112 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan, diantaranya : 1. Secara keseluruhan iklan billboard yang berada di Jalan Margonda, Depok yang tayang pada Oktober sampai Desember 2013 berjumlah 38 iklan billboard yang terpasang. 28 diantaranya telah memenuhi kode etik periklanan dan 10 lainnya tidak memenuhi etika periklanan. Dengan demikian, diketahui bahwa tidak semua iklan billboard di Jalan Margonda, Depok memenuhi etika periklanan. 2. Dari 38 iklan yang telah diujikan, terdapat 10 iklan yang melakukan pelanggaran diantaranya didominasi pelanggaran yang didapat pada headline sebanyak 7 pelanggaran, pada elemen overline satu pelanggaran serta slogan dan logo sponsor satu pelanggaran, dan elemen visualisasi sebanyak satu pelanggaran. 3. Dari total tujuh kategori yang melakukan pelanggaran ditemukan beberapa bentuk pelanggaran. Bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh 113 iklan billboard diantaranya berupa penggunaan kalimat superlatif seperti “paling”, “ter”, “nomer 1”, tanpa secara spesifik memberikan tolak ukur dari penggunaan kalimat-kalimat tersebut. Serta tanpa disertai dengan bukti tertulis secara otentik dari otoritas terkait. Hal tersebut menjadikan pernyataan tidak dapat dipercaya dan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) Bab IIIA tentang isi pesan iklan. Selian itu, terdapat bentuk pelanggaran lainnya yaitu iklan kopi yang masih melalaikan unsur keselamatan karena menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan alat-alat kelengkapan untuk keselamatan seperti helm. 5.2 Saran Beberapa pesan yang dapat disampaikan oleh peneliti untuk menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait dalam penellitian ini adalah 1. Meskipun tidak semua iklan billboard yang tayang pada periode Oktober – Desember 2013 melanggar semua kategori etika periklanan khususnya pada Bab III A tentang isi pesan, namun sayangnya tetap terjadi pelanggaran dalam beberapa iklan yang tayang dan hendaknya kategori yang tidak memenuhi kode etik periklanan lebih diperhatikan lagi agar kedepannya perusahaan-perusahaan iklan atau perusahaan yang dengan sendiri membuat iklan billboard tersebut dapat mematuhi 114 etika periklanan. Hal itu perlu dilakukan sebagai wujud kepedulian produsen kepada pengguna produk. Serta lebih memperhatikan penggunaan bahasa pada iklan yang ditayangkan agar tidak hanya terkesan sebuah kebohongan belaka bagi konsumen pengguna produk yang ditawarkan dan dikhawatirkan konsumen hanya menganggap apa yang diiklankan hanya sebagai bualan belaka karena tidak adanya bukti yang kuat dan otentik terhadap penggunaan bahasa tertentu, terlebih penggunaan bahasa superlatif. 2. Hendaknya perusahaan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia memantau serta mengawasi dan membina para biro iklan yang membuat iklan billboard untuk menghindari pelanggaran Etika Periklanan Indonesia (EPI) yang telah disepakati bersama dan menjadikan Epi sebagai tolak ukur untuk berkarya lebih kreatif dalam membuat serta merancang iklan. Perlu ditegaskan pula bahwa wajib abgi mereka yang bergerak dalam dunia periklanan agar mematuhi dan memahami EPI. Karena iklan bukan hanya sebagai alat komunikasi dan promosi dari produsen kepada konsumen tetapi juga sebagai pesan yang tetap harus memperhatikan aspek moral dan norma yang berlaku di masyarakat. 3. Diperlukan juga kerjasama dari pihak pengusaha dibidang billboard seperti yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Billboard ataupun 115 Asosiasi Media Luar Ruang Indonesia (AMLI) dan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat untuk menertibkan iklan billboard yang telah melanggar etika pariwara. 4. Hendaknya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) maupun lembaga-lembaga lainnya yang fokus terhadap hak-hak konsumen untuk lebih memperhatikan iklan-iklan yang dinilai melanggar. Hal itu perlu dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap konsumen serta dalam rangka menjalankan fungsi utama yaitu menjaga dan melindungi hakhak konsumen. 5. Diperlukan pula adanya kerjasama dan peran serta masyarakat luas dalam mengawasi serta melaporkan kepada BPP P3I setiap iklan billboard yang berpotensi melanggar etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga dapat melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) BAB III A.