Dislokasi Hips Posterior • Mekanisme trauma Caput femur

advertisement
Dislokasi Hips Posterior

Mekanisme trauma
Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang
dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau
semifleksi. Trauma biasanya terjadi karna kecelakaan lalu lintas dimana lutut
penumpang dalam keadaan fleksi dan menabrak dengan keras benda yang ada
didepan lutut.

Gambaran Klinis
Pada kasus yang jelas, diagnosis mudah ditegakkan, kaki pendek, dan sendi
panggul teraba dengan jelas dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi.
Namun kadang pada fraktur tulang panjang dapat terlewat.

Klasifikasi
Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation

Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall
fragment

Type II Dislocation associated with fracture posterior acetabular rim

Type III Dislocation with a comminuted acetabular rim

Type IV Dislocation with fracture of the acetabular floor

Type V Dislocation with fracture of the femoral head (Pipkin Class)
Stewart-Milford System


Type I Simple dislocation without fracture
Type II Dislocation with one or more rim fragments but with sufficient
socket to ensure stability after reduction

Type III Dislocation with fracture of the rim producing gross instability

Type IV Dislocation with fracture of the head or neck of the femur
Pipkin Classification of Posterior Hip Dislocation
Type

Description
I
dislocation with femoral fracture caudal to fovea centralis
II
dislocation with femoral fracture cephalad to fovea centralis
III
Type I or II + fracture of femoral neck
IV
Type I or II + fracture of acetabulum
Gambaran radiologis
Pada foto anteroposterior caput femoris terlihat di luar mangkuknya dan diatas
acetabulum, segmen atap acetabulum mungkin caput femoris mungkin telah
patah atau bergeser.

Terapi
Dislokasi harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Padasebagian
besar kasus dilakukan reduksi reduksi tertutup. Seorang asisten menahan
pelvis, ahli bedah ortopedi memfleksikan pinggul dan lutut pasien sampai 90
derajat dan menarik paha keatas secara vertikal. Setelah direposisi, stabilitas
sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasi dengan cara
menggerakkan secara vertikal pada sendi panggul
Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan
mempertahankannya selama 3 minggu. Gerakan dan latihan dimulai setelah
nyeri mereda.
Pada tipe II, sering diterapi dengan reduksi terbuka dan fiksasi anatomis pada
fragmen yang terkena. Terutama jika sendi tidak stabil atau fragmen besar
tidak tereduksi dengan reduksi tertutup, reduksi terbuka dan fiksasi internal
dan dipertahankan selama 6 minggu diperlukan.
Pada cedera tipe IIIumumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika ada
fragmen yang terjebak dalam asetabulum, maka dilakukan tindakan reduksi
terbuka dan pemasangan fiksasi interna dan traksi dipertahankan selama 6
minggu.
Cedera tipe IV dan V awalnya diterapi dengan reduksi tertutup. Fragmen caput
femoris dapat tepat berada ditempatnya dan dapat dibuktikan dengan foto atau
ct scan pasca reduksi. Jika fragmen tetap tak tereduksi maka dilakukan reduksi
terbuka dengan caput femoris didislokasikan dan fragmen diikat pada
posisinya
dengan
sekrup
countersunk
pasca
operasi
traksi
dipertahankan selama 4 minggu, dan pembebatan ditunda selama 12 minggu.

Komplikasi
Tahap dini
a.
Cedera nervus skiatikus
Cedera nervus skiatikus terjadi 10-14% pada dislokasi posterior selama
awal trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat digunakan sebagai
verifikasi sebelum dan sesudah relokasi untuk mendeteksi terjadinya
komplikasi ini. Jika ditemukan adanya dysfungsi atau lesi pada nervus ini
setelah reposisi maka surgical explorasi untuk mengeluarkan dan
memperbaikinya. Penyembuhan sering membutuhkan waktu lama
beberapa bulan dan untuk sementara itu tungkai harus dihindarkan dari
cedera dan pergelangan kaki harus dibebat untuk menghindari kaki
terkulai “foot drop”
b. Kerusakan pada Caput Femur
Sewaktu terjadi dislokasi sering kaput femur menabrak asetabulum hingga
pecah.
c.
Kerusakan pada pembuluh darah
Biasanya pembuluh darah yang mengalami robekan adalah arteri glutea
superior. Kalau keadaan ini dicurigai perlu dilakukan arteriogram.
Pembuluh darah yang robek mungkin perlu dilakukan ligasi.
d. Fraktur diafisis femur
Bila terjadi bersamaan dengan hip dislokasi biasanya terlewatkan.
Kecurigaan adanya dislokasi panggul, bilamana pada fraktur femur
ditemukan posisi fraktur proksimal dalam keadaan adduksi. Pemeriksaan
radiologis sebaiknya dilakukan di atas dan dibawah daerah fraktur.
Tahap lanjut
a.
Nekrosis avaskular
Persediaan darah pada caput femoris sangat terganggu sekurang
kurangnya 10% pada dislokasi panggul traumatik, kalau reduksi ditunda
menjadi beberapa jam maka angkanya meningkat manjadi 40%. Nekrosis
avaskular terlihat dalam pemeriksaan sinar x sebagai peningkatan
kepadatan caput femoris, tetapi perubahan ini tidak ditemukan sekurang
kurangnya selama 6 minggu, bahkan ada yang 2 tahun dan pada
pemeriksaan radiologis ditemukan adanya fragmentasi ataupun sklerosis.
b. Miositis osifikans
Komplikasi ini jarang terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya
cedera. Tetapi gerakan tak boleh dipaksakan dan pada cedera yang berat
masa istirahat dan pembebanan mungkin perlu diperpanjang
c.
Dislokasi yang tidak dapat direduksi
Hal ini dikarenakan reduksi yang terlalu lama sehingga sulit dimanipulasi
dengan reduksi tertutup dan diperlukan reduksi terbuka. Dengan seperti
ini insidensi kekakuan dan nekrosis avaskular sangat meningkat dan
dikemudian
hari
pembedahan
reksontruktif
diperlukan
d. Osteoartritis
Osteoartritis sekunder sering terjadi dan diakibatkan oleh kerusakan
kartilago saat dislokasi, adanya fragmen yang tertahan dalam sendi, atau
nekrosis iskemik pada caput femoris.
http://agoesdoctor.blogspot.com/2011/09/dislokasi-pinggul.html
Download