BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendanaan adalah salah satu bagian penting dalam suatu kegiatan bisnis. Hal ini menjadikan pendanaan sebagai fungsi strategis dari manajemen keuangan perusahaan selain kegiatan investasi. Sumber pendanaan perusahaan dapat berupa penyertaan modal dan laba ditahan yang diklasifikasikan menjadi pendanaan internal. Selain itu terdapat pula pendanaan eksternal yang terdiri atas penerbitan hutang dan ekuitas baru. Kombinasi sumber pendanaan eksternal dikenal dengan struktur modal. Weston dan Brigham (1993:174) menyatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen perusahaan yang terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa tetapi tidak termasuk semua kredit jangka pendek. Setiap alternatif kombinasi struktur modal yang dipilih akan memberikan biaya modal bagi perusahaan. Manajer keuangan bertugas memastikan bahwa alternatif yang dipilih adalah yang paling optimum di mana keuntungan penggunaan struktur modal tertentu melebihi biaya yang ditimbulkan. Menggunakan hutang dalam struktur modal akan memberi manfaat melalui penghematan pajak karena adanya bunga dari hutang (interest tax shield), seiring dengan penghematan pajak maka keuntungan perusahaan akan meningkat dan memberi sinyal positif pada pemegang saham apabila perusahaan juga menggunakan pendanaan melalui penerbitan ekuitas. Di sisi lain penggunaan hutang akan meningkatkan terjadinya 1 kemungkinan tidak terbayarnya bunga dan pokok pinjaman sehingga menaikkan resiko yang dimiliki perusahaan. Resiko ini akan ditangkap sebagai sinyal buruk oleh pemegang saham dan akan menurunkan nilai perusahaan di pasar. Manajer keuangan akan selalu melakukan keputusan berdasarkan kepada tanggung jawab untuk meningkatkan kekayaan pemilik. Keputusan pendanaan apapun yang dipilih harus berimbas pada meningkatnya nilai perusahaan agar tanggung jawab tersebut dapat terlaksana. Nilai perusahaan akan meningkat seiring dengan kombinasi struktur modal yang tepat atau yang paling optimum. Hal ini dapat dilihat berdasarkan fungsi biaya modal sebagai diskonto dari aliran kas investasi perusahaan. Semakin rendah biaya modal maka akan semakin tinggi nilai aliran kas investasi perusahaan yang berbanding lurus dengan nilai perusahaan tersebut. Model struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh Durand pada tahun 1952, terdapat tiga pendekatan pada teori tersebut yaitu pendekatan laba bersih, pendekatan laba operasi dan pendekatan tradisional. Inti dari ketiga pendekatan tersebut adalah adanya pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan atau dengan kata lain terdapat suatu struktur modal yang optimal. Sementara struktur modal modern dimulai pada tahun 1958 melalui penelitian Modigliani dan Miller yang selanjutnya dikenal dengan MM. Penelitian tersebut menjadi kontroversial pada era itu dikarenakan teori ini menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal yang digunakan. Teori ini selanjutnya dikenal dengan teori ketidakrelevanan struktur modal (irrelevant theory). 2 Namun beberapa teori pendukung mematahkan argumen tersebut dengan menunjukkan bahwa dengan menggunakan rasio optimal antara hutang dan ekuitas maka nilai perusahaan akan meningkat. Teori pendukung tersebut antara lain teori pecking order, teori trade off dan market timing. Teori trade off yang dikembangkan oleh Krauss dan Litzenberger (1973) menyatakan bahwa level hutang dipilih untuk menyeimbangkan interest tax shield dan biaya dari financial distress. Hal ini menjadikan perusahaan akan terus melakukan perubahan struktur modalnya hingga mencapai titik yang dianggap optimal. Teori pecking order yang dibawa oleh Myers dan Majluf (1984) berisi ide adanya suatu urutan dalam pemilihan sumber pendanaan dimulai dengan pendanaan yang berasal dari internal perusahaan kemudian memilih sumber pendanaan eksternal perusahaan. Sumber pendanaan eksternal pun memiliki hierarki tersendiri, dimana perusahaan akan cenderung memilih hutang terlebih dahulu dibanding penerbitan ekuitas. Teori market timing muncul sebagai tantangan bagi kedua teori sebelumnya. Teori yang dikembangkan oleh Baker dan Wurgler (dalam Huang dan Ritter, 2009) menyatakan bahwa penerbitan sekuritas akan dipengaruhi oleh biaya dari ekuitas dan hutang pada saat itu. Selain itu penerbitan sekuritas ini memiliki efek jangka panjang pada struktur modal karena pemilihan struktur modal adalah hasil dari