BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan tawar di Indonesia saat ini masih memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya ikan. Beberapa ikan air tawar seperti sidat, sepat, gabus, mujair, nila, dan lele, telah berhasil dibudidayakan (Mudho, 2013). Namun ada jenis-jenis ikan yang belum populer untuk dibudidayakan salah satunya ikan wader pari. Ikan wader pari (Rasbora lateristriata) merupakan salah satu ikan yang sering ditemukan di perairan Indonesia. Permintaan pasar akan ikan wader sangat tinggi. Salah satu pengusaha ikan wader goreng, Supriyadi, warga Dusun Santan, Guwosari, Panjangan, Bantul, bisa menjual kira-kira 200 kg ikan wader dalam satu hari (Prihtiyani, 2010). Selama ini, ikan wader ditangkap langsung dari perairan yang merupakan habitat alaminya, sehingga tidak dapat dipastikan ketersediaannya (Natalia, 2011). Maka dari itu, budidaya ikan wader sangat penting untuk mengatasi banyaknya permintaan tersebut, sehingga nantinya diharapkan para penjual ikan wader tidak lagi menangkap di habitat alami. Selain itu, penangkapan ikan wader di habitat alami dapat menyebabkan kelestarian ikan wader terancam. Ikan wader memiliki potensi tinggi untuk dibudidayakan karena harga jual cukup tinggi, masa pemeliharaan relatif pendek, dan tidak memerlukan lahan luas. Selain itu ikan wader juga sangat adaptif dengan lingkungan perairan lokal, relatif tahan terhadap goncangan lingkungan serta gangguan penyakit (Budiharjo, 2002). 1 Selama ini usaha budidaya ikan wader kurang berhasil, karena informasi mengenai aspek biologis yang berhubungan dengan pola hidup ikan wader masih sangat sedikit. Sejauh ini belum ada penelitian secara intensif mengenai ikan wader pari, termasuk data dasar tentang struktur histologis organ dalam. Ginjal adalah salah satu organ dalam yang penting bagi makhluk hidup terutama dalam hal osmoregulasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang diatur oleh ginjal dapat digunakan untuk mengindikasi kondisi perairan tempat hidup ikan wader pari. Sehingga pengetahuan mengenai data dasar histologis ginjal ikan wader pari sangat berpengaruh terhadap penelitian-penelitian lebih lanjut sebagai dasar dalam pengkondisian lingkungan untuk budidaya. Secara umum, suatu organisme dalam tahap perkembangan yang berbeda akan memiliki struktur organ dalam berbeda pula, termasuk organ ginjal. Maka penelitian ini dilakukan untuk dapat mempelajari struktur ginjal dari berbagai tahap perkembangan ikan wader. Perbedaan tersebut akan menunjukkan adanya perkembangan ginjal dari berbagai tahap perkembangan. Badulis, et al. (2004) telah berhasil meneliti tentang hubungan perkembangan ginjal dengan perilaku makan pada Oreochromis niloticus. Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan antara perkembangan ginjal O. niloticus yang tumbuh dengan normal dengan yang dalam kondisi kelaparan. Oleh karena itu, dengan mempelajari perkembangan ginjal dapat dipelajari pula mengenai strategi adaptasi terhadap lingkungan perairan habitat ikan wader pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa. 2 Penelitian ini dapat juga dijadikan dasar untuk menganalisis kondisi perairan yang mengandung zat-zat tertentu dengan mengetahui struktur ginjal ikan wader pari yang hidup di perairan tersebut. Sebelumnya, Velma & Tchounwou (2010) telah meneliti tentang efek kromiun terhadap ginjal goldfish (Carassius auratus). Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat efek berupa kerusakan sel pada ginjal. Kerusakan tersebut yaitu sel epitel yang mengalami degenerasi, serta tubulus dan glomerulus yang mengalami nekrosis. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa terdapat perubahan struktur histologis ginjal ketika Prochilodus lineatus dipelihara di perairan kota Cambe, Brazil, yang telah tercemar limbah rumah tangga dan aktivitas manusia (Camargo & Martinez, 2007). B. Permasalahan Permintaan pasar akan ikan wader sangat tinggi dan selalu ditangkap langsung dari habitat alaminya. Penangkapan ikan wader di habitat alami dapat mengganggu kelestarian hidupnya di alam. Sampai saat ini belum ada yang berhasil membudidayakan ikan wader pari. Hal ini disebabkan karena informasi mengenai aspek biologis yang berhubungan dengan pola hidup ikan wader masih sangat sedikit, salah satunya mengenai organ ginjal. Dengan mengetahui struktur histologis ginjal, maka dapat pula diketahui habitat yang cocok untuk ikan wader pari. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur histologis ginjal pada ikan wader pari (Rasbora lateristriata) pada tahap perkembangan pra dewasa dan 3 dewasa?, 2. Apakah terdapat perbedaan histomorfometri ginjal pada ikan wader pari (Rasbora lateristriata) pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek biologis ikan wader terutama struktur histologis ginjal ikan wader pari (Rasbora lateristriata) pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari histomorfometri ginjal ikan wader pari pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah menambah informasi untuk bahan pembelajaran ilmiah struktur histologis ginjal ikan wader pari (Rasbora lateristriata) pada tahap perkembangan pra dewasa dan dewasa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi kepada masyarakat untuk upaya budidaya ikan wader khususnya mengenai keterkaitan struktur histologis ginjal dengan habitat yang cocok untuk ikan wader pari. Selain itu, hasil penelitian ini dapat pula dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut terkait dengan ginjal ikan wader pari. 4