11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Telaah Hasil Penelitian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian terdahulu yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini
adalah penelitian dari Wisnugroho (2008) meneliti tentang “Pengaruh marketing
mix terhadap keputusan konsumen untuk menginap di Hotel Pangandaran”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bauran pemasaran yang paling
mempengaruhi tamu untuk menginap di Hotel Pangandaran.Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 100 orang dan Teknik analisis data yang digunakan
adalah Analisis Kuantitatif menggunakan rumus korelasi Pearson ,Hasil
penghitungan analisis korelasi Pearson dapat diketahui bahwa variabel yang
paling mempengaruhi konsumen untuk meginap di Hotel Pangandaran adalah
variabel harga.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu
penelitian, lokasi penelitian dan ruang lingkup permasalahan. Penelitian ini
mengangkat 7 variabel tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan
tamu menginap di Hotel Santika Kuta, sedangkan penelitian sebelumnya hanya
mengangkat 4 variabel tentang pengaruh marketing mix terhadap keputusan
konsumen untuk menginap di Hotel Pangandaran. Selain itu teknik analisis data
yang digunakan juga berbeda untuk penelitian sebelumnya hanya menggunakan
rumus korelasi Pearson dan dalam penelitian ini menggunakan rumus regresi
berganda, korelasi berganda dan rumus determinasi. Sedangkan persamaannya
adalah sama-sama meneliti tentang bauran pemasaran di sebuah hotel dengan
menggunakan analisis deskriptif kuatitatif.
11
12
Penelitian lainnya dilakukan oleh Munusamy (2008) dari Universitas Tun
Abdul Razak, Malaysia meneliti tentang “Hubungan antara marketing mix dengan
motif konsumen di Tesco, Malaysia (Relationship Between Marketing Mix
Strategy And Consumer Motive: An Empirical Study In Major Tesco Stores)”.
Motif konsumen TESCO sebagai variabel terikat dan strategi harga, promosi,
produk, dan tempat sebagai variabel bebas. Dengan mengambil sampel sebanyak
120 orang, sesuai dengan hasil analisis data yang telah dilakukan melalui
penghitungan analisis regresi, hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya strategi
harga saja yang berpengaruh positif pada motif konsumen, sedangkan strategi
promosi memiliki hubungan yang negatif signifikan. Strategi produk dan tempat
tidak berpengaruh bagi motif konsumen. Penemuan ini menunjukkan bahwa
konsumen tidak memperhatikan karakteristik produk dan lokasi ketika mereka
membeli produk-produk di TESCO, tetapi mereka termotivasi pada strategi harga
yang rendah. Oleh karenanya, semua TESCO yang ada di seluruh Malaysia harus
fokus pada konsep penjualan mereka, yaitu “Everyday Low-Pricing”.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu
penelitian, lokasi penelitian dan ruang lingkup permasalahan. Penelitian ini
mengangkat
tentang pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan tamu
menginap di Hotel Santika Kuta, sedangkan penelitian sebelumnya menganalisis
tentang hubungan antara marketing mix dengan motif konsumen di Tesco,
Malaysia. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang bauran
pemasaran dengan menggunakan analisis deskriptif kuatitatif.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Afifah (2010) meneliti tentang “Kualitas
pelayanan front office pada saat tamu check in dan check out di Hotel Santika
13
Kuta Bali”. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui kualitas pelayanan front
office pada saat tamu check in dan check out di Hotel Santika Kuta Bali. Teknik
analisis data yang digunakana adalah Analisis Kuantitatif menggunakan rumus
skala Likert menggunakan sample sebanyak 424 responden . Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan pada proses check in dan check out
dikatakan kurang memuaskan dari sumber manusia yang terbatas ini dikarenakan
pada saat tamu group datang sumber daya manusia di bellboy masih sangat
terbatas sehingga menghambat proses check in dan check out.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu
penelitian, dan ruang lingkup permasalahan. Penelitian ini mengangkat tentang
pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan tamu menginap di Hotel Santika
Kuta, sedangkan penelitian sebelumnya mengangkat kualitas pelayanan front
office pada saat tamu check in dan check out di Hotel Santika Kuta Bali. Selain itu
teknik analisis data yang digunakan juga berbeda untuk penelitian sebelumnya a
menggunakan rumus skala Likert dan analisis tingkat kesesuaian untuk
mengetahui tingkat kepuasan dan dalam penelitian ini menggunakan rumus skala
Likert, regresi berganda, korelasi berganda dan rumus determinasi. Sedangkan
persamaannya adalah sama-sama meneliti di hotel yang sama yaitu Hotel Santika
Kuta dengan menggunakan analisis deskriptif kuatitatif.