melakukan observasi historis struktur modal periode sebelumnya. Pernyataan tersebut dapat disimplifikasi bahwa perusahaan akan menerbitkan ekuitas jika dinilai biaya modal ekuitas relatif rendah dan akan menerbitkan hutang jika dianggap biaya penerbitan 3 hutang relatif lebih rendah atau dengan kata lain tidak ada target struktur modal yang dimiliki perusahaan. Tiga teori tersebut menjadi dasar dalam memahami struktur modal perusahaan, namun tidak ada teori yang dapat menjelaskan keseluruhan fenomena yang terjadi pada struktur modal di berbagai perusahaan. Dengan beberapa teori yang menunjukkan bahwa kombinasi struktur modal yang tepat akan mempengaruhi nilai perusahaan, maka manajer keuangan akan berusaha untuk mencapai kombinasi tersebut yang akan menjadi target struktur modal bagi perusahaan. Teori pecking order yang menerangkan bahwa keputusan pendanaan akan mengikuti hirarki tertentu sehingga perusahaan tidak perlu memiliki target struktur modalnya, dalam jangka panjang menjadi kurang tepat dikarenakan teori tersebut tidak menerangkan biaya yang akan ditanggung jika perusahaan tidak berada pada struktur modal yang optimal yang ditangkap oleh teori trade off. Penelitian yang dilakukan Graham dan Harvey (2001) menunjukkan bahwa 81% perusahaan mempertimbangkan target struktur modal ketika melakukan keputusan pendanaan. Brounen et al. (2004) dan Drobetz dan Wanzenried (2006) berdasarkan surveinya juga menyimpulkan bahwa pengambil keputusan perusahaan mencari rasio target struktur modal. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa tujuan utama perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya bukanlah sekadar untuk meminimalisasi biaya modal rata-rata tertimbang, tetapi dalam upaya mencapai fleksibilitas keuangan. Leverage menjadi proksi struktur modal dalam berbagai penelitian oleh karenanya determinan bagi struktur modal dianggap berpengaruh signifikan terhadap leverage. 4 Sayangnya dalam praktik nyata target leverage adalah hal yang tidak dapat diamati (unobservable). Sehingga beberapa studi literatur mencoba memecahkan hambatan tersebut dengan kerangka statis yaitu dengan menggunakan rasio leverage yang diobservasi sebagai proksi dari rasio optimal leverage dengan faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah karateristik spesifik perusahaan seperti profitabilitas, kesempatan investasi, tangibility of assets, dan volatilitas keuntungan (Titman dan Wessels, 1988). Namun Heshmiati (2001) menyatakan bahwa teori struktur modal statis tidak menjelaskan rasio hutang target namun lebih kepada rasio leverage aktual antar perusahaan saja. Selain itu kerangka statis tidak dapat melihat adanya perubahan yang terjadi pada struktur modal dalam upaya melakukan penyesuaian struktur modal aktual terhadap targetnya yang dilakukan oleh perusahaan setiap tahun seperti yang terjadi pada dunia nyata. Berbagai alasan tersebut menjadikan munculnya penelitian terhadap struktur modal optimal menggunakan kerangka dinamis dengan menggunakan determinan yang sama dengan kerangka statis seperti profitabilitas, kesempatan investasi, tangibility of asset, dan volatilitas keuntungan (Hovakiman et al., 2001; Heshmiati, 2001; Gaud et al., 2003; Drobetz dan Wanzenried, 2006; Sinha dan Ghosh, 2010; Said, 2012; Wetty, 2013). Setelah mengetahui bahwa suatu struktur modal tidak berada dalam posisi optimalnya maka kondisi dinamis tersebut dapat dilihat dengan melakukan penelitian terhadap arah perubahan dan seberapa cepat perusahaan mencapai struktur modal optimalnya atau yang dikenal dengan kecepatan penyesuaian struktur modal (capital structure speed of adjustment). Speed of adjustment akan mempertimbangkan biaya 5 penyesuaian yang dikeluarkan oleh perusahaan jika dibandingkan dengan kerugian saat terjadi penyimpangan struktur modal dari target (Mahakud dan Mukherjee, 2011). Jika biaya penyesuaian nol, maka teori trade off mengimplikasikan perusahaan memiliki kecenderungan untuk selalu berada pada titik optimalnya. Sementara jika biaya transaksi tidak terbatas maka tidak akan ada pergerakan menuju target optimal karena dirasa terlalu mahal bagi perusahaan untuk melakukan penyesuaian. Berbagai penelitian menunjukkan hasil yang berbeda tentang kecepatan penyesuaian struktur modal. Penelitian awal dilakukan oleh Fama dan French (2002) yang menganalisa keputusan pendanaan pada perusahaan di Amerika pada 1965-1999 dan menemukan bahwa perusahaan