusi perubahan Coulomb Stress
Statis.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah :
1. Mengetahui distribusi perubahan Coulomb stress di kawasan Gunung
Merapi oleh aktivitas gempabumi tektonik.
2. Mengetahui interaksi antara aktivitas gempabumi tektonik terhadap
terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik Gunungapi Merapi ditinjau dari
perubahan distribusi Coulomb stress pada batuan.
5
1.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah peningkatan nilai distribusi Coulomb
stress yang bersumber dari gempabumi tektonik dengan kekuatan > 5 Mw
berpengaruh pada aktivitas Gunungapi khususnya pada studi kasus erupsi
Merapi tahun 1977 – 2010.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Sebagai informasi awal mitigasi bencana gunungapi kepada masyarakat
dan pemerintah jika akan terjadi erupsi lagi.
2. Sebagai referensi pendukung dalam kajian tentang gempabumi terhadap
gunungapi.
3. Penentuan mekanisme sumber gempabumi pada penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi persebaran jenis sesar pada zona subduksi di
area Gunungapi di Pulau Jawa.
Download