2.2. Deskripsi Konsep
2.2.1. Tinjauan Tentang Pemasaran
Pemasaran adalah suatu tindakan yang tidak putus-putus mulai dari riset
tentang barang dan jasa yang akan diproduksi. Sedangkan menurut Edward
14
(dalam Yoeti, 1996: 29), memberikan batasan tentang pemasaran sebagai berikut:
“Suatu proses ekonomi dengan alat-alat dimana barang-barang dan jasa-jasa itu
ditentukan dalam bentuk nilai - nilai uang”. Menurut Irawan (dalam Putra, 1999)
pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapat
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan menukar
produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Menurut Mill (1996:
316) memberikan pengertian pemasaran adalah jumlah total aktivitas yang
melibatkan dalam mendapatkan produk dan pelayanan dari produsen untuk
komsumen.Menurut Murti (2002 : 10) mengemukakan bahwa pemasaran
merupakan proses sosial dan manajerial bagi individu maupun kelompok untuk
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan individu dan
kelompok lain.
Sedangkan pengertian strategi pemasaran menurut Corey (dalam Tjiptono, 1997:
6), menyatakan “Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya”. Kelima elemen tersebut adalah:
1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Pemilihan
pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian
memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh
perusahaan.
2. Perencanaan produk, yang menawarkan manfat total yang dapat
diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian manfaat tersebut
meliputi produk itu sendiri, nama merek produk, jaminan atau kartu
15
garansi, jasa reparasi dan bantuan teknis yng disediakan penjual serta
hubungan personal yang mungkin terbentuk antara penjual dan pembeli.
3. Penetapan harga, yaitu penetapan harga yang dapat mencerminkan nilai
kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
4. Sistem distribusi, saluran yang digunakan oleh perusahaan baik dalam
bentuk grosir maupun eceran yang dilakukan hingga mencapai konsumen
akhir yang membeli dan menggunakan.
Jadi dapat di sumpulkan bahwa pemasaran adalah merupakan aktivitasdunia
usaha yang saling berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
2.2.2. Tinjauan Tentang Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran.
Menurut Amstrong (2001:1) menyatakan Manajemen Pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli dengan sasaran demi mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Assauri (2004) Manajemen Pemasaran merupakan
kegiatan menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
semua kegiatan yang terkait dengan perancangan dan peluncuran produk,
pengkomunikasian, promosi dan pendistribusian produk tersebut, rnenetapkan
harga dan mentransaksikannya, dengan tujuan agar dapat memuaskan
konsumennya dan sekaligus dapat mencaapi tujuan organisasi perusahaan jangka
panjang.
16
Secara umum dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran suatu kegiatan
menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan suatu
kegiatan, yang terkait dengan perancangan dan peluncuran produk, promosi serta
pendistribusian produk, dan menetapkan harga dengan tujuan agar dapat
memuaskan konsumennya dan sekaligus dapat mencapai tujuan organisasi
perusahaan dalam jangka panjang.
2.2.3. Tinjauan Tentang Bauran Pemasaran
Konsep bauran pemasaran merupakan salah satu konsep dalam pemasaran
modern pada saat sekarang ini. Konsep tersebut adalah salah satu kegiatan
pemasaran yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mengejar
maksimum profit. Ada beberapa definisi tentang bauran pemasaran (marketing
mix)
Menurut Yoeti (1999 : 24) kunci kesuksesan para pelaku bisnis haruslah
mengembangkan strategi persaingan yang berpedoman pada bauran pemasaran
(marketing mix). Marketing mix sebagai suatu konsep pertama kali dipelopori oleh
Borden di tahun 1960-an. Marketing mix terdiri dari : Produk (Product), Tempat
(Place), Harga (Price), Posisi (Positioning), Promosi (Promotion) dan Target
Pasar (Target Market)
Menurut Kotler (1997:92), Marketing mix is the set of marketing tools that
the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market yang
memiliki arti bahwa bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar
yang dituju.
17
Menurut Stanton (1978) Bauran pemasaran (marketing mix) adalah
kombinasi dari 4 variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan yaitu produk, harga, kegiafan promosi dan sistem
distribusi.
Ada banyak alat pemasaran, McCarthy mempopulerkan pembagian kiat
pemasaran ke dalam 4 (empat) faktor yang disebut the four Ps: product, price,
place, and promotion”
Menurut Payne (2000: 155) bauran pemasaran untuk jasa adalah 4P+3P,
yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan proactive customer
service (produk, harga, tempat, promosi, penyampai jasa, proses,pelayanan
proaktif terhadap pelanggan).
