BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan PDRB, inflasi, dan produktivitas tenaga kerja dengan melakukan modifikasi model dari penelitian Charysa (2013). Penelitian ini menggunakan data panel di 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini memiliki kesimpulan: 1. Terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan dari variabel pertumbuhan PDRB terhadap UMP di Jawa Barat. Tidak signifikannya pengaruh pertumbuhan PDRB terhadap UMP dikarenakan penyerapan tenaga kerja terhadap jumlah pengangguran di Indonesia, menurut BPS dalam Laporan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN DPR RI bahwa dalam satu persen tingkat pertumbuhan di Indonesia hanya menyerap 200 ribu tenaga kerja, penyerapan sebesar ini relatif sedikit jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran di Indonesia sebanyak 7,4 juta orang atau kurang lebih 6,25% dari jumlah angkatan kerja. 2. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari variabel inflasi terhadap UMP di Jawa Barat. Hal ini terjadi karena bahwa ketika inflasi mengalami kenaikan akan membuat biaya untuk input-input yang digunakan untuk produksi mengalami kenaikan sehingga menyebabkan kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini membuat perusahaan ingin 54 menurunkan biaya yang mereka keluarkan untuk upah buruh karena ketika upah minimum berada pada tingkat yang tetap atau malah dinaikkan akan menyebabkan terancamnya keberadaan dari perusahaan tersebut. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel produktivitas tenaga kerja terhadap UMP di Jawa Barat. Hal ini karena naiknya produktivitas tenaga kerja akan menaikkan output perusahaan ketingkat dimana optimum produksi perusahaan, sehingga akan menaikkan pendapatan yang diterima perusahaan dan juga akan menaikkan upah minimum yang diterima oleh tenaga kerja. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, penulis merumuskan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya dan untuk pengambilan kebijakan, yaitu: 1. Berdasarkan kesimpulan di atas kenaikan pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap UMP. Karena pada saat pertumbuhan naik tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah harus merupakan pertumbuhan yang inklusif, yaitu pertumbuhan yang bisa menciptakan kesempatan kerja yang sama untuk semua lapisan masyarakat. Kemudian pertumbuhan yang inklusif juga pertumbuhan yang dapat mendistribusikan keuntungan dari kenaikan kesejahteraan, baik secara moneter maupun non moneter (OECD, 2016). Agar pertumbuhan ekonomi yang inklusif ini dapat tercapai 55 pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk lebih mendistribusikan pendapatan secara merata, stabilnya kondisi makroekonomi, lalu peningkatan belanja untuk pendidikan dan infrastruktur yang merata. Dengan pertumbuhan yang inklusif ini diharapkan akan berpengaruh positif terhadap semua lapisan masyarakat sehingga tingkat kesejahteraannya juga akan meningkat. 2. Berdasarkan kesimpulan di atas variabel inflasi akan mengurangi tingkat UMP secara riil. Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk menjaga kestabilan harga-harga komoditas secara umum, dengan demikian tingkat inflasi dapat terjaga. Jika dilihat secara regional untuk menjaga inflasi tetap stabil pemerintah harus memperkuat peranan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Penguatan peran TPID ini dapat dilakukan dengan mendorong peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi. Selain itu peran TPID juga harus bisa meminimalkan berbagai distorsi harga bahan pangan karena pada periode penelitian, proporsi yang dominan dalam pembentuk inflasi adalah kelompok volatile food. 3. Berdasarkan kesimpulan di atas produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap UMP, maka skill atau kemampuan tenaga kerja harus dapat ditingkatkan seperti misalnya dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Dengan meningkatnya kemampuan yang dimiliki pekerja maka akan meningkatkan produktivitas yang dimiliki oleh tenaga kerja sehingga dapat menaikan upah yang diterima. Walaupun UMP adalah sebagai kebijakan jaring pengaman sehingga penerapannya 56 jangan terlalu tinggi dan juga bukan sebagai instrument efisiensi keadilan, diharapkan bahwa pemerintah dapat menggunakan produktivitas tenaga kerja sebagai indikator dalam pembentukan UMP karena sampai saat ini produktivitas tenaga kerja belum dipakai oleh pemerintah sebagai salah satu indikator dari pembentukan UMP. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai peraturan penyesuaian upah minimum daerah di Indonesia. Lebih jauh, untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menggunakan sampel penelitian dan periode yang berbeda serta dengan analisis yang mendalam dan komprehensif disertai formulasi model yang lebih baik sehingga memperkaya kajian empiris mengenai kebijakan upah minimum. 57