BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Signalling Theory (Teori Sinyal) Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977), dinyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori Sinyal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal (Brigham, 2010). Teori Sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan. Signalling theory memberikan sinyal terhadap pasar dengan tujuan menarik perhatian investor. Saat pengumuman telah dipublikasikan maka pelaku pasar menganalisis dan memilih informasi yang baik (good news) atau informasi yang buruk (bad news). 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. 2. Pasar Modal Pasar Modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor). Fungsi ini menunjukan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian suatu negara. Menurut UU No 8 tahun 1995 pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik dan berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang yaitu jangka satu tahun keatas. Pasar Modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar konkret. Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempatdalam pengertian fisik yang terorganisir tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa Efek (Stock Exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek adalah setiap surat berharga (sekuritas) yang diterbitkan oleh perusahaan (Santoso & Sigit, 2006). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan terkait lainnya (Darmaji dan Fakhrudin, 2008). Menurut Samsul (2006: 46) Pasar Modal di Indonesia terbagi dalam empat jenis yaitu: A. Pasar Perdana Merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Penawaran dalam pasar perdana ini disebut Initial Public Offering (IPO). Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. B. Pasar Sekunder Merupakan tempat atau sarana transaksi jual-beli antara investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut bisa diperjual belikan oleh antar investor di pasar sekunder. Di pasar sekunder terbentuklah harga pasar karena harga ditentukan oleh tawaran jual dan tawaran beli dari pasar investor yang disebut order driven market. C. Pasar Ketiga Merupakan sarana jual-beli efek antara market maker dan investor. Harga saham atau sekuritas di pasar ketiga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih market maker (anggota bursa) yang memberikan harga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 tertinggi karena satu jenis saham dapat dipasarkan lebih dari satu market maker. D. Pasar Keempat Merupakan sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan oleh investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi dari pada dilakukan di pasar sekunder. 3. Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Return dibedakan menjadi dua, yaitu Return Realisasi (Return yang terjadi atau dapat juga disebut return sesungguhnya) dan Return Ekspektasi (Return yang diharapkan oleh investor). Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupuntidak langsung (Ang, 1997). Return realisasi dihitung berdasarkan data historis yang digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja perusahaan, juga berguna sebagai dasar penentuan. Return ekspektasi dan resiko di masa mendatang. Penilaian terhadap return realisasi bagi investasi yang sudah berjalan perlu dilakukan oleh investor. Untuk menilai keberhasilan dari upaya-upaya yang telah dilakukan. Return ekspektasi mempergunakan rata-rata return geometric karena pertumbuhan akumulatif dari waktu kewaktu dan mencerminkan variabilitas return dalam suatu periode tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Return memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income (keuntungan lancar) berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa deviden yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental perusahaan. Capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Capital gain terbentuk dari berbagai macam faktor diantaranya sentimen pasar atau kondisi bursa, kondisi makro ekonomi, dan secara tidak langsung juga dari fundamental perusahaan. Penghitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 1998). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya. Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital loss. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham. Besarnya dividen yang dibagikan tegantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Return total = Capital Gain (Loss) + Yield Maka return saham dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto, 1998): Return Saham = Pt – Pt-1 Pt-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Keterangan : Pt = Harga Saham Sekarang Pt-1 = Harga Saham Periode Sebelumnya 4. Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Ang (1997) ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Net Income After Tax-NIAT) terhadap total asset. Menurut Prastowo (2011:91) Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya, rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. ROA yang semakin besar menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Oleh karena itu ROA merupakan rasio yang tepat digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Teddy, 2013). Rasio Return On Assets (ROA) ini dihitung dengan cara sebagai berikut : Return On Assets = Laba Bersih Total Assets http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan maka perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham yang ada pada rasio keuntungan setelah pajak. Tinggi rendahnya Return On Assets tergantung pada pengelolaan assets perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin efisien operasional perusahaan. Sebaliknya, rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aktiva tetap beroperasi dibawah normal, dan lain lain. 5. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tapi didalam prakteknya, tidak semua keuntungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Menurut Ang (1997), Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Menurut Prastowo dan Julianty (2002:93) Earning Per Share adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk pemegang saham. EPS merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139). Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Earning Per Share = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Saham Beredar Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan resiko sekaligus membantu investor dalam meraih keuntungan. 