melakukan penyesuaian pada struktur modal sebesar 7-18% per tahun. Kayman dan Titman (2007) serupa dengan Fama dan French (2002) menemukan kecepatan yang sangat rendah antara 7% dan 18% per tahun. Sementara Lemmon et al. (2008) dan Huang dan Ritter (2009) mengestimasikan kecepatan mencapai 25% per tahun. Penelitian serupa oleh Flannery dan Rangan (2006) menyimpulkan hingga pada angka 34,4% per tahun dan menyatakan bahwa diperlukan 1,6 tahun untuk menghilangkan setengah dari terjadinya tekanan pada leverage perusahaan. Getzmann (2010) melakukan penelitian pada perusahaan di Asia dan menemukan kecepatan penyesuaian mencapai angka 27% sampai 30%. Berbagai perbedaan tersebut menurut Barros dan Pires (2013) berada pada kisaran 0% sampai 40% yang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan untuk menentukan kecepatan dari semua perusahaan yang diteliti untuk menentukan model dalam sebuah penelitian. 6 Speed of adjustment akan menunjukkan hasil yang berbeda pada perusahaan dan periode waktu yang berbeda bahkan pada negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang berbeda. Berbagai determinan juga akan memberi efek berbeda pada speed of adjustment. Hal ini mendorong berbagai penelitian yang berusaha menemukan model terbaik dalam menentukan kecepatan penyesuaian. Jalilvand dan Harris (1984) melakukan penelitian dengan mengamati 108 perusahaan manufaktur di Amerika Serikat dalam periode 1963-1978. Hasil penelitiannya adalah perusahaan yang lebih besar cenderung menggunakan lebih banyak hutang jangka panjang dalam memenuhi pembiayaannya dan ukuran perusahaan, kondisi bunga serta tingkat harga saham juga mempengaruhi kecepatan penyesuaian struktur modal. Borton dan Gordon (1988) dengan melakukan pengamatan terhadap 304 perusahaan yang terdaftar pada fortune 500 pada tahun 1974 dan masih beroperasi sampai tahun 1982. Pada hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan intensitas modal memiliki pengaruh signifikan terhadap kecepatan perubahan struktur modal perusahaan. Secara umum sebagian besar penelitian menemukan bahwa kecepatan penyesuaian dipengaruhi oleh perbedaan dari target rasio hutang, kesempatan bertumbuh, profitabilitas dan ukuran perusahaan. (Hovakiman et al., 2001; Benerjee et al., 2000; Heshmiati, 2001; Gaud et al., 2003; Drobetz dan Wanzenried, 2006; Sinha dan Ghosh, 2010; Said, 2012; Wetty, 2013). Intuisi ekonomi menyatakan bahwa posisi dari ekonomi pada siklus bisnis adalah faktor penentu penting terhadap resiko kegagalan dan keputusan pendanaan (Drobetz dan Wanzenried, 2006). Karena itu, analisis faktor ekonomi sebuah negara 7 menjadi hal yang menarik untuk diteliti sebagai variabel penentu kecepatan penyesuaian terhadap target struktur modal. Hackbart et al. (2005) dalam Drobetz dan Wanzenried (2006) menemukan bahwa perusahaan menyesuaikan struktur modal mereka secara dinamis dan restrukturisasi akan lebih rendah jika perusahaan berada pada negara bagian yang lebih baik. Oleh karenannya perusahaan harus menyesuaikan struktur modalnya lebih sering dan dalam jumlah yang lebih kecil pada kondisi boom. Sementara Korajczyk dan Levy (2003) dengan melakukan penelitian terhadap rasio leverage pada perusahaan non-keuangan yang ada di Amerika menemukan bahwa ada hubungan negatif antara variabel makroekonomi dan leverage. Dengan mengetahui faktor penentu kecepatan struktur modal baik faktor spesifik perusahaan maupun faktor makroekonomi, maka perusahaan diharapkan dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan keputusan penyesuaian. Hal ini dikarenakan dengan memutuskan secara tepat akan meminimalisir biaya yang harus ditanggung baik biaya karena berada pada posisi yang tidak optimal maupun biaya penyesuaian. Salah satu penelitian kecepatan struktur modal yang sudah dilakukan dengan evidence Indonesia adalah Reinhard (2010) dengan mengambil sampel perusahaan di Indonesia antara periode 1997-2005 ditemukan bahwa perusahaan dengan ukuran yang relatif lebih besar dan memiliki kesempatan bertumbuh yang lebih rendah serta perusahaan dengan profitabilitas relatif rendah akan memiliki hutang yang relatif lebih tinggi dibanding perusahaan lain, hasil regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki target struktur modal dan kebanyakan tidak 8 melakukan penyesuaian secara rutin. Selain itu penelitian ini berhasil menyimpulkan bahwa pada tahun terjadinya krisis di Asia perusahaan yang menjadi