Menurut Yazid (2005: 18) bauran pemasaran jasa adalah terdiri dari 7P‟s,
yaitu: product, price, place, promotion, people or participant,physical evidence,
dan process (produk, harga, tempat, promosi, partisipanatau orang, bukti fisik, dan
proses).
Jadi bauran pemasaran (marketing mix) dalam industri jasa adalah
serangkaian variabel pemasaran ( produk,harga,lokasi,promosi personel, bentuk
fisik, dan proses) yang dipakai oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan
pasar terhadap permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh pihak perusahaan
2.2.4. Tinjauan Tentang Komponen Bauran Pemasaran
Menurut Yazid (dalam Nugroho, 2008) bauran pemasaran adalah empat
komponen dalam pemasaran yang terdiri dari 4P Karena pemasaran bukanlah
ilmu
pasti,
teori
bauran
pemasaran
juga
terus
berkembang.
Dalam
perkembangannya, dikenal juga istilah 7P yaitu yang terdiri atas Product
18
(Produk), Price (Harga), Place (Tempat atau Saluran Distribusi), dan Promotion
(Promosi), yang dalam perkembangannya kini, telah mengalami penambahan lagi
menjadi: People (Orang), Phisical Evidence (Bukti Fisik), dan Process (Proses)
Lebih lanjut akan diuraikan masing-masing elemen bauran pemasaran jasa
tersebut, sebagai berikut:
1. Product (produk)
Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran.
Strategi produk dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian
sebuah produk bukan hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Alma (dalam Swastini 2006:20) menyatakan bahwa produk adalah
bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja akan tetapi juga sesuatu yang
tidak berbentuk yang mana semua ini untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
dari konsumen.
Pengertian produk menurut Kotler ( 2002 : 13 ) adalah setiap tawaran yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produsen dalam memasarkan produk
harus menentukan segmen pasar yang dituju, serta mengetahui apa yang menjadi
keinginan dan kebutuhan konsumen serta sedapat mungkin memuaskan.
Penegrtian produk menurut ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui
proses produksi yang dapat ditawarkan produsen untuk di perhatikan, diminati,
dibeli, digunakan, atau di konsumsi sebagai pemenuhan keinginan pasar yang
bersangkutan.
19
Jadi dapat disimpulkan produk adalah bukan hanya sesuatu yang berwujud
saja tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti jasa pelayanan ( service) yang
ditawarkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
2. Price (Harga)
Menurut Monroe (2005) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan
ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain
itu harga salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk
melakukan transaksi atau tidak. Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa
saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi
individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu
(Schifman and Kanuk, 2001).
Menurut Payne (2000: 171) harga memainkan bagian yang sangat penting
dalam bauran pemasaran jasa, karena penetapan harga memberikan penghasilan
bagi bisnis. Sedangkan menurut Yoeti (1999 : 29) harga yang di tetapkan untuk
suatu produk yang dihasilkan akan dijadikan dasar penawaran untuk target pasar
tertentu. Penetapan harga akan dipengaruhi oleh tujuan perusahaan, kadar
persaingan di pasar, biaya operasional, dan faktor ekstern seperti kondisi
perekonomian
Jadi dapat di simpulkan bahwa pengertian harga adalah sejumlah nilai yang
harus dibayarkan dalam membeli suatu barang atau jasa.
3. Place (Saluran Distribusi)
Kotler (2000: 96) menyatakan bahwa “Saluran distribusi terdiri dari
seperangkat lembaga yang melakukan segala kegiatan (Fungsi) yang digunakan
untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen”.
20
Berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa saluran distribusi suatu barang
adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai
dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai
industri.Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan
tersedia saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan
yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan
tersedia bagi konsumen sasaran.
Menurut Revzan (dalam Lubis, 2004) pengertian saluran distribusi adalah
suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan
akhirnya sampai kepada pemakai. Menurut Nitisemito (dalam Lubis, 2004)
pengertian saluran distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau lembagalembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan barang-barang
atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Menurut The American Marketing
Association (dalam Lubis, 2004) pengertian saluran distribusi merupakan suatu
struktur organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri dari agen,
dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui sebuah komoditi, produk atau jasa
yang dipasarkan. Menurut WaIters (dalam Lubis, 2004) pengertian saluran
distribusi
adalah
sekelompok
pedagang
dan
agen
perusahaan
yang
mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk
menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Menurut Armstrong (1997) pengertian
saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan kumpulan organisasi saling
tergantung yang terlibat dalam proses menyediakan produk atau jasa agar dipakai
atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna distribusi.