6. Price Earning Ratio (PER) Rasio pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor. Rasio pasar dapat dihitung dengan Price Earning Ratio. Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analisis sekuritas untuk menilai suatu saham yang diperdagangkan di pasar modal. Price Earning Ratio (PER) membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan) (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:75). Kegunaan Price Earning Ratio (PER) adalah untuk melihat bagaimanapasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang di cerminkan oleh Earning Per Share (EPS) nya. Semakin tinggi rasio PER, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodalnya (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Harga Saham Price Earning Ratio = Laba Per Lembar Saham http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 7. Penelitian Terdahulu Sudarsono dan Sudiyatno (2016) melakukan penelitian mengenai “FaktorFaktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate Real Estate yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 s/d 2014”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Inflasi berpegaruh negative signifikan terhadap Return Saham. Tingkat suku bunga, Nilai Tukar, dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. ROA berpengaruh negative tidak signifikan dan DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return Saham. Koskei, Kibet, dan Nyang’au (2016) melakukan penelitian mengenai “The Effect of Foreign Portfolio Equity and Exchange Rate Risk on Stock Returns of Commercial Banks in Kenya”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Exchange Rate Risk (ERR) berpengaruh terhadap return saham sedangkan Foreign Portfolio Equity (FPI) tidak berpengaruh terhadap return saham. Gunaidi dan Kesuma (2015) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA dan EPS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, sedangkan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Tran Nha Ghi (2015) melakukan penelitian mengenai “The Impact of Capital Structure and Financial Performance on Stock Returns of The Firms in Hose”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Capital Structure berpengaruh negative terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 return saham, ROE dan EPS berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan TIE dan CFR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Carlo (2014) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Return On Equity (ROE), Dividen Payout Ratio (DPR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham”. Hasil penelitian ini yaitu ROE dan DER berpengaruh terhadap Return Saham, sedangkan PER tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Ferdianto (2014) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR) terhadap Return Saham pada perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan ROA, DER, NPM, dan CR berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Secara parsial ROA bepengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan DER, NPM, dan CR tidak berpengaruh terhadap return saham. Lestari (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Secara simultan PER dan EPS tidak berpengaruh terhadap return saham, secara parsial PER dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham perusahaan indeks LQ 45. Yunina, Islahuddin, dan Shabri (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Risiko Sistematik, Leverage dan Laba Terhadap Return Saham pada Perusahaan Aneka Industri di Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Resiko Sistematis, Leverage, dan Laba berpengaruh positif terhadap Return Saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Aufa (2013) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Modal, Risiko Sistematis dan Tingkat Likuiditas Terhadap Return Saham pada Perusahaan Finance yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa DER dan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Return Saham, sedangkan Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Return Saham. Bing Zhu (2012) melakukan penelitian mengenai “The Effects of Macroeconomic Factors on Stock Return of Energy Sector in Shanghai Stock Market”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Exchange Rate, exports, foreign reserve dan Unemployment Rate memiliki pengaruh terhadap return saham sedangkan Inflation Rate, Money Supply, Industrial Production, Bond dan Imports tidak berpengaruh terhadap return saham. Hartati (2010) melakukan penelitian mengenai “Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan EPS dan PER tidak berpengaruh terhadap return saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1. Bambang Sudarsono dan Bambang Sudiyatno (2016) Variabel Dependen Return Saham Variabel Independen Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Ukuran Perusahaan 2. Loice Koskei, Return Saham Lawrence Kibet, dan Andrew Nyang’au (2016) Foreign Portfolio Equity (FPI) dan Exhange Rate Risk (ERR) 3. Gd Gilang Return Saham Gunaidi dan I Ketut Wijaya Kesuma (2015) Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS) 4. Tran Nha Ghi Return Saham (2015) Capital Structure, Return on Equity (ROE), Earning per http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Inflasi berpegaruh negative signifikan terhadap Return Saham, Tingkat suku bunga, Nilai Tukar, dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. ROA berpengaruh negative tidak signifikan dan DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return Saham. Exchange Rate Risk (ERR) berpengaruh terhadap return saham sedangkan Foreign Portfolio Equity (FPI) tidak berpengaruh terhadap return saham. ROA dan EPS secara signifikan berpengaruh Positif terhadap Return Saham, sedangkan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Capital Structure berpengaruh negative terhadap return saham, ROE dan EPS berpengaruh positif x 24 No. Peneliti Variabel Dependen Variabel Independen Share (EPS), Time Interest Earned (TIE), dan Cash Flow Ratios (CFR). Return On Equity (ROE), Dividen Payout Ratio, dan Price Earning Ratio (PER) 5. Michael Aldo Return Saham Carlo (2014) 6. Egi Ferdianto Return Saham (2014) ROA, DER, NPM dan CR 7. Amelia Yulian Return Saham Lestari (2013) Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan Indeks LQ 45 8. Fitri Yunina, Return Saham Islahuddin, dan Muhammad Shabri (2013) Resiko Sistematis, Leverage, dan Laba 9. Rahmatul Aufa Return Saham (2013) Struktur Modal, Resiko Sistematis, dan Tingkat Likuiditas http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil Penelitian Share (EPS), Time Interest Earned (TIE), dan Cash Flow Ratios (CFR). ROE dan DPR berpengaruh positif terhadap Return Saham, sedangkan PER tidak berpengaruh terhadap Return Saham. ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan DER, NPM, dan CR tidak berpengaruh terhadap return saham Secara simultan PER dan EPS tidak berpengaruh terhadap return saham, secara parsial PER dan EPS tidak berpengaruh terhadap Return Saham perusahaan indeks LQ 45. Resiko Sistematis, Leverage, dan Laba berpengaruh positif terhadap Return Saham. DER dan Current Ratio tidak berpengaruh terhadap Return Saham, sedangkan Beta berpengaruh signifikan 25 No. Peneliti Variabel Dependen 10. Bing (2012) Zhu Return Saham 11. Hartati (2010) Return Saham Variabel Independen Inflation Rate, Money Supply (M2), Exchange Rate, Industrial Production, Bond, Exports, Imports, Foreign Reserve dan Unemployment Rate ROA, DER, EPS, dan PER Hasil Penelitian negatif terhadap Return Saham. Exchange Rate, exports, foreign reserve dan Unemployment Rate memiliki pengaruh terhadap return saham sedangkan Inflation Rate, Money Supply, Industrial Production, Bond dan Imports tidak berpengaruh terhadap return saham. ROA dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan EPS dan PER tidak berpengaruh terhadap return saham. Sumber : Berbagai jurnal dan penelitian Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan yaitu pada penelitian ini variabel dependen yang akan diambil adalah Return Saham dan variabel independennya adalah Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER). B. RERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan pada landasan teori dan perbedaan hasil beberapa penelitian sebelumnya maka secara sistematik rerangka pemikiran pada penelitian ini sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 1. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan antara Net Income After Tax (NIAT) yang diartikan sebagai Laba Bersih sesudah pajak dengan Total Aset. ROA menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. Meningkatkan ROA berarti disisi lain juga meningkatkan pendapatan bersih perusahaan yang berarti nilai penjualan juga akan meningkat. Perusahaan yang nilai penjualannya meningkat, akan mendorong terjadinya peningkatan laba yang menunjukan kinerja keuangan perusahaan dalam konidisi baik. Kondisi seperti ini akan mudah untuk menarik investor, karena para investor lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak pada para pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari dividen yang pertama. Dengan semakin meningkatnya dividen yang diterima oleh para pemegang saham akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetap menanamkan sahamnya dan para calon investor untuk menanamkan sahamnya kedalam perusahaan tersebut. Hal ini akan mendorong peningkatan harga saham yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham yang akan diterima para investor. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Menurut Gunaidi dan Kesuma (2015) semakin besar ROA itu berarti semakin baik perusahaan menggunakan assetnya untuk mendapatkan laba, dengan meningkatnya nilai ROA profitabilitas dari perusahaan maka semakin besar laba yang didapat. Hal ini membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahan serta berdampak pada harga saham yang semakin neningkat dan diikuti dengan tingkat return saham yang tinggi. 2. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Earning Per Share (EPS) merupakan rasio perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan harga perlembar saham. EPS menunjukan seberapa besar keuntungan yang dibeikan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Secara sederhana EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan tersebut, para investor akan memperhatikan pengaruh di masa yang akan datang dengan melihat prospek perusahaan yang baik. Pertumbuhan laba perlembar saham perusahaan akan sangat dipertimbangkan oleh para investor dalam membuat keputusan berinvestasi. Apabila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan dimasa yangakan datang, maka peningkatan laba akan meningkatkan harga saham dan total kapitalisasi pasar. Menurut Lestari (2013) EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dengan harapan investor memperoleh itngkat return yang tinggi pula. 3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham Price Earning Ratio (PER) adalah membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Kegunaan Price Earning Ratio (PER) adalah untuk melihat bagaimanapasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang di cerminkan oleh Earning Per Share (EPS) nya. Semakin tinggi rasio PER, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodalnya. Keputusan yang diambil untuk membeli saham dengan PER yaitu yang petama kali dilakukan adalah membandingkan PER saham sejenis atau industrinya. Bahkan bisa dilihat dari PER pasarnya, saham tersebut sudah layak dibeli karena murah jika dibandingkan dengan yang sejenisnya. Tetapi investor tidak perlu membeli saham bila PER tinggi tetapi dengan perusahaan sejenis. Hal ini menunjukan hubungan terbalik antara PER dengan Return Saham, bahwa semakin kecil PER maka semakin besar Return Saham yang diterima. Menurut Carlo (2014) PER sering dikaitkan dengan keccepatan pengembalian investasi. Semakin kecil nilai PER maka semakin cepat masa pengembalian investasi (Return Saham) dan meningkatkan minat investor untuk membeli suatu saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Return On Asset (ROA) H1 Earning Per Share (EPS) Price Earning Ratio (PER) H2 Return Saham H3 Gambar 2.1 Rerangka Penelitian Dilihat dari gambar 2.1 yaitu pada rerangka pemikiran diatas, penelitian ini memiliki 4 (empat) variabel yaitu 3 (tiga) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Return On Asset, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Return Saham. C. HIPOTESIS Berdasarkan pada landasan teori, penelitian terdahulu dan rerangka pemikiran, maka dapat disimpulkan beberapa hipotesis sebagai berikut: H1 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Return Saham H2 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Return Saham H3 : Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap Return Saham http://digilib.mercubuana.ac.id/