sampel penelitian melakukan penyesuaian terhadap struktur modalnya secara lebih cepat terhadap targetnya dibanding setelah periode krisis. Penelitian lain dengan sampel perusahaan di Indonesia dilakukan oleh Wetty (2013) dengan variabel yang dapat digunakan untuk menentukan leverage yang optimal adalah aset, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas. Variabel aset, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan berkorelasi positif terhadap rasio leverage, sedangkan untuk variabel profitabilitas berkorelasi negatif. Sementara untuk kecepatan penyesuaian terhadap struktur modal dipengaruhi oleh variabel ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas perusahaan, distance, inflasi dan PDB. Variabel pertumbuhan perusahaan, distance, inflasi, dan PDB berkorelasi negatif terhadap kecepatan penyesuaian yang dilakukan perusahaan sedangkan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak memberi pengaruh yang signifikan. Hasil yang berbeda ini juga dikarenakan adanya perbedaan penggunaan metode yang dilakukan pada setiap penelitian. Penelitian terdahulu menggunakan kerangka yang statis dalam melakukan obeservasi, namun fakta target struktur modal yang berubah setiap waktu membuat penggunaan kerangka dinamis menjadi lebih relevan. Selain itu data panel dianggap lebih baik ketimbang hanya menggunakan cross sectional atau time series dalam memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai target struktur modal maupun kecepatan penyesuaiaanya. Penelitian terdahulu mengenai target struktur modal gagal untuk menangkap karateristik dari 9 data panel sehingga tidak dapat mengukur secara akurat target dan juga kecepatan penyesuaian dari struktur modal. Masih sedikitnya literatur yang membahas speed of adjustment di Indonesia menjadi faktor pendorong penelitian ini. Penelitian ini menjadi relevan untuk dilakukan di Indonesia dengan melihat pada Grafik 1.1 Rasio leverage perusahaan yang telah dirata-rata menunjukkan adanya kenaikan dari tahun 2005 hingga 2007 serta 2009 hingga 2012. Hal ini mengindikasikan adanya penyesuaian yang dilakukan secara dinamis setiap tahun oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat dihitung seberapa cepat tepatnya penyesuaian yang dilakukan oleh seluruh perusahaan tersebut. Terjadi penurunan pada tahun 2008 disinyalir karena terjadi krisis global pada tahun tersebut namun penurunan terdalam terjadi pada tahun 2009 yang memungkinkan bahwa efek krisis global tersebut baru dirasakan di Indonesia pada tahun 2009. Hal ini memperkuat teori bahwa faktor makroekonomi dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran struktur modal. Selain itu kenaikan kembali yang membutuhkan waktu dua periode tahun mengindikasikan bahwa faktor makroekonomi tersebut akan mempengaruhi lamanya penyesuaian yang dilakukan. 10 Rasio Leverage rata-rata (%) Grafik 1.1 Rata-rata Rasio Leverage Perusahaan 2005-2012 0,565 0,573 0,571 0,534 0,534 0,541 0,512 0,497 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Sumber: Bloomberg (data diolah) Model penelitian kecepatan penyesuaian struktur modal dengan evidence Indonesia belum memasukkan seluruh variabel yang menentukan leverage optimal dan mempengaruhi kecepatan struktur modal seperti yang telah dilakukan pada negara lain. Oleh karena itu, dengan banyaknya penelitian mengenai kecepatan penyesuaian struktur modal dengan berbagai model regresi dan variabel yang mempengaruhinya maka penelitian ini berusaha menangkap semua variabel yang mungkin berhubungan terhadap leverage optimal dan juga kecepatan penyesuaian struktur modal sehingga diharapkan dapat terbentuk model yang lebih baik. 11 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 2. Apakah prospek pertumbuhan perusahaan berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 3. Apakah profitabilitas perusahaan berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 4. Apakah distance berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 5. Apakah likuiditas perusahaan berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 6. Apakah inflasi berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 7. Apakah Produk Domestik Bruto berhubungan dengan kecepatan penyesuaian struktur modal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan berbagai pengujian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji hubungan variabel ukuran perusahaan dengan kecepatan perubahan struktur modal. 