21
Menurut Payne (2000: 181) lokasi berkenaan dengan keputusan perusahaan
mengenai dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan. Pentingnya lokasi untuk
jasa tergantung pada jenis dan tingkat interaksi yang terlibat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah waktu dan tempat
dimana produk dapat diperoleh oleh konsumen maupun calon kosumen dengan
mudah yang menguntungkan bagi perusahaan dan pelanggan
4. Promotion (promosi)
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada
konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif
pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-media yang disebut dengan
media massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio, televisi dan direct mail
(Baker, 2000:7). Media promosi yang dapat digunakan pada bisnis ini antara lain
(1) Periklanan, (2) Promosi penjualan, (3) Publisitas dan hubungan masyarakat,
dan (4) Pemasaran langsung. Penentuan media promosi yang akan digunakan
didasarkan pada jenis dan bentuk produk itu sendiri. Sedangkan menurut Yoeti
(2002:114) promosi adalah usaha memberitahukan produk yang hendak
ditawarkan kepada calon wisatawan yang dijadikan target pasar.
Menurut Alma (2004:179), promosi adalah sejenis komunikasi yang
memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa.
Tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian, dan
selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan. Sedangkan Menurut
Payne (2000:189) promosi merupakan alat yang digunakan perusahaan jasa untuk
berkomunikasi dengan pasar sasaran.
22
Dapat disimpulkan bahwa promosi ialah memberi informasi, menarik
perhatian dan selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan melalui
komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan kepada konsumen secara
terus-menerus
5. People (Partisipan)
Partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun penjualan,
atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses layanan itu sendiri, diantaranya adalah para reception, waiter, dan beauty
therapis (Sumanto.220 ).
Menurut Kotler (2002 : 112 ) personal adalah proses seleksi, pelatihan, dan
pemotivasian karyawan yang nantinya dapat digunakan sebagai pembedaan
perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Boom dan
Bitner ( 2000 : 234 ) personel adalah pelaku yang turut ambil bagian dalam
pnyajian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk
dalam element ini adalah personel perusahaan dan konsumen.
Menurut Yazid (2005: 19) partisipan atau orang (people) adalah semua
pelaku yang memainkan sebagian penyediaan jasa dan karenanya mempengaruhi
persepsi pembeli. Partisipan adalah setiap dan semua orang yang memainkan
suatu peran dalam waktu riil jasa (selama berlangsungnya proses dan konsumsi
jasa berlangsung).
Jadi dapat di simpulkan bahwa people adalah semua pelaku yang
berpartisipasi dalam penyajian jasa menjadi petunjuk tentang karakteristik
maupun kualitas jasa yang akan diterima konsumen.
23
6. Physical Evidence (Lingkungan fisik)
Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga
termasuk suasana hotel yang merupakan tempat beroperasinya jasa pelayanan
tamu selama menginap dan beristirahat. Karakteristik lingkungan fisik merupakan
segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi,
dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang
nampak atau lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli (Belk 1974 dalam
Assael 1992). Berdasarkan ketujuh elemen marketing mix tersebut yang
merupakan kunci sukses bagi sebuah hotel diantaranya adalah kelengkapan
produk layanan yang siap ditawarkan, lokasi yang strategis, keramahan dan
efektivitas pelayanan, tempat parkir yang memadai, dan fasilitas lain pendukung
kenyamanan konsumen seperti lobby sampai dengan ruang kamar yang sejuk dan
bertata cahaya yang tepat.
Bukti fisik berarti konsumen akan melihat keadaan nyata dari benda-benda
yang menghasilkan jasa tersebut. Bukti fisik eksternal seperti desain eksterior,
tempat parkir, taman, maupun suasana lingkungan. Sedangkan bukti fisik internal
seperti perlengkapan, penataan ruang, kesegaran udara dan temperatur. Buktibukti lain untuk perusahaan tertentu seperti kartu nama, alat-alat tulis penampilan,
brosus maupun pakaian seragam karyawan (Alma, 2000 dalam Swastini, 2006:25)
Menurut Kotler ( 2002 : 124 ) bukti fisik ( pyhsical evidence) adalah bukti
fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa dan yang ditujukan kepada konsumen
sebagai usulan nilai tambahan. Sedangkan menurut Boom dan Bitner ( dalam
Alma 2000 : 234) menejlaskan bahwa bukti fisik jasa mencakup semua hal yang
24
berwujud berkenaan dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format
pelaporan dan peralatan.