12 2. Menguji hubungan variabel prospek pertumbuhan perusahaan dengan kecepatan perubahan struktur modal. 3. Menguji hubungan variabel profitabilitas perusahaan dengan kecepatan perubahan struktur modal. 4. Menguji hubungan variabel distance dengan kecepatan perubahan struktur modal. 5. Menguji hubungan variabel likuiditas perusahaan dengan kecepatan perubahan struktur modal. 6. Menguji hubungan variabel inflasi dengan kecepatan perubahan struktur modal. 7. Menguji hubungan variabel Produk Domestik Bruto dengan kecepatan perubahan struktur modal. 1.4 Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Batasan jumlah data Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia minimal sejak tahun 2004 hinga 2012. Perusahaan tersebut harus memenuhi kriteria yaitu memiliki laporan keuangan lengkap, dan memenuhi variabel yang diperlukan dalam penelitian selama periode pengamatan. Periode pengamatan penelitian selama 9 tahun, yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Penggunaan periode waktu dan perusahaan sampel berdasarkan pada 13 ketersediaan data. Sementara variabel makro yang digunakan diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode pengamatan 2004-2012. 2. Batasan alat analis Penelitian ini menggunakan dua jenis alat analisis yaitu uji Mackinon, White, dan, Davidson (MWD) untuk menentukan model terbaik dan alat analisis regresi data panel. Dalam regresi data panel dapat digunakan metode common effect, fixed effect, dan random effect. Sehingga penelitian ini akan menggunakan uji Hausman, uji Chow¸dan uji Lagrange Multiplier Breusch-Pagan untuk menentukan metode terbaik. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian terhadap target struktur modal perusahaan dan kecepatan penyesuaiannya diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam banyak aspek. 1. Manfaat Bagi Akademisi Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam melihat struktur modal yang ada di Indonesia melalui bukti empiris. Selain itu dengan menguji sebuah model regresi target struktur modal dan penyesuaiaannya pada sampel yang berbeda maka diharapkan pula dapat membantu bagi penelitianpenelitian selanjutnya dalam menentukan model yang terbaik dalam melihat 14 struktur modal optimal dan kecepatan penyesuaian struktur modal yang terdapat di Indonesia. 2. Manfaat Bagi Perusahaan Bagi perusahaan dan manajer keuangan diharapkan dengan adanya bukti empiris tersebut maka dapat membantu dalam mengambil keputusan terkait pemilihan waktu yang terbaik untuk melakukan penyesuaian struktur modal serta pemahaman menyeleuruh mengenai pemilihan sumber pendanaan yang optimal. 3. Manfaat Bagi Investor Penelitian diharapkan juga akan membantu investor dalam melihat posisi struktur modal perusahan yang ada di Indonesia dan memperkirakan kecenderungan terhadap kondisi tersebut sehingga memberi masukan terhadap keputusan investasi yang akan diambil baik waktu yang terbaik maupun industri penempatan investasi. 4. Manfaat Bagi Pemberi Kredit Dikarenakan penelitian ini memiliki kaitan dengan rasio hutang maka diharapkan dengan adanya penelitian ini pemberi kredit dapat menentukan kebijakan yang lebih baik terkait persyaratan kredit yang akan diajukan dan indikator dalam penilaian kelayakan sebuah kredit. 15 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis, yang mencakup tinjauan teoritis mengenai konsep yang digunakan pada penelitian, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis. BAB III : Metode Penelitian, yang merupakan uraian metode yang digunakan pada penelitian untuk menjawab masalah penelitian secara kualitatif dan penjelasan bagaimana data kualitatif dapat diperoleh. Pada bab ini pula akan diuraikan variabel yang digunakan pada regresi disertai penjabaran bagaimana mengukur kecepatan penyesuaian struktur modal. Selain itu, kareteristik dari material data akan dijabarkan sebagai bagian dari data panel dan penjelasan terkait prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis data. BAB IV : Pembahasan, yang memaparkan hasil empiris dan analisis yang akan menyajikan rangkuman statistik sebagai hasil dari regresi yang dilakukan. Hasil yang diperoleh kemudian akan dianalisa dan diinterpretasikan dengan melihat pada kerangka teori yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. 16 BAB V : Kesimpulan, yang merangkum keseluruhan penelitian ini disertai keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. 17