Menurut Yazid (2005: 20) bukti fisik adalah lingkungan fisik dimana jasa
disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi dan setiap
komponen tangibel menfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bukti fisik adalah wujud nyata yang dapat
ditawarkan dalam proses penawaran produk/ jasa kepada calon konsumen maupun
konsumen yang dapat dirasakan kemudian dilihat secara nyata penilaiannya.
7. Process (Proses)
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan
kepada konsumen selama melakukan pembelian barang maupun jasa. Hotel
melalui front liner sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk
tujuan menarik konsumen. Fasilitas hotel, card member dan fasilitas layanan yang
berpengaruh pada image perusahaan.
Proses ini diluar pandangan konsumen. Konsumen tidak mengetahui
bagaimana proses yang terjadi, yang penting jasa yang ia terima harus
memuaskan. Proses yang terjadi berkat dukungan karyawan dan tim manajemen
yang mengatur semua proses berjalan dengan lancar (Alma 2000 dalam Swastini,
2006:25)
Menurut Wright ( 2002 : 13) mendeskripsikan bahwa proses adalah suatu
metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang diperlukan untuk
menyajikan produk dan layanan yang baik kepada pelanggan.
Menurut Payne (2000: 210) proses menciptakan dan memberikan jasa pada
pelanggan merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran, karena pelanggan
25
jasa akan memandang sistem pemberian jasa tersebut sebagai bagian dari jasa itu
sendiri. Semua kegiatan pekerjaan adalah merupakan proses. Proses ini meliputi
mekanisme pelayanan, prosedur, jadwal kegiatan serta rutinitas suatu jasa
diberikan kepada pelanggan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses yaitu semua prosedur aktual,
mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan
suatu sistem penyajian atau operasi jasa.
2.2.5. Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan pembelian menurut Kanuk (2000 :437) adalah “the selection of
an option from two or alternative choice”. Jadi, keputusan pembelian adalah
suatu keputusan seseorang yang memilih salah satu dari beberapa alternatif
pilihan yang ada.
Menurut
Olson
(1999:162),
“Keputusan
pembelian
adalah
proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya”. Sedangkan
menurut Kotler (2005:202) “Karakteristik pembeli dan proses pengambilan
keputusannya akan menimbulkan keputusan pembelian”. Sedangkan menurut
Belch (2004:105) keputusan pembelian adalah :“The result of a long, detailed
process that include an extensive information search, brand comparisons and
evaluations, and other activities”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah sebuah proses
yang dilakukan seseorang sebelum membeli sebuah barang maupun jasa melalui
pengevaluasian dari beberapa pilihan sebelum melakukan pembelian
26
2.2.6. Tinjauan Tentang Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian,
dan perilaku setelah pembelian. Jelas bahwa proses pembelian berlangsung jauh
sebelum pembelian aktual dan berlanjut jauh sesudahnya. Pasar perlu berfokus
pada seluruh proses pengambilan keputusan pembelian bukan hanya pada proses
pembeliannya saja. ( Kotler, 2000 :204 )
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya
perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulus internal ketika salah satu kebutuhan
normal-lapar, haus, seks, naik ke tingkatan yang cukup tinggi sehingga menjadi
pendorong ( Kotler, 2000 ).
Menurut Engel (1994: 31), pengenalan kebutuhan atau dapat diartikan
pengenalan masalah ini konsumen mempersepsikan antara keadaan yang
diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan. Sedangkan menurut Yazid (2005: 50)
mengungkapkan bahwa perilaku konsumen jasa tidak berbeda dengan perilaku
konsumen barang, karena pembelian atau penggunaan barang dan jasa hanya
merupakan suatu sarana memenuhi kebutuhan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam pengenalan masalah ini konsumen menemukan masalah atau
27
kebutuhan yang diinginkan dan selanjutnya merasakan keadaan nyata dengan apa
yang diinginkannya.
Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Seseorang mungkin
merasa membutuhkan hobi baru ketika kesibukan pekerjaannya mulai menurun,
dan dia mulai memikirkan kamera setelah berbincang-bincang dengan teman
tentang fotografi atau setelah melihat iklan kamera. Pada tahap itu, pemasar harus
meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan macam apa yang menyebabkan
kebutuhan itu muncul, dan cara pemasar menuntun konsumen supaya membeli
produk tersebut.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari
informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi
kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya. Jika
tidak, konsumen akan menyimpan kebutuhan itu kedalam ingatan atau
mengerjakan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan itu
(Kotler, 2000).
Menurut Engel (1994: 31), dalam pencarian informasi ini konsumen mencari
informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan
informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
Menurut Yazid (2005: 51) terdapat lima sumber dasar pengumpulan
informasi konsumen dalam keputusan pembelian jasa:
28
1) Sumber-sumber internal. Konsumen mengaftifkan memori atau pengalaman
yang tersimpan dibenaknya pada waktu memenuhi kebutuhan dan keinginannya
tersebut. Proses pembelian ini disebut sebagai keputusan pembelian berdasar
kebiasaan.
2) Sumber-sumber keluarga atau individu. Hal ini berasal dari
keluarga, teman, sahabat, atau bahkan orang yang baru dikenal tetapi dipercayai.
3) Sumber-sumber pemasaran. Sumber ini mencangkup periklanan, tenaga
penjualan (semua personel jada adalah tenaga penjualan suatu organisasi jasa),
perantara atau waralaba, dan pengemasanjasa.
4) Sumber-sumber publik. Sumber ini mencangkup publisitas, seperti artikel
tentang perusahaan di surat kabar dan perangkingan jasa independen di majalah
(media) khusus.
5) Sumber-sumber pengalaman. Informasi jenis ini merujuk kepada
penanganan, percobaan atau dengan cara bertanya kepada konsumen lain yang
sudah pernah mengalami atau mencoba jasa yang dimaksud.
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen atau
pembeli akan melakukan usaha untuk mencari informasi mengenai barang atau
jasa yang diinginkannya.
3. Pengevaluasian Alternatif
Setelah telah mempejari cara konsumen menghasilkan informasi yang
menghasilkan sekumpulan merek-merek yang akhirnya dipilih.Cara konsumen
memilih dari alternatif merek yang ada, Pemasar perlu memahami proses
pengevaluasian alternatif-yakni, cara konsumen memproses informasi yang
menghasilkan berbagai pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak melakukan
29
satu evaluasi secara tunggal dan sederhana, tetapi konsumen mungkin melakukan
beberapa proses avaluasi.
Sikap konsumen terhadap sejumlah merek tertentu terbentuk melalui
beberapa prosedur evaluasi. Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi
alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian
tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat
dan pikiran yang logis (Kotler, 2000).
Sedangkan menurut Yazid (2005: 52), konsumen jasa mengevaluasi
alternatif-alternatif berdasarkan logika dasar yang dijelaskan dalam urutan sebagai
berikut :
1) Konsumen mempunyai informasi tentang sejumlah organisasi yang
menawarkan jasa yang sama.
2) Konsumen menerima bahwa paling sedikit beberapa organisasi yang
menawarkan jasa yang sama tersebut merupakan alternative-alternatif yang bisa
dipilih dan mampu memuaskan kebutuhan.
3) Setiap organisasi itu mempunyai sejumlah atribut yang bisa dibedakan.
4) Atribut-atribut tersebut relevan bagi konsumen dan konsumen menerima bahwa
setiap organisasi berbeda dalam kompleksitas dan prosesnya.
5) Organisasi jasa yang menawarkan paling banyak atribut jasa yang diinginkan
dalam jumlah yang dikehendaki akan merupakan organisasi jasa yang paling
disukai.
6) Organisasi jasa yang paling disukai konsumen adalah organisasi jasa kepada
siapa konsumen akan membeli jasanya.
30
Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit atau
tidak mengerjakan evaluasi sama sekali; melainkan mereka membeli secara
impulsif atau bergantung pada intuisi. Terkadang konsumen membuat keputusan
sendirian, kadang tergantung pada teman, petunjuk konsumen, atau penjual untuk
mendapatkan saran pembelian.
4. Keputusan Pembeli
Di tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan
membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan
pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua
faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian
(Kotler, 2000). Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika suami Anna Flores
sangat merasa Anna harus membeli kamera yang harganya paling murah, maka
kesempatan Anna membeli kamera mahal akan berkurang.
Faktor kedua adalah faktor situasi tak terduga. Konsumen mungkin
membentuk
kecenderungan
pembelian
berdasar
pada
pendapatan
yang
diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, keadaan tak
terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian, Anna Flores mungkin
kehilangan pekerjaannya atau pembelian lainnya lebih mendesak atau mungkin
temannya mengatakan kecewa terhadap kamera pilihannya yang juga kamera
kesukaan Anna. Atau, pesaing dekat menurunkan harga. Jadi, preferensi dan
kecenderungan pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian aktual.
Sedangkan menurut Engel (1994: 3), dalam pembelian ini konsumen
memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu
31
5. Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah
membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke
perilaku setelah pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar. Jika produk
jauh di bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa; jika produk
memenuhi harapannya, konsumen terpuaskan, jika melebihi harapannya, maka
konsumen akan merasa sangat senang. ( Kotler, 2000 )
Kepuasan itu penting karena penjualan perusahaan berasal dari dua
kelompok dasar-pelanggan baru dan pelanggan lama. Biasanya biaya akan lebih
besar untuk menarik pelanggan baru daripada mampertahankan pelanggan lama
dan jalan terbaik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memuaskan
mereka. Kepuasan pelanggan merupakan kunci untuk membuat hubungan jangka
panjang dengan pelanggan-yakni untuk mempertahankan dan menumbuhkan
konsumen serta untuk memetik hasil yang berupa nilai seumur hidup pelanggan.
Pelanggan yang puas akan kembali membeli produk, berbicara yang
menyenangkan tentang produk itu, lebih sedikit memperhatikan merek dan iklan
pesaing, serta membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama. Banyak
pemasar bertindak lebih dari sekedar memuaskan harapan konsumen-mereka
berupaya menyenangkan hati konsumen. Konsumen yang hatinya merasa senang
akan membeli lagi produk tersebut serta berbicara yang menyenangkan tentang
produk dan perusahaan itu.
Sedangkan konsumen yang tidak puas memberikan tanggapan secara
berbeda. Konsumen yang puas, secara rata-rata, akan berbicara kepada tiga orang
mengenai baiknya pengalaman mereka mengenai produk, sedangkan konsumen
32
yang tidak puas akan mengeluh ke 11 orang. Bahkan, suatu studi menunjukkan
bahwa 13 persen orang yang mempunyai masalah dengan organisasi tertentu
mengeluh tentang organisasi tersebut ke lebih dari 20 orang. Jadi, berita buruk
dari mulut ke mulut berjalan lebih cepat daripada berita baik dari mulut ke mulut
dan dapat dengan cepat merusak sikap konsumen terhadap perusahaan dan
produknya.
Menurut Engel (1994: 31), dalam hasil ini konsumen mengevaluasi apakah
alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah
digunakan.
2.2.7. Tinjauan Tentang Hotel
Hotel merupakan salah satu komponen terpenting di dalam jajaran industri
pariwisata, mengingat setiap wisatawan akan selalu membutuhkan fasilitas
penginapan, di tempat tujuannya. Untuk memberikan pengertian tentang hotel,
maka perlu beberapa definisinya. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Pariwisata dan Telekomunikasi No. KM. 94/PW.304/MPPT-86 tanggal 7 Juni
1986 (dalam Sugiarto dkk,1996 : 9), memberikan batasan sebagai berikut:
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan pelayanan penginapan, makanan dan
minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta
memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan
pemerinah.
Sedangkan menurut Sri (1996 : 8) hotel adalah bangunan yang dikelola
secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat umum
dengan fasilitas sebagai berikut :
1. Jasa penginapan
2. Pelayanan makanan dan minuman
33
3. Pelayanan barang bawaan
4. Pencucian pakaian
5. Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada dikamar.
Menurut Kasavana (dalam Nugroho, 2008)) mendefinisikann tentang hotel
adalah
‘A hotel or inn may be defined as an establishment whose primary business
is providing lodging facilities for the general public, and which furnishes
one or more of the following services: food and beverage service, room
attendant service, uniformed service, laundering of linens and use of
furniture and fixtures. Hotel can have anywhere from 50 to 2000 rooms
sometimes more. Inns usually have 5 to 50 rooms and the levels of service is
more personal’
Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan
bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta
jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil (Keputusan
Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987).:
Jadi secara umum hotel dapat didefinisikan sebagai suatu akomodasi yang
dikelola secara komersial yang menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan
dan minum yang disediakan bagi orang yang memerlukan. Menurut Keputusan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM.3/HK.001/MKP.02 tentang
pengelolaan kelas hotel di Indonesia menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi
dua yaitu golongan kelas hotel berbintang dan golongan kelas melati. Golongan
kelas hotel menurut peraturan ini dapat dibagi atas lima penjenjangan kelas yaitu
hotel bintang satu sampai dengan hotel bintang lima.
Golongan kelas hotel dapat ditingkatkan arau diturunkan sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan. Setiap hotel bintang maupun melati dapat diberikan
penghargaan (award) tambahan setelah memenuhi persyaratan dalam kriteria
34
penggolongan kelas hotel, yaitu “hotel berlian”. Dengan dikeluarkanya peraturan
terbaru ini akan ada hotel melati dengan kategori berlian, karena memenuhi
persyaratan tambahan yang ditetapkan.Selanjutnya dijelaskan oleh United State
Loding Industry, bahwa yang utama hotel dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1.
City hotel (Transiet hotel) adalah hotel yang terletak / lokasinya di
tengah kota dengan jenis atau tamu yang menginap sebagian besar
adalah untuk urusan bisnis dan turis.
2.
Residential Hotel adalah yang pada dasarnya merupakan rumahrumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya, yang disewakan
secara bulanan atau tahunan. Residential hotel juga menyediakan
kemudahan- kemudahan layaknya hotel seperti restoran, pelayanan
makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.
3.
Resort Hotel adalah hotel yang pada umunya berlokasi di tempattempat wisata meyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang
rapat serta fasilitas konferensi untuk tamu-tamunya.
2.2.6. Tinjauan Tentang Wisatawan
Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
disebutkan wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan Sihite
(2000:49) pengertian wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negri atau wisatwan domestik.
2. Wisatawan mancanegara adalah warga negara suatu negara yang mengadakan
perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain).
Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization),
dalam Gamal Suwantoro (2009:4) menggunakan batasan mengenai wisatawan
35
secara umum: pengunjung (visitor) yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara
atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk
melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai
sebutan pengunjung, yakni:
1.
Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurangkurangnya 24 jam di suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan
wisata dapat digolongkan menjadi :
1) Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, study,
keagamaan, dan olahraga.
2) Hubungan (relationship), dagang, sanak saudara, kerabat, MICE, dsb.
2.
Pelancong (excursionist) adalah pengunjung sementara yng tinggal dalam
suatu negara yng dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pengelompokan wisatawan menurut Marpaung (2002:48) dibagi kedalam 3
kategori sebagai berikut :
1.
Umur
Pengelompokan wisatawan bedasarkan umur dibagi menjadi 3 yaitu :
wisatawan remaja, wisatawan usia menengah, dan wisatawan usia lanjut. Pada
setiap wisatawan berbeda usia maka akan memiliki minat yang berbeda pula
dalam melakukan perjalanan wisatanya, seperti pada wisatawan remaja cenderung
mengatur perjalanan wisatanya secara sendiri dan cenderung memiliki waktu yang
relatif panjang dalam menggunakan waktu liburnya. Minat mereka cenderung
bebas dalam memilih jenis wisata, baik itu wisata alam, maupun wisata yang
mengandung unsur budaya dan kesenian
36
Sedangkan wisatawan usia menengah cenderung tidak memiliki kebutuhan
khusus dalam perjalanan wisatanya, tetepi wisatawan ini selalu memiliki
keinginan besar untuk melakukan kegiatan wisata. Pada wisatawan usia lanjut
cenderung mempersiapkan kegiatan wisatanya dengan sangat matang dan
terecana, wisatawan ini cenderung memilih kegiatan wisata dengan pelayanan dan
fasilitas yang baik.
2.
Jenis Kelamin
Minat dan kebutuhan wisatawan pria cenderung sama dengan wisatawan
wanita hanya terdapat beberapa perbedaan diantaranya adalah :
1) Wanita lebih tertarik terhadap pusat perbelanjaan.
2) Wanita lebih memperhatikan keberadaan fasilitas dan pelayanan
terutama makanan
3) Wanita lebih berhati-hati membelanjakan uangnya
4) Dalam perjalanan wisata wanita cenderung lebih cepat lelah dan cepat
kehilangan rasa antusias terhadap atraksi wisata
3.
Kelompok Sosio-Ekonomi
Karateristik wisatawan berdasarkan sosio-ekonomi dibedakan menjadi dua
yaitu kelompok sosio-ekonomi menengah bawah yaitu kelompok ini memiliki
pendapatan cenderung kecil, berpendidikan rendah, kurang fleksibel terhadap
progam tour, dan biasanya tidak mengharapkan pelayanan dan fasilitas kelas satu.
Sedangkan yang kedua adalah kelompok sosio-ekonomi menengah atas
yaitu kelompok ini memeiliki pendapatan yang besar, berpendidikan lebih baik,
orang yang professional dan memiliki jabatan yang tinggi, membutuhkan
pelayanan dan fasilitas kelas tinggi. Kelompok ini cenderung meminta
37
perencanaan kegiatan wisata secara terperinci dan matang pada orang-orang yang
professional.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah
orang-orang yang melakukan kegiatan perjalanan dengan tujuan memperoleh
kesenangan, tidak untuik bekerja, menetap, dan mencari nafkah.
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau
lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji
kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena – fenomena., maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
Ada pengaruh positif dan signifikan antara bauran pemasaran terhadap tingkat
keputusan tamu menginap di Hotel Santika Kuta.
Download